Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian dan Sejarah Logikaisme/ Logisisme


Logikaisme adalah teori yang menganggap matematika murni sebagai satu bagian dari
logika. Logika adalah gagasan bahwa semua matematika dapat direduksi menjadi logika.
Ini biasanya dianggap sebagai pukulan mematikan oleh teorema ketidaklengkapan Gödel,
meskipun tidak jelas mengapa. Beberapa kebalikan dari ide-ide Frege telah diberi label
neo-logisisme.

B. Tokoh-tokoh Logikaisme/ Logisisme dan Pemikirannya


Tokoh-tokoh dari logikaisme dan pemikirannya adalah sebagai berikut:
1. G. Leibniz, G. Frege (1983)
Frege berpendapat bahwa: 1) analitik seperti prioritas dalam menjadi konsep
epistemic; 2) mengaktifkan bagaimana proposisi yang diberikan diketahui (atau dapat
diketahui): perbedaan antara apriori dan posteriori, sintetis dan analytic, keprihatinan,
seperti yang saya lihat, bukan isi dari penghakiman tetapi pembenaran untuk membuat
keputusan. Di mana tidak ada pembenaran, itu kemungkinan menggambar perbedaan
lenyap.
Kapan ... proposisi adalah disebut posteriori atau analitik dalam pengertian saya, ...
itu adalah penilaian tentang tanah pijakan utama yang di atasnya bertumpu pada
pembenaran untuk menganggapnya benar. . . Masalahnya menjadi. . . bahwa
menemukan bukti proposisi, dan mengikutinya kembali ke kebenaran primitif. Jika:
dalam menjalankan proses ini, kita datang hanya pada hukum logis umum dan definisi,
lalu kebenaran adalah analitik. . . Namun, jika tidak mungkin untuk memberikan bukti
tanpa menggunakan kebenaran yang bukan dari logika umum alam, tetapi milik
bidang beberapa ilmu umum, maka properti
Salah satu inovasi Frege adalah mengusir filsuf dari dominasi dari bentuk
proposisi subjek-predikat. Sebagai gantinya, dia memikirkan setiap property posisi
sebagai terurai menjadi fungsi dan argumen dalam berbagai cara, sebuah gagasan dia
meminjam dari matematika. Position adalah sintetis. Agar kebenaran bisa menjadi

1 Philosophy and History of Mathematics


posteriori, itu pasti mustahil. Sible untuk membangun bukti tanpa menyertakan
banding ke fakta, yaitu, untuk kebenaran yang tidak bisa dibuktikan dan tidak umum.
Tetapi jika, pada sebaliknya, buktinya dapat diturunkan secara eksklusif dari hukum
umum, yang sendiri tidak perlu atau tidak mengakui bukti, maka kebenaran adalah
apriori (Frege 1884: 3)
2. B. Russell (1919)

Gambar 1. Bertrand Russel


Russel (1930) menulis buku “The Principle of Mathematics” yang berpegang pada
pendapat bahwa matematika semata-mata terdiri atas deduksi-deduksi dengan prinsip-
prinsip logika dari prinsip-prinsip logika. Menurut Russel, matematika dan logika
merupakan bidang yang sama karena seluruh konsep dan dalil matematika dapat
diturunkan secara logika.
Ditangan Bertrand Russel klaim logikaisme menerima formulasi yang jelas dan
paling eksplisit. Ada dua klaim :
a. Seluruh konsep matematika pada akhirnya dapat dikurangi menjadi konsep-
konsep logika, dengan syarat bahwa konsep-konsep tersebut diambil untuk untuk
memasukkan konsep teori set atau beberapa sistem dengan pangkat yang sama,
seperti Rusell’s Theory of Types.
b. Seluruh kebenaran matematika. Dapat dibuktikan dari aksioma-aksioma dan
hanya dari aturan-aturan penarikan kesimpulan terhadap logika.
Tujuan dari klaim-klaim ini adalah jelas. Jika seluruh dari matematika. Dapat
dinyatakan dalam semata-mata istilah logika dan dapat dibuktikan hanya dari prinsip-
prinsip logika, kemudian kepastian dari pengetahuan matematika dapat direduksi
menjadi prinsip logika. Logika dianggap dapat memberikan fondasi tertentu untuk
kebenaran, terpisah dari usaha yang ambisius untuk mengembangkan logika, seperti
Hukum kelima Frege. Dengan demikian jika dilaksanakan sampai mendalam, program
logikaisme akan memberikan fondasi logika yang pasti bagi pengetahuan matematika,
pembentukan kembali kepastian yang absolut dalam matematika.

