Anda di halaman 1dari 35

BUKU 2

PETUNJUK PELAKSANAAN
PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN

BADAN PENGATUR JALAN TOL


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2017
KATA PENGANTAR

Pelaksaanaan kegiatan Penyusunan RTA Jalan Tol secara umum harus melalui beberapa tahapan,
yaitu meliputi tahap Penyusunan Rencana Kerja, Penyusunan Kriteria Desain, Pelaksanaan Survei,
Pelaksanaan Analisa Perencanaan, serta Penyusunan Dokumen RTA yang tersusun atas Gambar
RTA, Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus, serta Daftar Kuantitas dan Harga Satuan (Bill of
Quantity / BoQ) dan/atau Rencana Anggaran Biaya. Kumpulan dokumen-dokumen tersebut harus
disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dalam jadwal waktu sesuai Surat Perjanjian
Pengusahaan jalan Tol (SPPJT).

Mengingat beragamnya permasalahan penyusunan RTA Jalan Tol yang berbeda lokasi
pembangunanannya, maka Pemerintah dalam hal ini Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memandang
perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) RTA Jalan Tol agar dapat dipergunakan sebagai
acuan untuk mempersiapkan RTA Jalan Tol bagi BUJT sesuai tahapan yang berlaku dan
dipergunakan sebagai alat monitoring, evaluasi dan proses pembahasan dan persetujuan Dokumen
RTA Jalan Tol oleh BPJT.

Substansi yang terdapat dalam Buku 2 ini, berisikan pembahasan terkait Petunjuk Pelaksanaan
Penyusunan Kriteria Desain.

Semoga Buku ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh BUJT, Konsultan Perencana Jalan Tol,
serta pihak-pihak terkait yang berada di lingkungan BPJT Kementerian PUPR.

Jakarta, 2017
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol

(……………………………)

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................................................ ii
Daftar Gambar.............................................................................................................................. iii
Daftar Tabel.................................................................................................................................. iii

1. Standar Acuan Desain .......................................................................................................... 1


1.1. Acuan Desain Geometrik Jalan .................................................................................... 1
1.2. Acuan Desain Struktur Perkerasan Jalan ...................................................................... 2
1.3. Acuan Desain Struktur dan Jembatan .......................................................................... 2
1.4. Acuan Desain Geoteknik ............................................................................................. 2
1.5. Acuan Desain Hidrologi dan Drainase ......................................................................... 2
1.6. Acuan Desain Penerangan Jalan Umum....................................................................... 3
1.7. Acuan Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ........................... 3
1.8. Acuan Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol ............................................ 3
1.9. Acuan Desain Lansekap Tol ........................................................................................ 3
1.10. Acuan Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan ............................................................ 3
2. Substansi Kriteria Desain ..................................................................................................... 4
2.1. Substansi Kriteria Desain Geometrik Jalan .................................................................. 4
2.2. Substansi Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan .................................................... 6
2.3. Substansi Kriteria Desain Struktur dan Jembatan ........................................................ 7
2.4. Substansi Kriteria Desain Geoteknik ........................................................................... 7
2.5. Substansi Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase ....................................................... 8
2.6. Substansi Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum..................................................... 8
2.7. Substansi Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ......... 9
2.8. Substansi Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol .......................... 9
2.9. Substansi Kriteria Desain Lansekap Tol ...................................................................... 9
2.10. Substansi Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan ........................................ 10
3. Parameter-Parameter dalam Substansi Kriteria Desain....................................................... 10
3.1. Kriteria Desain Geometrik Jalan ................................................................................ 11
3.2. Kriteria Desain Geoteknik.......................................................................................... 15
3.3. Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase ..................................................................... 19
3.4. Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum ................................................................... 21
3.5. Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas ....................... 22
3.6. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol ........................................ 26
3.7. Kriteria Desain Lansekap Tol .................................................................................... 26
3.8. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan ........................................................ 27

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Klasifikasi Tanah berdasarkan Data Sondir ............................................................. 16

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Perkotaan (Urban) .............................. 11
Tabel 2. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Antar Kota (Interurban) ..................... 12
Tabel 3. Kriteria Desain Geometrik Ramp Simpang Susun ................................................... 13
Tabel 4 Kriteria Desain Simpang Susun (Interchange) untuk Ramp Terminal ..................... 13
Tabel 5. Kriteria Desain Jalan Non Tol ................................................................................. 14
Tabel 6. Nilai SPT Tanah ...................................................................................................... 15
Tabel 7. Penurunan Ijin Maksimum Pondasi ......................................................................... 17
Tabel 8. Defleksi Lateral Ijin Maksimum Pondasi ................................................................ 17
Tabel 9. Kelandaian Lereng Yang Disarankan ...................................................................... 18
Tabel 10. Kriteria Desain Penempatan Lampu Penerangan Jalan Tol ..................................... 21
Tabel 11. Kriteria Desain Kuat Lampu Penerangan Jalan Tol ................................................. 22
Tabel 12. Kriteria Desain Penyelenggaraan Rambu ................................................................ 22
Tabel 13. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Peralatan ......................................................... 25
Tabel 14. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Tanda.............................................................. 26
Tabel 15. Kriteria Desain Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas .................................................... 27
Tabel 16. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol ...................................... 26
Tabel 17. Kriteria Desain Tata Tanaman pada Segmen Jalan Tol ........................................... 27
Tabel 18. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan ...................................................... 28

iii
BUKU 2

PETUNJUK PELAKSANAAN
PENYUSUNAN KRITERIA DESAIN

1. Standar Acuan Desain


Acuan yang digunakan dalam pelaksanaan pemeriksaan dokumen Rencana Teknik Akhir
(RTA) adalah meliputi atau termasuk seluruh peraturan perundangan atas ketentuan dan
persyaratan teknik Jalan Tol, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 2/2017 tentang Jasa Konstruksi.
b. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 96 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2028)
c. Undang-undang Nomor 38/2004 tentang Jalan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2015, tentang Jalan Tol sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2017,
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Jalan Tol.

1.1. Acuan Desain Geometrik Jalan


a. Undang-undang No. 38/2004 tentang Jalan.
b. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
c. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2015 tentang Jalan Tol, sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2017,
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Jalan Tol.
d. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2015, Tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dan Saluran Udara Tegangan
Tinggi Arus Searah untuk Penyaluran Tenaga Listrik.
e. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 96 Tahun 2015,
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu lintas
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimum.
h. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 300.K/38/M.PE/1997 tentang
Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi.
i. Keputusan Menteri Perhubungan No. 52 Tahun 2000 tentang Jalur Kereta Api.
j. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2011, tentang Perpotongan
dan/atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain.
k. Standar Geometrik Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol nomor 007/BM/2009
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
l. Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, 1992, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
m. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
n. A Policy on Geometric Design of Highway and Streets 5 th Edition, 2011, AASHTO.
o. Road Side Design Guide 3th Edition, 2006, AASHTO.

1
1.2. Acuan Desain Struktur Perkerasan Jalan
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 22.2/KPTS/Db/2012 tentang Manual Desain
Perkerasan Jalan.
b. Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) No. 04/SE/Db/2017, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
c. Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur, PdT-01-2002-B, Dept. Pemukiman dan
Prasarana Wilayah.
d. Pedoman Perencanaan Jalan Beton Semen, PdT-14-2003, Dept. Pemukiman dan
Prasarana Wilayah.
e. Guide for Design of Pavement Structure, 1993, AASHTO.
f. A Guide to the Structural Design of Road Pavements, 2004, Austroads.

1.3. Acuan Desain Struktur dan Jembatan


a. Standar Pembebanan untuk Jembatan, SNI 1725-2016.
b. Standar Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, RSNI T-03-2005.
c. Standar Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan, RSNI T-12-2004.
d. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, SNI 03-2833-2013 (dengan
revisi peta gempa Tahun 2013).
e. Tata Cara Perencanaan Teknik Pondasi Tiang untuk Jembatan, SNI 03-6747-2002.
f. Tata Cara Perencanaan Teknik Pondasi Langsung untuk Jembatan, SNI 03-3446-1994.
g. Tata Cara Perencanaan Teknik Pondasi Sumuran untuk Jembatan, SNI 03-3447-1994
h. Bridge Management System (BMS), 1992, Direktorat Jenderal Bina Marga, Dept.
Pekerjaan Umum.
i. Pedoman Penempatan Utilitas Pada Daerah Milik Jalan, Pd T-13-2004-B.
j. LRFD Bridge Design Specification 3rd Edition, 2005, AASHTO.
k. Guide Specification for Vessel Collision Design, 1991, AASHTO.
l. Design rules for Aerodynamic Effects on Bridge, BD 49/01.
m. Model Code for Concrete Structures, 19th Edition, for Time Dependent Behavior of
Concrete, CEB-FIP.
n. Recommendations for Stay Cable Design, Testing, and Installation, 1992, PTI.
o. Tata Cara Hidraulik, SNI 03-7043-2004b, Pusjatan.
p. Manual on Scour at Bridges and Other Hydraulic Structures, CIRIA 1551.
q. General Principles on Reliability for Structures, 1988, ISO 2394.
r. Wind actions on Structures, 2009, ISO 4354.
s. Cranes — Wire ropes — Care, Maintenance, Installation, Examination and Discard 3 rd
Edition, 2004, ISO 4309.

1.4. Acuan Desain Geoteknik


a. Pedoman Pemadatan Tanah Timbunan, Direktorat Jenderal Bina Marga
b. Spesifikasi Penguatan Tebing, No. 11/S/BNKT/1991, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Direktorat Pembinaan Jalan Kota.
c. Pedoman Perbaikan Tanah pondasi jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga

1.5. Acuan Desain Hidrologi dan Drainase


a. Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan PD T-2 – 2006 – B
b. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 269/KPTS/M/2006 tentang Pengesahan
SNI dan Empat Pedoman Teknis Bidang Konstruksi dan Bangunan
c. Manual Hidrolika untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan, No. 01-1/BM/ 2005.
d. Highway Drainage Guidelines, 1979, AASHTO.
e. Roadside Drainage, 1978, Transportation Technology for Developing Countries,
USAID.

2
1.6. Acuan Desain Penerangan Jalan Umum
a. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Umum Jalan Perkotaan No 12/BNKT/ 1991, 1991,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
b. Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan, SNI 7391-2008.

1.7. Acuan Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
a. Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas.
b. Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan.
c. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 49 Tahun 2014,
tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
d. Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No SK 7234/AJ.401/DJRD/2013
tentang Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan, Direktorat Bina Sistem Transportasi
Perkotaan, Dept. Perhubungan.
e. Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan No. 01/P/BNKT/1991,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
f. Keputusan Direksi PT. Jasa Marga (Persero) No. 21/KPTS/2001 tentang Pedoman
Standar Perlengkapan Tol.
g. Roadway Lighting Design Guide, 2005, AASHTO.

