PETUNJUK PELAKSANAAN
PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN
Pelaksaanaan kegiatan Penyusunan RTA Jalan Tol secara umum harus melalui beberapa tahapan,
yaitu meliputi tahap Penyusunan Rencana Kerja, Penyusunan Kriteria Desain, Pelaksanaan Survei,
Pelaksanaan Analisa Perencanaan, serta Penyusunan Dokumen RTA yang tersusun atas Gambar
RTA, Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus, serta Daftar Kuantitas dan Harga Satuan (Bill of
Quantity / BoQ) dan/atau Rencana Anggaran Biaya. Kumpulan dokumen-dokumen tersebut harus
disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dalam jadwal waktu sesuai Surat Perjanjian
Pengusahaan jalan Tol (SPPJT).
Mengingat beragamnya permasalahan penyusunan RTA Jalan Tol yang berbeda lokasi
pembangunanannya, maka Pemerintah dalam hal ini Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memandang
perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) RTA Jalan Tol agar dapat dipergunakan sebagai
acuan untuk mempersiapkan RTA Jalan Tol bagi BUJT sesuai tahapan yang berlaku dan
dipergunakan sebagai alat monitoring, evaluasi dan proses pembahasan dan persetujuan Dokumen
RTA Jalan Tol oleh BPJT.
Substansi yang terdapat dalam Buku 2 ini, berisikan pembahasan terkait Petunjuk Pelaksanaan
Penyusunan Kriteria Desain.
Semoga Buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh BUJT, Konsultan Perencana Jalan Tol,
serta pihak-pihak terkait yang berada di lingkungan BPJT Kementerian PUPR.
Jakarta, 2017
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol
(……………………………)
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................................................ ii
Daftar Gambar.............................................................................................................................. iii
Daftar Tabel.................................................................................................................................. iii
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Perkotaan (Urban) .............................. 11
Tabel 2. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Antar Kota (Interurban) ..................... 12
Tabel 3. Kriteria Desain Geometrik Ramp Simpang Susun ................................................... 13
Tabel 4 Kriteria Desain Simpang Susun (Interchange) untuk Ramp Terminal ..................... 13
Tabel 5. Kriteria Desain Jalan Non Tol ................................................................................. 14
Tabel 6. Nilai SPT Tanah ...................................................................................................... 15
Tabel 7. Penurunan Ijin Maksimum Pondasi ......................................................................... 17
Tabel 8. Defleksi Lateral Ijin Maksimum Pondasi ................................................................ 17
Tabel 9. Kelandaian Lereng Yang Disarankan ...................................................................... 18
Tabel 10. Kriteria Desain Penempatan Lampu Penerangan Jalan Tol ..................................... 21
Tabel 11. Kriteria Desain Kuat Lampu Penerangan Jalan Tol ................................................. 22
Tabel 12. Kriteria Desain Penyelenggaraan Rambu ................................................................ 22
Tabel 13. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Peralatan ......................................................... 25
Tabel 14. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Tanda.............................................................. 26
Tabel 15. Kriteria Desain Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas .................................................... 27
Tabel 16. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol ...................................... 26
Tabel 17. Kriteria Desain Tata Tanaman pada Segmen Jalan Tol ........................................... 27
Tabel 18. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan ...................................................... 28
iii
BUKU 2
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN
1
1.2. Acuan Desain Struktur Perkerasan Jalan
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 22.2/KPTS/Db/2012 tentang Manual Desain
Perkerasan Jalan.
b. Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No. 04/SE/Db/2017, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
c. Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur, PdT-01-2002-B, Dept. Pemukiman dan
Prasarana Wilayah.
d. Pedoman Perencanaan Jalan Beton Semen, PdT-14-2003, Dept. Pemukiman dan
Prasarana Wilayah.
e. Guide for Design of Pavement Structure, 1993, AASHTO.
f. A Guide to the Structural Design of Road Pavements, 2004, Austroads.
2
1.6. Acuan Desain Penerangan Jalan Umum
a. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Umum Jalan Perkotaan No 12/BNKT/ 1991, 1991,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
b. Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan, SNI 7391-2008.
1.7. Acuan Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
a. Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas.
b. Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan.
c. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 49 Tahun 2014,
tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
d. Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No SK 7234/AJ.401/DJRD/2013
tentang Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan, Direktorat Bina Sistem Transportasi
Perkotaan, Dept. Perhubungan.
e. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan No. 01/P/BNKT/1991,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
f. Keputusan Direksi PT. Jasa Marga (Persero) No. 21/KPTS/2001 tentang Pedoman
Standar Perlengkapan Tol.
g. Roadway Lighting Design Guide, 2005, AASHTO.
3
2. Substansi Kriteria Desain
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain dalam rangka penyusunan RTA oleh BUJT
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kriteria Desain harus memenuhi seluruh peraturan dan persyaratan teknis jalan tol
berdasarkan referensi Standar Acuan yang telah disebutkan pada Butir 1 (satu)
sebelumnya.
2. Kriteria desain termasuk namun tidak terbatas terdiri dari:
a. Kriteria Desain Geometrik Jalan
b. Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan
c. Kriteria Desain Struktur dan Jembatan
d. Kriteria Desain Geoteknik
e. Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase
f. Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum
g. Kriteria Desain Rambu, Marka dan Lampu Isyarat Lalu Lintas
h. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol
i. Kriteria Desain Lansekap Tol
j. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan
Penjelasan terkait Kriteria Desain dijelaskan lebih detail pada sub-bagian berikut.
3. Semua Kriteria Desain di atas harus disusun dan disampaikan kepada Kepala BPJT cq
Kepala Bidang Teknik BPJT dan harus disetujui oleh BPJT melalui pembahasan
bersama dengan BPJT dalam jangka waktu yang telah ditentukan setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) ke Konsultan Perencana
diterbitkan.
4. Catatan : hal-hal yang belum tercantum didalam kriteria desain agar mengikuti
standar yang berlaku secara nasional maupun internasional sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditentukan.
4
Kedalaman Ruang Bebas;
Lebar Rumija / ROW dan Lebar Ruwasja)
3) Jarak Pandang Henti;
4) Alinyemen Horizontal, meliputi :
Jari-jari Tikungan berdasarkan nilai Superelevasi Maksimum;
Jari-jari Tikungan dengan Kemiringan Normal;
Panjang Tikungan;
Superelevasi Maksimum;
Panjang Lengkung Peralihan;
Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung Peralihan;
Kemiringan Permukaan Relatif.
5) Alinyemen Vertikal, meliputi :
Kelandaian Minimum;
Kelandaian Maksimum;
Jari-jari Lengkung Vertikal;
Panjang Lengkung Vertikal.
