Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERADABAN INDONESIA II

“ KERAJAAN SINGOSARI DAN KERAJAAN MAJAPAHIT ”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ALDITA IFANI (0602181010)


NADILA SAVIRA (0602182022)
NUR’AINUN (0602182019)

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat - Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Atas perhatian, kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Medan, 15 Oktober 2019


Penulis

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ............................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................... 2

A. Sejarah Kerajaan Singosari......................................................... 2

B. Raja-Raja Dari Kerajaan Singosari.......................................... 3

C. Runtuhnya Kerajaan Singosari............................................ 4

D. Sejarah Kerajaan Majapahit............................................... 5

E. Raja-Raja Dari Kerajaan Majapahit................................... 6

F. Runtuhnya Kerajaan Majapahit...................................................... 8

G. Hubungan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit.............. 9

BAB III KESIMPULAN.................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 11


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat


hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh
seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Kerajaan Singhasari sering pula
ditulis Singasari atau Singosari adalah sebuah Kerajaan di Jawa Timur yang didirikan
oleh Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang bercorak hindu yang terakhir dan
terbesar di Pulau Jawa. Menurut cerita nama Kerajaan ini berasal dari Buah Maja yang
rasanya pahit. Ketika orang Madura bernama Raden Wijaya membuka hutan di Desa
Tarik, mereka menemukan sebuah Pohon Maja yang berbuah pahit. Padahal, rasa buah
maja biasanya manis. Oleh karena itu, mereka menamakan pemukiman atau kerajaan baru
mereka sebagai Majapahit.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah Kerajaan Singosari?


2. Siapa saja raja-raja dari Kerajaan Singosari?
3. Bagaimana runtuhnya Kerajaan Singosari?
4. Bagaimana sejarah Kerajaan Majapahit?
5. Siapa saja raja-raja dari Kerajaan Majapahit?
6. Bagaimana runtuhnya Kerajaan Majapahit?
7. Apa hubungan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Singosari

Kerajaan Singosari mulai muncul di panggung sejarah jawa Kuno dengan


tampilannya Ken Arok yang telah berhasil mengalahkan Kretajaya yang merupakan
Raja Kediri. Kerajaan Singosari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur
yang didirikan pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan di
daerah Singosari, Malang. Kerajaan Singosari hanya sempat bertahan 70 tahun
sebelum mengalami keruntuhan.

Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak


ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab
sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu
Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab
Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab
Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab
Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja,
Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul
Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung.
Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri
yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana
Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M Ken
Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran
di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi.1

1
Ratri Arudhisty Damar Intan, Reformasi di Singosari dalam Serat Pararaton, Sastra Daerah untuk Sastra
Jawa, Depok : Juli 2013.
B. Raja-raja dari Kerajaan Singosari

1. Ken Arok (1222–1227 M)

Pendiri Kerajaan Singosari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singosari menandai munculnya suatu
dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M,
Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok
dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

2. Anusapati (1227–1248 M)

Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singosari jatuh ke


tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahannya yang lama, Anusapati tidak
banyak melakukan pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya
menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga
ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa
Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa
(tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat
Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut
keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.
Dengan demikian, meninggal lah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.

3. Tohjoyo (1248 M)

Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singosari dipegang


oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singosari tidak lama sebab
anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya.
Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil
menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.
4. Ranggawuni (1248–1268 M)

Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singosari pada tahun 1248 M dengan gelar
Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang
diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Pemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat
Singosari. Pada tahun 1254 M, Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya
menjadi raja besar di Kerajaan Singosari. Pada tahun 1268 Wisnuwardana meninggal
dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Siwa.

5. Kertanegara (1268-1292 M)

Kertanegara adalah Raja Singosari terakhir dan terbesar karena mempunyai


cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan
gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh
tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri
i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti
pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh
Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar
Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke
daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama
Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai
dengan mengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja
Kertanegara.

C. Runtuhnya Kerajaan Singosari

Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singosari bisa dikatakan


berlangsung singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup
istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu
Kerajaan Singosari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya
Kerajaan Singosari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu,
sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu
Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singosari, Jayakatwang menjadi raja
dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singosari pun
berakhir.

D. Sejarah Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah nama yang tidak asing lagi dalam perjalanan panjang sejarah
Indonesia. Majapahit terhitung sebagai salah satu kerajaan terlama dalam periode
klasik Hindu-Buddha yang pernah beridiri di Nusantara.2

Secara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di


daerah lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta anak
sungainya yang dapat dilayari sampai ke hulu. Terbentuknya kerajaan Majapahit pada
saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian utara,
ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden
Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singosari hampir habis dilalap
api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya.
Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu
penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta
perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta,
dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-
Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya
memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan
tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya.
Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.3

2
Deny Yudo Wahyudi, Kerajaan Majapahit : Dinamika dalam Sejarah Nusantara, Sejarah dan Budaya,
Nomor 1, Juni 2013.
3
Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, ( Yogyakarta : Kanisius, 1973 ), hal. 44.
E. Raja-raja dari Kerajaan Majapahit

1. Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309)

Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya


dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit,
Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah
Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana.
Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singosari.

