Anda di halaman 1dari 12

Berpikir kritis dan Pengambilan Keputusan

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibatdi dalam pengambilan
suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupunyang kompleks. Proses dalam
pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses berpikir kritis.Berfikir merupakan suatu
proses yang berjalan secara berkesinambunganmencakup interaksi dari suatu rangkaian
pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep
berfikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain
itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalamk e p e r a w a t a n y a n g d i d a l a m n y a
d i p e l a j a r i k a r a k t e r i s t i k , s i k a p d a n s t a n d a r berfikir kritis, analisis pertanyaan kritis,
hubungan pemecahan masalah, pengambilan keputusaan dan kreatifitas dalam berfikir kritis serta
factor-faktor yang mempengaruhi berfikir kritis. Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan
kesehatan, yaitu memberiasuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
akan selaludituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritisdalam
proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberi gambarankepada perawat tentang
pemberian asuhan keperawatan yang komprehen sif dan bermutu. Seorang yang
berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap m a s a l a h d e n g a n s u d u t y a n g
s e l a l u b e r b e d a m e s k i p u n o b y e k n y a s a m a , sehingga dapat dikatakan, dengan
tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan
mencari apa yang palingefektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang lebih baik untuk
kesejahteraandiri maupun orang lain.

Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatankita dalam pengalaman
baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,k i t a m e n j a d i l e b i h m a m p u
u n t u k m e m b e t u k a s u m s i , i d e - i d e d a n m e n b u a t simpulan yang valid. Semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar. eterampilan kognitif yang
digunakan dalam berpikir kualitas tinggi m e m e r l u k a n d i s i p l i n i n t e l e k t u a l ,
evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, t a n t a n g a n d a n d u k u n g a n . B e r p i k i r
k r i t i s a d a l a h p r o s e s p e r k e m b a n g a n kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional
dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan y ang
menjadi contohdalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuanmendasar bagi praktisi


kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dank e b i d a n a n . ! i d a k h a n y a
b e r p e n g a r u h p a d a p r o s e s p e n g e l o l a a n a s u h a n keperawatan dan kebidanan, tetapi
penting untuk meningkatkan kemampuanmerencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada
semua tingkatan posisiklinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan
mengambilk e p u t u s a n y a n g e f e k t i f , b a i k s e b a g a i p e l a k s a n a " s t a f
m a u p u n s e b a g a i pemimpin.P e n y e l e s a i a n m a s a l a h d a n p e n g a m b i l a n k e p u t u s a n
b u k a n m e r u p a k a n bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan
keputusanmembutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan
dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan denganmenggunakan
proses yang sistematis dalam memilih alternatif. !idak semua pengambilan keputusan dimulai dengan
situasi masalah.P e m e c a h a n m a s a l a h t e r m a s u k d a l a m l a n g k a h p r o s e s
pengambilank e p u t u s a n , y a n g d i f o k u s k a n u n t u k m e n c o b a
m e m e c a h k a n m a s a l a h secepatnya.
B. ISI
a. Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan

A. Pengertian
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti :
bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to
decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode.
Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan
mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena,
pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut
Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh,
asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan
aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas.
Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang
mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta
merumuskan kesimpulan dan keputusan.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :
1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2. Penerapan profesionalisme
3. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan keperawatan.
4. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan
dalam berbagai aktifitas

Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari
karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan
dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis diperlukan guna mengembangkan kemampuan
analisa, kritis, dan ide advokasi. Freely mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menggunakan
kemampuan deduktif dan induktif, kemampuan mengambil keputusan yang tepat didasarkan pada
fakta dan keputusan yang dihasilkan melalui berpikir kritis
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan
penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan tentang berpikir kritis
tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998
penelitian menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam keperawatan.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Berpikir kritis dalam keperawatan
merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan.
Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri,
kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola
piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman
baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk
asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari
sebuah proses berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin
intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan
cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi
contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide
yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
B. Karakteristik Berpikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah
fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut,
dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi
secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta
fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir
atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah
sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi
benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu
pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.
Wade (1995) mengidentifikasi delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1. Kegiatan merumuskan pertanyaan
2. Membatasi permasalahan
3. Menguji data-data
4. Menganalisis berbagai pendapat
5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6. Menghindari penyederhanaan berlebihan
7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8. Mentolerasi ambiguitas

