Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di antara masalah furu’iyah yang diungkit-ungkit oleh kaum yang mengaku dirinya
sebagai pembaharu islam adalah masalah ziarah kubur. Memang amaliyah warga kita yang satu
ini mereka gunakan untuk menyerang kaum Ahlussunnah wal Jamaah dengan tuduhan-tuduhan
yang lain. Itu dulu, adapun sekarang apa yang mereka tuduhkan sudah berbalik arah, artinya
umat memahami bahwa ziarah kubur itu bukan bid’ah dlalalah karena mereka (umat) telah
benar-benar mendapat tuntunan dalam beragama sehingga mereka yakin bahwa amaliyahnya itu
baik dan benar. Untuk itu, kami berusaha menguraikan dalam makalah ini lebih jauh tentang
ziarah kubur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ziarah kubur?
2. Apa saja Dalil dan Dasar Hukum Ziarah Kubur?
3. Apa saja Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Ziarah Kubur?
4. Apa saja kesunahan dalam ziarah kubur?
5. Apa hikmah dari ziarah kubur?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ziarah kubur
2. Untuk mengetahui hukum ziarah kubur
3. Untuk mengetahui kesunahan dalam ziarah kubur
4. Untuk mengetahui hikmah ziarah kubur

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ziarah Kubur


Secara etimologi ziarah berasaldari kata ‫ ﺯَﺍﺭﻩُﻳَﺰُﻭﺭُﻩُﺯِﻳَﺎﺭَﺓً ﻭَﺯَﻭْﺭًﺍ‬yang berarti ُ‫ﻗَﺼَﺪَﻩ‬, yaitu hendak
bepergian menuju suatu tempat (al Mishbahul Munir 4/119, lihat juga al Qamus al Fiqhi 1/160).
Berdasarkan hal ini makna dari berziarah kubur adalah َ‫ ﻗَﺼَﺪﺍْﻟﻘُﺒُﻮْﺭ‬, sengaja untuk bepergian ke
kuburan. Sedangkan dalam terminologi syar’i, makna ziarah kubur adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh al Qadli ‘Iyadl rahimahullah, ‫(“ﺯﻳﺎﺭﺓﺍﻟﻘﺒﻮﺭﻗﺼﺪﻫﺎﻟﻠﺘﺮﺣﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﺍﻹﻋﺘﺒﺎﺭ ﺑﻬﻢ‬Yang
dimaksud dengan ziarah kubur) adalah mengunjunginya dengan niat mendo’akan para penghuni
kubur serta mengambil pelajaran dari keadaan mereka” (al Mathla’‘alaa Abwabil Fiqhi 1/119;
Asy Syamilah).
Jadi, Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang sudah wafat,
baik orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi. Ulama Ahlussunnah sepakat
bahwa hukum ziarah kubur bagi kaum laki-laki itu hukumnya sunat secara mutlak, baik yang
diziarahi itu kuburnya orang Islam biasa, kuburnya para wali, orang shalih atau kuburnya Nabi.
Sedangkan hukumziarah kubur bagi kaum perempuan yang telah mendapat izin dari
suaminya atau walinya, para ulama mantafsil sebagai berikut :
a. Jika ziarahnya tidak menimbulkan hal yang terlarang dan yang diziarahi itu kuburnya Nabi,
wali, ulama dan orang shalih, maka hukumnya sunat;
b. Jika ziarahnya tidak menimbulkan hal yang terlarang dan yang diziarahi itu kuburnya orang
biasa, maka sebagian ulama mengatakan boleh, sebagian lagi mengatakan makruh.
c. Jika ziarahnya menimbulkan hal yang terlarang, maka hukumnya haram.

B. Dalil dan Dasar Hukum Ziarah Kubur


1. Hadits Nabi SAW.
‫[ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟحﺎكﻢ‬. ‫ ﻭال تﻘﻮﻟﻮﺍ ﻫجﺮﺍ‬،‫]كنت نﻬﻴﺘكﻢ ﻋن ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ أال فﺰﻭﺭﻫﺎ فإنﻬﺎ تﺮق ﺍﻟﻘﻠب ﻭتﺪمع ﺍﻟعﻴن ﻭتذكﺮ ﺍآلخﺮﺓ‬
Artinya :
“Aku (Nabi) dulu melarang kamu ziarah kubur, maka sekarang berziarahkuburlah kamu, karena
ziarah kubur itu bisa melunakkan hati, bisa menjadikan air mata bercucuran dan mengingatkan
adanya alam akhirat, dan janganlah kamu berkata buruk”. (HR. Hakim)