Parameter-parameter teknis tersebut dapat dilihat pada Butir 3.1, Tabel 1 hingga
Tabel 2.
e. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Geometrik Jalan pada Simpang Susun
(Interchange) untuk Ramp Terminal meliputi :
1) jari-jari tikungan minimum;
2) jari-jari lengkung vertikal minimum standar;
3) landai maksimum;
4) landai minimum;
5) jalur perlambatan;
6) jalur percepatan
Parameter-parameter teknis tersebut dapat dilihat pada pada Butir 3.1, Tabel 3 hingga
Tabel 4..
f. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Geometrik Jalan pada Jalan Non Tol,
dengan merujuk pada Standar Acuan pada Butir 1.1 poin (f), sekurang-kurangnya
tersusun atas:
1) Fungsi Jalan;
2) LHR, Tipe Jalan;
3) Kecepatan Rencana;
4) Potongan Melintang, meliputi :
Rumaja;
Rumija;
Ruwasja;
Lebar Badan Jalan;
Lebar Lajur;
Lebar Bahu;
Lebar Median;
Lebar Pemisah Lajur;
Lebar Saluran Tepi;
Lebar Ambang Pengaman;
Kemiringan Lajur;
Kemiringan Bahu.
5) Potongan Memanjang, meliputi :
Jarak Antar Jalan Masuk;
Jarak antar Simpang Sebidang;
Superelevasi Maksimum dan Kelandaian.
Parameter-parameter teknis tersebut dapat dilihat pada pada Butir 3.1, Tabel 5.
5
2.2. Substansi Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan harus menyediakan Kriteria
Desain untuk Struktur Perkerasan Jalan Lentur dan Struktur Perkerasan Jalan Kaku.
b. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Struktur Perkerasan Jalan Lentur,
dengan merujuk Standar Acuan pada Butir 1.2 poin (c), sekurang-kurangnya tersusun
atas :
1) Karakteristik Lalu Lintas, meliputi
LHR;
Umur Rencana;
Pertumbuhan Lalu Lintas;
Angka Ekivalen Beban Gandar Sumbu Kendaraan;
Koefisien Distribusi Kendaraan berupa Faktor Distribusi Lajur dan Faktor
Distribusi Arah, Reliabilitas, dan Daya Layan.
2) Koefisien Drainase, meliputi :
Variabel Mutu Drainase;
Koefisien Drainase.
3) Indeks Permukaan, meliputi :
Indeks Permukaan Akhir;
Indeks Permukaan Awal.
4) Modulus Resilien Tanah Dasar
5) Koefisien Kekuatan Relatif Lapisan, meliputi :
Lapis Permukaan Beton Aspal;
Lapis Pondasi Granular;
Lapis Pondasi Bawah Granular;
Lapis Pondasi Bersemen;
Lapis Pondasi Beraspal.
6) Tebal Lapis Minimum
7) Indeks Tebal Perkerasan (ITP) atau Structural Number (SN).
c. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Struktur Perkerasan Jalan Kaku, dengan
merujuk Standar Acuan pada Butir 1.2 poin (d), sekurang-kurangnya tersusun atas:
1) Daya Dukung Tanah;
2) Jenis Sambungan;
3) Bahu;
4) Jenis dan Tebal Lapis Pondasi Bawah;
5) CBR Efektif;
6) Kuat Tarik Lentur / Kuat Tarik Beton;
7) Faktor Keamanan Beban;
8) Taksiran Tebal Pelat Beton;
9) Tegangan Ekivalen (TE) dan Faktor Erosi (FE);
10) Faktor Rasio Tegangan (FRT);
11) Beban per Roda;
12) Jumlah Repetasi Ijin untuk Fatik;
13) Jumlah Repetasi Ijin untuk Erosi.
d. Untuk Perencanaan struktur perkerasan, selain menggunakan Perencanaan struktur
perkerasan lentur dan perencanaan struktur perkerasan kaku seperti dijelaskan di atas,
perencanaan dapat juga menggunakan salah satu metoda yang merujuk pada Butir 1.2
poin (b) yaitu berdasarkan Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017).
6
2.3. Substansi Kriteria Desain Struktur dan Jembatan
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Struktur dan Jembatan diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Struktur dan Jembatan harus menyediakan persyaratan-
persyaratan dalam perencanaan Struktur dan Jembatan, meliputi Persyaratan Umur
Rencana, Persyaratan Umum, Persyaratan Material Struktur, Persyaratan
Durabilitas Struktur, serta Persyaratan Pemeliharaan dan Akses Inspeksi.
b. Dari aspek desain, perencanaan jembatan harus memenuhi standar yang berlaku di
Indonesia atau standar Internasional yang umum digunakan pada perencanaan
jembatan. Perencanaan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut :
Kekuatan dan Stabilisasi Struktur; Kelayanan (Kenyamanan); Kemudahan Pelaksanaan
dan Pemeliharaan; Ekonomis; Pertimbangan Aspek Lingkungan, Sosial dan Aspek
Keselamatan Jalan; dan Keawetan Jangka Panjang.
c. Persyaratan Umur Rencana dalam Kriteria Desain Struktur dan Jembatan, sekurang-
kurangnya memuat Umur Rencana Jembatan berdasarkan Standar Acuan pada Butir
1.3 poin (a), serta Umur Rencana Elemen-elemen Jembatan (meliputi Bantalan
Jembatan, Sendi Pergerakan, Lapis Permukaan Jalan, Lapis Material Struktur dan
Kelengkapan Jembatan).
d. Persyaratan Umum dalam Kriteria Desain Struktur dan Jembatan, sekurang-kurangnya
memuat Persyaratan Ruang Bebas Vertikal dibawah jembatan berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan No. 68 Tahun 2011, Persyaratan Beban-beban, meliputi Beban
Permanen (terdiri atas Beban Mati Sendiri, Beban Mati Tambahan, Beban akibat
Tekanan Tanah, dan Beban pada saat Pelaksanaan), Beban Lalu Lintas (terdiri atas
Beban Lajur ‘D’, Beban Truk ‘T’, Gaya Rem, Gaya Sentrifugal, Beban Pejalan Kaki,
Gaya akibat Tumbukan Kendaraan, dan Beban Fatik), dan Beban Aksi Lingkungan
(terdiri atas Penurunan, Temperatur, Susut dan Rangkak, Prategang, Beban Aliran Air,
Benda Hanyutan dan Tumbukan Batang Kayu, Beban Hidrostatis dan Gaya Apung,
Beban Angin, Beban Gempa, Beban Gesekan Perletakan dan Getaran), serta
Kombinasi Beban berdasarkan Standar Acuan pada Butir 1.3 poin (a). Termasuk
didalamnya persyaratan beban gempa jembatan berdasarkan Standar Acuan pada Butir
1.3 poin (d).
e. Persyaratan Durabilitas Struktur dalam Kriteria Desain Struktur dan Jembatan, harus
memenuhi persyaratan dalam Standar Acuan pada Butir 1.3 poin (b) dan poin (c).
f. Persyaratan Pemeliharaan dan Akses Inspeksi, sekurang-kurangnya memuat Akses ke
Lokasi Inspeksi Jembatan, meliputi Akses Pemeliharaan Kabel Eksternal, Akses
Perbaikan Bearing Pad, Akses Pemeliharaan Pipa Drainase hingga ke Buangan Akhir,
Akses Pemeliharaan Lampu, serta Akses Pemeliharaan Expantion Joint.