C. Model Berfikir Kritis


Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu
pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir
kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature.
Costa and Colleagues (1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai
“The Six Rs” yaitu :
1. Remembering (Mengingat)
2. Repeating (Mengulang)
3. Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
4. Reorganizing (Reorganisasi)
5. Relating (Berhubungan)
6. Reflecting (Memantulkan/merenungkan)

Lima Model Berfikir Kritis


Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam keperawatan.
Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry,
New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk mempelajari asumsi
yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut. Asumsi berpikir kritis adalah
komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan berkerja bersama dengan keperawatan. Ada
beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu sebagai berikut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh komponen esensial
dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berfikir kritis melibatkan
pikiran, perasaan, dan bekerja yang ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi
perawat profesional yang berkerja bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja
tanpa perasaan adalah hal yang sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara
pikiran, perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam memulai praktik profesional.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir adalah
membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak
mungkin. Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang mempengaruhi berpikir dan
mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu.
Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke
depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak bisa
dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan mendiskusikan
secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan
mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek
keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan bekerja adalah sesuatu
hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek keperawatan, tetapi dapat
dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong, mereka dalam
dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir
kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang
asing jika mereka menggunakan model sama yang digunakan setiap hari. Berpikir kritis dalam
keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai dengan pikiran
dan yang sudah dipelajari. Berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat
belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk mengambarkan
keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana pelajar dan perawat
berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah cara
berpikir secara sistematis dan efektif.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan gabungan dari
beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir dituangkan.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari beberapa aktifitas berpikir yang
berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu terjadi

b. Tahapan proses keperawatan

Pengkajian

1. Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi
pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup
tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah
kesehatan serta keperawatan.

a. Pengumpulan data
Tujuan :

Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga
dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.

Jenis data antara lain:

 Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan,
dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
 Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau
dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi :

 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang


 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

b. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai
dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

c. Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah
kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah
Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya
disusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.

Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi,
sedangkan Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka
tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow,
yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).

Perumusan diagnosa keperawatan :

 Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
 Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi.
 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.

3. Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi


sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua
perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan
konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam
laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang(potter,1997)

4. Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

 Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.

 Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.

 Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan


keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.


 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan
dalam rencana evaluasi.

Hasil Evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1. Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai


dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab
tidak tercapainya tujuan.

Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai
dengan evaluasi kepada pasien ,seluruh tindakannya harus didokumentasikan dengan benar
dalam dokumentasi keperawatan.

c. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
pengkajian-keperawatan Tahap pengkajian keperawatan merupakan pemikiran
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting
untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu. Data Dasar adalah kumpulan data
yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk
mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau
profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan
atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Fokus Pengkajian
Keperawatan Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis.
Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian
keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya
dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien
adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah
aktifitas harian. Pulta (Pengumpulan Data) Pengumpulan data adalah
pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan
untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan,
serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan
data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama klien
dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk
menambah / melengkapi data (re-assessment). Tujuan Pengumpulan Data 1.
Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien. 2. Untuk menentukan
masalah keperawatan dan kesehatan klien. 3. Untuk menilai keadaan kesehatan
klien. 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah
berikutnya. Tipe Data : 1. Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut
tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang
status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan,
kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu. 2. Data Objektif adalah data yang
dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat,
dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. Karakteristik
Data 1. Lengkap Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi
masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari.
Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan
menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada
nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau
hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan. 2.
Akurat dan nyata Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir
secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar,
dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap
semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau
kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus
berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi :
“klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Perawat berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan
tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan
makanan yang diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa
klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan
bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan
kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat
pengkajian. 3. Relevan Pencatatan data yang komprehensif biasanya
menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita
waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan
membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang
relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap
masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus. Sumber Data 1. Sumber data
primer Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. 2. Sumber data
sekunder Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau
istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam
berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak,
atau klien dalam kondisi tidak sadar. 3. Sumber data lainnya 1. Catatan medis dan
anggota tim kesehatan lainnya. Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan
sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan. 2.
Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan
riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-
hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana
tindakan medis. 3. Konsultasi Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan
anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis
atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut
dapat diambil guna membantu menegakkan diagnosa. 4. Hasil pemeriksaan
diagnostik Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat
digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah
kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu
mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan. 5. Perawat lain Jika klien
adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta
informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk
kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan. 6. Kepustakaan. Untuk
mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca
literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur sangat
membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat.
Metoda Pengumpulan Data 1. Wawancara 2. Observasi 3. Pemeriksaan fisik 4.
Studi Dokumentasi

d. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini
merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi
respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Di
beberapa negara mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik keperawatan sebagai
suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggung
jawab di dalamnya
( Kim et al, 1984).

Jadi pengertian diagnosa keperawatan diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik


tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien
(Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh
dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang
masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi,
dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.

Diagnosa keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga direfleksikan
dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan satu dasar luas mengevaluasi
praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak manusia yang menerimaasuhan keperawatan.
( ANA, 1980).

Proses keperawatan telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para
penerima tindakan keperawatan disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses
keperawatan :

1. Pengkajian. Menetapkan data dasar seorang klien


2. Analisa. Identifikasi kebutuhan perawatan klien dan seleksi tujuan perawatan
3. Perencanaan. Merencanakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
untuk perawatan klien.
4. Implementasi. Memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
5. Evaluasi. Menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan keperawatan yang telah dicapai.

Dengan mengikuti kelima langkah ini, perawat akan memiliki suatu kerangka kerja yang
sistematis untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.

Komponen Diagnosa Keperawatan

Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk
sebagai bentuk PES
( Gordon, 1987 ).
“ P “ diidentifikasi sebagai masalah / problem kesehatan, “E” menunjukan etiologi /
penyebab dari problem, dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau apa yang
dikenal sebagai “ batasan karakteristik” ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan
dengan menggunakan “ yang berhubungan dengan ”.

Kemudian diagnosa-diagnosa tersebut dituliskan dengan cara berikut : Problem “ yang


berhubungan dengan “ etiologi” dibuktikan oleh “ tanda-tanda dan gejala-gejala ( batasan
karakteristik ).

Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah


kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian
yang dilakukan oleh perawat.

Etiologi ditunjukan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu, pengaruh


genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan
patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan apa yang klien katakan dan apa yang
diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya masalah tertentu.

Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan mencakup hal-hal berikut :

 Defenisi. Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa –diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan tersebut.
 Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”). Bagian ini menyatakan
penyebab-penyebab yang mungkin untuk masalah yang telah diidentifikasi. Yang
tidak dinyakatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ]. Faktor yang berhubungan /
risiko diberikan untuk diagnosa yang beresiko tinggi.
 Batasan karakteristik (“dibuktikan oleh”). Bagian ini mencakup tanda dan gejala yang
cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan suatu masalah. Sekali lagi seperti pada
definisi dan etiologi. Yang tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ].
 Sasaran / Tujuan. Pernyataan –pernyataan ini ditulis sesuai dengan objektif perilaku
klien. Sasaran / tujuan ini harus dapat diukur, merupakan tujuan jangka panjang dan
pendek, untuk digunakan dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan
dalam mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada lebih dari satu
tujuan jangka pendek, dan mungkin merupakan “batu loncatan” untuk memenuhi
tujuan jangka panjang.
 Intervensi dengan Rasional Tertentu. Hanya intervensi-intervensi yang sesuai untuk
bagian diagnosa yang ditampilkan. Rasional-rasional yang digunakan untuk intervensi
mencakup memberikan klarifikasi pengetahuan keperawatan dasar dan untuk
membantu dalam menyeleksi intervensi-intervensi yang sesuai untuk diri klien.
 Hasil Klien yang Diharapkan / Kriteria Pulang. Perubahan perilaku sesuai dengan
kesiapan klien untuk pulang yang mungkin untuk dievaluasi.
 Informasi Obat – obatan. Informasi ini mencakup implikasi keperawatan, menyertai
bab-bab yang mana tiap klarifikasinya sesuai.

Anda mungkin juga menyukai