2
‫ ﺍﻟسالم‬: ‫ كﺎن ﺍﻟنﺒي صﻠى هللا ﻋﻠﻴه ﻭسﻠﻢ كﻠمﺎ كﺎنت ﻟﻴﻠﺘﻬﺎ ﻳخﺮج من آخﺮ ﺍﻟﻠﻴل إﻟى ﺍﻟﺒﻘﻴع فﻴﻘﻮل‬: ‫ﻋن ﻋﺎئشة ﺭضي هللا ﻋنﻬﺎ ﻗﺎﻟت‬
‫ [ﺭﻭﺍﻩ مسﻠﻢ‬.‫ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍغفﺮ ألﻫل ﺑﻘﻴع ﺍﻟغﻘﺪ‬،‫]ﻋﻠﻴكﻢ دﺍﺭ ﻗﻮم مؤمنﻴن ﻭأتﺎكﻢ مﺎ تﻮﻋﺪﻭن غﺪﺍ مؤجﻠﻮن ﻭإنﺎ إن شﺎء هللا ﺑكﻢ الﺣﻘﻮن‬

Artinya :
“Dari A’isyah ra. ia berkata : “adalah Nabi SAW. ketika sampai giliran beliau padanya (A’isyah)
beliau keluar pada akhir malam hari itu ke kuburan Baqi’ seraya berkata : “Assalamu’alaikum
hai tempat bersemayam kaum mukminin. Akan datang kepada kamu janji Tuhan yang
ditangguhkan itu besok, dan kami Insya Allah akan menyusul kamu. Hai Tuhan ampunilah ahli
Baqi’ al-Gharqad”. (HR. Muslim)

2. Fatwa Syaikh Amin al-Kurdi dalam kitabnya Tanwirul Qulub :


‫تسن ﺯﻳﺎﺭﺓ ﻗﺒﻮﺭ ﺍﻟمسﻠمﻴن ﻟﻠﺮجﺎل ألجل تذكﺮ ﺍﻟمﻮت ﻭﺍآلخﺮﺓ ﻭإصالح فسﺎد ﺍﻟﻘﻠب ﻭنفع ﺍﻟمﻴت ﺑمﺎ ﻳﺘﻠى ﻋنﺪﻩ من ﺍﻟﻘﺮآن ﻟخﺒﺮ‬
‫ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘي‬.‫ ﺍطﻠع في ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﺍﻋﺘﺒﺮ في ﺍﻟنشﻮﺭ‬: ‫ ﻭﻟﻘﻮﻟه ﻋﻠﻴه ﺍﻟﺼالﺓ ﻭﺍﻟسالم‬.‫ كنت نﻬﻴﺘكﻢ ﻋن ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ فﺰﻭﺭﻫﺎ‬: ‫مسﻠﻢ‬
‫ ﻭمحل ﺍﻟكﺮﺍﻫة إن ﻟﻢ ﻳشﺘمل‬،‫ ﻭتكﺮﻩ من ﺍﻟنسﺎء ﻟجﺰﻋنﻬن ﻭﻗﻠة صﺒﺮﻫن‬.‫خﺼﻮصﺎ ﻗﺒﻮﺭ ﺍألنﺒﻴﺎء ﻭﺍألﻭﻟﻴﺎء ﻭأﻫل ﺍﻟﺼالح‬
‫ ﺍﻫـ [تنﻮﻳﺮ‬.‫ ﻭﻳنﺪب ﻟﻬن ﺯﻳﺎﺭﺓ ﻗﺒﺮﻩ صﻠى هللا ﻋﻠﻴه ﻭسﻠﻢ ﻭكذﺍ سﺎئﺮ ﺍألنﺒﻴﺎء ﻭﺍﻟعﻠمﺎء ﻭﺍألﻭﻟﻴﺎء‬،‫ﺍجﺘمﺎﻋﻬن ﻋﻠى محﺮم ﻭإال ﺣﺮم‬
216 : ‫]ﺍﻟﻘﻠﻮب‬
Artinya :
“Disunatkan bagi kaum laki-laki berziarah kuburnya orang-orang Islam untuk mengingat
datangnya kematian dan adanya alam akhirat, serta memperbaiki hati yang buruk dan memberi
manfaat kepada mayit dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an di tempat yang dekat dengannya,
karena ada hadits riwayat Muslim yang artinya : “Aku (Nabi) dulu melarang kamu
berziarahkubur, maka sekarang berziarahkuburlah kamu”. Dan juga sabda Nabi yang artinya :
“Berziarahlah kubur kamu dan ambillah tauladan tentang adanya hari kebangkitan”. (HR.
Muslism). Khususnya kuburan para Nabi, para wali dan orang-orang shalih. Sedangkan bagi
kamu wanita ziarah kubur hukumnya makruh, karena mereka mudah meratap dan sedikit yang
sabar. Makruh bagi wanita tersebut apabila ziarah mereka itu tidak mengandung hal-hal yang
diharamkan, kalau mengandung hal-hal yang diharamkan, maka ziarah mereka hukumnya
haram. Bagi wanita berziarah kubur ke makam Nabi Muhammad SAW. dan juga nabi-nabi yang
lain demikian pula makam para ulama dan para wali hukumnya sunat”.