1.8. Acuan Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol


a. Keputusan Kepala BPJT No. 3/KPTS/BPJT/2009 tentang Tata Cara Perizinan
Penyelenggaraan Tempat Istirahat dan Pelayanan Jalan Tol.
b. Pedoman Perencanaan Bangunan Fasilitas Tol, 1999, PT Jasa Marga (Persero).
c. Manual Penyusunan Detail Engineering Design dan Landscape Jalan Tol, Perencanaan
Bangunan Fasilitas Tol, 2008, Dept. Pekerjaan Umum.
d. Panduan Fasilitas Perlengkapan Jalan, Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan,
Dept. Perhubungan.
e. Peraturan Menteri PUPR No. 16/PRT/M/2017 tentang Transaksi Tol Nontunai Di Jalan
Tol.

1.9. Acuan Desain Lansekap Tol


a. Manual Penyusunan Detail Engineering Design dan Landscape Jalan Tol, Perencanaan
Penerangan Jalan, 2008, Dept. Pekerjaan Umum.
b. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No. 033/T/BM/1996, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
c. Manual Lansekap Jalan No. 08/M/BNKT/1991, Direktorat Jenderal Bina Marga, Dept.
Pekerjaan Umum.
d. Spesifikasi Tanaman Lansekap Jalan No. 09/M/BNKT/1991, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Dept. Pekerjaan Umum.
e. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No. 033/T/BM/1996.
f. Pedoman Teknis Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan (Interim), 2010,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum.
g. A Guide for Highway Landscape and Environmental Design, 1986, AASHTO.
h. A Guide for Transportation Landscape and Environmental Design, 1991, ASSHTO.

1.10. Acuan Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan


a. Keputusan Kepala BPJT No. 3/KPTS/BPJT/2009 tentang Tata Cara Perizinan
Penyelenggaraan Tempat Istirahat dan Pelayanan Jalan Tol.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
c. Standar Geometri Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol, 2009, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Dept. Pekerjaan Umum.

3
2. Substansi Kriteria Desain
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain dalam rangka penyusunan RTA oleh BUJT
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kriteria Desain harus memenuhi seluruh peraturan dan persyaratan teknis jalan tol
berdasarkan referensi Standar Acuan yang telah disebutkan pada Butir 1 (satu)
sebelumnya.
2. Kriteria desain termasuk namun tidak terbatas terdiri dari:
a. Kriteria Desain Geometrik Jalan
b. Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan
c. Kriteria Desain Struktur dan Jembatan
d. Kriteria Desain Geoteknik
e. Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase
f. Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum
g. Kriteria Desain Rambu, Marka dan Lampu Isyarat Lalu Lintas
h. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol
i. Kriteria Desain Lansekap Tol
j. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan
Penjelasan terkait Kriteria Desain dijelaskan lebih detail pada sub-bagian berikut.
3. Semua Kriteria Desain di atas harus disusun dan disampaikan kepada Kepala BPJT cq
Kepala Bidang Teknik BPJT dan harus disetujui oleh BPJT melalui pembahasan
bersama dengan BPJT dalam jangka waktu yang telah ditentukan setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) ke Konsultan Perencana
diterbitkan.
4. Catatan : hal-hal yang belum tercantum didalam kriteria desain agar mengikuti
standar yang berlaku secara nasional maupun internasional sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditentukan.

2.1. Substansi Kriteria Desain Geometrik Jalan


Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Geometrik Jalan diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Geometrik Jalan dibedakan antara perencanaan jalan tol
untuk daerah perkotaan (urban) dan jalan tol untuk daerah antar kota (interurban).
b. Pengusulan Kriteria Desain Geometrik Jalan, merujuk pada Butir 1.1 poin (k),
sekurang-kurangnya tersusun atas :
1) Kriteria Desain untuk Jalan Utama;
2) Jalan Penghubung (Ramp); dan
3) Simpang Susun (Interchange).
c. Kriteria Desain untuk Jalan Non Tol juga harus disediakan dalam pengusulan Kriteria
Desain Geometrik Jalan, dengan merujuk Standar Acuan pada Butir 1.1 poin (f).
d. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Geometrik Jalan pada Jalan Utama dan
Jalan Penghubung, baik pada Jalan Tol Perkotaan dan Jalan Tol Antar Kota, dengan
merujuk Standar Acuan pada Butir 1.1 poin (k), poin (l) dan poin (m), sekurang-
kurangnya tersusun atas:
1) Kecepatan Rencana;
2) Potongan Melintang, meliputi :
 Lebar Lajur;
 Lebar Bahu Dalam dan Luar;
 Lebar Median;
 Kemiringan Melintang Normal Lajur Lalu Lintas;
 Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar;
 Lebar Ruang Bebas;
 Tinggi Ruang Bebas;

4
 Kedalaman Ruang Bebas;
 Lebar Rumija / ROW dan Lebar Ruwasja)
3) Jarak Pandang Henti;
4) Alinyemen Horizontal, meliputi :
 Jari-jari Tikungan berdasarkan nilai Superelevasi Maksimum;
 Jari-jari Tikungan dengan Kemiringan Normal;
 Panjang Tikungan;
 Superelevasi Maksimum;
 Panjang Lengkung Peralihan;
 Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung Peralihan;
 Kemiringan Permukaan Relatif.
5) Alinyemen Vertikal, meliputi :
 Kelandaian Minimum;
 Kelandaian Maksimum;
 Jari-jari Lengkung Vertikal;
 Panjang Lengkung Vertikal.
Parameter-parameter teknis tersebut dapat dilihat pada Butir 3.1, Tabel 1 hingga
Tabel 2.
e. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Geometrik Jalan pada Simpang Susun
(Interchange) untuk Ramp Terminal meliputi :
1) jari-jari tikungan minimum;
2) jari-jari lengkung vertikal minimum standar;
3) landai maksimum;
4) landai minimum;
5) jalur perlambatan;
6) jalur percepatan
Parameter-parameter teknis tersebut dapat dilihat pada pada Butir 3.1, Tabel 3 hingga
Tabel 4..
f. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Geometrik Jalan pada Jalan Non Tol,
dengan merujuk pada Standar Acuan pada Butir 1.1 poin (f), sekurang-kurangnya
tersusun atas:
1) Fungsi Jalan;
2) LHR, Tipe Jalan;
3) Kecepatan Rencana;
4) Potongan Melintang, meliputi :
 Rumaja;
 Rumija;
 Ruwasja;
 Lebar Badan Jalan;
 Lebar Lajur;
 Lebar Bahu;
 Lebar Median;
 Lebar Pemisah Lajur;
 Lebar Saluran Tepi;
 Lebar Ambang Pengaman;
 Kemiringan Lajur;
 Kemiringan Bahu.
5) Potongan Memanjang, meliputi :
 Jarak Antar Jalan Masuk;
 Jarak antar Simpang Sebidang;
 Superelevasi Maksimum dan Kelandaian.
Parameter-parameter teknis tersebut dapat dilihat pada pada Butir 3.1, Tabel 5.

5
2.2. Substansi Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Struktur Perkerasan Jalan harus menyediakan Kriteria
Desain untuk Struktur Perkerasan Jalan Lentur dan Struktur Perkerasan Jalan Kaku.
b. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Struktur Perkerasan Jalan Lentur,
dengan merujuk Standar Acuan pada Butir 1.2 poin (c), sekurang-kurangnya tersusun
atas :
1) Karakteristik Lalu Lintas, meliputi
 LHR;
 Umur Rencana;
 Pertumbuhan Lalu Lintas;
 Angka Ekivalen Beban Gandar Sumbu Kendaraan;
 Koefisien Distribusi Kendaraan berupa Faktor Distribusi Lajur dan Faktor
Distribusi Arah, Reliabilitas, dan Daya Layan.
2) Koefisien Drainase, meliputi :
 Variabel Mutu Drainase;
 Koefisien Drainase.
3) Indeks Permukaan, meliputi :
 Indeks Permukaan Akhir;
 Indeks Permukaan Awal.
4) Modulus Resilien Tanah Dasar
5) Koefisien Kekuatan Relatif Lapisan, meliputi :
 Lapis Permukaan Beton Aspal;
 Lapis Pondasi Granular;
 Lapis Pondasi Bawah Granular;
 Lapis Pondasi Bersemen;
 Lapis Pondasi Beraspal.
6) Tebal Lapis Minimum
7) Indeks Tebal Perkerasan (ITP) atau Structural Number (SN).
c. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Struktur Perkerasan Jalan Kaku, dengan
merujuk Standar Acuan pada Butir 1.2 poin (d), sekurang-kurangnya tersusun atas:
1) Daya Dukung Tanah;
2) Jenis Sambungan;
3) Bahu;
4) Jenis dan Tebal Lapis Pondasi Bawah;
5) CBR Efektif;
6) Kuat Tarik Lentur / Kuat Tarik Beton;
7) Faktor Keamanan Beban;
8) Taksiran Tebal Pelat Beton;
9) Tegangan Ekivalen (TE) dan Faktor Erosi (FE);
10) Faktor Rasio Tegangan (FRT);
11) Beban per Roda;
12) Jumlah Repetasi Ijin untuk Fatik;
13) Jumlah Repetasi Ijin untuk Erosi.
d. Untuk Perencanaan struktur perkerasan, selain menggunakan Perencanaan struktur
perkerasan lentur dan perencanaan struktur perkerasan kaku seperti dijelaskan di atas,
perencanaan dapat juga menggunakan salah satu metoda yang merujuk pada Butir 1.2
poin (b) yaitu berdasarkan Manual Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017).