7
e. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Geoteknik tersebut dapat dilihat
pada Butir 3.2.
8
2.7. Substansi Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas harus
menetapkan persyaratan-persyaratan dalam perencanaan, meliputi Persyaratan Rambu,
Persyaratan Marka dan Persyaratan Alat Pemberi Isyarat.
b. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Rambu, dengan merujuk Standar Acuan
pada Butir 1.6 poin (a), sekurang-kurangnya tersusun atas Spesifikasi Teknis
(meliputi Bentuk, Lambang, Warna dan Jenis) dan Spesifikasi Penyelenggaraan
(meliputi Posisi, Jarak, Tinggi dan Ukuran), yang direncanakan sesuai dengan
fungsinya (meliputi Rambu Peringatan, Larangan, Perintah, Petunjuk dan/atau
Peringatan Sementara).
c. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Marka, dengan merujuk Standar Acuan
pada Butir 1.6 poin (b), sekurang-kurangnya tersusun atas Spesifikasi Teknis
(meliputi Fungsi dan Karakteristik) dan Spesifikasi Penyelenggaraan (meliputi
Dimensi dan Posisi Penempatan), baik untuk Marka berupa Peralatan (meliputi Paku
Jalan, Alat Pengarah Lalu Lintas dan Pembagi Lajur Lalu Lintas) maupun Marka
berupa Tanda (meliputi Marka Membujur, Marka Melintang, Marka Serong dan Marka
Lambang).
d. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
dengan merujuk Standar Acuan pada Butir 1.6 poin (c), sekurang-kurangnya tersusun
atas Jenis, Karakterisik, Ukuran dan Daya serta Posisi Penempatan.
e. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas tersebut dapat dilihat pada Butir 3.5.
9
c. Kriteria Tata Tanaman diatas harus disesuaikan dengan Segmentasi Ruas, meliputi
daerah Jalan Utama, Simpang Susun, Median, Tempat Istirahat dan/atau Gerbang Tol.
d. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Lansekap Tol tersebut dapat dilihat
pada Butir 3.7.
10
3.1. Kriteria Desain Geometrik Jalan
Tabel 1. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Perkotaan (Urban)
No Parameter Geometrik Satuan Nilai
1 Kemiringan Medan % < 10,0 10,0-25,0 > 25,0
2 Klasifikasi Medan Jalan - Datar Bukit Gunung
3 Kecepatan Rencana (minimal) km/jam 100 80 60
4 Potongan Melintang
a. Lebar Lajur Lalu Lintas (minimal) m 3,5 3,5 3,5
b. Lebar Bahu Luar (minimal) m 3,0 2,0 2,0
c. Lebar Bahu Dalam (minimal) m 1,0 0,5 0,5
d. Lebar Median (minimal) m 3,0 3,0 3,0
e. Kemiringan Melintang Normal Lajur Lalu % 2,0 2,0 2,0
Lintas
f. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar % 4,0 4,0 4,0
g. Lebar Ruang Bebas (minimal) m 22,0 22,0 22,0
h. Tinggi Ruang Bebas Vertikal (minimal) m 5,0 5,0 5,0
i. Kedalaman Ruang Bebas (minimal) m 1,5 1,5 1,5
j. Lebar Rumija / ROW (minimal) m 30,0 30,0 30,0
k. Lebar Ruwasja (minimal, dari as jalan) m 40,0 40,0 40,0
5 Jarak Pandang Henti (minimal) m 165 110 75
6 Alinyemen Horizontal
a. Jari-jari Tikungan (minimal) m 700 400 200
b. Jari-jari Tikungan dengan Kemiringan m 5000 3500 2000
Normal (minimal), dengan i=2,0%
c. Panjang Tikungan (minimal) m 170 140 100
d. Superelevasi (maksimal), menggunakan % 8 8 8
nilai Maksimum untuk jalan tol antarkota
dengan curah hujan tinggi
e. Panjang Lengkung Peralihan (minimal) m 85 70 50
f. Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung m 1500 1000 600
Peralihan (minimal)
g. Kemiringan Permukaan Relatif - 1/225 1/200 1/175
(maksimal)
7 Alinyemen Vertikal
a. Kelandaian Minimum % 0,5 0,5 0,5
b. Kelandaian Maksimum % 3,0 4,0 5,0
c. Jari-jari Lengkung Vertikal
Cembung m 10.000 4.500 2.000
Cekung m 4.500 3.000 2.000
d. Panjang Lengkung Vertikal (minimal) m 85 70 50
11
Tabel 2. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Antar Kota (Interurban)
No Parameter Geometrik Satuan Nilai
1 Kemiringan Medan % < 10,0 10,0-25,0 > 25,0
2 Klasifikasi Medan Jalan - Datar Bukit Gunung
3 Kecepatan Rencana km/jam 120 100 80
4 Potongan Melintang
a. Lebar Lajur Lalu Lintas m 3,60 3,60 3,60
b. Lebar Bahu Luar m 3,0 3,0 3,0
c. Lebar Bahu Dalam m 1,5 1,5 1,0
d. Lebar Median (termasuk bahu dalam) m 3,8 3,8 3,8
e. Kemiringan Melintang Normal Lajur Lalu % 2,0 2,0 2,0
Lintas
f. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar % 4,0 4,0 4,0
g. Lebar Ruang Bebas (minimal) m 30,0 30,0 30,0
h. Tinggi Ruang Bebas Vertikal (minimal) m 5,0 5,0 5,0
i. Kedalaman Ruang Bebas (minimal) m 1,5 1,5 1,5
j. Lebar Rumija / ROW (minimal) m 40,0 40,0 40,0
k. Lebar Ruwasja (minimal, dari as jalan) m 75,0 75,0 75,0
5 Jarak Pandang Henti (minimal) m 250 185 130
6 Alinyemen Horizontal
a. Jari-jari Tikungan (minimal) m 660 700 400
b. Jari-jari Tikungan dengan Kemiringan m 7500 5000 3500
Normal (minimal)
c. Panjang Tikungan (minimal) m 200 170 140
d. Superelevasi (maksimal), menggunakan % 8 8 8
nilai Maksimum untuk jalan tol antarkota
dengan curah hujan tinggi
e. Panjang Lengkung Peralihan (minimal) m 100 85 70
f. Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung m 2100 1500 1000
Peralihan (minimal)
g. Kemiringan Permukaan Relatif - 1/265 1/225 1/200
(maksimal)
7 Alinyemen Vertikal
a. Kelandaian Minimum % 0,5 0,3 0,3
b. Kelandaian Maksimum % 2,0 3,0 4,0
c. Jari-jari Lengkung Vertikal
Cembung m 17.000 10.000 4.500
Cekung m 6000 4.500 3.000
d. Panjang Lengkung Vertikal (minimal) m 100 85 70
12
Tabel 3. Kriteria Desain Geometrik Ramp Simpang Susun
No Parameter Geometrik Satuan
Nilai
1 Kecepatan Rencana km/jam 40
2 Potongan Melintang
a. Lebar Lajur m 4,00
b. Lebar Bahu Luar m 3,00
c. Lebar Bahu Dalam m 1,00
d. Lebar Marka Pemisah Jalur/Median m 0,80
e. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas Normal % 2,00
f. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar (bahu luar % 2,00
berupa Rigid Pavement)
g. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar (bahu luar % 4,00
berupa Flexible Pavement)
h. Superelevasi Maksimum % 8,00
i. Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum m 5,00
j. Kebebasan Samping pada Terowongan/Jembatan m 0,50
3 Jarak Pandang Henti m 40
4 Alinyemen Horizontal
a. Jari-jari Tikungan Minimum m 50
b. Jari-jari Tikungan Minimum untuk Bagian Jalan dengan m 800
Kemiringan Normal
c. Jari-jari Tikungan Minimum tanpa Lengkung Peralihan m 250
d. Panjang Minimum Bagian Peralihan m 35
e. Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum m 1/125
5 Alinyemen Vertikal
a. Landai Maksimum % 5,00
b. Landai Minimum % 0,30
c. Jari-jari Lengkung Vertikal
Cembung m 700
Cekung m 700
d. Panjang Lengkung Vertikal m 35
13
Tabel 5. Kriteria Desain Jalan Non Tol
JALAN KECIL
Untuk
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA
JALAN RAYA JALAN SEDANG Kendaraan
JALAN Bermotor
Beroda 3 atau
lebih
Medan Datar ≤ 110.000 ≤ 82.000 ≤ 61.000 ≤ 22.000 ≤ 17.000
LHRT
Medan Bukit ≤ 106.600 ≤ 79.900 ≤ 59.800 ≤ 21.500 ≤ 16.300
(SMP/Hari)
Medan Gunung ≤ 103.400 ≤ 77.700 ≤ 58.100 ≤ 20.800 ≤ 15.800
Arteri (Kelas I, II, III, Khusus) Lokal,
Fungsi Jalan (Penggunaan Jalan) Kolektor (Kelas Kelas I, II, III) Lingkungan
Lokal (Kelas II, III) (Kelas III)
Tipe Jalan Paling Kecil 4/2 - T 2/2 - TT
Medan Datar 60 - 120 60 - 80 30 - 60
Kecepatan Rencana, VR
Medan Bukit 50 - 100 50 - 80 25 - 50
(km/jam)
Medan Gunung 40 - 80 30 - 80 20 - 40
Lebar 38,00 31,00 24,00 13,00 8,50
RUMAJA
Tinggi, m 5,00 5,00 5,00
paling kecil
Dalam, m 1,50 1,50 1,50
RUMIJA lebar paling kecil, m 25,00 15,00 11,00
Arteri 15 15 -
Kolektor 10 10 -
RUWASJA
lebar paling kecil, m Lokal 7 7 7
Jalan 5 5
-
Lingkungan
Arteri 18,00 11,00 11,00
Kolektor 18,00 9,00 9,00
Lokal - - 7,50
Badan Jalan
lebar paling kecil, m Lingkungan - - 6,5
Lingkungam - 3,50
untuk roda -
dua
VR < 80 2 x 3,50 2 x 2,75
Lebar Lajur Lalu 2 x (4 x 3,50) 2 x (3 x 3,50) 2 x (2 x 3,50)
km/jam
Melintang
Lintas,
Potongan
m VR ≥ 80 - -
2 x (4 x 3,60) 2 x (3 x 3,60) 2 x (2 x 3,60)
km/jam
Medan Datar Bahu luar 2,00, bahu dalam 0,50 1,00 1,00
Lebar Bahu Jalan Medan Bukit Bahu luar 1,50, bahu dalam 0,50 1,00 1,00
Paling kecil, m Medan 0,50 0,50
Bahu luar 1,00, bahu dalam 0,50
Gunung
Lebar Median Direndahkan 9,00
paling kecil, m (lebar 1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk kecepatan
median termasuk lebar rencana < 60 km/jam dan menjadi 1,80; jika
bahu dalam, lebar marka median dipakai lapak penyeberang. Konfigurasi
garis tepi termasuk bahu lebar bahu dalam + bangunan pemisah setinggi
dalam) kereb + bahu dalam: 0,50+0,50+0,50 dan
Ditinggikan 0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak penyeberangan Tanpa Median Tanpa Median
2,00; ditinggikan 1,10 m berupa penghalang
beton, untuk kecepatan rencana ≥ 60 km/jam.
Konfigurasi lebar bahu dalam + bangunan
pemisah setinggi kereb + bahu dalam: 0,75 + 0,50
+ 0,75.
Dengan 2,00
Rambu
Lebar Pemisah Lajur Tanpa Jalur Tanpa Jalur
Tanpa
(minimal), m 1,00 Pemisah Pemisah
Rambu
Untuk Jalan
14
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA JALAN SEDANG JALAN KECIL
JALAN Sepeda
Motor
Lebar Trotoar 1,00 1,00 1,00
Lebar Saluran tepi (minimal), m 1,00 1,00 1,00
Lebar Ambang Pengaman (minimal), m 1,00 1,00 1,00
Kemiringan Normal Perkerasan Jalan 3 3
3
(%)
Kemiringan Bahu Jalan (maks), % 6 6 6
Pada jalan arteri paling sedikit 1 km, dan pada jalan kolektor paling
sedikit 0,50 km.
Pada jalan lama, untuk mengatasi jalan masuk yang banyak dapat
Jarak antar Jalan Masuk (km)
dibuat jalur samping untuk menampung semua jalan masuk dan
membatasi bukaan sebagai jalan masuk kr jalur utama sesuai jarak
Potongan Meanjang
terdekat di atas.
Jarak antar Simpang Sebidang paling Pada jalan arteri jarak antara persimpangan sebidang paling kecil
dekat (m) 3,00 km dan pada jalan kolektor 0,50 km.
Superelevasi (%) 8 8
Alinyemen 6 6
5
Datar
Kelandaian paling besar Alinyemen 7 8
6
(%) Bukit
Alinyemen 10 12
10
Gunug
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
8 – 15 Stiff 30 – 50 Dense
>30 Hard
Unconfined Compresion
Konsitensi Nilai NSPT Test Strenght qall (kn/m2)
Very soft <2 <25
Soft 2–4 25 – 40
Medium 4–8 50 – 100
Stiff (firm) 8 – 15 100 – 200
Very stiff 15 – 30 200 – 400
Hard >30 >400
15
Gambar 1. Klasifikasi Tanah berdasarkan Data Sondir
SPESIFIKASI PONDASI
1. Pondasi Dalam
Pondasi dalam dapat berupa tiang bor ataupun tiang pancang dimana kapasitas daya dukung
dimobilisir oleh tahanan friksi dan/atau tahanan ujung pondasi. Selain itu pondasi dalam juga
dapat digunakan sebagai penahan gaya lateral seperti secant pile dan contiguous pile dengan
memanfaatkan kapasitas lentur.