2. Raja Jayanegara (1309-1328)

Kala Gemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada
Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan. Misalnya
pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka,
pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka,
Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan
Kuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit.
Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama
Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.

3. Tribuwana Tunggadewi (1328 – 1350)

Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu
yang seharusnya menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu
maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang
dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan
yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas
oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada
diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada
kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara
yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman.
4. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar
Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah
Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui
bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya
dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke
negara-negara tetangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit
adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk
bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah
Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat,
Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk
dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda
dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan
akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga gugur,
putri Sunda bunuh diri.

5. Wikramawardhana

Putri mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan


Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda
pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre
Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan
walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit ,
yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre
Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan
raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana,
Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.
F. Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Runtuhnya Kerajaan Majapahit disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-


faktornya yaitu :

a. Faktor Politik
Dalam negeri, kesatuan Majapahit itu berkat kekuatan Gajah Mada, tetapi
setelah Gajah Mada meninggal, banyak daerah Cina yang otonom tidak membayar
pajak dan meninggalkan Majapahit.

b. Faktor Ekonomi
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, sudah mulai berdirinya kerajaan-
kerajaan yang bercorak agama Islam. Karena itu, para pengikut Majapahit sudah
meninggalkan Majapahit sedikit demi sedikit untuk berpindah ke kerajaan Islam
tersebut.

c. Faktor Agama
Perbedaan ideologi, penyebaran Islam di Asia Tenggara melalui jalur
perdagangan yang lebih dulu terpengaruh adalah bandar, maka bandar Majapahit
beragama Islam tetapi Majapahit masih Hindu. Para Bandar pun menentang
Majapahit dan meninggalkan Majapahit.

d. Faktor Perselisihan
- Sebelum Majapahit runtuh terjadi perang saudara (perang paregreg) pada
tahun 1405-1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Yang
akhirnya Wirabhumi meninggal dunia.
- Terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an
- Pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun
1468.
G. Hubungan Kerajaan Singosari Dan Kerajaan Majapahit

Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya,


cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos dari maut. Berkat
bantuan Aria Wiararaja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh
Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang
pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka
dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah
Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol
keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit
sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa
Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
BAB III
KESIMPULAN

Kerajaan Singosari, adalah kerajaan yang awalnya adalah daerah Tumapel


yang kemudian berhasil membuat Kerajaan Kediri tunduk, dan dikuasai. Kerajaan ini
terkenal dengan kasus bunuh membunuh antarkeluarga, yang dipicu oleh keinginan
Ken Arok untuk memperistri Ken Dedes. Kerajaan ini akhirnya dapat direbut kembali
oleh Kerajaan Kediri yang memanfaatkan kasus penyerangan pasukan Kubilaikhan ke
Kerajaan ini.

Kerajaan Majapahit, adalah Kerajaan Hindu terbesar dan terakhir di Indonesia.


Dengan Raden Wijaya sebagai pendirinya. Awalnya kerajaan ini hanya sebuah desa
kecil pemberian Jayakatwang, dari Kerajaan Kediri yang telah berhasil merebut
kekuasaan Kerajaan Singosari. Namun, berkat kecerdikan Raden Wijaya, akhirnya
Kerajaan Kediri dapat dikalahkan Majapahit dengan siasat bekerjasama
dengan pasukan Kubilaikhan dari Cina. Raja Majapahit yang paling terkenal adalah
Raja Hayam Wuruk bersama patihnya, Gajah Mada. Dengan sumpah palapa, Gajah
Mada beserta rajanya, Hayam Wuruk berhasil menyatukan nusantara, kecuali untuk
sebuah kerajaan kecil, yaitu kerajaan Sunda. Berakhirnya Kerajaan Majapahit
dengan meninggalnya Raja Hayam Wuruk karena patah hati tidak bisa menikahi
putri cantik dari kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka. Dyah Pitaloka bunuh diri karena
keluarganya mati dibunuh pasukan Majapahit yang diperintahkan Gajah Mada atas
sebuah kesalahpahaman.
DAFTAR PUSTAKA

Arudhisty Damar Intan, Ratri. 2013. Reformasi di Singosari dalam Serat Pararaton. Sastra
Daerah untuk Sastra Jawa.

Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta : Kanisius.

Yudo Wahyudi, Deny. 2013. Kerajaan Majapahit : Dinamika dalam Sejarah Nusantara.
Sejarah dan Budaya. Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai