1. Dalam Manajemen Sektor Publik, Good Governance dipandang sebagai suatu acuan yang
harus dibangun oleh birokrasi pemerintah agar dapat menjalankan fungsi-fungsi
manajemen public dengan semestinya. Bagaimana pandangan anda mengenai upaya
pencapaian good governance di Indonesia, analislah dengan berbagai contoh dan fakta
yang ada yang akan memperkuat argument anda??
Good governance adalah penyelenggaraan negara yang melibatkan unsur lembaga
swadaya masyarakat (LSM), swasta dan masyarakat, di mana dalam mengambil suatu
kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan demi kepentingan masyarakat tidak
semata-mata berada ditangan pemerintah tetapi adanya partisipasi aktif dari LSM, swasta
dan masyarakat tersebut. Good Governance di Indonesia mulai dirintis dan diterapkan
sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan
sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good
Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam
pemerintahan baru. Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas
prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur
kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah
bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Prinsip-prinsip
tersebut meliputi:
a. Participation/ Partisipasi Masyarakat: semua warga masyarakat mempunyai suara
dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh
tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat,
serta kepastian untuk berpartisipasi secara konstruktif.
b. Rule of Law/ Tegaknya supremasi hukum: Sehubungan dengan itu, dalam proses
mewujudkan cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk
menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut:
Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal certainty), Hukum
yang responsip, Penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi
peradilan Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk
didalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia
c. Transparency/Transparasi: keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi
dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-
lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan
informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Sehingga
bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan,
meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan
berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan..
d. Responsive: lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintah harus berusaha melayani
semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak
korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good
governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya. Pelaksanaan
good governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari
pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang
ada didunia.
e. Consensus Orientation/ Berorientas pada consensus: Menyatakan bahwa keputusan
apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model
pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian
besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia
akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang
terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan
dalam konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah
persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin
banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka
akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Tata
pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi
terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur.
f. Equity/Kesetaraan: Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua
warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka..
g. Effectiveness and Efficiency/ Efektifitas dan efisiensi: Untuk menunjang prinsip-prinsip
yang telah disebutkan di atas, pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi
kriteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif
biasanya di ukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan
itu efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun
perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan
disusun secara rasional dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka
harapan partisipasi masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-
program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka. Proses-proses pemerintahan dan
lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
h. Akuntabilitas: Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para
pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar
akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik
akan akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-
instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja
penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan
tegas.
Sebagai contoh upaya pencapaian good governance di Indonesia adalah dengan penerapan
e-goverment sebagai bentuk terobosan baru pemerintah indonesia dalam wujudkan good
governance, Sebagai salah satu langkah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) di Provinsi Jawa Tengah, penerapan aplikasi Elektronik Standar Harga
dan Barang/Jasa (e-SHB) diharapkan mampu menjadi salah satu jawabannya. Aplikasi
tersebut memfasilitasi proses penyusunan harga standar barang dan jasa, mulai dari usulan
harga barang dan jasa hingga menjadi Peraturan Gubernur (Pergub) Standarisasi, dengan e-
SHB, bisa memberikan kemudahan dalam proses penyusunan Pergub Standarisasi Harga
Barang dan Jasa. Apabila penyusunan pergub bisa lebih cepat, lebih cepat pula sebagai
pedoman SKPD dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) tahunan.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik Indonesia menjadikan
Provinsi Jawa Tengah sebagai contoh kepada daerah lain di Indonesia dalam penerapan
Good Governance. Hal itu menyusul akan dibuatnya buku Best Practice tentang tata kelola
pemerintahan yang baik oleh BPKP. Dalam buku tersebut, BPKP menjadikan Jawa Tengah
sebagai salah satu contoh panduan kepada daerah lain di Indonesia. Buku ini nantinya
ditujukan untuk meningkatkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan
peningkatan kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP).