6
2.3. Substansi Kriteria Desain Struktur dan Jembatan
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Struktur dan Jembatan diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Struktur dan Jembatan harus menyediakan persyaratan-
persyaratan dalam perencanaan Struktur dan Jembatan, meliputi Persyaratan Umur
Rencana, Persyaratan Umum, Persyaratan Material Struktur, Persyaratan
Durabilitas Struktur, serta Persyaratan Pemeliharaan dan Akses Inspeksi.
b. Dari aspek desain, perencanaan jembatan harus memenuhi standar yang berlaku di
Indonesia atau standar Internasional yang umum digunakan pada perencanaan
jembatan. Perencanaan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut :
Kekuatan dan Stabilisasi Struktur; Kelayanan (Kenyamanan); Kemudahan Pelaksanaan
dan Pemeliharaan; Ekonomis; Pertimbangan Aspek Lingkungan, Sosial dan Aspek
Keselamatan Jalan; dan Keawetan Jangka Panjang.
c. Persyaratan Umur Rencana dalam Kriteria Desain Struktur dan Jembatan, sekurang-
kurangnya memuat Umur Rencana Jembatan berdasarkan Standar Acuan pada Butir
1.3 poin (a), serta Umur Rencana Elemen-elemen Jembatan (meliputi Bantalan
Jembatan, Sendi Pergerakan, Lapis Permukaan Jalan, Lapis Material Struktur dan
Kelengkapan Jembatan).
d. Persyaratan Umum dalam Kriteria Desain Struktur dan Jembatan, sekurang-kurangnya
memuat Persyaratan Ruang Bebas Vertikal dibawah jembatan berdasarkan Peraturan
Menteri Perhubungan No. 68 Tahun 2011, Persyaratan Beban-beban, meliputi Beban
Permanen (terdiri atas Beban Mati Sendiri, Beban Mati Tambahan, Beban akibat
Tekanan Tanah, dan Beban pada saat Pelaksanaan), Beban Lalu Lintas (terdiri atas
Beban Lajur ‘D’, Beban Truk ‘T’, Gaya Rem, Gaya Sentrifugal, Beban Pejalan Kaki,
Gaya akibat Tumbukan Kendaraan, dan Beban Fatik), dan Beban Aksi Lingkungan
(terdiri atas Penurunan, Temperatur, Susut dan Rangkak, Prategang, Beban Aliran Air,
Benda Hanyutan dan Tumbukan Batang Kayu, Beban Hidrostatis dan Gaya Apung,
Beban Angin, Beban Gempa, Beban Gesekan Perletakan dan Getaran), serta
Kombinasi Beban berdasarkan Standar Acuan pada Butir 1.3 poin (a). Termasuk
didalamnya persyaratan beban gempa jembatan berdasarkan Standar Acuan pada Butir
1.3 poin (d).
e. Persyaratan Durabilitas Struktur dalam Kriteria Desain Struktur dan Jembatan, harus
memenuhi persyaratan dalam Standar Acuan pada Butir 1.3 poin (b) dan poin (c).
f. Persyaratan Pemeliharaan dan Akses Inspeksi, sekurang-kurangnya memuat Akses ke
Lokasi Inspeksi Jembatan, meliputi Akses Pemeliharaan Kabel Eksternal, Akses
Perbaikan Bearing Pad, Akses Pemeliharaan Pipa Drainase hingga ke Buangan Akhir,
Akses Pemeliharaan Lampu, serta Akses Pemeliharaan Expantion Joint.

2.4. Substansi Kriteria Desain Geoteknik


Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Geoteknik diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Perencanaan memperhatikan Spesifikasi Pondasi yang berupa perencanaan untuk
Pondasi Dalam, Pondasi Dangkal dan Syarat Penurunan Pondasi.
b. Pondasi Dalam dapat berupa Tiang Bor ataupun Tiang Pancang dimana kapasitas daya
dukung dimobilisir oleh tahanan friksi dan/atau tahanan ujung pondasi. Selain itu
pondasi dalam juga dapat digunakan sebagai penahan gaya lateral seperti secant pile
dan continous pile dengan memanfaatkan kapasitas lentur. Tebal minimum selimut
beton untuk seluruh tipe pondasi dalam adalah 75 mm.
c. Pondasi Dangkal dapat digunakan pada lokasi dengan daya dukung tanah yang cukup.
Jika terdapat potensi masalah penurunan, penggunaan pondasi dangkal tidak
disarankan.
d. Syarat Penurunan Pondasi untuk total penurunan maksimal 2,5 cm.

7
e. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Geoteknik tersebut dapat dilihat
pada Butir 3.2.

2.5. Substansi Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase


Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase harus melakukan studi literatur dan
persyaratan-persyaratan dalam perencanaan, yang meliputi Analisis Hidrologi dan
Desain Hidrolika / Drainase.
b. Analisa Hidrologi dalam Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase, sekurang-kurangnya
memuat analisa mengenai Curah Hujan Rata-rata Maksimum Area (meliputi
Analisis Point Rainfall dengan menggunakan metode Annual Series, Partial Series
dan/atau Annual Exceedence, Analisis Area Rainfall dengan menggunakan metode
Rerata Aljabar, Poligon Thiessen dan/atau Ishoyet, serta Uji Statistk Nilai Rata-rata
Curah Hujan dengan menggunakan metode Iwai dan/atau lainnya), Distribusi
Frekuensi (meliputi Distribusi Frekuensi dengan menggunakan metode Distribusi
Normal, Log-Normal, Gumbel dan/atau Log Pearson III, serta Analisis Frekuensi
dengan menggunakan metode Moment), Uji Kesesuaian Distribusi (dengan
menggunakan metode Uji Smirnov-Kolmogorov dan/atau Uji Chi Kuadrat), Intensitas
Hujan (dengan menggunakan metode Haspers, Weduwen dan/atau Mononobe), serta
Debit Banjir Rencana (dengan menggunakan metode Rasional, regresi dan/atau
Hidrograf).
c. Desain Hidrolika/Drainase, sekurang-kurangnya memuat persyaratan mengenai
Periode Ulang dan Spesifikasi Saluran (meliputi Material, Kemiringan, Panjang
Saluran dan Dimensi).
d. Pada perencanaan Jembatan agar dilakukan analisa perhitungan Deck Drain Jembatan,
dan memperhatikan elevasi muka air banjir dan peil banjir pada kawasan tertentu.
e. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase tersebut
dapat dilihat pada Butir 3.3.

2.6. Substansi Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum


Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum harus menetapkan persyaratan-
persyaratan dalam perencanaan, yang meliputi Penempatan Lampu Penerangan dan
Kekuatan Lampu Penerangan untuk Jalan Tol.
b. Persyaratan Penempatan Lampu Penerangan dalam Kriteria Desain Penerangan Jalan,
sekurang-kurangnya memuat persyaratan mengenai Sistem Penerangan, Jarak
Penempatan (meliputi Penempatan pada Jalan Satu Arah dan Jalan Dua Arah), serta
Spesifikasi (meliputi Tinggi Tiang, Jarak antar Tiang, Jarak Tiang ke Perkerasan, Jarak
Tepi Perkerasan ke Titik Penerangan Terjauh dan Sudut Inklinasi).
c. Persyaratan Kekuatan Lampu Penerangan dalam Kriteria Desain Penerangan Jalan,
sekurang-kurangnya memuat persyaratan mengenai Klasifikasi Jalan dan Kuat
Penerangan (meliputi Kuat Penerangan pada Daerah terbuka, Daerah Tertutup dan
Daerah Rambu Lalu Lintas).
d. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum tersebut
dapat dilihat pada Butir 3.4.

8
2.7. Substansi Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas harus
menetapkan persyaratan-persyaratan dalam perencanaan, meliputi Persyaratan Rambu,
Persyaratan Marka dan Persyaratan Alat Pemberi Isyarat.
b. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Rambu, dengan merujuk Standar Acuan
pada Butir 1.6 poin (a), sekurang-kurangnya tersusun atas Spesifikasi Teknis
(meliputi Bentuk, Lambang, Warna dan Jenis) dan Spesifikasi Penyelenggaraan
(meliputi Posisi, Jarak, Tinggi dan Ukuran), yang direncanakan sesuai dengan
fungsinya (meliputi Rambu Peringatan, Larangan, Perintah, Petunjuk dan/atau
Peringatan Sementara).
c. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Marka, dengan merujuk Standar Acuan
pada Butir 1.6 poin (b), sekurang-kurangnya tersusun atas Spesifikasi Teknis
(meliputi Fungsi dan Karakteristik) dan Spesifikasi Penyelenggaraan (meliputi
Dimensi dan Posisi Penempatan), baik untuk Marka berupa Peralatan (meliputi Paku
Jalan, Alat Pengarah Lalu Lintas dan Pembagi Lajur Lalu Lintas) maupun Marka
berupa Tanda (meliputi Marka Membujur, Marka Melintang, Marka Serong dan Marka
Lambang).
d. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
dengan merujuk Standar Acuan pada Butir 1.6 poin (c), sekurang-kurangnya tersusun
atas Jenis, Karakterisik, Ukuran dan Daya serta Posisi Penempatan.
e. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas tersebut dapat dilihat pada Butir 3.5.

2.8. Substansi Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol


Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengusulan Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol, harus
menetapkan persyaratan-persyaratan, meliputi Persyaratan Gerbang Tol,
Persyaratan Pulau Tol, Persyaratan Gardu Tol dan Persyaratan Kantor Gerbang
Tol.
b. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Gerbang Tol, sekurang-kurangnya
tersusun atas Jarak Minimum Antar Gerbang Tol, Kemiringan Melintang dan
Lebar Permukaan Jalan pada Daerah Gerbang Tol.
c. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Pulau Tol, sekurang-kurangnya
tersusun atas Dimensi Pulau Tol dan Dimensi Ruang Bebas Pulau Tol.
d. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Gardu Tol, sekurang-kurangnya
tersusun atas Dimensi Gardu Tol.
e. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Kantor Gerbang Tol, sekurang-
kurangnya tersusun atas Luas dan Fasilitas Kantor Gerbang Tol berdasarkan Tipe-
nya.
f. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan
Perlengkapan Tol tersebut dapat dilihat pada Butir 3.6.

2.9. Substansi Kriteria Desain Lansekap Tol


Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Lansekap Tol diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Lansekap Tol harus memenuhi persyaratan kriteria visual, yang mempertimbangkan
faktor kecepatan kendaraan dan visual pengendara
b. Lansekap Tol harus memenuhi kriteria Tata Tanaman (meliputi Fungsi, Habitus,
Ukuran dan Bentuk Tanaman), Pola Tanaman, Fungsi dan Karakter Lansekap.

9
c. Kriteria Tata Tanaman diatas harus disesuaikan dengan Segmentasi Ruas, meliputi
daerah Jalan Utama, Simpang Susun, Median, Tempat Istirahat dan/atau Gerbang Tol.
d. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Lansekap Tol tersebut dapat dilihat
pada Butir 3.7.

2.10. Substansi Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan


Penyusunan dan penyampaian Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Perencanaan fasilitas harus disesuaikan dengan hasil Uji Kelelahan (metode uji Flicker
Fussion), sehingga dapat ditentukan Tipe Fasilitas pada lokasi terkait, meliputi Tipe
Fasilitas 1 (Tipe 1), Tipe Fasilitas 2 (Tipe 2) dan/atau Tipe Fasilitas 3 (Tipe 3).
b. Parameter-parameter teknis untuk perencanaan Tempat Istirahat dan Pelayanan, harus
memenuhi persyaratan Jarak dan Spesifikasi Fasilitas (meliputi Luas Lahan dan
Fasilitas Tempat Parkir, Toilet Umum, Ruang Publik, Restoran, Kios dan/atau SPBU).
c. Parameter-parameter teknis terkait Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan
tersebut dapat dilihat pada Butir 3.8.

3. Parameter-Parameter dalam Substansi Kriteria Desain


Beberapa penjelasan Kriteria Desain dalam bentuk Tabel dan Penjelasan Dokumen Rencana
Teknik Akhir (RTA) yang disediakan pada Petunjuk Pelaksanaan RTA Jalan Tol ini yang
meliputi:
a. Kriteria Desain Geometrik Jalan
b. Kriteria Desain Geoteknik
c. Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase
d. Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum
e. Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
f. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol
g. Kriteria Desain Lansekap Tol
h. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan
Keseluruhan Kriteria Desain tersebut dapat dilihat lebih rinci sebagai berikut.

10
3.1. Kriteria Desain Geometrik Jalan

Tabel 1. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Perkotaan (Urban)
No Parameter Geometrik Satuan Nilai
1 Kemiringan Medan % < 10,0 10,0-25,0 > 25,0
2 Klasifikasi Medan Jalan - Datar Bukit Gunung
3 Kecepatan Rencana (minimal) km/jam 100 80 60
4 Potongan Melintang
a. Lebar Lajur Lalu Lintas (minimal) m 3,5 3,5 3,5
b. Lebar Bahu Luar (minimal) m 3,0 2,0 2,0
c. Lebar Bahu Dalam (minimal) m 1,0 0,5 0,5
d. Lebar Median (minimal) m 3,0 3,0 3,0
e. Kemiringan Melintang Normal Lajur Lalu % 2,0 2,0 2,0
Lintas
f. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar % 4,0 4,0 4,0
g. Lebar Ruang Bebas (minimal) m 22,0 22,0 22,0
h. Tinggi Ruang Bebas Vertikal (minimal) m 5,0 5,0 5,0
i. Kedalaman Ruang Bebas (minimal) m 1,5 1,5 1,5
j. Lebar Rumija / ROW (minimal) m 30,0 30,0 30,0
k. Lebar Ruwasja (minimal, dari as jalan) m 40,0 40,0 40,0
5 Jarak Pandang Henti (minimal) m 165 110 75
6 Alinyemen Horizontal
a. Jari-jari Tikungan (minimal) m 700 400 200
b. Jari-jari Tikungan dengan Kemiringan m 5000 3500 2000
Normal (minimal), dengan i=2,0%
c. Panjang Tikungan (minimal) m 170 140 100
d. Superelevasi (maksimal), menggunakan % 8 8 8
nilai Maksimum untuk jalan tol antarkota
dengan curah hujan tinggi
e. Panjang Lengkung Peralihan (minimal) m 85 70 50
f. Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung m 1500 1000 600
Peralihan (minimal)
g. Kemiringan Permukaan Relatif - 1/225 1/200 1/175
(maksimal)
7 Alinyemen Vertikal
a. Kelandaian Minimum % 0,5 0,5 0,5
b. Kelandaian Maksimum % 3,0 4,0 5,0
c. Jari-jari Lengkung Vertikal
 Cembung m 10.000 4.500 2.000
 Cekung m 4.500 3.000 2.000
d. Panjang Lengkung Vertikal (minimal) m 85 70 50

11
Tabel 2. Kriteria Desain Jalan Utama pada Jalan Tol Antar Kota (Interurban)
No Parameter Geometrik Satuan Nilai
1 Kemiringan Medan % < 10,0 10,0-25,0 > 25,0
2 Klasifikasi Medan Jalan - Datar Bukit Gunung
3 Kecepatan Rencana km/jam 120 100 80
4 Potongan Melintang
a. Lebar Lajur Lalu Lintas m 3,60 3,60 3,60
b. Lebar Bahu Luar m 3,0 3,0 3,0
c. Lebar Bahu Dalam m 1,5 1,5 1,0
d. Lebar Median (termasuk bahu dalam) m 3,8 3,8 3,8
e. Kemiringan Melintang Normal Lajur Lalu % 2,0 2,0 2,0
Lintas
f. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar % 4,0 4,0 4,0
g. Lebar Ruang Bebas (minimal) m 30,0 30,0 30,0
h. Tinggi Ruang Bebas Vertikal (minimal) m 5,0 5,0 5,0
i. Kedalaman Ruang Bebas (minimal) m 1,5 1,5 1,5
j. Lebar Rumija / ROW (minimal) m 40,0 40,0 40,0
k. Lebar Ruwasja (minimal, dari as jalan) m 75,0 75,0 75,0
5 Jarak Pandang Henti (minimal) m 250 185 130
6 Alinyemen Horizontal
a. Jari-jari Tikungan (minimal) m 660 700 400
b. Jari-jari Tikungan dengan Kemiringan m 7500 5000 3500
Normal (minimal)
c. Panjang Tikungan (minimal) m 200 170 140
d. Superelevasi (maksimal), menggunakan % 8 8 8
nilai Maksimum untuk jalan tol antarkota
dengan curah hujan tinggi
e. Panjang Lengkung Peralihan (minimal) m 100 85 70
f. Jari-jari Tikungan Tanpa Lengkung m 2100 1500 1000
Peralihan (minimal)
g. Kemiringan Permukaan Relatif - 1/265 1/225 1/200
(maksimal)
7 Alinyemen Vertikal
a. Kelandaian Minimum % 0,5 0,3 0,3
b. Kelandaian Maksimum % 2,0 3,0 4,0
c. Jari-jari Lengkung Vertikal
 Cembung m 17.000 10.000 4.500
 Cekung m 6000 4.500 3.000
d. Panjang Lengkung Vertikal (minimal) m 100 85 70

12
Tabel 3. Kriteria Desain Geometrik Ramp Simpang Susun
No Parameter Geometrik Satuan
Nilai
1 Kecepatan Rencana km/jam 40
2 Potongan Melintang
a. Lebar Lajur m 4,00
b. Lebar Bahu Luar m 3,00
c. Lebar Bahu Dalam m 1,00
d. Lebar Marka Pemisah Jalur/Median m 0,80
e. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas Normal % 2,00
f. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar (bahu luar % 2,00
berupa Rigid Pavement)
g. Kemiringan Melintang Normal Bahu Luar (bahu luar % 4,00
berupa Flexible Pavement)
h. Superelevasi Maksimum % 8,00
i. Tinggi Ruang Bebas Vertikal Minimum m 5,00
j. Kebebasan Samping pada Terowongan/Jembatan m 0,50
3 Jarak Pandang Henti m 40
4 Alinyemen Horizontal
a. Jari-jari Tikungan Minimum m 50
b. Jari-jari Tikungan Minimum untuk Bagian Jalan dengan m 800
Kemiringan Normal
c. Jari-jari Tikungan Minimum tanpa Lengkung Peralihan m 250
d. Panjang Minimum Bagian Peralihan m 35
e. Kemiringan Permukaan Relatif Maksimum m 1/125
5 Alinyemen Vertikal
a. Landai Maksimum % 5,00
b. Landai Minimum % 0,30
c. Jari-jari Lengkung Vertikal
 Cembung m 700
 Cekung m 700
d. Panjang Lengkung Vertikal m 35

Tabel 4 Kriteria Desain Simpang Susun (Interchange) untuk Ramp Terminal


No Parameter Geometrik Satuan
1 Kecepatan Rencana Jalan Tol km/jam 80 100
2 Ketentuan untuk Jalan Tol
a. Jari-jari tikungan minimum m 1.100 1.500
b. Jari-jari lengkung vertikal minimum standar
- Cembung m 9.000 25.000
- Cekung m 8.000 12.000
c. Landai maksimum m 4,00 3,00
d. Landai Minimum m 0,30 0,30
3 Jalur Perlambatan, Normal
a. Panjang Jalur Perlambatan m 80 90
b. Panjang Taper m 50 60
4 Jalur Percepatan, Normal m
a. Panjang Jalur Percepatan m 160 180
b. Panjang Taper m 50 60

13
Tabel 5. Kriteria Desain Jalan Non Tol
JALAN KECIL
Untuk
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA
JALAN RAYA JALAN SEDANG Kendaraan
JALAN Bermotor
Beroda 3 atau
lebih
Medan Datar ≤ 110.000 ≤ 82.000 ≤ 61.000 ≤ 22.000 ≤ 17.000
LHRT
Medan Bukit ≤ 106.600 ≤ 79.900 ≤ 59.800 ≤ 21.500 ≤ 16.300
(SMP/Hari)
Medan Gunung ≤ 103.400 ≤ 77.700 ≤ 58.100 ≤ 20.800 ≤ 15.800
Arteri (Kelas I, II, III, Khusus) Lokal,
Fungsi Jalan (Penggunaan Jalan) Kolektor (Kelas Kelas I, II, III) Lingkungan
Lokal (Kelas II, III) (Kelas III)
Tipe Jalan Paling Kecil 4/2 - T 2/2 - TT
Medan Datar 60 - 120 60 - 80 30 - 60
Kecepatan Rencana, VR
Medan Bukit 50 - 100 50 - 80 25 - 50
(km/jam)
Medan Gunung 40 - 80 30 - 80 20 - 40
Lebar 38,00 31,00 24,00 13,00 8,50
RUMAJA
Tinggi, m 5,00 5,00 5,00
paling kecil
Dalam, m 1,50 1,50 1,50
RUMIJA lebar paling kecil, m 25,00 15,00 11,00
Arteri 15 15 -
Kolektor 10 10 -
RUWASJA
lebar paling kecil, m Lokal 7 7 7
Jalan 5 5
-
Lingkungan
Arteri 18,00 11,00 11,00
Kolektor 18,00 9,00 9,00
Lokal - - 7,50
Badan Jalan
lebar paling kecil, m Lingkungan - - 6,5
Lingkungam - 3,50
untuk roda -
dua
VR < 80 2 x 3,50 2 x 2,75
Lebar Lajur Lalu 2 x (4 x 3,50) 2 x (3 x 3,50) 2 x (2 x 3,50)
km/jam
Melintang

Lintas,
Potongan

m VR ≥ 80 - -
2 x (4 x 3,60) 2 x (3 x 3,60) 2 x (2 x 3,60)
km/jam
Medan Datar Bahu luar 2,00, bahu dalam 0,50 1,00 1,00
Lebar Bahu Jalan Medan Bukit Bahu luar 1,50, bahu dalam 0,50 1,00 1,00
Paling kecil, m Medan 0,50 0,50
Bahu luar 1,00, bahu dalam 0,50
Gunung
Lebar Median Direndahkan 9,00
paling kecil, m (lebar 1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk kecepatan
median termasuk lebar rencana < 60 km/jam dan menjadi 1,80; jika
bahu dalam, lebar marka median dipakai lapak penyeberang. Konfigurasi
garis tepi termasuk bahu lebar bahu dalam + bangunan pemisah setinggi
dalam) kereb + bahu dalam: 0,50+0,50+0,50 dan
Ditinggikan 0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak penyeberangan Tanpa Median Tanpa Median
2,00; ditinggikan 1,10 m berupa penghalang
beton, untuk kecepatan rencana ≥ 60 km/jam.
Konfigurasi lebar bahu dalam + bangunan
pemisah setinggi kereb + bahu dalam: 0,75 + 0,50
+ 0,75.
Dengan 2,00
Rambu
Lebar Pemisah Lajur Tanpa Jalur Tanpa Jalur
Tanpa
(minimal), m 1,00 Pemisah Pemisah
Rambu
Untuk Jalan

