I. Pendahuluan
Acute Flaccid Paralysis adalah kelumpuhan yang bersifat layu terjadi
dalam waktu kurang dari 14 hari yang bukan disebabkan oleh trauma-
trauma akan tetapi karena gangguan lower motor neuron. Dalam rangka
mendapatkan sertifikasi Indonesia bebas polio, diperlukan surveilans
kasus AFP/ lumpuh layu akut yang maksimal. Diharapkan tidak ada
seorang anak pun mengalami lumpuh layu akut yang tidak dilaporkan
oleh tenaga kesehatan, masyarakat ke kesehatan setempat. Angka
cakupan AFP pada beberapa daerah masih sangat rendah.
II. Latar Belakang
Polio merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang dapat
dibasmi. Strategi untuk membasmi polio didasarkan atas pemikiran
bahwa virus polio akan mati bila disingkirkan dari tubuh manusia
dengan cara pemberian imunisasi. Strategi yang sama telah digunakan
untuk membasmi penyakit cacar (smallpox) pada tahun 1977. Cacar
adalah satu-satunya penyakit yang telah berhasil dibasmi.
Berbagai upaya secara global sudah dilakukan sebagai upaya eradikasi
polio ini. Sementara di Indonesia, pemerintah melaksanakan program
Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio
secara rutin, pemberian imunisasi tambahan (PIN, Sub PIN, Mopping-up)
pada anak balita, surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis), dan
pengamanan virus polio di laboratorium (Laboratory Containtment).
Di Indonesia sebagian besar kasus poliomielitis bersifat non-paralitik
atau tidak disertai manifestasi klinis yang jelas. Sebagian kecil (1%) saja
dari kasus poliomielitis yang menimbulkan kelumpuhan (Poliomielitis
paralitik). Dalam surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus
poliomielitis yang mudah diidentifikasikan, yaitu poliomielitis paralitik.
Ditemukannya kasus poliomielitis paralitik di wilayah kerja Puskesmas
Aek Habil menunjukkan adanya penyebaran virus-polio liar di wilayah
tersebut.
Untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus polio, maka
pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut
dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomielitis.
Penyakit-penyakit ini, yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti
poliomyelitis, disebut kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan
pengamatannya disebut sebagai Surveilans AFP (SAFP).
III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengidentifikasi daerah resiko tinggi AFP di wilayah kerja Puskesmas
Sungain Sembilan
B. Tujuan Khusus
1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Sembilan
2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Sembilan
3. Mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP sesegera mungkin
setelah kelumpuhan.
VI. Sasaran
Sasaran kegiatan surveilans AFP ini meliputi semua masyarakat
yang ada di sekitar wilayah kerja Puskesmas Sungai Sembilan
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Jadwal
No Kegiatan Waktu Tempat
Pelaksana
pelaksanaan pelaksanaan
Petugas Wilayah
surveilans Kerja
Penemuan Setiap ada
1 dan Dinas Puskesmas
Kasus AFP kasus AFP
Kesehatan Sungai
Sembilan
Petugas Wilayah
surveilans Kerja
Pelacakan Setiap ada
2 dan Dinas Puskesmas
Kasus AFP kasus AFP
Kesehatan Sungai
Sembilan
Petugas
Pengambilan
Setiap ada surveilans Rumah
3 Specimen
kasus AFP dan petugas Penderita
Kasus AFP
laboratorium
Kunjungan Petugas Wilayah
surveilans Kerja
ulang 60 Setiap ada
4 dan Dinas Puskesmas
hari kasus AFP Kesehatan Sungai
Sembilan
Petugas Dinas
5 Pelaporan Setiap bulan surveilans Kesehatan
Kota Dumai