2 Philosophy and History of Mathematics


Logika dan matematika berkembang pada zaman modern. Logika telah menjadi
lebih bersifat matematis dan matematika menjadi lebih logis. Akibatnya kini
sepenuhnya menjadi tak mungkin untuk menarik garis diantara keduanya,
sesungguhnya dua hal itu merupakan satu.
3. A.N. Whitehead dan R. Carnap (1931)

Gambar 2. Alfred North Whitehead

Gambar 3. Rudolf Carnap


Pada tahun 1910-1913 Russel bekerjasama dengan Alfred North Whitehead
menulis “karya besar” berjudul Principia Matematica untuk membuktikan bahwa
logika merupakan masa muda matematika dan matematika merupakan masa tua
logika. Pembuktian ini diawali dengan pangkal-pangkal pendapat dari logika dan
kemudian dengan deduksi-deduksi sampailah pada hasil-hasil yang nyata termasuk
dalam bidang matematika. Misalnya bilangan terbukti dapat dinyatakan dengan istilah
logika atau dalam dalil-dalil logika dan segenap sifatnya ditunjukkan oleh logika.
Whitehead dan Russel (1910-13) berhasil membuat pertama dari dua klaim dengan
alat rantai definisi. Walaupun logikaisme tenggelam pada klaim yang kedua,
matematika. Memerlukan aksioma non-logika seperti the Axiom of Infinity
(seperangkat dari seluruh angka alami itu infinitif) dan the Axiom of Choice. Rusell
berpendapat sebagai berikut:
“Tetapi walaupun seluruh proposisi logika (matematika) dapat dinyatakan
keseluruhan dalam istilah-istilah konstanta logika bersama-sama dengan variabel,
hal ini bukanlah hal bahwa, dan sebaliknya, seluruh proposisi yang dapat dinyatakan
dengan cara ini adalah logika. Sejauh ini kita telah menemukan suatu kriteria yang
perlu tetapi bukan kriteria yang cukup untuk proposisi matematika. Kita telah
mendifinisikan karakter-karakter dari ide-ide primitif dengan istilah yang keseluruhan
ide matematika dapat didefinisikan, tetapi bukan ide dari proposisi primitif yang

3 Philosophy and History of Mathematics


darinya seluruh proposisi matematika dapat didefinisikan. Hal ini merupakan suatu
hal yang lebih sulit, seperti belum ditemukannya apa jawaban sepenuhnya”.

Kita mungkin mengambil aksioma infinitif sebagai contoh suatu proposisi yang,
walaupun hal itu dapat diucapkan, tidak dapat ditegaskan dengan logika menjadi
benar. Dengan demikian maka semua teorema matematika dan karenanya tidak semua
kebenaran matematika dapat diambil hanya dari aksioma logika. Hal ini berarti bahwa
aksioma-aksioma matematika tidak dapat dihapuskan dikarenakan aksioma-aksioma
logika tersebut. Teorema matematika tergantung pada seperangkat asumsi matematika.
Sejumlah aksioma matematika adalah independent/mandiri, dan mereka atau negasi
mereka dapat diadopsi, dengan konsistensi (Cohen, 1966). Dengan demikian, klaim
kedua dari logikaisme disangkal.
Untuk memecahkan masalah ini Russel mundur kepada versi logikaisme yang
lebih lemah yang disebut ‘if-thenism’, yang menyatakan bahwa matematika murni
terdiri dari pernyataan implikasi dari bentuk ‘A―›T’. Menurut paandangan ini, seperti
juga sebelumnya, kebenaran matematika dibentuk sebagai teorima oleh kebenaran
logika. Masing-masing dari teorema-teorema ini (T) menjadi suatu akibat dalam suatu
pernyataan implikasi. Konjungsi aksi aksioma matematika (A) yang digunakan dalam
pembuktian digabungkan dengan pernyataan implikasi sebagai antisidennya (lihat
Carnap, 1931). Dengan demikian asumsi matematika (A) yaang padanya teorema (T)
bergantung sekarang digabungkan menjadi bentuk teorema baru (A―›T), dengan
meniadakan kebutuhan bagi aksioma matematika.
Hal ini menjadi suatu pengakuan bahwa matematika merupakan suatu sistem
deduktif –hipotetiks, dimana didalamnya akibat dari aksioma asumsi dieksplore, tanpa
memeprhatikan kebenaran yang perlu. Sayangnya, alat ini juga membawa kepada
kegagalan, karena tidak semua kebenaran matematika, seperti ‘Peano Mathematics itu
konsistent’, dapat dinyatakan dengan cara demikian sebagai pernyataan implikasi,
seperti dinyatakan oleh Machover (1983).
Penolakan kedua merupakan dasar utama terhadap penolakan formalisme. Hal ini
ada di dalam Incompleteness Theorm oleh Godel, yang menyatakan bahwa bukti
deduktif tidak cukup untuk mendemostrasikan seluruh kebenaran matematika. Oleh
karena itu, pengurangan aksioma matematika ke aksioma logis tidak akan mencukupi
untuk penarikan seluruh kebanaran matematika.