14
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA JALAN SEDANG JALAN KECIL
JALAN Sepeda
Motor
Lebar Trotoar 1,00 1,00 1,00
Lebar Saluran tepi (minimal), m 1,00 1,00 1,00
Lebar Ambang Pengaman (minimal), m 1,00 1,00 1,00
Kemiringan Normal Perkerasan Jalan 3 3
3
(%)
Kemiringan Bahu Jalan (maks), % 6 6 6
Pada jalan arteri paling sedikit 1 km, dan pada jalan kolektor paling
sedikit 0,50 km.
Pada jalan lama, untuk mengatasi jalan masuk yang banyak dapat
Jarak antar Jalan Masuk (km)
dibuat jalur samping untuk menampung semua jalan masuk dan
membatasi bukaan sebagai jalan masuk kr jalur utama sesuai jarak
Potongan Meanjang

terdekat di atas.
Jarak antar Simpang Sebidang paling Pada jalan arteri jarak antara persimpangan sebidang paling kecil
dekat (m) 3,00 km dan pada jalan kolektor 0,50 km.
Superelevasi (%) 8 8
Alinyemen 6 6
5
Datar
Kelandaian paling besar Alinyemen 7 8
6
(%) Bukit
Alinyemen 10 12
10
Gunug
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan

3.2. Kriteria Desain Geoteknik

Tabel 6. Nilai SPT Tanah


Tanah Lunak/Lepas, berdasarkan
NSPT Cohesive Soil Cohesionless Soil
NSPT Consistency NSPT Relative Density

<2 Very soft 0–4 Very loose

2–4 Soft 4 – 10 Loose

4–8 Medium 10 – 30 Medium

8 – 15 Stiff 30 – 50 Dense

15 – 30 Very stiff >50 Very dense

>30 Hard

Unconfined Compresion
Konsitensi Nilai NSPT Test Strenght qall (kn/m2)
Very soft <2 <25
Soft 2–4 25 – 40
Medium 4–8 50 – 100
Stiff (firm) 8 – 15 100 – 200
Very stiff 15 – 30 200 – 400
Hard >30 >400

15
Gambar 1. Klasifikasi Tanah berdasarkan Data Sondir

SPESIFIKASI PONDASI
1. Pondasi Dalam
Pondasi dalam dapat berupa tiang bor ataupun tiang pancang dimana kapasitas daya dukung
dimobilisir oleh tahanan friksi dan/atau tahanan ujung pondasi. Selain itu pondasi dalam juga
dapat digunakan sebagai penahan gaya lateral seperti secant pile dan contiguous pile dengan
memanfaatkan kapasitas lentur.
Tebal minimum selimut beton untuk seluruh tipe pondasi dalam adalah 75 mm.
a. Tiang Bor
 Metoda perhitungan yang digunakan adalah formula dari Reese and Wright
 Faktor keamanan : selimut = 1.5~2; ujung =2.5~3
 Mutu beton K-250, slump 16-18 cm
 Mutu baja fy=400 MPa
 Jarak antar tiang 3D (center-center)
 Metoda pemboran adalah dry boring/wet boring (kondisional)
 Defleksi lateral max ¼”
 Daya dukung tiang tarik = (0.4~0.7) x qallowable
b. Tiang Pancang
 Metoda perhitungan yang digunakan adalah formula dari Mcoyle
 Faktor keamanan : selimut = 2.5 - 3; ujung =2.5
 Jarak antar tiang 3D (center-center)
 Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan (digunakan diameter 60cm)
 Defleksi lateral max ¼’’
 Daya dukung tiang tarik = (0.4~0.7) x qallowable

16
Pada pondasi tiang, tahanan friksi tarik adalah 0.75 dari tahanan friksi tekan. Sedangkan
faktor reduksi tidak diperlukan pada pondasi bore pile. Pondasi dalam harus
direncanakan mampu menahan gaya lateral akibat beban kerja dengan defleksi lebih kecil
dari defleksi ijin struktur. Sebagai batasan, defleksi lateral ijin pondasi dalam dapat
dilihat dalam Tabel selanjutnya.

2. Pondasi Dangkal
a. Pondasi dangkal dapat digunakan pada lokasi dengan daya dukung tanah yang cukup.
Jika terdapat potensi masalah penurunan, penggunaan pondasi dangkal tidak disarankan.
b. Angka keamanan pada penentuan kapasitas daya dukung ijin pondasi adalah:
(a) Saat menerima beban mati saja (DL) SF = 3.0
(b) Saat menerima beban mati + beban hidup (DL + LL) SF = 2.5
c. Penurunan maksimum yang diijinkan pada pondasi dangkal dapat dilihat dalam Tabel
berikut.
d. NSPT pada dasar pondasi > 40
e. Faktor keamanan geser > 1.5
f. Faktor keamanan guling > 2.0

3. Syarat Penurunan Pondasi


a. Total penurunan Max 2.5 cm
1
b. Differential :  < L; (L =jarak pier)
250

Tabel 7. Penurunan Ijin Maksimum Pondasi


Penurunan ijin maksimum
Total Differential
Tipe Pondasi
Jangka Jangka pendek
Jangka pendek
panjang & panjang
Pondasi dangkal 20 mm 20 mm 1 : 1000
Pondasi dalam 15 mm 25 mm 1 : 1000

Tabel 8. Defleksi Lateral Ijin Maksimum Pondasi


Penurunan ijin maksimum
Total Differential
Tipe Pondasi
Jangka Jangka pendek
Jangka pendek
panjang & panjang
Pondasi dalam 15 mm 25 mm 1 : 1000

17
SPESIFIKASI PENGUATAN TEBING
Berdasarkan No. 11/S/BNKT/1991 Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan
Kota
1. Spesifikasi
Lereng yang baik, alami, dan stabil pada galian atau timbunan konstruksi jalan sangat
diperlukan didalam perencanaan jalan di perkotaan. Lereng galian atau timbunan dibuat
selandai mungkin dan pada daerah peralihan antara lereng dengan bagian datar dibuat
berbentuk lengkung.
Kelandaian dari lereng galian dan timbunan dipengaruhi oleh jenis materialnya yang
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Material Tanah
Jenis tanah sangat mempengaruhi kelandaian dan stabilitas lereng galian dan timbunan.
Komposisi tanah yang didominasi oleh lempung (clay) dan lanau (silt) umumnya rawan
terjadi erosi, untuk itu disarankan perencanaan lerengnya lebih landai dari 3:1.
Tabel berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman perencanaan lereng, dimana angka yang
tercantum adalah persyaratan maksimal.

Tabel 9. Kelandaian Lereng Yang Disarankan


Kondisi Topografi
Tinggi
Cukup Keterangan
galian/timbunan Daftar/Rolling Terjal
Terjal
0 – 1.2 6:1 4:1 4:1  Tidak berlaku
untuk tanah
1.2 – 3 4:1 2:1 2:1
lempung dan
3 – 4.5 4:1 2.5 : 1 1.75 : 1* lanau
4.5 – 6 2:1 2:1 15 : 1*
6> 2:1 1.5 - 1 1.5 : 1*

b. Material Batu
Perencanaan lereng batuan sangat beragam yang dipengaruhi oleh teknologi yang
digunakan untuk penggaiian dan kekerasan batuannya dalam hal ini umumya dipakai
kelandaian 1 : 2.
Apabila pelaksanaan digunakan metode seperti “pre splitting”, maka kelandaian lereng
bisa dibuat lebih terjal yaitu antara 1/6 : 1 sampai dengan 1/12 : 1, dengan catatan hanya
pada jenis batuan yang keras.

c. Material Pilihan

2. Kriteria
Pada material yang sejenis kelandaian lereng timbunan akan lebih rendah dari pada galiannya.
Bentuk peralihan lereng di kaki lereng pada material tanah dianjurkan untuk kelandaian lereng
4 : 1 sampai dengan 2 : 1.
Fungsi utama dari bentuk peralihan lengkung adalah untuk :
a. Memberikan keselamatan bagi para pengemudi yang lepas kontrol ke luar dari jalur lalu –
lintas.
b. Memberikan aliran air dan hembusan angin yang lebih baik sehingga akan menambah
kestabilan lereng.

18
Bentuk peralihan bulat berlaku juga pada ujung atas dari galian atau timbunan. Apabila
ketinggian timbunan atau galian tidak dapat memberikan jaminan keselamatan bagi
pengendara maka sisi jalan harus dipasang rel pengaman (guard rail). Kondisi timbunan atau
galian lebih besar 3.5 m atau konstruksi galian atau timbunan dibuat dari material yang labil,
maka lereng harus dibuat terasering.

3.3. Kriteria Desain Hidrologi dan Drainase


1. Hidrologi
Analisa hidrologi dimaksudkan untuk memprediksi karakteristik hujan rancangan dan
debit air rancangan yang akan digunakan sebagai dasar dalam penentuan dimensi
saluran di sekitar kawasan jalan tol yang akan dikembangkan. Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan dalam suatu analisis hidrologi, yaitu:
a. Curah Hujan Rata-rata Maksimum Area DAS (Area Rainfall)
 Beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan point rainfall,
adalah Annual Series, Partial Series dan Annual Exeedence. Untuk
mendapatkan nilai area rainfall yang memiliki keakuratan yang baik, perlu
dianalisa dahulu point rainfall masing-masing stasiun yang digunakan.
 Analisa curah hujan maksimum daerah dapat diperoleh dengan penentuan area
rainfall yang dapat dianalisa dengan menggunakan satu diantara metode
berikut, yaitu metode rerata aljabar, poligon Thiessen dan/atau isohyet.
 Nilai rata-rata curah hujan harian maksimum (dalam tingkatan data) harus diuji
secara statistik terhadap nilai maksimum dan minimumnya, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Iwai.
b. Distribusi Frekuensi
 Beberapa distribusi yang dapat digunakan, antara lain distribusi normal, log-
normal, extreme value Type I (Gumbel), dan/atau log Pearson III (LP3).
 Analisis frekuensi untuk pemilihan distribusi hujan yang sesuai untuk daerah
yang ditinjau dapat dilakukan dengan metode yang lazim digunakan di
Indonesia, yaitu metode moment. Dengan menghitung parameter statistik
seperti nilai rerata, standar deviasi, koefisien variasi, koefisien skewness dan
koefisien kurtosis dari data yang ada serta diikuti dengan uji statistik, maka
distribusi probabilitas hujan yang sesuai dapat ditentukan.
c. Uji Kesesuaian Distribusi
 Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengujian kesesuaian distribusi,
yaitu uji Sminov-Kolmogorov dan/atau uji Chi Kuadrat.
d. Intensitas Hujan
 Curah hujan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan hasil analisis perlu
diubah menjadi lengkung intensitas curah hujan, yang akan digunakan dalam
perencanaan saluran (hidrolika).
 Lengkung intensitas dapat diperoleh dengan data hujan otomatik dan/atau
empirik. Apabila dengan cara empirik, perhitungan lengkung intensitas dapat
dilakukan dengan metode Haspers dan/atau Mononobe, yang hasilnya
diinterpretasikan dalam bentuk grafik dengan sumbu Y adalah nilai intensitas
dan sumbu X adalah nilai durasi.
e. Debit Banjir Rencana
 Penentuan debit banjir rencana dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode Rasional, Regresi dan/atau Hidrograf.
f. Debit banjir rencana wajib dipakai dari perhitungan debit apabila tersedia data
ketinggian air pada suatu pengaliran sungai.

19
2. Drainase / Hidrolika
Sistem drainase permukaan jalan terdiri dari saluran samping, gorong-gorong dan
saluran penangkap (interceptor ditch). Beberapa ketentuan-ketentuan dalam
perencanaan drainase atau hidrolika yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.
a. Sebelum merencanakan keseluruhan saluran tersebut, harus dipenuhi beberapa
ketentuan antara lain sebagai berikut Alinyemen vertikal jalan, tipe saluran yang
dipakai, kemiringan saluran yang diperbolehkan.
b. Periode ulang perencanaan saluran drainase, yaitu 10 tahun (saluran samping yang
masuk ke sungai), 25 tahun (saluran samping yang masuk ke gorong-gorong), 25
tahun (gorong-gorong), 50 tahun (sungai dengan debit < 200 m 3/detik) dan 100
tahun (sungai dengan debit ≥ 200 m3/detik).
c. Pada perencanaan saluran samping, dapat dihitung dengan formula aliran seragam
dengan rumus kontinyuitas yang dipengaruhi oleh 2 (dua) variabel, yaitu luas
penampang basah saluran dan kecepatan aliran. Kecepatan aliran harus
diperhitungkan dengan mempertimbangkan variabel koefisien Manning, jari-jari
hidrolis saluran dan kemiringan dasar saluran.
d. Pada perencanaan gorong-gorong, harus memperhatikan beberapa ketentuan
berikut:
 Perencanaan gorong-gorong, baik itu dengan bentuk pipa tunggal dan/atau lebih
ataupun box culvert, dipertimbangkan mengenai topografi daerah aliran karena
akan menyangkut kedalam beberapa ketetapan, yaitu bentuk, dimensi, elevasi
dasar inlet dan outlet, panjang serta kemiringan gorong-gorong.
 Perencanaan gorong-gorong diperhitungkan terhadap 3 (tiga) kondisi keadaan
aliran, yaitu aliran bebas (free flow), aliran transisi (transition flow) dan aliran
tekan (pressure flow).
 Ditempatkan melintang pada jalan yang berfungsi untuk menampung air dari
selokan samping jalan dan membuangnya.
 Harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah
pengaliran secara efisien.
 Harus dibuat dengan tipe permanen, dan bagian gorong-gorong secara umum
terdiri dari 4 (empat) bagian konstruksi utama yaitu:
o Pipa kanal air utama, yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian udik
ke bagian hilir
o Tembok kepala yang menopang ujung lereng jalan, tembok penahan yang
dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu jalan dan
kemiringan jalan
o Apron (lantai dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya
erosi dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat Lumpur, bentuk gorong-
gorong tergantung pada tempat dan tingginya timbunan serta besarnya debit
yang dialirkan
o Bak penampung diperlukan pada kondisi pertemuan antara gorong-gorong
dengan saluran tepi atau pertemuan lebih dari dua aliran
 Kemiringan gorong-gorong dibuat agar aliran air didalam gorong-gorong
berfungsi dengan sempurna dan tidak menimbulkan erosi maupun sedimentasi,
untuk keperluan tersebut kemiringan gorong-gorong dibuat antara 0.5 % - 2 %.
 Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 m, untuk di daerah
pegunungan, atau daerah bergelombang bisa dua atau tiga kali lebih panjang,
atau disesuaikan dengan lokasi alur drainase eksisting yang ada.
 Dimensi gorong-gorong (untuk tipe gorong-gorong bulat) diameter minimum
150 cm dan untuk type gorong-gorong persegi, tinggi (h) minimum 150 cm.
Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan tergantung
pada tipe gorong-gorong, apakah itu tipe pipa tunggal dan lebih ataupun tipe
persegi (box culvert).

20
 Daerah Timbunan
o Saluran samping pada daerah timbunan mempunyai fungsi menjaga muka
air tanah pada badan jalan
o Type dari saluran samping disesuaikan dengan fungsi diatas, dengan
penambahan bangunan saluran pengaman timbunan tinggi
 Daerah Galian
o Saluran samping pada daerah galian mempunyai fungsi menjaga interupsi
muka air tanah dari daerah galian dan badan jalan
o Type dari saluran samping disesuaikan dengan fungsi diatas dengan
penambahan bangunan sub drain apabila perlu.

3.4. Kriteria Desain Penerangan Jalan Umum


1. Terdiri dari sumber cahaya (lampu/luminer), elemen-elemen optik (pemantul/reflector,
pembias/refractor, penyebar/diffuser), elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber
tenaga/power supply, dan lain-lain), struktur penopang yang terdiri dari lengan
penopang, tiang penopang vertikal dan pondasi tiang lampu.
2. Penempatan penerangan pada ruas jalan tol, meliputi sistem penempatan, lokasi dan
ukuran lampu penerangan, diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 10
berikut.

Tabel 10. Kriteria Desain Penempatan Lampu Penerangan Jalan Tol


No Parameter Satuan Nilai Catatan
Jalan Utama Sistem Menerus
Jalan Akses Sistem Menerus
Sistem
1 Interchange - Sistem Menerus -
Penerangan
Jembatan Sistem Menerus
Terowongan Sistem Menerus Bergradasi
Kiri-kanan jalan, kiri-kanan  Kiri-kanan Jalan:
jalan berselang, kiri-kanan L < 1,2 H
Jalan Satu Arah
jalan berhadapan dan/atau  Kiri -kanan Jalan
median jalan Berselang:
Jarak 1,2 H < L < 1,0 H
2 m
Penempatan Median jalan dan/atau  Kiri-kanan Jalan
kombinasi kiri-kanan berhadapan:
Jalan Dua Arah
berhadapan dengan median 1,6 H < L < 2,4 H
jalan  Median Jalan:
3L < 0,8 H
10 – 15 (rerata 13) Lampu Standar
Tinggi Tiang m
20 – 50 (rerata 30) Lampu Menara
Jarak Tiang m 3,0 H – 3,5 H (min. 30 m) H: Tinggi Tiang
Jarak Tiang ke
m 0,7 -
Ukuran Tepi Perkerasan
3
Lampu Jarak dari Tepi
Perkerasan ke L: Lebar Badan
m 12 L
Titik Penerangan Jalan
Terjauh
o
Sudut Inklinasi 20 – 30 -

3. Kuat penerangan pada ruas jalan tol, diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada
Tabel 11 berikut.

21
Tabel 11. Kriteria Desain Kuat Lampu Penerangan Jalan Tol
No Parameter Satuan Nilai Catatan
Jalan Utama 22, 15, 11 Komersil,
Klasifikasi
1 Jalan Akses Lux 13, 10, 6 Menengah dan
Jalan
Pemukiman
Lalu Lintas Kend.,
 Rendah: 5, 2 ,9 Keselamatan
Daerah Terbuka  Sedang: 11, 6, 22 Pejalan Kaki, dan
 Tinggi: 22, 10, 43 Keamanan Pejalan
Kaki
Kuat  Rendah: 54, 54
2 Lux Siang Hari, Malam
Penerangan Daerah Tertutup  Sedang: 110, 54
Hari
 Tinggi: 540, 54
 Rendah: 100
Daerah Rambu
 Sedang: 200 -
Lalu Lintas
 Tinggi: 400

3.5. Kriteria Desain Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
1. Rambu
a. Rambu direncanakan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai peringatan, larangan,
perintah, petunjuk dan/atau rambu peringatan sementara bagi pengguna jalan.
b. Rambu minimal tersusun atas komponen daun rambu (konvensional yang bersifat
retro reflektif dan/atau elektronik), dan dapat dilengkapi dengan tiang rambu dan
papan tambahan.
c. Ketentuan-ketentuan terkait perencanaan rambu yang harus diperhatikan, meliputi
spesifikasi teknis, berupa bentuk, lambang, warna, ukuran dan jenis (daun rambu,
huruf, angka dan simbol), serta spesifikasi penyelenggaraan, berupa posisi, jarak,
tinggi dan ukuran. Ketentuan terkait spesifikasi penyelenggaraan perencanaan
rambu diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Kriteria Desain Penyelenggaraan Rambu


No Parameter Nilai
 Sebelah kiri menurut arah lalu lintas dari tepi paling luar
bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan tidak
merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki
 Sebelah kanan menurut arah lalu lintas, apabila dalam
Posisi
lalu lintas satu arah dan tidak ada ruang pemasangan
jalan
 Ditempatkan diatas ruang manfaat jalan apabila jumlah
lajur lebih dari 2 (dua)
 Paling sedikit 60 cm dikur dari bagian terluar daun
rambu ke tepi paling luar bahu jalan
Jarak  Paling sedikit 30 cm apabila dipasang pada pemisah
Daun
1 jalan (median), dikur dari bagian terluar daun rambu ke
Rambu
tepi paling luar kiri dan kanan dari pemisah jalan
 Maksmimum 265 cm dan minimum 175 cm dikur dari
permu-kaan jalan tertinggi sampai dengan sisi daun
rambu bagian bawah atau papan tambahan bagian
bahwah (apabila ada)
 Paling sedikit 120 cm untuk rambu pengarah tikungan
Tinggi
ke kiri dan kanan, diukur dari permukaan jalan sampai
dengan sisi daun rambu bagian bawah
 Paling sedikit 500 cm apabila ditempatkan diatas ruang
manfaat jalan, diukur dari permukaan jalan tertinggi
sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah atau

22
No Parameter Nilai
papan tambahan bagian bawah
 Ukuran kecil, dengan VR maksimum 30 km/jam
 Ukuran sedang, dengan VR maksimum 60 km/jam
Ukuran
 Ukuran besar, dengan VR maksimum 80 km/jam
 Ukuran sangat besar, dengan VR lebih dari 80 km/jam
 Satu tiang hanya dapat dipasang maks. dua buah daun
rambu
Tiang  Apabila tidak tersedianya ruan untuk pemasangan tiang
2 Posisi
Rambu rambu, rambu dapat dipasang pada tembok, kaki
jembatam bagian jembatan layang, tiang bangunan
utilitas dan pohon
 Ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau bagian
Posisi
jalan yang berbahaya
Rambu  Minimum 50 m untuk VR kurang dari 60 km/jam
3
Peringatan  Minimum 80 m untuk VR 60 – 80 km/jam
Jarak
 Minimum 100 m untuk VR 80 – 100 km/jam
 Minimum 180 m untuk VR lebih dari 100 km/jam
 Ditempatkan pada awal bagian jalan dimulainya
Rambu Posisi
4 larangan
Larangan
Jarak  Diesuaikan
 Sedekat mungkin pada awal/akhir perintah
Rambu Posisi  Ditempatkan di sisi jalan pada bagian jalan yang wajib
5
Perintah dilewati
Jarak  Disesuaikan
 Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai
daya guna sebesar-besarnya dengan memperhatikan
keadaan jalan dan kondisi lalu lalu lintas
Posisi
 Ditempatkan pada sisi jalan, pemisah jalan atau diatas
ruang manfaat jalan sebelum daerah, kawasan, rute atau
lokasi yang ditunjuk
 Rambu pendahulu petunjuk jurusan pada persimpangan
di depan, rambu pendahulu petunjuk jurusan yang
menunjukkan jurusan yang dituju, rambu pendahulu
petunjuk jurusan yang menunjukkan jalur atau lajur
sebelah kiri untuk mencapai jurusan yang dituju, rambu
Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan jalur
6
Petunjuk atau lajur sebelah kanan untuk mencapai jurusan yang
dituju, dan rambu pendahulu petunjuk jurusan yang
menunjukkan jarak jurusan yang dituju, ditempatkan
Jarak
sedekat mungkin pada daerah, kawasan, rute, atau lokasi
yang ditunjuk dengan jarak maksimum 50 (lima puluh)
meter
 Rambu pendahulu petunjuk jurusan yang menunjukkan
jalur atau lajur untuk mencapai jurusan yang dituju pada
pintu keluar jalan tol ditempatkan dengan jarak paling
dekat 500 (lima ratus) meter dari lokasi yang ditunjuk,
dan dapt ditempatkan ulang dengan jarak minimum 250
(dua ratus lima puluh) meter.
 Ditempatkan pada bagian jalan sebelum, tepat, dan
sesudah lokasi bagian jalan rusak, keadaan tertenut dan
kegiatan tertentu
Rambu
Posisi  Penempatan rambu sebelum lokasi digunakan rambu
7 Peringatan
peringatan, pada saat di lokasi digunakan rambu
Sementara
perintah dan/atau larangan, sedangkan pada setelah
lokasi digunakan rambu perintah dan/atau larangan
Jarak  Disesuaikan
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas

23
2. Marka
a. Marka direncanakan sesuai dengan fungsinya, yang dapat direncanakan dalam
bentuk peralatan dan/atau tanda.
b. Ketentuan-ketentuan terkait perencanaan marka yang harus diperhatikan, diatur
dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas


a. Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang
menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan
di persimpangan atau pada ruas jalan.
b. Alat pemberi isyarat lalu lintas berlaku bagi lalu lintas sesuai arah lalu lintas yang
bersangkutan, dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain kondisi jalan
dan lingkungan, kondisi lalu lintas dan aspek keselamatan, keamanan, ketertiban
serta kelancaran lalu lintas.
c. Ketentuan-ketentuan terkait perencanaan alat pemberi isyarat lalu lintas yang harus
diperhatikan, diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

24
Tabel 13. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Peralatan
Jenis Marka Fungsi Karakteristik Posisi Penempatan Nilai Lainnya
Paku Jalan Digunakan sebagai  Terbuat dari plastik, kaca, baja  Batas tepi jalur lalu lintas  Ketebalan maks. 20 mm Spesifikasi teknis paku jalan
reflektor, yang tahan karat dan/atau aluminium  Marka membujur berupa diatas permukaan jalan dapat dilihat pada Lampiran
digunakan khususnya campur garis putus-putus sebagai  Bentuk bujur sangkar, Gambar 1 Peraturan
pada keadaan gelap  Dilengkapi dengan pemantul tanda peringatan memiliki ukuran sisi dengan Menteri Perhubungan No.
cahaya (pemantul warna putih,  Sumbu jalan sebagai panjang 0,10 m (VR < 60 34 Tahun 2014 tentang
kuning dan/atau merah sesuai pemisah jalur km/jam) dan 0,15 m (VR > Marka Jalan
dengan fungsinya masing-  Marka membujur berupa 60 km/jam)
masing) garis utuh sebagai pemisah  Bentuk persegi panjang,
 Berbentuk bujur sangkar, lajur bus memiliki ukuran panjang
persegi panjang dan/atau bundar  Marka serong berupa 0,20 m dan lebar minimum
chevron 0,10 m
 Pulau lalu lintas  Bentuk bundar, memiliki
ukuran diameter minimun
0,10 m
Alat Pengarah Digunakan untuk  Terbuat dari bahan plastik  Ditempatkan sebagai  Tinggi min. 75 cm Spesifikasi teknis alat
Lalu Lintas mengatur/mengarah- dan/atau karet pelengkap atau pengganti  Lebar alas min. 50 cm pengarah lalu lintas dapat
kan distribusi arus  Memiliki warna dasar oranye dari marka jalan yang  Berat min 3,5 kg dilihat pada Lampiran
kendaraan di jalan yang dilengkapi pemantul dinyatakan dengan garis- Gambar 2 Peraturan
cahaya berwarna putih garis pada permukaan jalan Menteri Perhubungan No.
 Secara umum berbentuk kerucut 34 Tahun 2014 tentang
(cone) lalu lintas Marka Jalan
Pembagi Lajur Digunakan untuk  Terbuat dari bahan plastik, dan  Ditempatkan sebagai  Panjang min. 120 cm Spesifikasi teknis pembagi
Lalu Lintas mengatur lalu lintas bahan lainnya yang diisi dengan pelengkap atau pengganti  Lebar atas min. 10 cm lajur lalu lintas dapat dilihat
dengan jangka waktu air, dan/atau bahan beton dari marka jalan yang  Lebar alas min. 50 cm pada Lampiran Gambar 3
sementara dan  Tidak ada syarat warna, namun dinyatakan dengan garis-  Tinggi min. 80 cm Peraturan Menteri
membantu untuk harus tetap dilengkapi dengan garis pada permukaan jalan  Berat min. 15 kg Perhubungan No. 34 Tahun
melindungi pejalan pemantul cahaya berwarna putih 2014 tentang Marka Jalan
kaki dan pekerja dari
daerah yang
berpotensi tinggi akan
menimbulakan
kecelakaan

25
Tabel 14. Kriteria Desain Marka Jalan berupa Tanda
Jenis Marka Sub-Jenis Marka Posisi Penempatan Nilai Lainnya
 Bagian jalan yang mendekati persimpangan
sebagai pengganti garis putus-putus pemisah
jalur
 Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
 Lebar min. 10 cm (jalan non tol)
Garis Utuh pemisah jalur (median)
 Lebar min. 15 cm (jalan tol)
 Bagian tepi jalur lalu lintas yang berfungsi
sebagai tanda batas tepi jalur lalu lintas
 Jalan yang jarak pandang -nya terbatas seperti di
tikungan dan/atau lereng bukit Spesifikasi teknis marka
membujur dapat dilihat pada
 Panjang dengan ukuran yang sama sebesar 3 m Lampiran Gambar 4,
(untuk VR < 60 km/jam) dan sebesar 5 m Gambar 5, Gambar 6,
Marka Membujur (untuk VR > 60 km/jam) Gambar 7 dan Gambar 8
 Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
Garis Putus-putus  Lebar min. 10 cm Peraturan Menteri
pemisah jalur (median) Perhubungan No. 34 Tahun
 Jarak antar marka sebesar 5 m (untuk VR < 60 2014 tentang Marka Jalan
km/jam) dan sebesar 8 m (untuk VR > 60
km/jam)
Garis Ganda yang  Jarak antara dua marka membujur pada marka
 Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
Terdiri dari Garis Utuh garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan
pemisah jalur (median)
dan Garis Putus-putus garis putus-putus min. 10 cm dan maks. 18 cm
Garis Ganda yang  Jarak antara dua marka membujur berupa garis
 Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai
Terdiri dari Dua Garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh min. 10
pemisah jalur (median)
Utuh cm dan maks. 18 cm
 Lebar min. 20 cm dan maks. 30 cm
Spesifikasi teknis marka
Garis Utuh  Bagian persimpangan tertentu  Apabila dilengkapi dengan marka lambang,
melintang dapat dilihat pada
maka jarak marka lam-bang dari garis
Lampiran Gambar 9 dan
melintang sebesar 1 – 2,5 m
Marka Melintang Gambar 10 Peraturan
 Panjang min. 60 cm Menteri Perhubungan No.
34 Tahun 2014 tentang
Garis Putus-putus  Bagian persimpangan tertentu  Lebar min. 20 cm
Marka Jalan
 Jarak antar marka min. 30 cm

Garis Utuh yang  Bagian jalan yang mendekati pulau lalu lintas  Lebar min. 10 cm (jalan non tol) Spesifikasi teknis marka
Marka Serong
Dibatasi dengan  Lebar min 15 cm (jalan tol) serong dapat dilihat pada

26
Jenis Marka Sub-Jenis Marka Posisi Penempatan Nilai Lainnya
Rangka Garis Utuh Lampiran Gambar 11
Peraturan Menteri
Garis utuh yang  Bagian jalan yang mendekati pulau lalu lintas  Lebar min. 10 cm (jalan non tol) Perhubungan No. 34 Tahun
Dibatasi dengan  Lebar min 15 cm (jalan tol) 2014 tentang Marka Jalan
Rangka Garis Putus-
putus
 Panjang min. 5 m (untuk VR < 60 km/jam) dan
Panah  Bagian jalan yang mendekati persimpangan
7,50 m (untuk VR > 60 km/jam)
 Lajur yang secara khusus diperuntukkan bagi
Gambar lajur sepeda, sepeda motor, atau mobil bus dan  Tinggi gambar min. sebesar 1 m Spesifikasi teknis marka
truk lambang dapat dilihat pada
Lampiran Gambar 12
Marka Lambang  Bagian jalan pada persimpangan sebelum marka
 Berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang Peraturan Menteri
Segitiga melintang berupa garis putus-putus yang tidak Perhubungan No. 34 Tahun
alas min. 1 m dan tinggi 3 kali lipat alas
dilengkapi dengan rambu larangan 2014 tentang Marka Jalan
 Tinggi huruf min. 1,6 m (untuk VR < 60
 Permukaan jalan yang digunakan untuk km/jam) dan 2,50 m (untuk VR > 60 km/jam)
Tulisan
mempertegas penggunaan ruang jalan
 Lebar huruf min. 2,9 m
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan

Tabel 15. Kriteria Desain Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas


Jenis Karakteristik Ukuran dan Daya Penempatan
 Digunakan untuk mengatur kendaraan
 Terdiri dari warna merah, kuning dan hijau, yang dapat dipasang dalam posisi
3 Warna  Ditempatkan pada sisi kiri, sisi kanan dan/atau
vertikal atau horizontal, dan dapat dilengkapi dengan lampu warna merah/hijau
sisi atas jalur lalu lintas yang mengahadap arah
yang memancarkan cahaya berupa tanda panah  Berbentuk bulai, lalu lintas
dengan diameter garis
 Digunakan untuk mengatur kendaraan dan/atau pejalan kaki  Apabila ditempat-kan di sisi jalur lalu lintas,
tengah antara 20 cm –
2 Warna  Terdiri dari warna merah dan hijau, yang dapat dipasang dalam posisi vertikal atau 30 cm tinggi lampu bagian paling bawah min. sebesar
horizontal 3,00 m dari permukaan jalan
 Daya lampu sebesar 60
watt – 100 watt  Apabila ditempat-kan di atas permukaan jalan,
 Digunakan untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan
tinggi lampu bagian bawah min. sebesar 5,50
1 Warna  Terdiri dari warna kuning atau merah (satu lampu menyala ber-kedip atau dua m dari permukaan jalan
lampu yang menyala ber-gantian), yang dapat dipasang dalam posisi vertikal atau
horizontal,

27
3.6. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol
1. Kantor cabang harus memiliki luas area kantor cabang ±3000 m 2, dengan fasilitas-
fasilitas yang tersedia diantaranya, bangunan kantor cabang, rumah dinas, kantin,
masjid, bengkel, pos polisi, lapangan olahraga dan tempat parkir (berkapasitas minimal
25 kendaraan).
2. Ketentuan-ketentuan terkait perencanaan bangunan fasilitas dan perlengkapan tol yang
harus diperhatikan, diatur dengan ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 16. Kriteria Desain Bangunan Fasilitas dan Perlengkapan Tol


No Parameter Satuan Nilai

Jarak Gerbang Tol dengan Persimpangan Jalan Non Tol m 200


1
Minimum Gerbang Tol dengan Overpass m 250
Alinyemen Horizontal pada Pelataran Tol % >2
2 Kemiringan
Melintang Permukaan Perkerasan pada Pelataran Tol % 1–2

Lebar Pada Gerbang Tol m 2,90


3
Perkerasan Lajur Khusus (Bagian Jalan) m 3,50
Lebar Minimum m 2,10

Panjang Searah m 25
4 Pulau Tol
Minimum Bolak-balik m 33
Ketinggian Lantai cm 25
Lebar m 3,50
5 Ruang Bebas
Tinggi m 5,10
Panjang m 2,00
6 Gardu Tol Lebar m 1,25
Tinggi m 2,50
Pelataran Tol Barrier - 1:8
Kemiringan
7 Pelataran Tol Ramp - 1:5
Taper
Jalan Akses - 1:5
2
Tipe 1 Jumlah Gardu: 2 – 5 m ± 221
2
Tipe 2 Jumlah Gardu: 6 – 10 m ± 276
Kantor 2
8 Tipe 3 Jumlah Gardu: 11 – 15 m ± 319
Gerbang Tol
Tipe 4 Jumlah Gardu: 16 – 20 m2 ± 374
2
Tipe 5 Jumlah Gardu: 21 – 24 m ± 410

Untuk GTO waktu transaksi berdasarkan SPM adalah 4 detik.

3.7. Kriteria Desain Lansekap Tol


1. Lansekap jalan tol harus memenuhi persyaratan kriteria visual, yang
mempertimbangkan faktor kecepatan kendaraan dan visual pengendara.
2. Lansekap jalan tol harus memenuhi kriteria tata tanaman, meliputi fungsi, habitus,
ukuran dan bentuk tanaman dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Fungsi tanaman, yang meliputi fungsi ekologis, arsitektural, rekayasa dan/atau
estetika.
b. Habitus tanaman, yang meliputi pohon, perdu, semak dan/atau rumput.
c. Ukuran tanaman, berupa tinggi tanaman, dengan ketentuan:
 Tanaman Pengalas : 10 – 30 cm

26
 Semak : 30 – 100 cm
 Perdu Rendah dan Sedang :1–2m
 Perdu Tinggi :3m
 Pohon Kecil :3–5m
 Pohon Sedang : 5 – 10 m
 Pohon Besar : > 10 m
3. Ukuran tanaman, berupa diameter tajuk tanaman, dengan ketentuan:
 Pohon Kecil :3–5m
 Pohon Sedang :5–7m
 Pohon Besar :>7m
4. Bentuk tanaman, meliputi bulat, memayung, piramidal, oval dan/atau menyebar.
5. Kriteria tata tanaman diatas, harus disesuaikan dengan segmentasi ruas jalan tol, dengan
ketentuan yang dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.

Tabel 17. Kriteria Desain Tata Tanaman pada Segmen Jalan Tol
Kecepatan Pola Tata Karakter
No Lokasi Fungsi Keterangan
Kendaraan Tanaman Lansekap
Detail Pentanaan Penanaman dalam
Gerbang Tol Lambat, Estetika
1. komposisi intensif pada bak tanaman dan
(Toll Gate) 0-15 km/jam visual
tanaman area khusus pot tanaman
Jarak tanam pohon,
Kombinasi
Pengarah, yaitu 10 m untuk
Linier, berbaris berbagai jenis
Jalan Utama Cepat, pembatas, pohon besar, 7 m
2. dan pohon/vegetasi,
(Main Road) > 60 km/jam buffer, untuk pohon
kelompok/massa terutama pohon
pembentuk sedang dan 5 m
lokal
untuk pohon kecil
Penahan
Kombinasi Jarak tanaman
Linier, berbaris silau,
berbagai semak rapat, agar dapat
Cepat, berkolompok peredam
3. Median hias, berbungan berfungsi sebagai
> 60 km/jam dalam bentuk kecelakaan,
atau berdaun pembatas, penahan
massa pembatas
indah silai kendaraan
jalur jalan
Detaik
Peneduh, Menciptakan
Tempat Lambat, komposisi Penanaman tanaan
estetika ruang luar dan
4. Istirahat 0-15 km/jam, berabagai jenis pohon, semak dan
visual, keindahan
(Rest Area) berhenti/istirahat dan dimensi groundcover
ekologis lingkungan
tanaman
Konservasi Penghijauan
Berkelompok Membentuk dan
dan lingkungan dan
Sedang, membetuk meciptakan
5. Interchange penghijauan pemanfaatan fungsi
40-60 km/jam massa, pengarah identitas
lingkungan, ekologis dan
jalur kawasan
line of sight estetika visual

3.8. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan


1. Perencanaan fasilitas harus disesuaikan dengan hasil Uji Kelelahan (metode uji Flicker
Fussion), sehingga dapat ditentukan Tipe Fasilitas pada lokasi terkait, meliputi Tipe
Fasilitas 1 (Tipe 1), Tipe Fasilitas 2 (Tipe 2) dan/atau Tipe Fasilitas 3 (Tipe 3).
2. Kriteria fasilitas diatas, harus memenuhi persyaratan dengan ketentuan yang dapat
dilihat pada Tabel berikut.

27
Tabel 18. Kriteria Desain Tempat Istirahat dan Pelayanan
Nilai
No Parameter Satuan
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3
Sebelum Titik Rawan
km 7 – 10 11 – 15 16 -25
1 Jarak Kecelakaan
Setelah Gerbang Tol km 5–7 3–4 1–2
2
2 Luas Tempat Parkir m 100 300 500
Orang - < 45 46 – 70 > 71
Urinal Minimum unit 5 10 15 – 20
Toilet
3 Toilet Pria Minimum unit 2 3 5-7
Umum
Toilet Wanita Minimum unit 5 10 15 – 20
2
Luas Standar Minimum m 120 240 290 – 350
Tempat
unit > 20 > 30 > 50
Jumlah Duduk
Minimum Telepon
Ruang unit 1 2 3
4 Umum
Publik
Mushola m2 9 15 21
Luas Minimum 2
Taman m 500 1000 3000
Pengunjung orang < 100 101 – 150 > 151
5 Restoran Tempat Duduk Minimum unit 70 100 190
2
Luas Minimum m 400 500 900
Pengunjung orang < 100 101 – 150 > 151
6 Kios Tempat Duduk unit 30 40 80
2
Luas Minimum m 140 170 250
Jumlah Flowmeter unit 4 4 3
Ruan Pengisian Bahan Bakar m2 300 300 300
2
Kantor m 120 120 120
7 SPBU 2
Bengkel m - - 80
2
Lain-lain m 50 50 50
2
Luas Total m 460 460 550

3. Selain parameter diatas, terdapat beberapa parameter tambahan lainnya terkait


perencanaan tempat istirahat dan pelayanan dalam suatu ruas jalan tol, yaitu:
a. Jarak titik akhir lajur percepatan dengan titik awal lajur perlambatan antara tempat
istirahat dan pelayanan dengan simpang susun untuk jurusan yang sama sekurang-
kurangnya 3 (tiga) kilometer.
b. Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan yang tidak setipe sekurang-kurangnya
berjarak 10 (sepuluh) kilometer dan tidak lebih dari 20 (dua puluh) kilometer pada
masing-masing jurusan.
c. Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan tipe B sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) kilometer dan tidak lebih dari 20 (dua puluh) kilometer pada masing-
masing jurusan.
d. Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan tipe A sekurang-kurangnya 40 (empat
puluh) kilometer dan tidak lebih dari 120 (seratus dua puluh) kilometer pada
masing-masing jurusan.

28
e. Jarak penempatan bangunan tempat istirahat dan pelayanan minimal 12,50 (dua
belas koma lima puluh) meter dari tepi lajur lalu lintas.
f. Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses apa pun
dari luar Jalan Tol.
g. Lokasi tata letak dan rencana teknik tempat istirahat dan pelayanan ditentukan oleh
Badan berdasarkan ketentuan teknik yang ditetapkan oleh Pembina Jalan.

29

Anda mungkin juga menyukai