3
3. Fatwa Syaikh Ali Ma’shum dalam kitabnya “Hujjatu Ahlissunnah” bab ziarah kubur :
‫ فﻘﺎل جمﺎﻋة من أﻫل ﺍﻟعﻠﻢ ﺑكﺮﺍﻫﻴﺘﻬﺎ كﺮﺍﻫة تحﺮﻳﻢ أﻭ تنﺰﻳه ﻟحﺪﻳث أﺑي ﻫﺮﻳﺮﺓ أن ﺭسﻮل هللا‬،‫ﻭﺍخﺘﻠف في ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺍﻟنسﺎء ﻟﻠﻘﺒﻮﺭ‬
،‫ ﻭذﻫب ﺍألكثﺮﻭن إﻟى ﺍﻟجﻮﺍﺯ إذﺍ أمنت ﺍﻟفﺘنة‬.‫ ﺭﻭﺍﻩ أﺣمﺪ ﻭﺍﺑن مﺎجه ﻭﺍﻟﺘﺮمذي‬.‫صﻠى هللا ﻋﻠﻴه ﻭسﻠﻢ ﻟعن ﺯﻭﺍﺭﺍت ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ‬
.‫ ﺍﻟسالم ﻋﻠﻴكﻢ أﻫل دﻳﺎﺭ ﺍﻟمسﻠمﻴن‬: ‫ كﻴف أﻗﻮل ﻳﺎ ﺭسﻮل هللا إذﺍ ﺯﺭت ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ؟ ﻗﻮﻟي‬: ‫ﻭﺍسﺘﺪﻟﻮﺍ ﺑمﺎ ﺭﻭﺍﻩ مسﻠﻢ ﻋن ﻋﺎئشة ﻗﺎﻟت‬
58 : ‫]ﺍﻫـ [ﺣجة أﻫل ﺍﻟسنة ﻟﻠشﻴخ ﻋﻠى معﺼﻮم‬
Artinya:
"Para ulama berselisih pendapat mengenai kaum wanita berziarah kubur, Segolongan ulama
mengatakan makruh tahrim atau tanzih, karena ada Hadits riwayat Abu Hurairah bahwa
Rusulullah SAW. mengutuk wanita-wanita yang berziarah kubur. (HR. Ibun Majah dan
Tirmidzi). Sementara mayoritas ulama mengatakan boleh, apabila terjamin keamanannya dari
fitnah, Dalilnya yaitu hadits riwayat Muslim dari Siti A’isyah ra dia berkata : apa yang saya baca
ketika ziarah kubur, hai rasul? Rasul bersabda : bacalah Assalamu’alaikum Ahla Diyaril
Muslimin”.

C. Macam-Macam Ziarah Kubur


Ketahuilah bahwasannya ziarah kubur itu terbagi menjadi tiga macam. Di bawah ini akan
dijelaskan macam-macamnya, dan kita dapat mengambil kesimpulan setelah itu. Macam-
macamnya adalah sebagai berikut.
1. Ziarah syar’iyyah
Yaitu ziarah yang telah disyari’atkan oleh Islam dan harus terpenuhi padanya tiga syarat.
a. Tidak sungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kepadanya
Dalilnya adalah hadits dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah
SAW. bersabda (yang artinya), "Janganlah kalian bersungguh-sungguh (menyengaja)
mengadakan perjalanan kecuali kepada tiga masjid (yaitu): masjidku ini (Masjid Nabawi),
Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha." (HR. Al-Bukhariy no.1139 dan Muslim dalam kitab Al-
Hajj 2:976 no. khusus 415 dan ini lafazdnya, dan diriwayatkan pula oleh Al-Bukhariy no.1132
dan Muslim no.1397 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh penafian).
Kita disyari’atkan bersungguh-sungguh dan menyengaja untuk mengadakan perjalanan ke tiga
masjid ini karena adanya keutamaan di sana yaitu dilipatkan pahala shalat di tiga masjid tersebut.
Seperti shalat di Masjidil Haram maka pahalanya sama dengan 100.000 kali shalat di masjid
yang lain selain Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Adapun bersungguh-sungguh (menyengaja)

4
mengadakan perjalanan ke selain tiga masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan
seperti ke kuburan, maka ini adalah perbuatan bid’ah.
b. Tidak boleh mengatakan perkataan yang keji
Dalilnya adalah hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda
(yang artinya), "(Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah kalian." (HR. Muslim no.977). Diriwayatkan juga oleh An-Nasa’iy dengan sanad
shahih dalam kitab Al-Janaa’iz bab (100) 4:89. http://ikhwanmuslim.com,diakses 7-1-2011)
dengan lafazh, "… (Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)
barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah dan jangan mengatakan perkataan yang
keji."
Maka hal seperti ini, demi Allah benar-benar kekejian dan kebathilan yang paling puncaknya,
akan tetapi perkaranya adalah sebagaimana yang Allah firmankan (yang artinya), "Akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui." Ayat ini terdapat dalam 11 tempat di dalam Al-Qur`an
yaitu, Al-A’raaf:187, Yuusuf:21, 40, 68, An-Nahl:38, Ar-Ruum:6, 30, Saba’:28, 36, Al-
Mu`min:57, dan Al-Jaatsiyah:26.
Dan sungguh benar Allah ketika berfirman (yang artinya),"Dan sebahagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain)." [Yuusuf:106]
c. Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak ada dalil yang
mengkhususkan
Seperti mengkhususkan hari jum’at, hari raya ataupun hari-hari lainnya, karena tidak ada dalil
yang menerangkan hal ini. Bahkan kita dianjurkan ziarah kubur kapan saja tanpa pengkhususan
pada hari-hari tertntu.

