Anda di halaman 1dari 26

1

MAKALAH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN
(Dosen Pengampuh: Dr. Wartono, M.Pd)

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh:

Benyamin Jemat (170403070015)


Kristina Iwung (170403070008)
Martina Amut (170403070005)
Natalai Zhili (170403070003)
Olivia Ina Boi (170403070020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KANJURUHAN
MALANG
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul pendekatanpembelajaranyang dibimbing oleh Bapak Dr.
Wartono, M.Pd. Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai
pendekatan pembelajaran. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari
beberapa sumber baik dari buku, jurnal maupun dari internet dan membuat
gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.Penulis berterima kasih kepada
beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah
ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang bersifat membangun demi tercapainya
makalah yang lebih baik.

Malang, 02 Oktober 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3. Tujuan...................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran............................................................ 6
2.2. Peran Pendekatan Dalam Pembelajaran .................................................................. 7
2.3. Jenis-Jenis Pedekatan Dalam Pembelajaran ............................................................. 9
BAB III............................................................................................................................. 25
PENUTUP........................................................................................................................ 25
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 25
3.2. Saran ....................................................................................................................... 25
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus
maju dan berkembang dengan cepat.Peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan
jaman yang semakin global.Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh
terhadap dunia pendidikan.Pendidikan merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus
sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan
dengan baik.
Dewasa ini, proses belajar mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA
masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan
guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya.
Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan.Peserta didik
cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep
mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun
lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru
dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan
target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang
terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk
membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan
tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih
merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.Sehingga dalam mengajar
diperlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus pandai menggunakan
pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan
menentukan sikap dan perbuatan.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional
5

tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih


kegiatan pembelajaran.Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk
mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga
mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disamapikan guru
dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan
anak didik lainnya, akan berbeda yang dengan pendidik yang memandang anak
didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal.
Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai
anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak
didik itu merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan
beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.
Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya
berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari
konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu. System dan
pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan system dan
pendekatan tersebut untuk menyakinkan . Ada alasan untuk belajar, Siswa belum
mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-hasil
belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan dicapai.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran ?


2. Bagaimana peran pendekatan dalam pembelajaran?
3. Apa saja Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran?
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini, yaitu untuk :

1. Mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran


2. Mengetahui bagaimana pendekatan dalam pembelajaran
3. Mengetahui jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran
6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan instructional untuk suatu satuan instruksional
tertentu.Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat
meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa
yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap
siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang
baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada
siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter pembelajaran. Pendekatan (approach) pembelajaran fisika adalah cara
yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa
beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekata,
yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru
melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru
menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
7

2.2. Peran Pendekatan Dalam Pembelajaran


Di lihat dari segi kepentingannya, pendidikaan dapat dilihat dari dua
bagian.Pertama pendidikan dari segi kepentingan individual, kedua pendidikan
dari segi kepentingan masyarakat. Dari segi kepentingan individual, pendidikan di
samping harus memperhatikan perbedaan bakat, kemampuaan, kecenderungan
dan lainnya yang dimiliki anak didik, juga harus dapat membantu individu dalam
mengexpresikan dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga dapat menolongnya
dikemudian hari.Dengan pendekatan yang bersifat individualistis ini, pendidikan
hanya befungsi menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan bebagai
potensi pesreta didik yang berbeda-beda itu dapat diwujudkan dalam kenyataan.
Paradigma pendikan yang digunakan bukanlah mengisi air ke dalam gelas,
melainkan memotivasi dan menginspirasi agar berbagai potensi yang dimiliki
peserta didik itu dapat diexplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma
pendidikan yang demikiaan itu, menempatkan guru sebagai “seorang bidan” yang
membantu melhirkan seorang ibu hamil. Guru hanya membantu peserta didik agar
dapat mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.
Dengan cara demikian, maka guru bukan sebagai informan (pemberi
informasi), melainkan sebagai agent yang menggerakan terjadinya proses
pembelajaran pada anak didik, sehingga ank didik mau belajar denga giat dan
sungguh-sungguh, melahirkan gagasn, pemikiran, dan sebagainya dengan
aktivitasnya sendiri. Keadaan ini pada tahap selanjutnya menempatkan guru
sebagai motivator, katalisator, inspirator, imaginator, fasilitator, dan seterusnya.
Paradigma guru dalam konteks kegiatan pembelajaran yang demikian itu telah
menjadi salah satu pilihan yang banyak diterapkan pada negara yang mengandung
sistem pemerintahan yang demokratis termasuk di indonesia.
Paradigma pendidikan yang bersifat individualistis ini memiliki landasan
dan akar konseptual pada teori psikologi yang beraliran nativisme, humanisme,
dan liberalisme.yaitu sebagai teori psikologi yang mengatakan bahwa setip
manusia memilik bakat, kecenderungan dan lain sebagainya yang berasal dari
dirinya sendiri, dan oleh karena itu mereka harus diberikan kebebasan sebebas-
bebasnya tanpa ada tekanan dan paksaan dari luar. Konsep pendidikan yang
individualistis ini misalnya, dapat dikembalikan kepada socrates, jogh dewey,
8