Tebal minimum selimut beton untuk seluruh tipe pondasi dalam adalah 75 mm.
a. Tiang Bor
Metoda perhitungan yang digunakan adalah formula dari Reese and Wright
Faktor keamanan : selimut = 1.5~2; ujung =2.5~3
Mutu beton K-250, slump 16-18 cm
Mutu baja fy=400 MPa
Jarak antar tiang 3D (center-center)
Metoda pemboran adalah dry boring/wet boring (kondisional)
Defleksi lateral max ¼”
Daya dukung tiang tarik = (0.4~0.7) x qallowable
b. Tiang Pancang
Metoda perhitungan yang digunakan adalah formula dari Mcoyle
Faktor keamanan : selimut = 2.5 - 3; ujung =2.5
Jarak antar tiang 3D (center-center)
Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan (digunakan diameter 60cm)
Defleksi lateral max ¼’’
Daya dukung tiang tarik = (0.4~0.7) x qallowable
16
Pada pondasi tiang, tahanan friksi tarik adalah 0.75 dari tahanan friksi tekan. Sedangkan
faktor reduksi tidak diperlukan pada pondasi bore pile. Pondasi dalam harus
direncanakan mampu menahan gaya lateral akibat beban kerja dengan defleksi lebih kecil
dari defleksi ijin struktur. Sebagai batasan, defleksi lateral ijin pondasi dalam dapat
dilihat dalam Tabel selanjutnya.
2. Pondasi Dangkal
a. Pondasi dangkal dapat digunakan pada lokasi dengan daya dukung tanah yang cukup.
Jika terdapat potensi masalah penurunan, penggunaan pondasi dangkal tidak disarankan.
b. Angka keamanan pada penentuan kapasitas daya dukung ijin pondasi adalah:
(a) Saat menerima beban mati saja (DL) SF = 3.0
(b) Saat menerima beban mati + beban hidup (DL + LL) SF = 2.5
c. Penurunan maksimum yang diijinkan pada pondasi dangkal dapat dilihat dalam Tabel
berikut.
d. NSPT pada dasar pondasi > 40
e. Faktor keamanan geser > 1.5
f. Faktor keamanan guling > 2.0
17
SPESIFIKASI PENGUATAN TEBING
Berdasarkan No. 11/S/BNKT/1991 Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan
Kota
1. Spesifikasi
Lereng yang baik, alami, dan stabil pada galian atau timbunan konstruksi jalan sangat
diperlukan didalam perencanaan jalan di perkotaan. Lereng galian atau timbunan dibuat
selandai mungkin dan pada daerah peralihan antara lereng dengan bagian datar dibuat
berbentuk lengkung.
Kelandaian dari lereng galian dan timbunan dipengaruhi oleh jenis materialnya yang
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Material Tanah
Jenis tanah sangat mempengaruhi kelandaian dan stabilitas lereng galian dan timbunan.
Komposisi tanah yang didominasi oleh lempung (clay) dan lanau (silt) umumnya rawan
terjadi erosi, untuk itu disarankan perencanaan lerengnya lebih landai dari 3:1.
Tabel berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman perencanaan lereng, dimana angka yang
tercantum adalah persyaratan maksimal.
b. Material Batu
Perencanaan lereng batuan sangat beragam yang dipengaruhi oleh teknologi yang
digunakan untuk penggaiian dan kekerasan batuannya dalam hal ini umumya dipakai
kelandaian 1 : 2.
Apabila pelaksanaan digunakan metode seperti “pre splitting”, maka kelandaian lereng
bisa dibuat lebih terjal yaitu antara 1/6 : 1 sampai dengan 1/12 : 1, dengan catatan hanya
pada jenis batuan yang keras.
c. Material Pilihan
2. Kriteria
Pada material yang sejenis kelandaian lereng timbunan akan lebih rendah dari pada galiannya.
Bentuk peralihan lereng di kaki lereng pada material tanah dianjurkan untuk kelandaian lereng
4 : 1 sampai dengan 2 : 1.
Fungsi utama dari bentuk peralihan lengkung adalah untuk :
a. Memberikan keselamatan bagi para pengemudi yang lepas kontrol ke luar dari jalur lalu –
lintas.
b. Memberikan aliran air dan hembusan angin yang lebih baik sehingga akan menambah
kestabilan lereng.
18
Bentuk peralihan bulat berlaku juga pada ujung atas dari galian atau timbunan. Apabila
ketinggian timbunan atau galian tidak dapat memberikan jaminan keselamatan bagi
pengendara maka sisi jalan harus dipasang rel pengaman (guard rail). Kondisi timbunan atau
galian lebih besar 3.5 m atau konstruksi galian atau timbunan dibuat dari material yang labil,
maka lereng harus dibuat terasering.
19
2. Drainase / Hidrolika
Sistem drainase permukaan jalan terdiri dari saluran samping, gorong-gorong dan
saluran penangkap (interceptor ditch). Beberapa ketentuan-ketentuan dalam
perencanaan drainase atau hidrolika yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.
a. Sebelum merencanakan keseluruhan saluran tersebut, harus dipenuhi beberapa
ketentuan antara lain sebagai berikut Alinyemen vertikal jalan, tipe saluran yang
dipakai, kemiringan saluran yang diperbolehkan.
b. Periode ulang perencanaan saluran drainase, yaitu 10 tahun (saluran samping yang
masuk ke sungai), 25 tahun (saluran samping yang masuk ke gorong-gorong), 25
tahun (gorong-gorong), 50 tahun (sungai dengan debit < 200 m 3/detik) dan 100
tahun (sungai dengan debit ≥ 200 m3/detik).
c. Pada perencanaan saluran samping, dapat dihitung dengan formula aliran seragam
dengan rumus kontinyuitas yang dipengaruhi oleh 2 (dua) variabel, yaitu luas
penampang basah saluran dan kecepatan aliran. Kecepatan aliran harus
diperhitungkan dengan mempertimbangkan variabel koefisien Manning, jari-jari
hidrolis saluran dan kemiringan dasar saluran.
d. Pada perencanaan gorong-gorong, harus memperhatikan beberapa ketentuan
berikut:
Perencanaan gorong-gorong, baik itu dengan bentuk pipa tunggal dan/atau lebih
ataupun box culvert, dipertimbangkan mengenai topografi daerah aliran karena
akan menyangkut kedalam beberapa ketetapan, yaitu bentuk, dimensi, elevasi
dasar inlet dan outlet, panjang serta kemiringan gorong-gorong.