2. Ziarah bid’iyyah
Ziarah bid’iyyahadalah tata cara ziarah kubur yang menyelisihi tuntunan Nabi SAW. karena
mengandung berbagai pelanggaran yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan dapat
menghantarkan pada kesyirikan. Diantaranya adalah berziarah ke kubur dengan tujuan beribadah
kepada Allah di sisi kubur, atau bertujuan untuk mendapatkan berkah (tabarruk/ngalap berkah).
Tidak terdapat dalil shahih yang menyatakan keutamaan beribadah di samping kubur bahkan
terdapat dalil shahih yang secara tegas melarang peribadatan di kuburan.

5
Abul ‘Abbas al Harrani rahimahullah mengatakan, “yang dimaksud dengan tata cara
ziarah bid’iyyahadalah seperti bersengaja untuk shalat atau berdo’a di samping kubur para nabi
atau orang shalih, menjadikan penghuni kubur tersebut sebagai perantara dalam doa, meminta
kepada penghuni kubur untuk menunaikan hajatnya, meminta pertolongan padanya, atau
bersumpah kepada Allah dengan perantaraan penghuni kubur atau yang semisalnya. Semua hal
tersebut merupakan bid’ah yang tidak pernah dilakukan seorang sahabat, tabi’in dan tidak juga
dituntunkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula dicontohkan oleh Khulafur
Rasyidin, bahkan para imam kaum muslimin yang masyhur melarang seluruh hal tersebut.”
(Majmu’ul Fataawa 24:334-335. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011)
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang terbersit di benaknya bahwa
mengusap tangan (di kubur nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau semisalnya) lebih mampu
untuk mendatangkan berkah, maka hal tersebut berasal dari kebodohan dan kelalaiannya karena
berkah hanya dapat diperoleh dengan amal yang sesuai dengan syari’at. Bagaimana bisa karunia
Alloh diperoleh dengan melakukan amal yang menyelisihi kebenaran.” (Al Majmu’ 8:275.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011 ). Abu Hamid al-Ghazali rahimahullah menyatakan
tabarruk terhadap kubur merupakan ciri kaum Yahudi dan Nasrani,
‫فإن ﺍﻟمس ﻭﺍﻟﺘﻘﺒﻴل ﻟﻠمشﺎﻫﺪ ﻋﺎدﺓ ﺍﻟنﺼﺎﺭى ﻭﺍﻟﻴﻬﻮد‬
Artinya
“Sesungguhnya mengusap dan mencium kubur (untuk mendapatkan berkah) merupakan
kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi.” (Ihya’ ‘Ulumuddin juz 1:254. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011).

3. Ziarah syirkiyyah
Ziarah yang mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat menghilangkan
keimanan. Diantaranya berziarah kubur dengan tujuan meminta bantuan dan pertolongan pada
penghuni kubur, menyembelih kurban untuk penghuni kubur (baca: sesajen). Hal tersebut
merupakan bentuk beribadah kepada selain Allah dan apabila pelaku sebelumnya adalah orang
Islam, maka dia telah murtad ( keluar dari Islam).
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Adapun menyembelih untuk selain Allah,
maka maksudnya adalah menyembelih dengan menyebut nama selain Allah SWT. Seperti orang
yang menyembelih untuk berhala, salib, Musa, Isa alaihimassalam, atau untuk Ka’bah dan

6
semisalnya. Seluruh perbuatan ini haram, daging sembelihannya haram dimakan, baik si
penyembelih seorang Muslim, Nasrani ataupun Yahudi. Demikian yang ditegaskan imam Asy
Syafi’i dan disetujui oleh rekan-rekan kami. Apabila si penyembelih melakukannya dengan
diiringi pengagungan terhadap objek tujuan penyembelihan, yaitu makhluk selain Allah dan
dalam rangka beribadah kepadanya, maka hal ini merupakan kekafiran. Apabila pelaku
sebelumnya adalah seorang muslim, maka dengan perbuatan tersebut dia telah murtad” (al
Minhaj Syarh Shahih Muslim 13:141. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).

D. Hukum Ziarah Kubur


Ziarah kubur dianjurkan bagi kaum pria berdasarkan hadits Abu Hurairah radliallahu
‘anhu, “Rasulullah SAW. pernah menziarahi kubur ibu beliau, kemudian beliau menangis
sehingga membuat para sahabat di sekelilingnya menangis. Beliau lalu berkata, “Tadi aku
meminta izin kepada Rabb-ku ‘azza wa jalla agar aku dibolehkan berdo’a memohon ampun bagi
ibuku, namun hal itu tidak diperkenankan. Kemudian aku memohon agar aku dperbolehkan
mengunjungi kuburnya, maka hal ini diperbolehkan bagiku. Oleh karena itu ziarahilah kubur,
karena hal itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat.” (HR. An Nasaai nomor 2007; Ibnu Abi
Syaibah 3:223; Al Baihaqi dalam Al Kubra 4:70,76; Hakim nomor 1339 dengan sanad yang
shahih. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Teks hadits ini dan juga pernyataan an Nawawi sebelumnya menunjukkan secara tegas
bahwa ziarah kubur disyari’atkan bagi kaum pria. Namun para ulama berselisih pendapat
mengenai hukum ziarah kubur bagi wanita. Terdapat beberapa pendapat dalam masalah ini,
namun secara garis besar pendapat tersebut terbagi menjadi dua kelompok, antara yang
mengharamkan dan membolehkan atau menganjurkan. Pendapat yang kuat dalam permasalahan
ini adalah pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur, akan tetapi yang patut
diingat adalah mereka dilarang sesering mungkin berziarah kubur. Pendapat inilah yang
menggabungkan berbagai dalil yang dikemukakan oleh dua kelompok tersebut.
Berikut dalil-dalil yang menyatakan bolehnya wanita berziarah kubur.
Hadits yang berasal dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dia
berkata, “Pada suatu hari ‘Aisyah pulang dari kuburan. Maka aku bertanya padanya, “Wahai
Ummul Mukminin, darimanakah engkau?” Maka beliau menjawab, “Dari kubur Abdurrahman
bin Abi Bakr.” Maka aku menukas, “Bukankah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang

7
ziarah kubur?” Beliau pun menjawab, “Benar, namun kemudian beliau memerintahkannya.”
(HR. Hakim nomor 1392, Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra nomor 6999 dengan sanad yang
shahih. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011). Dalam sebuah hadits yang panjang dan
diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul
Mukminin, ‘Aisyah radliallahu ‘anha ketika beliau membuntuti nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang mendatangi pekuburan Baqi’ di suatu malam. Setibanya di rumah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan kepada ‘Aisyah bahwa Allah memerintahkannya untuk
mengunjungi penghuni kuburan Baqi’ dan memintakan ampunan bagi mereka. Maka ‘Aisyah
kemudian bertanya, “Lalu apa yang akan aku katakan pada mereka?” Kata beliau, “Ucapkanlah,
Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah
memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang akan menyusul,
dan kami insya Allah akan menyusul kalian.” (HR. Muslim nomor 974, An Nasaai 2037, Al
Baihaqi nomor 7003, Abdurrazzaq nomor 6722. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Persetujuan nabi SAW. terhadap perbuatan seorang wanita yang beliau tegur di sisi kubur.
Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah melewati seorang wanita yang
sedang menangis di sisi kubur, kemudian beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan
bersabarlah!” (HR. Bukhari nomor 1223, 6735).
Wanita tidak diperbolehkan untuk sesering mungkin berziarah kubur, karena hal tersebut
akan menghantarkan kepada perbuatan yang menyelisihi syari’at seperti berteriak,
tabarruj(bersolek di depan non mahram), menjadikan pekuburan sebagai tempat wisata,
membuang-buang waktu, dan berbagai kemungkaran lain sebagaimana dapat kita saksikan hal
tersebut terjadi di sebagian besar negeri kaum muslimin. Perbuatan inilah yang dimaksud dalam
hadits shahih dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu,
‫ﻟعن ﺭسﻮل هللا صﻠى هللا ﻋﻠﻴه ﻭسﻠﻢ ﺯﻭﺍﺭﺍت ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ‬
“Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang sering menziarahi
kubur.” (HR. Ibnu Majah nomor 1574, 1575, 1576 dengan sanad yang hasan.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Laknat yang tercantum dalam hadits tersebut hanyalah diperuntukkan bagi wanita yang
sering berziarah kubur, karena lafadz “‫ ”ﺯﻭﺍﺭﺍت‬merupakan bentuk mubalaghah (hiperbola).
Kemungkinan penyebab laknat tersebut dijatuhkan pada mereka adalah karena para wanita
tersebut menyia-nyiakan hak suami (dengan sering keluar rumah), bertabarruj, ratapan dan

8
perbuatan terlarang yang semisal. Terdapat pendapat yang menyatakan apabila seluruh hal
tersebut dapat dihindari, maka boleh mmberikan izin kepada wanita untuk berziarah kubur,
karena mengingat kematian merupakan suatu perkara yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita.
Asy-Syaukani rahimahullah (dalam Nailul Authar juz 4:95. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011) mengatakan, “Pendapat ini yang lebih tepat untuk dijadikan pegangan dalam
mengkompromikan seluruh hadits dalam permasalahan ini yang sekilas nampak bertentangan.”
An Nawawi (dalam al Majmu’ 5:309. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011) setelah
menyebutkan dua pendapat yang disebutkan oleh Ar Ruyani dalam permasalahan ini, beliau
memilih pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur dan berkata, “Pendapat
inilah yang tepat menurutku dengan syarat terbebas dari fitnah. Pengarang al Mustazhhari
berkata, “Menurutku apabila ziarah tersebut dilakukan untuk memperbarui kesedihan serta
memicu terjadinya ratapan dan tangisan sebagaimana kebiasaan kaum wanita, maka hukumnya
haram, sehingga hadits tersebut berlaku pada kondisi ini.” Wallahu a’lam.