ivan illich, dan lain-lain. Konsep pendidikan ini juga berakar pada pandangan
tentang tidak adanya nilai moral universal.Nilai-nilai moral seluruhnya bersifat
positifistik dan anthropocentris.Yakni bergantung kepada ukuran dan parameter
yang dietentukan oleh masing-masing individu.Dengan demikiaan, nilai moral
menjadi sesuatu yang bersifat relatif dan personal.Keaadan ini pada gilirannya
membawa pada keaadaan tidak adanya hukum universal yang dapat digunakan
oleh seluruh umat manusia.
Adapun pendidikan yang dilihat dari segi kepentingan masyarakat adalah
pendidikan yang lebih merupakan media atau sarana yang berfungsi menyalurkan
gagasan, pemikiran, nilai-nilai budaya, agama, sistem politik, ilmu pengetahuaan,
dan lain sebagginya yang sudah diakui oleh masyarakat dan negara. Dengan
demikian, kepentingan masyarakat dan negara sangat menentukan dlam
mengarahkan kegiatan pendidikan.
Pendidikan yang demikiaan itu, pada gilirannya menempatkan guru sebagai
satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menentukan corak dan warna
pendidikan.Dan dalam waktu yang bersamaan, peserta didik ditempatkan sebagai
objek yang sepenuhnya mengikuti kehendak guru.peserta didik tidak memiliki
pilihan lain. Kecuali harus mengikuti agenda pendidikan dan pengajaran yang
telah disiapkan pemerintah dan masyarakat.Dengan paradigma yang demikiaan
itu, maka paradigma guru menjadi satu-satunya agent of information atau agent of
knowledgel.Hal ini pada gilirannya membawa konsep pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher centris). Guru memberikan sejumlah pengetahuan ajaran dan
lainnya yang harus dihapal dan dikuasai dengan baik oleh peserta didik, tanpa ada
peluang bagi mereka untuk mempertanyakan urgensitas dan relevansitas yang
diajarkan oleh guru tersebut. Dengan paaradigma ini, maka guru yang menjadi
aktif, sedangkan murid menjadi pasif. Pardigma pendididik yang digunakan dalam
konteks ini adalah “ mengisi air kedalam gelas” atau “ menuangkan ilmu
pengetahuaan, keterampilan, dan sebagainya, kedalam otak peserta didik.”
Dengan pendekatan yang demikiaan, maka pendidikan dengan berbagai
komponennya: Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar, guru, murid,
manajemen, sarana prasarana, lingkungan,keuangan, alat dan sumber belajar,
evlauasi dan lainnya di tentukan dari atas atau pusat, yaitu di tentukan oleh
9

mereka yang memiliki otorits sebagai pengambil kebijakan. Pendidikan yang


bercorak sentrlistis ini dianggap kurang memberikan kemungkinan pada pesrta
didik untuk berkreasi, berinovasi, berimajinasi dan lain sebagainya.
Corak pendidikan demikian itu didasarkan pada sebuah asumsi tentang
adanya moral universal, yaitu nilai-nilai moral yang dianggap permanen, telah
teruji dalam sejarah, bersifat abadi, dan karenanya perlu dilestarikan dan
ditanamkan pada peserta didik tanpa syarat. Konsep pendidikan sedemikian itu,
banayak digunaka pada negara berkembang yang menganut sistem pemerintahan
yang otoriter dan sentralistis.Adanya dua aliran kepentingan pendidikan
sebagaimana pendidikan tersebut, pada gilirannya membawa kepada timbulanya
aliran pendidikan yang ketiga, yaitu konsep pendidikan yang mencoba
menghubungkan antara kepentingan individual dan masyarakat.Konsep yang
memadukan kepentingan idividual dan masyarakat ini didasarkan pada sebuah
asumsi, bahwa selain memiliki kebebasan individual, manusia juga dibatasi oleh
kebebasan sosial.Selain makhluk individual yang merupakn hak privasinya,
manusia juga makhluk sosial.Selain mementingkan kebutuhan individualnya,
manusia juga harus mementingkan kebutuhan sosialnya.

2.3. Jenis-Jenis Pedekatan Dalam Pembelajaran


2.3.1. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik
meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.Pendekatan konsep adalah pendekatan pembelajaran
yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.(Syaipul sagala, 2007).
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan
berfikir abstrak.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
 Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
 Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
 Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
10

 Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-


pengalarnan
 Konsep yang benar membentuk pengertian
 Setiap konsep berbeda dengan melihat ‘ciri-ciri tertentu

Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar


dengan pendekatan konsep adalah:
 Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
 Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
 Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang komplek.
 Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan
atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang
dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan,
keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti
mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum
1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam
kegiatan belajar.

2.3.2. Pendekatan Berbasis Proyek


Pembelajaran fisika saat ini sering menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada guru, tetapi berdasarkan kurikulum yang berlaku sekarang
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centeredlearning)
dituntut untuk merubahnya menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centeredlearning). Pembelajaran yang berpusat pada guru sangat
mengurangi tanggung jawab siswa atas tugas belajarnya.Pembelajaran yang
11

berpusat pada guru kurang meningkatkan aktivitas siswa, sehingga menyebabkan


hasil belajar rendah. Hal ini diindikasikan dari metode yang digunakan guru
dikelas dalam proses pembelajaran konvensional. Siswa cenderung belajar dengan
menghafal rumus tanpa memahami konsepnya sehingga menimbulkan anggapan
bahwa fisika itu sulit dan membosankan (Trianto, 2008:4).Selain itu model
pembelajaran yang kurang kontruktivis yaitu tidak mendorong siswa untuk
membangun pengetahuan awal yang dimilikinya. Siswa kurang berpartisipasi
aktif secara langsung dalam proses belajar mengajar. Hal itu juga faktor penyebab
rendahnya hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika.Uraian
diatas menunjukan bahwa perlunya model pembelajaran yang berpusat pada siswa
hingga memungkinkan terjadinya sharingpengetahuan antar dan antar teman dan
guru dengan waktu yang relatif singkat. Selain itu, siswa perlu diberikan
kesempatan untuk belajar bekerja sama dengan teman dalam mengembangkan
pemahaman terhadap konsep dan prinsipprinsip penting. Salah satu model
pembelajaran yang diprediksi mampu mengatasi hal tersebut adalah model
pembelajaran berbasis proyek (ProjectBased Learning Model).Model
pembelajaran berbasis proyek (projectbased learning model) merupakan
pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada
masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari
sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan.
Pada pembelajaran berbasis proyek,kegiatan pembelajaran berlangsung
secara kolaboratif dalam kelompok yang heterogen.Pembelajaran berbasis proyek
memiliki potensi untuk melatih meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar
siswa. Model pembelajaran berbbasis proyek (project based learningmodel) siswa
merancang sebuah masalah dan mencari penyelesaiannya sendiri.
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning model)
memiliki keunggulan dari karakteristiknya yaitu membantu siswa merncang
proses untuk menentukan sebuah hasil, melatih siswa bertanggung jawab dalam
mengelola informasi yang dilakukan pada sebuah proyek yang dan yang terakhir
siswa yang menghasilkan sebuah produk nyatahasil siswa itu sendiri yang
kemudian dipresentasikan dalam kelas. (Amirudin, dkk: 2015).
Berdasarkan riset yang dilakukanoleh Wrigley (1998), Curtis (2005) dan
12

National Training Laboratory (2006) didapat hasil bahwa Model pembelajaran


berbasis proyek (projectbased Learning model) cukup berguna dalam mendesain
pembelajaran yang efektif sehingga cukup potensial untuk memenuhi tuntutan
pembelajaran
(Sastrika, dkk, 2013). Model pembelajaran berbasis proyek (projectbased learning
model) membantu siswa dalam belajar : (1) pengetahuan dan keterampilan yang
kokoh dan bermakna guna (meaningfull-use) yang dibangun melalui tugas-tugas
dan pekerjaan yang otentik; (2) memperluas pengetahuan melalui keotentikan
kegiatan kurikuler yang terkudung oleh proses kegiatan belajar melakukan
perencanaan (designing) atau investigasi yang openended, dengan hasil atau
jawaban yangtidak ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu; dan (3)
membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif
antarpersonal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif (Santi,
2011:77).

2.3.3. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan ini
dilatar belakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori Naturalisme-
Romantis”dan teori kognitif gestal.Naturalisme-romantis menekankan kepada
aktifitas siswa.Dan teori kognitif gestal menekankan pemahaman dan kesatu
paduan yang menyeluruh.
Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Pendekatan
keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan
teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa
diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak
bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan. Pembelajaran dengan
13

pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan maksud karena IPA


merupakan alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian
siswa. Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah ke
profesi apapun yang diminati siswa.
Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang
digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan
konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus
dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas.Dengan demikian Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan
yang diterapkan dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan kemudian mengkomunikasikan
perolehannya.Keterampilan memperoleh pengetahuan dapat dengan menggunakan
kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan olah perbuatan (fisik). Untuk
mengajarkan keterampilan proses, siswa benar-benar melakukan pengamatan,
pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, siswa
bertindak sebagai ilmuwan.Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak
melibatkan siswa dengan obyek-obyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat.
Pendekatan keterampilan proses memberi siswa pemahaman yang valid tentang
hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik
memahami fakta-fakta dan konsep-konsep. Siswa diberi kesempatan untuk belajar
sambil berbuat, menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (Trianto:
2010).
Pendekatan keterampilan proses menekankan bagaimana siswa belajar,
bagaimana mengelola perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan
dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar
siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan
ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya, dan merangsang
keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya untuk meningkatkan
pengetahuannya yang baru diperolehnya. Dengan mengembangkan keterampilan-
14

keterampilan memproseskan perolehan anak akan mampu menemukan dan


mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap ilmiah dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep (Trianto: 2010)
Dalam kegiatan mengajar, begitu banyak hal yang harus diperhitungkan oleh guru
misalnya:
1. Melibatkan kemampuan guru/mahasiswa calon guru untuk
menguasai materi.
2. Teknik pengelolaan PBM.
3. Pengelolaan waktu.
4. Pengendalian disiplin
5. Pelayanan terhadap perbedaan kemampuan siswa.
6. Sikap terhadap profesi.
7. Sikap terhadap siswa.

2.3.4. Pendekatan kooperatif


Pembelajaran kooperatif, merupakan suaatu pendekatan pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif
yang anggota terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin:
1995). Belajar kooperatif menekankan pada kerja kelompok (siswa belajar
bersama, saling membantu).Kerja kelompok inilah yang membuat siswa semangat
untuk belajar aktif untuk saling menampilkan diri atau berperan di antara teman-
teman sebaya.
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode
pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu
dalam belajar, bekerja sama dengan baik, mengajukan pertanyaan dengan benar,
dan sebagainya. Setelah jam pelajaran yang resmi terjadwal itu habis, siswa dapat
bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi. Akhirnya, siswa mendapat
kesempatan bekerja sama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok
telah mengguasai segala tentang pelajaran tersebut dalam persiapan untuk kuis,
bekerja dsalam suatu format belajar kelompok.
15