Perencanaan gorong-gorong diperhitungkan terhadap 3 (tiga) kondisi keadaan
aliran, yaitu aliran bebas (free flow), aliran transisi (transition flow) dan aliran
tekan (pressure flow).
Ditempatkan melintang pada jalan yang berfungsi untuk menampung air dari
selokan samping jalan dan membuangnya.
Harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah
pengaliran secara efisien.
Harus dibuat dengan tipe permanen, dan bagian gorong-gorong secara umum
terdiri dari 4 (empat) bagian konstruksi utama yaitu:
o Pipa kanal air utama, yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian udik
ke bagian hilir
o Tembok kepala yang menopang ujung lereng jalan, tembok penahan yang
dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu jalan dan
kemiringan jalan
o Apron (lantai dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya
erosi dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat Lumpur, bentuk gorong-
gorong tergantung pada tempat dan tingginya timbunan serta besarnya debit
yang dialirkan
o Bak penampung diperlukan pada kondisi pertemuan antara gorong-gorong
dengan saluran tepi atau pertemuan lebih dari dua aliran
Kemiringan gorong-gorong dibuat agar aliran air didalam gorong-gorong
berfungsi dengan sempurna dan tidak menimbulkan erosi maupun sedimentasi,
untuk keperluan tersebut kemiringan gorong-gorong dibuat antara 0.5 % - 2 %.
Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 m, untuk di daerah
pegunungan, atau daerah bergelombang bisa dua atau tiga kali lebih panjang,
atau disesuaikan dengan lokasi alur drainase eksisting yang ada.
Dimensi gorong-gorong (untuk tipe gorong-gorong bulat) diameter minimum
150 cm dan untuk type gorong-gorong persegi, tinggi (h) minimum 150 cm.
Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan tergantung
pada tipe gorong-gorong, apakah itu tipe pipa tunggal dan lebih ataupun tipe
persegi (box culvert).
20
Daerah Timbunan
o Saluran samping pada daerah timbunan mempunyai fungsi menjaga muka
air tanah pada badan jalan
o Type dari saluran samping disesuaikan dengan fungsi diatas, dengan
penambahan bangunan saluran pengaman timbunan tinggi
Daerah Galian
o Saluran samping pada daerah galian mempunyai fungsi menjaga interupsi
muka air tanah dari daerah galian dan badan jalan
o Type dari saluran samping disesuaikan dengan fungsi diatas dengan
penambahan bangunan sub drain apabila perlu.
3. Kuat penerangan pada ruas jalan tol, diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada
Tabel 11 berikut.
21
Tabel 11. Kriteria Desain Kuat Lampu Penerangan Jalan Tol
No Parameter Satuan Nilai Catatan
Jalan Utama 22, 15, 11 Komersil,
Klasifikasi
1 Jalan Akses Lux 13, 10, 6 Menengah dan
Jalan
Pemukiman
Lalu Lintas Kend.,
Rendah: 5, 2 ,9 Keselamatan
Daerah Terbuka Sedang: 11, 6, 22 Pejalan Kaki, dan
Tinggi: 22, 10, 43 Keamanan Pejalan
Kaki
Kuat Rendah: 54, 54
2 Lux Siang Hari, Malam
Penerangan Daerah Tertutup Sedang: 110, 54
Hari
Tinggi: 540, 54
Rendah: 100
Daerah Rambu
Sedang: 200 -
Lalu Lintas
Tinggi: 400
3.5. Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
1. Rambu
a. Rambu direncanakan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai peringatan, larangan,
perintah, petunjuk dan/atau rambu peringatan sementara bagi pengguna jalan.
b. Rambu minimal tersusun atas komponen daun rambu (konvensional yang bersifat
retro reflektif dan/atau elektronik), dan dapat dilengkapi dengan tiang rambu dan
papan tambahan.
c. Ketentuan-ketentuan terkait perencanaan rambu yang harus diperhatikan, meliputi
spesifikasi teknis, berupa bentuk, lambang, warna, ukuran dan jenis (daun rambu,
huruf, angka dan simbol), serta spesifikasi penyelenggaraan, berupa posisi, jarak,
tinggi dan ukuran. Ketentuan terkait spesifikasi penyelenggaraan perencanaan
rambu diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
22
No Parameter Nilai
papan tambahan bagian bawah
Ukuran kecil, dengan VR maksimum 30 km/jam
Ukuran sedang, dengan VR maksimum 60 km/jam
Ukuran
Ukuran besar, dengan VR maksimum 80 km/jam
Ukuran sangat besar, dengan VR lebih dari 80 km/jam
Satu tiang hanya dapat dipasang maks. dua buah daun
rambu
Tiang Apabila tidak tersedianya ruan untuk pemasangan tiang
2 Posisi
Rambu rambu, rambu dapat dipasang pada tembok, kaki
jembatam bagian jembatan layang, tiang bangunan
utilitas dan pohon
Ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau bagian
Posisi
jalan yang berbahaya
Rambu Minimum 50 m untuk VR kurang dari 60 km/jam
3
Peringatan Minimum 80 m untuk VR 60 – 80 km/jam
Jarak
Minimum 100 m untuk VR 80 – 100 km/jam
Minimum 180 m untuk VR lebih dari 100 km/jam
Ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya
Rambu Posisi
4 larangan
Larangan
Jarak Diesuaikan
Sedekat mungkin pada awal/akhir perintah
Rambu Posisi Ditempatkan di sisi jalan pada bagian jalan yang wajib
5
Perintah dilewati
Jarak Disesuaikan
Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai
daya guna sebesar-besarnya dengan memperhatikan
keadaan jalan dan kondisi lalu lalu lintas
Posisi
Ditempatkan pada sisi jalan, pemisah jalan atau diatas
ruang manfaat jalan sebelum daerah, kawasan, rute atau
lokasi yang ditunjuk
Rambu pendahulu petunjuk jurusan pada persimpangan
di depan, rambu pendahulu petunjuk jurusan yang
menunjukkan jurusan yang dituju, rambu pendahulu
petunjuk jurusan yang menunjukkan jalur atau lajur
sebelah kiri untuk mencapai jurusan yang dituju, rambu
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan jalur
6
Petunjuk atau lajur sebelah kanan untuk mencapai jurusan yang
dituju, dan rambu pendahulu petunjuk jurusan yang
menunjukkan jarak jurusan yang dituju, ditempatkan
Jarak
sedekat mungkin pada daerah, kawasan, rute, atau lokasi
yang ditunjuk dengan jarak maksimum 50 (lima puluh)
meter
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan
jalur atau lajur untuk mencapai jurusan yang dituju pada
pintu keluar jalan tol ditempatkan dengan jarak paling
dekat 500 (lima ratus) meter dari lokasi yang ditunjuk,
dan dapt ditempatkan ulang dengan jarak minimum 250
(dua ratus lima puluh) meter.