E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Ziarah Kubur


Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan jika kita sedang berziarah kubur, diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Ketika masuk, sunnah menyampaikan salam kepada mereka yang telah meninggal dunia.
1. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada para sahabat agar ketika
masuk kuburan membaca, "Semoga keselamatan dicurahkan atasmu wahai para penghuni
kubur, dari orang-orang yang beriman dan orang-orang Islam. Dan kami, jika Allah
menghendaki, akan menyusulmu. Aku memohon kepada Allah agar memberikan
keselamatan kepada kami dan kamu sekalian (dari siksa)."(HR Muslim).
2. Berziarah Kubur Dapat Mengingatkan Kematian dan mengingatkan Untuk Berbuat
kebajikan.
Rasulullah bersabda: "Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang
berziarahlah kalian. Karena ziarah kubur akan mengingatkan kepada akhirat. Dan hendaklah
berziarah itu menambah kebaikan untuk kalian. Maka barangsiapa yang ingin berziarah
silakan berziarah dan janganlah kalian mengatakan perkataan yang bathil (hujran)." (HR.
Muslim, Abu Dawud, Al Baihaqi, An Nasa'i, dan Ahmad)

9
3. Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya
Ada banyak sekali fenomena dimana kuburan wali begitu dikeramatkan hingga orang
mengunjungi kuburan wali, lalu duduk mengelilingi kuburan wali. Mereka juga menganggap
jika shalat disana lebih baik dari shalat di masjid sebab jika shalat didekat orang shalih maka
orang shalih tersebut akan memberikan syafa'at pada mereka. Ada kasus menarik dimana
banyak orang-orang shalat menghadap kuburan Syaikh Jaelani, dan ia tidak menghadap
kiblat. Inilah Bentuk kesyirikan yang nyata, seakan-akan orang itu belum mendengar sabda
Rasulullah : "Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan janganlah kalian
duduk di atasnya." (HR. Muslim)
4. Nadzar-nadzar yang ditujukan kepada orang-orang mati adalah termasuk syirik besar.
Sebagian manusia ada yang melakukan nadzar berupa binatang sembelihan, harta atau
lainnya untuk wali tertentu. Nadzar semacam ini adalah syirik dan wajib tidak
dilangsungkan. Sebab nadzar adalah ibadah, dan ibadah hanyalah untuk Allah semata.
Adapun contoh nadzaryang dibenarkan adalah sebagaimana yang dilakukan oleh isteri
Imran. Allah berfirman: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak
yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)"
(Ali Imran: 35)
5. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan dengan niat untuk ber-taqarrub (ibadah).
Seperti mengelilingi kuburan Syaikh Abdul Qadir Jaelani, Syaikh Rifa'i, Syaikh Badawi,
Syaikh Al-Husain, dan lainnya. Perbuatan semacam ini adalah syirik, sebab thawaf adalah
ibadah, dan ia tidak boleh dilakukan kecuali thawaf di sekeliling Ka'bah, Allah berfirman:
"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (Al-
Hajj: 29)
6. Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan
Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan tertentu untuk mencari berkah atau memohon
kepadanya adalah tidak diperbolehkan. Rasulullah bersabda: "Tidaklah dilakukan perjalanan
(tour) kecuali kepada tiga mas-jid; Masjidil Haram, Masjidku ini, Masjidil Aqsha."
(Muttaffaq 'alaih)
7. Menyembelih hewan di kuburan para nabi atau wali
Meskipun penyembelihan yang dilakukan dikuburan para nabi atau wali dengan niat untuk
Allah, tetapiia termasuk perbuatan orang-orang musyrik. Mereka menyembelih binatang di

10
tempat berhala dan patung-patung wali mereka. Rasulullah bersabda: "Allah melaknat orang
yang menyembelih selain Allah." (HR. Muslim)
8. Dilarang membangun di atas kuburan atau menulis sesuatu dari Al-Qur'an atau syair di
atasnya.
Kuburan-kuburan yang banyak kita saksikan di negara-negara Islam; seperti Syam, Iraq,
Mesir, dan negara Islam lainnya, sungguh tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Berbagai
kuburan itu dibangun sedemikian rupa, dengan biaya yang tidak sedikit. Padahal Rasulullah
melarang mendirikan bangunan di atas kuburan. Dalam hadits shahih disebutkan:
"Rasulullah melarang mengapur kuburan, duduk dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR.
Muslim) Seperti kuburan Al-Husain di Iraq, Abdul Qadir Jaelani di Baghdad, Imam Syafi'i
di Mesir dan lainnya. Sebab pelarangan membangun kubah di atas kuburan adalah bersifat
umum, sebagaimana kita baca dalam hadits, Rasulullah bersabda kepada Ali, "Janganlah
engkau biarkan patung kecuali engkau menghancurkannya. Dan jangan (kamu melihat)
kuburan ditinggikan kecuali engkau meratakannya." (HR. Muslim).

