I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
A. Pekerjaan Persiapan
Excavator 80 – 140 Hp
Generator Set Water Tanker
Dump trucker 3-4 m3
Concrete Mixer
Stamper
Jack in pile (HSPD)
Site Manager
Quality Control
Koordinator HSE
Logistik
Surveyor
Operator alat berat
Tenaga harian
a. Situasi
b. Ukuran
1. Kontraktor harus membuat patok pokok / patok utama untuk setiap unit
pekerjaan yang memerlukan bouwplank.
2. Patok tersebut harus diikat ketinggiannya dengan patok yang sudah ada
atau terhadap tinggi patok setempat yang disetujui oleh konsultan
pengawas dan hasil pengikatan harus ditandai dengan cat merah.
3. Semua patok / patok bouwplank harus dibuat dari bahan yang kuat dan
awet, dipasang kokoh dan permukaan atasnya rata (waterpass).
II. PEKERJAAN TANAH & PASIR
Penjelasan Umum
A. Ruang Lingkup
1. Galian Tanah
Sebelum melaksanakan penggalian, posisi galian dan ukuran
seperti tertera dalam gambar sudah dipastikan benar dan harus
mendapat persetujuan Direksi / Pengawas lapangan.
Penggalian tanah pondasi dapat dimulai setelah pemasangan
bouwplank dan patok-patok disetujui Direksi / Pengawas lapangan.
Dasar galian harus mencapai tanah keras, dan jika pada galian
terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-bagian tanah
yang longgar (tidak padat), maka bagian ini harus dikeluarkan
seluruhnya kemudian lubang yang terjadi diisi dengan pasir urug.
Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka
lubang yang sudah siap segera dilanjutkan dengan urugan pasir
dan batu kosong.
2. Urugan
Pekerjaan urugan yang dilaksanakan adalah urugan pasir, urugan
tanah dan urugan kembali eks tanah galian sesuai dengan gambar
kerja.
III. PEKERJAAN PONDASI
Penjelasan Umum
3. Setiap tiang harus memiliki sedikitnya satu test silinder, hasilnya harus
diserahkan kepada pengawas.
4. Tiang harus dipancang dengan hydraulic static pile driver (HSPD) atau
jack in pile, yaitu teknologi pemancangan yang ramah lingkungan.
5. Driving Cap selama pekerjaan pemancangan, kepala tiang harus
dilindungi dengan Driving Cap.
6. Preboring: Continous Flying Auger.
Hydraulic Jack
Berikut sensor yang akan digunakan untuk prosedur Load Test Pile:
Extensometer
5. Apabila tiang pancang tinggal 1 meter dari permukaan tanah dan belum
mencapai final. Maka tiang harus disambungkan dengan tiang pancang
lain. Proses penyambungan menggunakan las (welding). Karena pada
ujung-ujung tiang pancang terdapat plat baja yang gunanya untuk
media penyambungannnya
6. Jika terdapat lapisan keras dekat permukaan yang harus ditembus,
maka preboring harus dilakukan untuk menembus tanah keras
menggunakan continuous flying auger dengan diameter lubang sedikit
lebih kecil dari penampang tiang. Speed pile dapat digunakan untuk
mengurangi hard driving tiang pancang selama tahap awal operasi
pemancangan.
7. Apabila pemancangan dihentikan sebelum penetrasi akhir tercapai
maka, pencatatan penetrasi tidak boleh dia ambil sebelum penetrasi
mencapai sedikitnnya 300mm pemancangan ulang (redrivinng).
8. Setiap tiang yang harus dipancang vertical dan tepat pada posisi yang
benar seperti dinyatakan di dalam gambar.