2. Indonesia termasuk salah satu Negara berkembang, yang mulai meninggalkan pola lama
dalam penyelenggaraan pemerintahannya dan beradaptasi dengan perkembangan
tekhnologi. Analisislah sejauh mana tingkat pemanfaatan e-government pada birokrasi
pemerintahan daerah di Indonesia dan Berikan contoh dengan salah satu daerah yang
dinilai cukup berhasil dalam pemanfatan e-government ???
, Secara umum terdapat 4 (empat) macam interaksi antar pelaku dalam e-government, yaitu :
1. G to C : Government to Citizens
Merupakan aplikasi e-government yang paling umum dimana pemerintah membangun dan
menerapkan berbagai portofolio tenologi . Informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki
hubungan. Interaksi dengan masyarakat (untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya
melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau
pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.
Contoh :
- Kantor Imigrasi bekerjasama dengan Bandara & bank2 swasta membangun jaringan Teknologi
Informasi, sehingga para turis dapat membayar fiskal melalui ATM, tidak perlu antre di bandara.
- DEPAG membuka situs pendaftaran Haji, shg pemerintah dapat menyiapkan kuota haji dan
bentuk pelayanan yang sesuai.
- DEPNAKER membuka situs informasi lowongan kerja sekaligus pendaftaran Tenaga Kerja ke
Luar Negeri
2. G to B : Government to Business
Bertujuan untuk membentuk lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah
negara dapat berjalan sebagaimana mestinya, dalam hal ini perusahaan swasta memerlukan
data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah serta berinteraksi dengan pemerintah.
Berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai sebuah entiti yang berorientasi profit.
Contoh :
- Perusahaan dapat dengan mudah menjalankan aplikasi web untuk menghitung besarnya pajak
yang harus dibayar kepada pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet.
- Proses tender proyek-proyek pemerintah yang melibatkan swasta dapat dilakukan melalui
website mulai dari pengambilan formulir tender, sampai dengan pengumuman pemenang
tender (sehingga menghemat biaya).
- Proses pengadaan barang kebutuhan pemerintah dapat dilakukan secara efisien dengan
menerapkan e-procurement ( menghubungkan kantor-kantor pemerintah dengan supplier-nya
).
3. G to G : Government to Governments
Di era global interaksi dan komunikasi antar pemerintah satu dengan yang lainnya setiap
harinya sangat diperlukan, hal ini bertujuan untuk memperlancar kerjasama antar negara dan
antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan, dll) dalam melakukan hal-hal yang
berkaitan dengan sdministrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial
dan budaya, dll).
Contoh :
- Hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat dengan kedutaan besar
untuk membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh warga negara
asing yang sedang berada di tanah air
- Aplikasi yang menghubungkan kantor-kantor pemerintah setempat dengan bank-bank asing
milik pemerintah di negara lain dimana pemerintah setempat menabung dan menanamkan
uangnya.
- Pengembangan suatu sistem basis intelijen yang berfungsi untk mendeteksi orang-orang yang
tidak boleh masuk atau keluar dari wilayah negara (cegah tangkal)
- Sistem informasi di bidang hak cipta intelektual untuk pengecekan dan pendaftaran terhadap
karya-karya tertentu yang ingin memperoleh hak paten internasional.
4. G to E : Government to Employees
Aplikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau
karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
Contoh :
- Sistem pengembangan karir pegawai pemerintah, untuk meyakinkan adanya perbaikan
kualitas SDM, penunjang proses mutasi, rotasi serta promosi seluruh karyawan pemerintahan.
- Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan pegawai.
- Sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah
terintegrasi dengan lembaga kesehatan (rumah sakit, apotik, poliklinik, dll) serta lembaga
pendidikan (sekolah, PT, Kejuruan , dll).
- Aplikasi yang dapat membantu karyawan pem untuk melakukan perencanaan keuangan
keluarganya termasuk tabungan dan pensiun.
Di Indonesia sudah ada banyak kabupaten/kota yang menerapkan e-Government dengan cukup
baik, diantaranya adalah Pemerintah kota Surabaya bahkan sudah menerapkan sistem
Surabaya Single Windows (SSW) yaitu sebuah layanan yang membuat masyarakat dapat
mengurus perizinan melalui smartphone. Bahkan, masyarakat dapat mencetak sendiri
dokumen-dokumen perizinan. Surabaya Single Window (SSW) merupakan salah satu layanan
pengurusan perizinan pemerintah kota Surabaya yang terintegrasi secara online. Program ini
bertujuan untuk mempermudah layanan perizinan bagi masyarakat dengan pihak pemerintah
kota Surabaya.