4 Philosophy and History of Mathematics


Penolakan ketiga yang mungkin berkenaan dengan kepastian dan realibilitas dari
logika dasar. Hal ini tergantung pada asumsi yang tidak teruji dan juga terbantaahkan
dan tidak terjustifikasi.

C. Dasar Pemikiran Logikaisme/ Logisisme


Hakikat dari aliran ini adalah bahwa jika semua matematika dapat diekspresikan dalam
bentuk-bentuk logika secara murni dan dibuktikan dari prinsip-prinsip logika itu sendiri,
maka kepastian dari pengetahuan matematika dapat direduksi menjadi logika.

D. Akibat Logikaisme/ Logisisme terhadap Pembelajaran Matematika


Akibat dari logikaisme terhadap pembelajaran matematika adalah tidak semua
matematika dapat diekspresikan dalam bentuk logika karena memang matematika tidak
hanya merupakan logika. Sebagai contoh aksioma ketakhinggaan dapat disajikan dalam
bentuk-bentuk proposisi logika tetapi tidak dapat dinyatakan kebenarannya secara logika

E. Keistimewaan Logikaisme/ Logisisme


Adapun keistimewaan logikaisme/logisisme diantaranya sebagai berikut:
1. Pembuktian induksi matematika, penggunaan implikasi dan pembuktian matematika
baik dengan cara bukti langsung maupun bukti tidak langsung yang sangat bermanfaat
dalam perkembangan matematika.
2. Dasar untuk pembentukan pola pikir deduktif yang merupakan ciri atau karakteristik
dari matematika yang menekankan pada penataan nalar

5 Philosophy and History of Mathematics


PHILOSOPHY AND HISTORY OF MATHEMATICS

LOGICISM (LOGIKAISME/LOGISISME)

Arranged by
1. ARVIN EFRIANI (NIM. 06013681924001)
2. LISNANI (NIM. 06013681924004)

Dosen Pengampu:
1. Dr. Darmowijoyo, M.Si.
2. Dr. Yusuf Hartono, M.A.
3. Dr. Somakim, M.Pd

DOCTORAL PROGRAM OF MATHEMATICS EDUCATION


FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
SRIWIJAYA UNIVERSITY
SEPTEMBER 2019

6 Philosophy and History of Mathematics


DAFTAR ISI

A. Pengertian dan Sejarah Logikaisme/ Logisisme …………………………………… 1


B. Tokoh-tokoh Logikaisme/ Logisisme dan Pemikirannya …………………………. 1
C. Dasar Pemikiran Logikaisme/ Logisisme …………………………………………. 5
D. Akibat Logikaisme/ Logisisme terhadap Pembelajaran Matematika ……………... 5
E. Keistimewaan Logikaisme/ Logisisme ……………………………………………. 5

7 Philosophy and History of Mathematics

Anda mungkin juga menyukai