Model pembalajaran kooperatif menciptakan menciptakan sebuah revolusi


di dalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama proses
pembelajaran; sekarang kita tahu bahwa pembelajaran yang terbaik tercapai di
tengah-tengah percakapan diantara siswa. Sehingga terciptalah suatu lingkungan
kelas baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain guna
menuntaskan bahan ajar akademiknya.
Telah dikembangkan dan diteliti berbagai macam metode pembelajaran
kooperatif yang amat berbeda satu dengan yang lain. Metode pembelajaran
kooperatif yang paling ekstensif dievaluasi dideskripsikan seperti berikut ini.
a. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
b. Team-Assisted Individualization (TAI)
c. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
d. Jigsaw
e. Belajar bersama atau learning together
f. Penelitian kelompok atau group investigation

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode mengajar yang


dipilih oleh guru sangat menentukan kegiatan belajar siswa, di samping
penggunaan alat bantu mengajar seperti alat peraga, yang pada dasarnya berfungsi
membantu atau menunjang penggunaan metode mengajar agar lebih efektif dan
efisien. 18 Dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif, yang
menciptakan mengetengahkan pembelajaran yang terbaik tercapai diantara siswa.
Sehingga terciptalah suatu lingkungan kelas baru tempat siswa secara rutin dapat
saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya.

2.3.5. Pendekatan Inkuiri


Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti
mendorong membelajarkan siswa untuk menggunakan prosedur yang digunakan
para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan,
mengemukakan langkahlangkah penelitian, memberikan pemaparan yang
membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman.
16

Pendekatan inkuiri dapat dibedakan menjadi inkuiri terpimpin (guided


inquiry) dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka (open-ended inquiry). Perbedaan
antara keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan
dari kegiatannya. Pada inkuiri terpimpin, guru membimbing siswa melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi
tertentu.Pada inkuiri terbuka, guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan
diajukan oleh siswa dan pemecahannya pun dirancang oleh siswa.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri.Dosen harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.Pemahaman
konsepkonsep materi kuliah, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh mahasiswa,
bukan atas dasar "menurut buku".
Langkah- langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah
2. Mengamati atau observasi
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dan karya lainnya
4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru, atau audien yang lain

2.3.6. Pendekatan Diskovery (Penemuan)


Pertamakali dipopulerkan oleh Jerome Bruner. Pendekatan penemuan
(discovery approach) menurut Carin dan Sund (1976) sama dengan pendekatan
inkuiri (inquiry approach), tetapi menurut Dettrick, G.W. (2001) kedua
pendekatan tersebut berbeda. Konsep di belakang pendekatan penemuan adalah
bahwa motivasi siswa untuk belajar IPA akan meningkat apabila ia mempunyai
pengalaman seperti yang dialami para peneliti ketika menemukan suatu temuan
ilmiah (Dettrick, G.W., 2001). Agar siswa dapat menemukan sendiri ia harus
melakukan proses mental seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
17

meramalkan, dan menyimpulkan. Apabila dalam suatu proses pembelajaran


digunakan pendekatan penemuan, dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberi
kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena
ilmiah.Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar-benar baru.
Pada umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian
pula situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut.
Menurut Carin dan Sund (1976) pembelajaran dengan pendekatan
penemuan dibedakan menjadi penemuan terpimpin (guided discovery); penemuan
terpimpin yang kurang terstruktur (less structured guided discovery); dan
penemuan bebas (free discovery).Pada penemuan terpimpin, guru mengemukan
masalah, memberi pengarahan mengenai pemecahan, dan membimbing siswa
sampai menemukan solusinya.Pada penemuan terpimpin yang kurang terstruktur,
guru mengemukakan masalah, siswa diminta mengamati, mengeksploitasi, dan
melakukan kegiatan untuk memecahkan masalah.Pada penemuan bebas, dari
mulai memunculkan masalah sampai pemecahannya semua dilakukan sendiri oleh
siswa.Penemuan Handout_BPF 2008 4 Summary of Approaches & Methods_
Harun bebas ini pada umumnya diarahkan bagi siswa yang lebih tua usianya dan
lebih berpengalaman.

