MAKALAH
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
(Dosen Pengampuh: Dr. Wartono, M.Pd)
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3. Tujuan...................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran............................................................ 6
2.2. Peran Pendekatan Dalam Pembelajaran .................................................................. 7
2.3. Jenis-Jenis Pedekatan Dalam Pembelajaran ............................................................. 9
BAB III............................................................................................................................. 25
PENUTUP........................................................................................................................ 25
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 25
3.2. Saran ....................................................................................................................... 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus
maju dan berkembang dengan cepat.Peningkatan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan
jaman yang semakin global.Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh
terhadap dunia pendidikan.Pendidikan merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus
sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan
dengan baik.
Dewasa ini, proses belajar mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA
masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan
guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya.
Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan.Peserta didik
cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep
mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun
lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika.
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru
dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan
target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang
terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk
membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan
tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih
merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.Sehingga dalam mengajar
diperlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus pandai menggunakan
pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan
menentukan sikap dan perbuatan.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional
5
BAB II
PEMBAHASAN
ivan illich, dan lain-lain. Konsep pendidikan ini juga berakar pada pandangan
tentang tidak adanya nilai moral universal.Nilai-nilai moral seluruhnya bersifat
positifistik dan anthropocentris.Yakni bergantung kepada ukuran dan parameter
yang dietentukan oleh masing-masing individu.Dengan demikiaan, nilai moral
menjadi sesuatu yang bersifat relatif dan personal.Keaadan ini pada gilirannya
membawa pada keaadaan tidak adanya hukum universal yang dapat digunakan
oleh seluruh umat manusia.
Adapun pendidikan yang dilihat dari segi kepentingan masyarakat adalah
pendidikan yang lebih merupakan media atau sarana yang berfungsi menyalurkan
gagasan, pemikiran, nilai-nilai budaya, agama, sistem politik, ilmu pengetahuaan,
dan lain sebagginya yang sudah diakui oleh masyarakat dan negara. Dengan
demikian, kepentingan masyarakat dan negara sangat menentukan dlam
mengarahkan kegiatan pendidikan.
Pendidikan yang demikiaan itu, pada gilirannya menempatkan guru sebagai
satu-satunya yang memiliki otoritas untuk menentukan corak dan warna
pendidikan.Dan dalam waktu yang bersamaan, peserta didik ditempatkan sebagai
objek yang sepenuhnya mengikuti kehendak guru.peserta didik tidak memiliki
pilihan lain. Kecuali harus mengikuti agenda pendidikan dan pengajaran yang
telah disiapkan pemerintah dan masyarakat.Dengan paradigma yang demikiaan
itu, maka paradigma guru menjadi satu-satunya agent of information atau agent of
knowledgel.Hal ini pada gilirannya membawa konsep pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher centris). Guru memberikan sejumlah pengetahuan ajaran dan
lainnya yang harus dihapal dan dikuasai dengan baik oleh peserta didik, tanpa ada
peluang bagi mereka untuk mempertanyakan urgensitas dan relevansitas yang
diajarkan oleh guru tersebut. Dengan paaradigma ini, maka guru yang menjadi
aktif, sedangkan murid menjadi pasif. Pardigma pendididik yang digunakan dalam
konteks ini adalah “ mengisi air kedalam gelas” atau “ menuangkan ilmu
pengetahuaan, keterampilan, dan sebagainya, kedalam otak peserta didik.”
Dengan pendekatan yang demikiaan, maka pendidikan dengan berbagai
komponennya: Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar, guru, murid,
manajemen, sarana prasarana, lingkungan,keuangan, alat dan sumber belajar,
evlauasi dan lainnya di tentukan dari atas atau pusat, yaitu di tentukan oleh
9
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi
pengetahuan di benak mereka.
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu persoalan.
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi
baru.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu
berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(sedikit demi sedikit)
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
19
karena siswa tidak jenuh dengan pembelajaran yang monoton di dalam kelas.
Selain itu dengan pembelajaran dengan konteks alam membuat siswa akan
lebih mencintai lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan yang ada
disekitarnya dan lebih peka terhadap alam. Dilain pihak guru lebih berperan
dalam menentukan tema pembelajaran yang akan dilangsungkan.
Contohnnya dalam pembelajaran ipa kelas awal. Terdapat materi
mengenal lingkungan sehat dan tidak sehat. Siswa dapat dibawa ke
lingkungan sekitar sekolah secara langsung. Bagaimana lingkungan yang
bersih menjamin kesehatan. Dan lingkungan yang kumuh dapat menyebabkan
penyakit. Mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berbahaya.
2. Kekurangan
Terdapat beberapa kekurangan dalam pendekatan kontekstual salah
satunya ialah waktu yang digunakan kurang efisien karena membutuhkan
waktu yang cukup untuk mengaitkan tema dengan materi. Dan bila diterapkan
pada kelas kecil seperti siswa kelas 1 dan 2. Guru kesulitan dalam
menciptakan kelas yang kondusif. Menurut kami pada siswa kelas awal jika
diajak pembelajaran di luar kelas siswa akan sulit diatur, dan membutuhkan
pengawasan ekstra karena pada umumnya siswa memiliki keingintahuan yang
sangat besar.
Contoh beberapa kekurangan dari pendekatan kontekstual adalah
mahalnya fasilitas yang akan digunakan dalam membahas materi lagi pula
sebagian materi pada sd kelas tinggi tidak mungkin disampaikan secara
kontekstual. Seperti masalah reproduksi dalam IPA.
kurang bisa membawa nilai-nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa
sekarang.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru
merasa nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model
ceramah. Pandangan guru terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana
yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki guru.
Guru merasa dengan menggunakan model tradisional saja bisa mendapatkann
nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model pembelajaran
lainnya.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih
banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa
menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif
siswa. Beban mengajar guru sudah terlalu banyak.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah
siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan
fasilitas guna mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan
prasarana kurang mendukug pembelajaran model konstruktivisme.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih
ada banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya.
Sehingga penguasaan materi oleh guru kurang memadai.
25
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan gu
ru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaham
eningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswadalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Untuk
memotivasi siswa agar lebih senang belajar maka diperlukan pendekatan
pembelajaran. Beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan
pembelajaran konsep, pendekatan pembelajaran berbasis proyek, pendekatan
pembelajaran kooperatif, pendekatan pembelajaran inkuiri, pendekatan
pembelajaran diskopri dan Pendekatan pembelajaran keterampilan proses.
3.2. Saran
Dari bermacam-macam pendekatan dalam proses belajar mengajar,
diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan
ituuntuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya
membentukkepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang
memuaskan danmampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012http://citratyas.wordpress.com/2012/01/08/pendekatan-metode-
strategi-dan-teknik-pembelajaran-pendidikan/
Syaiful Bahri Djamarah. 2005.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
(suatu pendekatan teoritis psikologis).Jakarta; Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung; Alfabeta