9. Tiang tidak boleh menyimpang lebih dari 1,0% dalam arah vertical atau
ketegakan dan tidak boleh bergesr lebih dari yang ditunjukan dalam
tabel dibawah:
Toleransi setiap Toleransi pusat
Jumlah tiang Toleransi tiang terhadap Tiang kelompok tiang terhadap
Per kelompok (cm) lainnya pusat kolom
(cm) (cm)
7,5 - 7,5
1
7,5 11 5,0
2,3
7,5 11 4,5
4
7,5 11 4,0
5 Atau lebih
Tabel 1. Toleransi Ketegakan Tiang Pancang
D. Test PDA dan Test Beban Atas Tiang Permanen
Analisa lanjutan yang dilakukan bersama dengan pengujian PDA adalah
analisa CAPWAP yang merupakan salah satu metoda signal matching
analysis (SMA) yang mana data yang diperoleh dari pengujian PDA
memberikan hasil analisa yang lebih detail. Pengujian PDA Test mengacu
pada ASTM-D4945.
V. PEKERJAAN BETON
Penjelasan Umum
Meliputi pekerjaan beton yang bertulang dan tidak bertulang dan pelaksanaan
yang benar untuk menghasilkan beton yang bermutu baik. Maka perlu penyedian
tenaga kerja yang terampil, alat bantu yang memadai sesuai dengan fungsinya
dan material/bahan berdasarkan standart peraturan beton bertulang sesuai yang
tertera di spesifikasi teknis atau SNI sebagai acuan.
A. RUANG LINGKUP
1. Bahan
a. Portland camen
Semen yang digunakan harus berkualitas baik dan pada saat
digunakan harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras)
Untuk menjaga mutu semen,cara penyimpanan harus mengikuti
syarat-syarat penyimpangan bahan tersebut.
b. Air
Yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Air tawar
yang dipakai harus bersih, tidak mengandung minyak, asam alkali
bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang dapat menurungkan
mutu beton.
c. Kerikil/Batu Pecah
Kerikil/batu pecah yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI
1971.
Kerikil/batu pecah harus mempunyai gradasi yang baik, tidak
porous, memenuhi syarat kekerasannya.
Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan
terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka
kerikil harus dicuci.
d. Pasir
Pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971.
Pasir yang dipakai dapat berupa pasir alam, atau pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Pasir harus terdiri dari butir-
butir yang tajam dan mempunyai gradasi yang baik, tidak porous
cukup syarat kekerasannya.
Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebuh dari 5% ditentukan
terhadap berat kering.
e. Besi Beton
Baja tulangan yang digunakan adalah baja yang kualitasnya sesuai
dengan ditentukan dalam PBI 71.
Besi beton harus bersih dari dari lapisan minyak lemak, karat dan
bebas dari cacat-cacat seperti serpih dan sebagainya, serta
berpenampang bulat.
Dimensi dan ukuran penempang bulat besi beton / baja tulangan
harus sesuai dengan petujuk gambar kerja (memenuhi batas
toleransi minimal) seperti yang di syaratkan dalam PBI 71.
Besi beton / baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus
segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dalam waktu 24 jam
setelah ada perintah tertulis dari Direksi.
f. Kayu
Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa
segala sifat dan kekurangan-kekurangan yang berhubungan
dengan pemakainya tidak akan merusak atau mengurangi nilai
konstruksi.
Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan
gambar kerja yang ada. Demikian pula dengan mutu dan kelas kuat
kayu yang apabila tidak ditentukan lain, maka harus mengikuti
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam PPKI NI-5.
Dihindarkan adanya cacat-cacat kayu antara lain yang berupa putih
kayu, pecah-pecah, mata kayu yang melintang. Syarat-syarat
kelembaban dan toleransi ukuran kayu yang dipakai harus
memenuhi syarat-syarat dan ketentuan dalam PPKI.
C. Pengecoran Beton
1. Besi beton yang dipakai ukurannya diameter besi beton yang terpasang
harus sesuai dengan gambar rencana, sedangkan perubahan diameter
tulangan harus dengan persetujuan Direksi/Pengawas. Penggatian
diameter tulangan tidak diperkenankan.
2. Besi beton bekas dan yang sudah berkarat tidak diperkenankan dipakai
dalam konstruksi. Besi beton harus bebas dari sisik, karat dan lain-lain
lapisan yang dapat mengurangi daya lekatnya pada beton.
3. Ikatan besi beton harus rapih dan kuat, bahan untuk pengikat adalah
kawat beton dengan diameter minimum 1 mm.
RUDY WIDJAJA