F. Anjuran Dan Hikmah Melakukan Ziarah Kubur


Anjuran sunnah untuk berziarah itu berlaku untuk laki-laki maupun wanita. Karena, dalam
hadits tidak disebutkan kekhususan hanya untuk kaum pria saja. Namun bila ada yang
menghukumi makruh berziarah bagi kaum wanita, itu disebabkan lemahnya kemampuan wanita
untuk bersikap tabah dan sabar sewaktu berada diatas pekuburan atau dikarenakan
penampilannya yang tidak mengenakan hijab (menutup auratnya) dengan sempurna. Demikian
hal itu ditegaskan dalam I’anatut Thalibin jilid 2:142, At-Taajul Jami’ lil Ushul jilid 2:381, dan
kitab Mirqotul Mafatih karya Mula Ali Qori jilid 4:248.
Pada awalnya Rasulullah SAW. Melarang umatnya untuk berziarah, hal itu dikarenakan
keadaan masyarakat disaat itu masih rentan keimanannya, sehingga dikhawatirkan mereka
cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Disamping itu juga
mereka dikhawatirkan datang ke kuburan untuk menyembah dan memujanya seperti yang
dilakukan oleh masyarakat jahiliyah. Tetapi ketika iman mereka sudah kuat, tidak mudah goyah
dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang itu lagi,. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan
mereka untuk berziarah kubur. Sebagaimana hadiat beliau,
‫ﺎﺭﺓِ ْﺍﻟﻘَﺒ ِْﺮ فَ ُﺰ ْﻭ ُﺭ ْﻭﻫَﺎ (ﺭﻭﺍﻩ مسﻠﻢ‬
َ َ‫سﻠَّ َﻢ نَ َﻬ ْﻴﺘ ُ ُك ْﻢ َﻋ ْن ِﺯﻳ‬
َ ‫ﻋﻠَ ْﻴ ِه َﻭ‬
َ ُ‫ى هللا‬
َّ ‫صﻠ‬ ُّ ِ‫) ﻗَﺎ َل ﺍﻟنَّﺒ‬
َ ‫ي‬

11
Artinya :”Sesungguhnya (dahulu) aku pernah melarang kamu sekalian ziarah kubur, tetapi
(sekarang) ziarahlah kalian”. (HR Muslim)
Dalam ilmu Ushul Fiqih, apabila ada perintah setelah larangan maka hukumnya menunjukkan
mubah/boleh, sebagaimana dalam kaidah Ushul :
‫ﺍَالَ ْم ُﺮ ﺑَ ْعﺪَ ﺍﻟنَّ ْﻬي ِ ﻳُ ِف ْﻴﺪ ُ ﺍْ ِالﺑَﺎ َﺣ ِة‬
Artinya: “Perintah setelah larangan itu boleh”.
Jadi ziarah kubur itu hukumnya mubah/boleh, bahkan suatu anjuran agar kita bisa mengingat
mati. Namun jika kita lihat dari pada unsur-unsur lainnya, maka ziarah kubur itu menunjukkan
sunnah (dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa). Oleh karena itu ziarah kubur
itu disunnahkan apabila:
1. Mengingatkan kita akan kematian.
Kita sadar bahwa kitapun akan mati, hanya tinggal menunggu waktunya.seperti orang yang kita
ziarahi itu sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
ِ ‫سﻠَّ َﻢ أ َ ْكثِ ُﺮ ْﻭﺍ ِذ ْك َﺮ ﻫَﺎذ ِِم ﺍﻟﻠَّذَّﺍ‬
‫ت (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮمذى‬ َ ‫ﻋﻠَ ْﻴ ِه َﻭ‬
َ ُ‫ى هللا‬
َّ ‫صﻠ‬ ُّ ِ‫)ﻗَﺎ َل ﺍﻟنَّﺒ‬
َ ‫ي‬
Artinya :
”Rasulullah SAW bersabda,”Perbanyaklah mengingat akan hal yang membinasakan kelezatan
(yaitu kematian)”. (HR.Turmudzi)
2. Mernpertebal keimanan terhadap adanya alam akhirat, sehingga orang itu meningkat
ketaqwaannya kepada Allah SWT.;
3. Memperbaiki hati yang buruk/mental yang rusak, sehingga pada akhirnya nanti orang itu
sadar akan perlunya mempererat hablum minallah dan hablum minannas.
4. Memberi manfaat kepada mayit secara khusus dan ahli kubur secara umum berupa pahala
dari bacaan Al-Qur’an, kalimah Thoyyibah, Istighfar, shalawat Nabi dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa ziarah kubur itu bukan sebuah larangan, tetapi
sebuah perbuatan yang dianjurkan oleh agama.