Ditempatkan pada bagian jalan sebelum, tepat, dan
sesudah lokasi bagian jalan rusak, keadaan tertenut dan
kegiatan tertentu
Rambu
Posisi Penempatan rambu sebelum lokasi digunakan rambu
7 Peringatan
peringatan, pada saat di lokasi digunakan rambu
Sementara
perintah dan/atau larangan, sedangkan pada setelah
lokasi digunakan rambu perintah dan/atau larangan
Jarak Disesuaikan
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas
23
2. Marka
a. Marka direncanakan sesuai dengan fungsinya, yang dapat direncanakan dalam
bentuk peralatan dan/atau tanda.
b. Ketentuan-ketentuan terkait perencanaan marka yang harus diperhatikan, diatur
dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel berikut.
24
Tabel 13. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Peralatan
Jenis Marka Fungsi Karakteristik Posisi Penempatan Nilai Lainnya
Paku Jalan Digunakan sebagai Terbuat dari plastik, kaca, baja Batas tepi jalur lalu lintas Ketebalan maks. 20 mm Spesifikasi teknis paku jalan
reflektor, yang tahan karat dan/atau aluminium Marka membujur berupa diatas permukaan jalan dapat dilihat pada Lampiran
digunakan khususnya campur garis putus-putus sebagai Bentuk bujur sangkar, Gambar 1 Peraturan
pada keadaan gelap Dilengkapi dengan pemantul tanda peringatan memiliki ukuran sisi dengan Menteri Perhubungan No.
cahaya (pemantul warna putih, Sumbu jalan sebagai panjang 0,10 m (VR < 60 34 Tahun 2014 tentang
kuning dan/atau merah sesuai pemisah jalur km/jam) dan 0,15 m (VR > Marka Jalan
dengan fungsinya masing- Marka membujur berupa 60 km/jam)
masing) garis utuh sebagai pemisah Bentuk persegi panjang,
Berbentuk bujur sangkar, lajur bus memiliki ukuran panjang
persegi panjang dan/atau bundar Marka serong berupa 0,20 m dan lebar minimum
chevron 0,10 m
Pulau lalu lintas Bentuk bundar, memiliki
ukuran diameter minimun
0,10 m
Alat Pengarah Digunakan untuk Terbuat dari bahan plastik Ditempatkan sebagai Tinggi min. 75 cm Spesifikasi teknis alat
Lalu Lintas mengatur/mengarah- dan/atau karet pelengkap atau pengganti Lebar alas min. 50 cm pengarah lalu lintas dapat
kan distribusi arus Memiliki warna dasar oranye dari marka jalan yang Berat min 3,5 kg dilihat pada Lampiran
kendaraan di jalan yang dilengkapi pemantul dinyatakan dengan garis- Gambar 2 Peraturan
cahaya berwarna putih garis pada permukaan jalan Menteri Perhubungan No.
Secara umum berbentuk kerucut 34 Tahun 2014 tentang
(cone) lalu lintas Marka Jalan
Pembagi Lajur Digunakan untuk Terbuat dari bahan plastik, dan Ditempatkan sebagai Panjang min. 120 cm Spesifikasi teknis pembagi
Lalu Lintas mengatur lalu lintas bahan lainnya yang diisi dengan pelengkap atau pengganti Lebar atas min. 10 cm lajur lalu lintas dapat dilihat
dengan jangka waktu air, dan/atau bahan beton dari marka jalan yang Lebar alas min. 50 cm pada Lampiran Gambar 3
sementara dan Tidak ada syarat warna, namun dinyatakan dengan garis- Tinggi min. 80 cm Peraturan Menteri
membantu untuk harus tetap dilengkapi dengan garis pada permukaan jalan Berat min. 15 kg Perhubungan No. 34 Tahun
melindungi pejalan pemantul cahaya berwarna putih 2014 tentang Marka Jalan
kaki dan pekerja dari
daerah yang
berpotensi tinggi akan
menimbulakan
kecelakaan
25
Tabel 14. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Tanda
Jenis Marka Sub-Jenis Marka Posisi Penempatan Nilai Lainnya
Bagian jalan yang mendekati persimpangan
sebagai pengganti garis putus-putus pemisah
jalur
Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
Lebar min. 10 cm (jalan non tol)
Garis Utuh pemisah jalur (median)
Lebar min. 15 cm (jalan tol)
Bagian tepi jalur lalu lintas yang berfungsi
sebagai tanda batas tepi jalur lalu lintas
Jalan yang jarak pandang -nya terbatas seperti di
tikungan dan/atau lereng bukit Spesifikasi teknis marka
membujur dapat dilihat pada
Panjang dengan ukuran yang sama sebesar 3 m Lampiran Gambar 4,
(untuk VR < 60 km/jam) dan sebesar 5 m Gambar 5, Gambar 6,
Marka Membujur (untuk VR > 60 km/jam) Gambar 7 dan Gambar 8
Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
Garis Putus-putus Lebar min. 10 cm Peraturan Menteri
pemisah jalur (median) Perhubungan No. 34 Tahun
Jarak antar marka sebesar 5 m (untuk VR < 60 2014 tentang Marka Jalan
km/jam) dan sebesar 8 m (untuk VR > 60
km/jam)
Garis Ganda yang Jarak antara dua marka membujur pada marka
Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
Terdiri dari Garis Utuh garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan
pemisah jalur (median)
dan Garis Putus-putus garis putus-putus min. 10 cm dan maks. 18 cm
Garis Ganda yang Jarak antara dua marka membujur berupa garis
Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
Terdiri dari Dua Garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh min. 10
pemisah jalur (median)
Utuh cm dan maks. 18 cm
Lebar min. 20 cm dan maks. 30 cm
Spesifikasi teknis marka
Garis Utuh Bagian persimpangan tertentu Apabila dilengkapi dengan marka lambang,
melintang dapat dilihat pada
maka jarak marka lam-bang dari garis
Lampiran Gambar 9 dan
melintang sebesar 1 – 2,5 m
Marka Melintang Gambar 10 Peraturan
Panjang min. 60 cm Menteri Perhubungan No.
