ABSTRAK
Wafer adalah salah satu bentuk pengolahan pakan dengan campuran bahan komplit,
dalam pembuatannya mengalami proses pemadatan dengan tekanan sehingga mempunyai
bentuk dan ukuran panjang yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
wafer dari kulit ubi dan ampas tebu sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
4 ulangan yaitu: A: KU 35% + AT 35% + dedak 30%, B: KU 50% + AT 20% + dedak 30%,
C: KU 20% + AT 50% + dedak 30%, D: KU 40% + AT 30% + dedak 30%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan kulit ubi dan ampas tebu tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap tekstur, warna, dan aroma wafer, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar air wafer.
Disimpulkan bahwa wafer dari bahan baku lokal yang memiliki kualitas baik terdapat pada
perlakuan B (KU 50% + AT 20% + dedak 30%) dengan nilai tekstur (2,50%), warna (2,00%),
aroma (2,00%) dan kadar air (5,00%).
ABSTRACT
Wafer is one form of feed processing with complete mixture, in its manufacture
undergo a process of compaction with pressure so as to have the shape and size of the same
length. This study aims to determine the quality of the wafer from potato skins and bagasse as
ruminant feed material. The design used in this study is completely randomized design (CRD)
with 4 treatments and 4 replicates ie: A: KU 35% + AT 35% + bran 30%, B: KU 50% + AT
20% + bran 30%, C: AT KU 20% + 50% + 30% bran, D: KU AT 40% + 30% + 30% bran.
The results showed that the use of potato peel and bagasse was not significant (P>0.05) on the
texture, color, and smell wafer, but the real impact on the moisture content of the wafer. It
was concluded that the wafer from local raw materials which have good quality there is in
treatment B (KU AT 50% + 20% + 30% bran) with a texture value (2.50%), color (2.00%),
smell (2, 00%) and water content (5.00%).
52
NazarulQubra (2018) KUalitas Wafer Dari Bahan...
Hasil sidik ragam menunjukkan sehingga tidak terjadi absorbsi air dari
semua perlakuan tidak berpengaruh lingkungan. Hal ini didukung dengan
nyata (P>0,05) terhadap tekstur pernyataan Trisyulianti (1998), yang
wafer.Hal ini diduga karena terjadi menyatakan bahwa wafer pakan yang
penyerapan air dari lingkungan kedalam mempunyai kerapatan tinggi akan
wafer sehingga memperlihatkan tekstur memberikan tekstur yang padat dan
yang tidak padat akibat peningkatan keras sehingga mudah dalam
rongga dalam wafer. Hasil ini didukung penanganan baik penyimpanan maupun
oleh pernyataan Trisyulianti (1998), goncangan pada saat transportasi dan
yang menyatakan bahwa kepadatan diperkirakan akan lebih lama dalam
wafer dipengaruhi oleh kemampuannya penyimpanan.
dalam menyerap air. Semakin tinggi Rata-rata nilai tekstur terendah
kemampuan wafer menyerap air maka terdapat pada perlakuan (D) yakni 2,00.
tekstur wafer akan semakin tidak padat. Rendahnya nilai tekstur pada wafer D
Ukuran partikel juga mempengaruhi disebabkan adanya peningkatan kadar air
tekstur wafer, ukuran partikel yang dan terjadinya kerusakan pada wafer
terlalu tebal akan membuat kerapatan yang ditandai adanya jamur pada sampel
wafer rendah dan berongga sehingga wafer. Menurut Winarno dkk. (1980),
teksturnya tidak padat. Jayusmar (2000) kerusakan bahan pakan dapat disebabkan
menyatakan bahwa kerapatan wafer oleh faktor-faktor sebagai berikut:
yang rendah akan memperlihatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba
bentuk wafer pakan tidak terlalu padat terutama bakteri, ragi dan kapang;
dan tekstur yang lebih lunak serta porous aktivitas-aktivitas enzim didalam bahan
(berongga), sehingga menyebabkan pakan; serangga, parasit dan tikus; suhu
terjadinya sirkulasi udara dalam termasuk suhu pemanasan dan
tumpukan selama penyimpanan dan pendinginan; kadar air, udara; dan
diperkirakan hanya dapat bertahan dalam jangka waktu penyimpanan.Wafer yang
waktu yang singkat berbentuk padat sangat menguntungkan,
Rata-rata nilai tekstur wafer karena akan memudahkan penanganan
tertinggi terdapat pada perlakuan B dan untuk penyimpanan dan memperpanjang
C yakni (2,50), hal ini diduga umur simpan.
karenawafer pada perlakuan tersebut Hasil analisis sidik ragam
memiliki kerapatan lebih tinggi menunjukkan bahwa kombinasi kulit ubi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. dan ampas tebujuga tidak berpengaruh
Tingginya tekstur wafer pada perlakuan nyata (P>0,05) terhadap warna wafer.
B dan C disebabkan karena wafer Hasil perhitungan warna wafer selama
tersebut padat dan tidak berongga penelitian dapat dilihat pada tabel 2.
53
NazarulQubra (2018) KUalitas Wafer Dari Bahan...
54
NazarulQubra (2018) KUalitas Wafer Dari Bahan...
55
NazarulQubra (2018) KUalitas Wafer Dari Bahan...
56
NazarulQubra (2018) KUalitas Wafer Dari Bahan...
Winarno, F. G., S. Fardiaz, dan D. terhadap sifat fisik wafer ransum
Fadiaz. 1980. Pengantar komplit. Institut Pertanian Bogor.
Teknologi Pangan. Penerbit PT. Media Peternakan. 26(2):35-40.
Gramedia. Jakarta. Zuhran, C. F. 2006. Cita rasa (flavour).
Trisyulianti E., Suryahadi dan V. N. Fakultas Matematika dan Ilmu
Rakhma. 2003. Pengaruh Pengetahuan Alam. Universitas
penggunaan molases dan tepung Sumatra Utara. Medan
gaplek sebagai bahan perekat
.
57