G. Ziarah Kubur Bukan Sebuah Bid’ah


Bid’ah merupkan suatu ajaran yang tidak pernah di syariatkan oleh agama dimasa
Rasulullah SAW. Memang pada awalnya ziarah kubur itu sempat dilarang oleh Rasulullah pada
saat itu, karena keadaan umat islam dahulu yang masih awam. Tetapi setelah ada perkembangan
zaman saat iman umat terdahulu sudah kuwat, maka Rasulullah memerintahkan kepada umatnya

12
untuk melakukan ziarah kubur, bahkan Rasulullah sendiri melakukan ziarah ke makam ibu
beliau, memohonkan ampunan untuk ibunya. Jadi jangan asal mengatakan bahwa ziarah kubur
itu bid’ah, karena Rasulullah sendiri juga melakukannya diwaktu itu.
Ziarah kubur itu di anjurkan, tetapi juga harus memperhatikan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam berziarah seperti yang telah dijelaskan diatas. Kalau ada sekelompok yang
mengatakan bahwa ziarah kubur itu bid’ah, berarti kelompok tersebut secara tidak langsung
mengangap perbuatan Rasulullah juga bid’ah diwaktu itu. Itu jelas tidak benar, karena Rasulullah
tidak mungkin melakukan perbuatan yang tidak benar. Rasulullah diberi sifat ma’sum oleh
Allah, yaitu terjaga dari kesalahan dan dari dosa-dosa. Jadi dapat disimpulkan bahwa ziarah
kubur bukanlah sebuah bid’ah.

H. Kesunahan Dalam Ziarah Kubur


Pada saat berziarahkubur, sebaiknya kita melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Pilihlah saat-saat yang afdlol, misalnya pada hari Jum’at, pada hari raya dan lain-lain;
2. Bacalah salam ketika masuk pintu pekuburan untuk para ahli kubur secara umum dan untuk
mayit yang diziarahi secara khusus;
3. Bacalah surat Yasin atau ayat Al-Qur’an yang lain, kalimah thoyyibah serta do’a semoga
Allah SWT. menerima amal shalih si mayit dan mengampuni dosa-dosanya;
4. Mengambil pelajaran, bahwa kita akan mengalami seperti apa yang dialami oleh mayit yang
kita ziarahi (masuk ke dalam liang kubur, berada di alam barzah sampai datang hari kiamat
nanti).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a) Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang sudah wafat, baik
orang muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi.
b) Hukum ziarah kubur adalah sunah secara mutlak dan masih diditafshil untuk perempuan.
c) Kesunahan dalam ziarah kubur antara lain:
 Memilih hari yang afdhol
 Membaca salam
 Membaca yasin, doa dan dzikir
 Mengambil pelajaran
d) Hikmah ziarah kubur antara lain:
 Mengingat mati
 Mempertebal keimanan
 Memperbaiki diri
 Memberi manfaat kepada mayit

B. Saran
Saran pulis kepada pembaca yang budiman.
a) Ketika akan masuk disebuah tempat pemakaman umum ucapkanlah salam kepada ahli
kubur.
b) Kalau kita berziarah kubur, renungilah keadaan mereka yang telah meninggal agar kita ingat
bahwa kita besok juga akan seperti mereka.
c) Kita hanya boleh berdo’a untuk mereka dan tidak boleh meminta bantuan kepada orang
yang telah meninggal, karena kita hanya boleh meminta pertolongan kepada Allah SWT.
d) Jangan melakukan nadzar keepada orang yang telah meninggal.
e) Jangan mengkhususkan untuk melakukan ziarah pada hari-hari tertntu, karena setiap saat
kita boleh melakukan ziarah kubur.
f) Bertawasullah (perantara) kepada orang ‘alim atau ulama’ karena Allah memerintahkan kita
untuk bertawasul agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshori, Zakaria. Ushul Fiqih. Surabaya: Alhidayah.


Al-Maliki, Muhammad Alawi. 1985. Mafahim Yajibu’an Tushahha. Kairo: Dar Al-Insan.
Anonim. 2010. Definisi, Pensyariatan, Hukum, Tujuan dan Jenis Ziarah Kubur.
http://ikhwanmuslim.com
. Al-Kirmaniy. Kairo: Matba’ah Al-Misriyyah
.2010. Ziarah Kubur. http://bookmark.raudlotuttolabah.com
. 2008. Ziarah Kubur. http://Ziarah Kubur dalam Pandangan Ahlus-Sunnah/Asy Syifaa’ Wal
Mahmuudiyyah.htm

15

Anda mungkin juga menyukai