34 Tahun 2014 tentang
Garis Putus-putus Bagian persimpangan tertentu Lebar min. 20 cm
Marka Jalan
Jarak antar marka min. 30 cm
Garis Utuh yang Bagian jalan yang mendekati pulau lalu lintas Lebar min. 10 cm (jalan non tol) Spesifikasi teknis marka
Marka Serong
Dibatasi dengan Lebar min 15 cm (jalan tol) serong dapat dilihat pada
26
Jenis Marka Sub-Jenis Marka Posisi Penempatan Nilai Lainnya
Rangka Garis Utuh Lampiran Gambar 11
Peraturan Menteri
Garis utuh yang Bagian jalan yang mendekati pulau lalu lintas Lebar min. 10 cm (jalan non tol) Perhubungan No. 34 Tahun
Dibatasi dengan Lebar min 15 cm (jalan tol) 2014 tentang Marka Jalan
Rangka Garis Putus-
putus
Panjang min. 5 m (untuk VR < 60 km/jam) dan
Panah Bagian jalan yang mendekati persimpangan
7,50 m (untuk VR > 60 km/jam)
Lajur yang secara khusus diperuntukkan bagi
Gambar lajur sepeda, sepeda motor, atau mobil bus dan Tinggi gambar min. sebesar 1 m Spesifikasi teknis marka
truk lambang dapat dilihat pada
Lampiran Gambar 12
Marka Lambang Bagian jalan pada persimpangan sebelum marka
Berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang Peraturan Menteri
Segitiga melintang berupa garis putus-putus yang tidak Perhubungan No. 34 Tahun
alas min. 1 m dan tinggi 3 kali lipat alas
dilengkapi dengan rambu larangan 2014 tentang Marka Jalan
Tinggi huruf min. 1,6 m (untuk VR < 60
Permukaan jalan yang digunakan untuk km/jam) dan 2,50 m (untuk VR > 60 km/jam)
Tulisan
mempertegas penggunaan ruang jalan
Lebar huruf min. 2,9 m
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan
27
3.6. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol
1. Kantor cabang harus memiliki luas area kantor cabang ±3000 m 2, dengan fasilitas-
fasilitas yang tersedia diantaranya, bangunan kantor cabang, rumah dinas, kantin,
masjid, bengkel, pos polisi, lapangan olahraga dan tempat parkir (berkapasitas minimal
25 kendaraan).
2. Ketentuan-ketentuan terkait perencanaan bangunan fasilitas dan perlengkapan tol yang
harus diperhatikan, diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel berikut.
Panjang Searah m 25
4 Pulau Tol
Minimum Bolak-balik m 33
Ketinggian Lantai cm 25
Lebar m 3,50
5 Ruang Bebas
Tinggi m 5,10
Panjang m 2,00
6 Gardu Tol Lebar m 1,25
Tinggi m 2,50
Pelataran Tol Barrier - 1:8
Kemiringan
7 Pelataran Tol Ramp - 1:5
Taper
Jalan Akses - 1:5
2
Tipe 1 Jumlah Gardu: 2 – 5 m ± 221
2
Tipe 2 Jumlah Gardu: 6 – 10 m ± 276
Kantor 2
8 Tipe 3 Jumlah Gardu: 11 – 15 m ± 319
Gerbang Tol
Tipe 4 Jumlah Gardu: 16 – 20 m2 ± 374
2
Tipe 5 Jumlah Gardu: 21 – 24 m ± 410
26
Semak : 30 – 100 cm
Perdu Rendah dan Sedang :1–2m
Perdu Tinggi :3m
Pohon Kecil :3–5m
Pohon Sedang : 5 – 10 m
Pohon Besar : > 10 m
3. Ukuran tanaman, berupa diameter tajuk tanaman, dengan ketentuan:
Pohon Kecil :3–5m
Pohon Sedang :5–7m
Pohon Besar :>7m
4. Bentuk tanaman, meliputi bulat, memayung, piramidal, oval dan/atau menyebar.
5. Kriteria tata tanaman diatas, harus disesuaikan dengan segmentasi ruas jalan tol, dengan
ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.
Tabel 17. Kriteria Desain Tata Tanaman pada Segmen Jalan Tol
Kecepatan Pola Tata Karakter
No Lokasi Fungsi Keterangan
Kendaraan Tanaman Lansekap
Detail Pentanaan Penanaman dalam
Gerbang Tol Lambat, Estetika
1. komposisi intensif pada bak tanaman dan
(Toll Gate) 0-15 km/jam visual
tanaman area khusus pot tanaman
Jarak tanam pohon,
Kombinasi
Pengarah, yaitu 10 m untuk
Linier, berbaris berbagai jenis
Jalan Utama Cepat, pembatas, pohon besar, 7 m
2. dan pohon/vegetasi,
(Main Road) > 60 km/jam buffer, untuk pohon
kelompok/massa terutama pohon
pembentuk sedang dan 5 m
lokal
untuk pohon kecil
Penahan
Kombinasi Jarak tanaman
Linier, berbaris silau,
berbagai semak rapat, agar dapat
Cepat, berkolompok peredam
3. Median hias, berbungan berfungsi sebagai
> 60 km/jam dalam bentuk kecelakaan,
atau berdaun pembatas, penahan
massa pembatas
indah silai kendaraan
jalur jalan
Detaik
Peneduh, Menciptakan
Tempat Lambat, komposisi Penanaman tanaan
estetika ruang luar dan
4. Istirahat 0-15 km/jam, berabagai jenis pohon, semak dan
visual, keindahan
(Rest Area) berhenti/istirahat dan dimensi groundcover
ekologis lingkungan
tanaman
Konservasi Penghijauan
Berkelompok Membentuk dan
dan lingkungan dan
Sedang, membetuk meciptakan
5. Interchange penghijauan pemanfaatan fungsi
40-60 km/jam massa, pengarah identitas
lingkungan, ekologis dan
jalur kawasan
line of sight estetika visual
27
Tabel 18. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan
Nilai
No Parameter Satuan
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
Sebelum Titik Rawan
km 7 – 10 11 – 15 16 -25
1 Jarak Kecelakaan
Setelah Gerbang Tol km 5–7 3–4 1–2
2
2 Luas Tempat Parkir m 100 300 500
Orang - < 45 46 – 70 > 71
Urinal Minimum unit 5 10 15 – 20
Toilet
3 Toilet Pria Minimum unit 2 3 5-7
Umum
Toilet Wanita Minimum unit 5 10 15 – 20
2
Luas Standar Minimum m 120 240 290 – 350
Tempat
unit > 20 > 30 > 50
Jumlah Duduk
Minimum Telepon
Ruang unit 1 2 3
4 Umum
Publik
Mushola m2 9 15 21
Luas Minimum 2
Taman m 500 1000 3000
Pengunjung orang < 100 101 – 150 > 151
5 Restoran Tempat Duduk Minimum unit 70 100 190
2
Luas Minimum m 400 500 900
Pengunjung orang < 100 101 – 150 > 151
6 Kios Tempat Duduk unit 30 40 80
2
Luas Minimum m 140 170 250
Jumlah Flowmeter unit 4 4 3
Ruan Pengisian Bahan Bakar m2 300 300 300
2
Kantor m 120 120 120
7 SPBU 2
Bengkel m - - 80
2
Lain-lain m 50 50 50
2
Luas Total m 460 460 550
28
e. Jarak penempatan bangunan tempat istirahat dan pelayanan minimal 12,50 (dua
belas koma lima puluh) meter dari tepi lajur lalu lintas.
f. Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses apa pun
dari luar Jalan Tol.
g. Lokasi tata letak dan rencana teknik tempat istirahat dan pelayanan ditentukan oleh
Badan berdasarkan ketentuan teknik yang ditetapkan oleh Pembina Jalan.
29