2.3.7. Pendekatan Kontekstual (Martina Amut, Olivia Ina Boi)


Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
18

bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
 Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi
pengetahuan di benak mereka.
 Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
 Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu persoalan.
 Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
 Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi
baru.
 Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
 Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu
berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
 Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
 Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(sedikit demi sedikit)
 Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
19

3. Siswa sebagai Pembelajar


 Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu,
dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat
hal-hal baru.
 Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang
baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
 Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru
dan yang sudah diketahui.
 Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat diterapkan dalam


kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar,
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual


1. Kelebihan
Dalam pendekatan kontekstual siswa akan lebih percaya diri dalam
mengungkapkan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka alami dalam
kehidupan nyata, dan membuat mereka siap menghadapi masalah-masalah
yang biasa muncul dalam kehidupan sehari-hari. Serta lebih menyenangkan
20

karena siswa tidak jenuh dengan pembelajaran yang monoton di dalam kelas.
Selain itu dengan pembelajaran dengan konteks alam membuat siswa akan
lebih mencintai lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan yang ada
disekitarnya dan lebih peka terhadap alam. Dilain pihak guru lebih berperan
dalam menentukan tema pembelajaran yang akan dilangsungkan.
Contohnnya dalam pembelajaran ipa kelas awal. Terdapat materi
mengenal lingkungan sehat dan tidak sehat. Siswa dapat dibawa ke
lingkungan sekitar sekolah secara langsung. Bagaimana lingkungan yang
bersih menjamin kesehatan. Dan lingkungan yang kumuh dapat menyebabkan
penyakit. Mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berbahaya.
2. Kekurangan
Terdapat beberapa kekurangan dalam pendekatan kontekstual salah
satunya ialah waktu yang digunakan kurang efisien karena membutuhkan
waktu yang cukup untuk mengaitkan tema dengan materi. Dan bila diterapkan
pada kelas kecil seperti siswa kelas 1 dan 2. Guru kesulitan dalam
menciptakan kelas yang kondusif. Menurut kami pada siswa kelas awal jika
diajak pembelajaran di luar kelas siswa akan sulit diatur, dan membutuhkan
pengawasan ekstra karena pada umumnya siswa memiliki keingintahuan yang
sangat besar.
Contoh beberapa kekurangan dari pendekatan kontekstual adalah
mahalnya fasilitas yang akan digunakan dalam membahas materi lagi pula
sebagian materi pada sd kelas tinggi tidak mungkin disampaikan secara
kontekstual. Seperti masalah reproduksi dalam IPA.

2.3.8. Pendekatan Konstruktivis (Indriyati Natalia Zili)


1. Pengertian pendekatan konstruktivis
Kontruktivis merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan
kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh siswa melalui kegiatan eksplorasi dan
diskusi degan temannya. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diangkat, tetapi siswa harus mengkonstruki
pengetahuannya sendiri.
21

Menurut Mc Brien and Brandt (Sutardi, 2007:125) “Konstruktivis adalah


suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kepada penelitian tentang bagaimana
manusia belajar. Kebanyakan penelitian berpendapat setiap individu membangun
pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain.
Menurut Briner,M (sutardi, 2007:125) “Siswa membangun pengetahuan
mereka dengan menguji ide-ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang ada, mengaplikasikannya kepada situasi baru dan
mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan membangun
intelektual yang sebelumnya ada.
Menurut Glaserfeld (Yunus, 2009:70) mengemukakan bahwa
Konstruktivis adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan itu adalah konstruksi (bentukan) diri sendiri. Pernyataan ini
menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan tetapi
akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran konstruktivis adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
membangun pengetahuan atau konsep secara aktif, berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.
Dalam proses pembelajaran ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan
yang diterimanya dengan pengetahuan sebelumnya untuk membangun
pengetahuan baru.
2. Karakteristik Pendekatan Konstruktivis
Setiap pendekatan pembelajaran tentunya memiliki karakteristik dan
prinsip tersendiri, begitu pula pendekatan konstruktivisme yang memiliki
karakteristik dan prinsip pembelajaran tersendiri. Nuhadi (Yunus, 2009: 75)
menyatakan delapan prinsip pembelajaran kontruktivis yakni sebagai berikut:
 Melakukan hubungan yang bermakna.
 Melakukan kegiatan yang signifikan.
 Belajar yang diatur sendiri.
 Bekerja sama.
 Berpikir kritis dan kreatif.
 Mengasuh dan memelihara pribadi siswa.
22