Surabaya adalah salah satu contoh kota yang menerapkan e-Government dengan baik. Solusi
yang dihadirkan di Surabaya mencakup Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPD), e-SDM, e-
Monitoring, e-Education, e-Permit, e-Office, e-Health, e-Dishub, Media Center, serta Sistem
Siaga Bencana. Dengan melihat cakupan yang diwadahi, bisa dipahami bahwa Surabaya tidak
hanya memiliki birokrasi yang baik, tetapi kota ini mampu konsekuen dengan konsep smart city
yang diangkatnya. Salah satu contoh implementasi yang berjalan baik adalah Sistem
Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPD). Sistem Ini menjadi objek vital sebab menyangkut
perencanaan dan pengembangan kota dan staf pemerintahan di kota Surabaya. Karena
posisinya yang sangat penting, maka di dalamnya pun dilengkapi dengan e-Musrenbang yang
disusun untuk mendukung sinergi perencanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
Secara umum alur pikir NPS menentang paradigma-paradigma sebelumnya (OPA dan
NPM). Dasar teoritis paradigma NPS ini dikembangkan dari teori tentang demokrasi, dengan
lebih menghargai perbedaan, partisipasi dan hak asasi warga negara. Dalam pandangan
New Public Service, administrator publik wajib melibatkan masyarakat (sejak proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) dalam pemerintahan dan tugas-tugas
pelayanan umum lainnya.Tujuannya adalah untuk menciptakan pemerintahan yang lebih baik,
sesuai dengan nilai-nilai dasar demokrasi, serta mencegah potensi terjadinya korupsi.
Paradigma NPS berpandangan bahwa responsivitas (tanggung jawab) birokrasi lebih
diarahkan kepada warga negara (citizen’s) bukan clients, konstituen (constituent) dan bukan
pula pelanggan (customer). Perspektif new public service mengawali pandangannya dari
pengakuan atas warga negara dan posisinya yang sangat penting bagi pemerintahan
demokratis.
Konsep Ideal yang ditawarkan oleh New Public Service dapat dilihat melalui Prinsip-prinsip atau
asumsi dasar yang dipakai O l e h N e w P u b l i c S e r v i c e yang berbeda dari NPM dan OPA,
Yaitu :
1. Melayani Warga Negara, bukan customer (Serve Citizens, NotCustomers)
Dalam New Public Management, masyarakat pengguna jasa publik disamakan dengan
“ customer ‟ sebagaimana istilah dunia bisnis untuk menyebut pengguna produknya.
New Public Management berpendapat pemerintahan yang digerakkan oleh customer
driven menekankan akuntabilitas, inovasi, pilihan pada pelayanan, dan pengurangan
pemborosan, karena itu lebih unggul dibanding pemerintahan birokratis. Tujuan utama
administrasi public adalah memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik sehingga
memuaskan customer sebagaimana dunia bisnis.
New Public Service memandang publik sebagai “citizen‟ atau warga negara yang
mempunyai hak dan kewajiban publik yang sama. Tidak hanya sebagai customer yang dilihat
dari kemampuannya membeli atau membayar produk atau jasa. Citizen adalah penerima dan
pengguna pelayanan publik yang disediakan pemerintah dan sekaligus juga subyek dari
berbagai kewajiban public seperti mematuhi peraturan perundang-undangan, membayar pajak
, membela Negara, dan sebagainya. New Public Service melihat publik sebagai warga negara
yang mempunyai hak dan kewajiban dalam komunitas yang lebih luas. Adanya
unsur paksaan dalam mematuhi kewajiban publik menjadikan relasi Negara dan publik tidak
bersifat sukarela. Karena itu, abdi negara tidak hanya responsif terhadap “customer‟ , tapi juga
fokus pada pemenuhan hak-hak publik serta upaya membangun hubungan kepercayaan
(trust) dan kolaborasi dengan warga negara.
4. Bandingkan dan jelaskan manajemen pada organisasi public dan organisasi swasta beserta
contoh yang konkrit.
perbandingan organisasi publik dan privat secara umum, yaitu:
No Organisasi Publik Organisasi Privat
1. Tujuan laba non laba
2. Produk yang dihasilkan Publics goods Privat goods
3. Cara pengambilan keputusan demokratis Strategis bisnis
4. Ukuran kinerja Social welfare efisiensi
5. Misi organisasi “melakukan kebaikan” “untung rugi”
1) Orientasi
Organisasi laba berorientasi pada laba atau untung, sedang organisasi public
berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat (tidak mencari untung). Sementara organisasi
nirlaba hanya sebagai suatu organisasi yang didirikan untuk mendukung suatu isu di dalam
menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap
hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
2) Kepemilikan
Pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang
Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan
Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi, sementara di organisasi public yang bertanggung jawab adalah
Negara yang didelgasikan kepada pejabat atau orang tertentu untuk mengelolanya dan kalau tidak maka
dikenai sanksi.
Contoh pada bank pemerintah dan bank swasta, Banyak contoh dari bank swasta, seperti bank
BCA, Mandiri, CIMB Niaga dll. Bank ini memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang
keuangan. Mulai dari peminjaman uang, tabungan, deposito KPR dan lain-lain. Pelayanan di
bank swasta biasanya lebih baik dibandingkan bank milik pemerintah. Mulai dari inovasi
pelayanan, promosi dan pelayanan lainnya. Namun konsekuensinya adalah biasanya bunga
bank swasta lebih tinggi dari bank pemerintah. Hal ini juga berkaitan dengan hukum harga
pasar yang berlaku dan tujuan dari bank itu sendiri yang ingin memperoleh keuntungan.
5. New Public Service (NPS) muncul akibat kritik terhap kelemahan New Public Management
(NPM), NPS dianggap mampu menawarkan konsep ideal dalam membentuk pelayanan
publik yang efektif dan akuntabel. Jelaskan kendala apa saja yang terjadi di dalam
pelaksanaanya?
Hingga saat ini Indonesia sudah mulai mengadopsi konsep New Public Service. Namun
hanya saja dalam pelaksanaanya masih dihadapkan dengan berbagai macam kendala, yaitu :
1. Pengaruh budaya lama (budaya feodal) 2. Politisasi Administrator Daerah Tuntutan
otonomi daerah pada saat reformasi tahun 1998, merupakan bentuk dari ketidakpuasan
daerah dalam rangka pembagian kekayaan daerah dengan pusat, walaupun hanya daerah-
daerah tertentu (daerah yang kaya, seperti Riau, Aceh, Kaltim, dsb) yang menuntut ruang
yang lebih besar dalam pengelolaan kekayaannya, atau mereka akan melepaskan diri dari
NKRI. 3. Kurangnya sosialisasi dari Pemerintah mua urusan sebenarnya sudah ada
peraturannya, tapi sayangnya, peraturan-peraturan itu kurang disosialisasikan. Jadi kita
seperti buta saat mencoba mencari tahu tentang sesuatu, seperti masuk ke dalam labirin.
Informasi mengenai kejelasan mengenai peraturan dan prosedur baku (SOP-Standart
Operating Procedure) yang berlaku masih sangat kurang. Padahal, ini sangat penting,
terutama di pos-pos pelayanan masyarakat yang strategis. Misalnya perihal pengurusan
administrasi kependudukan, seperti KTP, Sertifikat Tanah, Paspor, atau Surat Nikah. 4.
Kinerja Pegawai Rendah Ini termasuk masalah kedisiplinan yang rendah, attitude dalam
memberikan pelayanan yang kurang baik, maupun kurang tegasnya sanksi bagi pegawai yang
berkinerja buruk.
6. Buatlah satu soal yang berhubungan dengan NPM dan jawab sendiri soal yang saudara buat
tersebut (Bobot Nilai 10%). Jawaban max. 1 halaman)