 Mencapai standar yang tinggi.


 Menggunakan penilaian otentik
3. Langkah langkah Pendekatan Konstruktivis (Kristina Iwung dan
Benyamin Jemat)
Berikut ini akan dijabarkan lima langkah pembelajaran dengan pendekatan
konstrutivisme yaitu:
a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan menjadi dasar
untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini dapat dilakukan dengan
cara pemberian pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas.
b. Perolehan pengetahuan baru
Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan
tidak terpisah-pisah.
c. Pemahaman pengetahuan
Peserta didik perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang
memungkinkan dari pengetahuan baru peserta didik.
d. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
Peserta didik memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus
struktur pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang ditemui.
e. Melakukan refleksi
Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas, maka
pengetahuan itu harus dikontektualkan dan hal ini memerlukan refleksi.
4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konstruktivis
 Kelebihan
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong
siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
23

merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan


memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. Pembelajaran
konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-
gagasanpada saat yang tepat.
3. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada
siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk
menggunakan berbagai strategi belajar. Murid yang belajar secara
konstruktivisme diberi peluang untuk membina sendiri kefahaman mereka
tentang sesuatu. Ini menjadikan mereka lebih yakin kepada diri sendiri dan
berani menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
Kefahaman murid tentang sesuatu konsep dan idea lebih jelas apabila mereka
terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Seorang murid
yang memahami apa yang dipelajari akan dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang baru dalam kehidupan dan situasi baru.
5. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak,
dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
6. Murid yang berkemahiran sosial boleh bekerjasama dengan orang lain dalam
menghadapi sebarang cabaran dan masalah. Kemahiran sosial ini diperoleh
apabila murid berinteraksi dengan rakan-rakan dan guru dalam membina
pengetahuan mereka.
 Kelemahan
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik
dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki kreatifitas
yang tinggi dalam menyampaikan materi. Apalagi dalam hal ini guru sejarah
24

kurang bisa membawa nilai-nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa
sekarang.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru
merasa nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model
ceramah. Pandangan guru terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana
yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki guru.
Guru merasa dengan menggunakan model tradisional saja bisa mendapatkann
nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model pembelajaran
lainnya.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih
banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa
menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif
siswa. Beban mengajar guru sudah terlalu banyak.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah
siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan
fasilitas guna mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan
prasarana kurang mendukug pembelajaran model konstruktivisme.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih
ada banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya.
Sehingga penguasaan materi oleh guru kurang memadai.
25

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan gu
ru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaham
eningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswadalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Untuk
memotivasi siswa agar lebih senang belajar maka diperlukan pendekatan
pembelajaran. Beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan
pembelajaran konsep, pendekatan pembelajaran berbasis proyek, pendekatan
pembelajaran kooperatif, pendekatan pembelajaran inkuiri, pendekatan
pembelajaran diskopri dan Pendekatan pembelajaran keterampilan proses.

3.2. Saran
Dari bermacam-macam pendekatan dalam proses belajar mengajar,
diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan
ituuntuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya
membentukkepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang
memuaskan danmampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.
26

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012http://citratyas.wordpress.com/2012/01/08/pendekatan-metode-
strategi-dan-teknik-pembelajaran-pendidikan/
Syaiful Bahri Djamarah. 2005.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
(suatu pendekatan teoritis psikologis).Jakarta; Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung; Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai