Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami
siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja. Hal tersebut
juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang berkemampuan
rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu
merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai kesuksesan.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan
demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar, karena dalam
rangka

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana keadaan siswa yang mengalami kesulitan belajar

b. Apa sajakah faktor-faktor kesulitan belajar?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui tentang keadaan siswa yang mengalami kesulitan belajar

b. Untuk mengetahui tentang Faktor-faktor kesulitan belajar

BAB II
1
PEMBAHASAN

A. Keadaan siswa yang mengalami kesulitan belajar

 Karakteristik Kesulitan Belajar

Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada anak
dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan sebagai hambatan dalam belajar,
bukan kesulitan belajar khusus.

1) Sejarah kegagalan akademik berulang kali

Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya
memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.

2) Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar

Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang
terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan fisik
awal.

3) Kelainan motivasional

Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya reinforcement.
Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat
untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan
lain.

4) Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang

Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam bidang
akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain.Adanya antisipasi terhadap
kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan,
ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk
melamun atau tidak memperhatikan.1

1
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007), hlm. 89.
2
5) Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga

Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang
perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan karena naik
turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang
tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri.

6) Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap

Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan
informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak digolongkan
keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan
anak yang keterbelakangan mental.

7) Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai

Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya tidak
mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada sistem pendidikan itu
sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-
kadang pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar .2

 Ciri-ciri Kesulitan Belajar

Dalam proses belajar, guru sering menghadapi masalah adanya murid yang tidak dapat
mengikuti pelajaran dengan lancar. Dengan kata lain guru sering menghadapi siswa-siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Biasanya masalah yang dihadapi para guru di sekolah adalah gejala
atau manifestasi adanya kesulitan belajar yang ditampakkan dalam bentuk-bentuk tingkah laku
tertentu. Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan
belajar menurut Mohammad Surya (1992: 86) adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.

2
Ibid, hal. 90
3
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid
yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-
kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. Misalnya
rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40 menit, maka anak yang
menghadapi kesulitan belajar akan memerlukan waktu yang lebih lama.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang dan
sebagainya.

5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti datang terlambat, tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran,
tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama,
dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam
menghadapi nilai rendh tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal, dan
sebagainya.3

Pendapat di atas sesuai dengan yang diungkapkan Kirk (Effendi Kusno, 1987: 57) bahwa ada
empat perilaku yang berkaitan dengan kesulitan belajar antara lain:

1. Siswa lamban disemua bidang yang diikuti, dimana siswa mengalami ketertinggalan
dalam mata pelajaran yang diikutinya, serta tertinggal oleh kawan-kawannya. Ia kesulitan
menerima kesan yang disampaikan oleh gurunya dan selalu terlambat dalam menyelesaikn
tugas-tugas yang mesti dikerjakan.

2. Ketidakmampuan dalam bidang-bidang khusus, ditandai oleh ketidakmampuan siswa


dalam bidang tertentu, misalnya siswa selalu sulit untuk memahami isi bacaan, sulit untuk
menguraikan bagan-bagan atau yang lainnya.

3
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), hlm. 6
4
3. Kesulitan akademik dalam kaitannya dengan kekacauan tingkah laku, ditandai dengan
tingkah laku siswa yang sulit diatur, senang membuat gaduh, malas mencatat, ingin selalu
berpindah-pindah tempat duduk ketika pelajaran berlangsung dan gejala lain yang mengarah
kepada behaviorial disorder.

4. Masalah yang berhubungan dengan motivasi, ditandai dengan kurang bergairah untuk
mengikuti pelajaran, tidak ada minat berdiskusi, dan lalai mengerjakan tugas.

B. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam.

1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa
sendiri.

2. Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.4

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini.

 Faktor intern siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yakni:

1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;

2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

4
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm.4
5
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera
penglihatan dan pendengar (mata dan telinga)

Adapun faktor-faktor internnya adalah sebagai berikut:

1. Fisiologi

Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit,
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita
perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran,
kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli,
bisu, dan lain sebagainya.

2. Psikologis

Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah
kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah
intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih
dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang
tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga
pencapaiannya tidak terlalu tinggi.5

Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki


potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu
mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis yang
dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi,
kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.

3. Intelegensi

5
Ibid, hal.5
6
Intlegensi ini dapat mempengaruhi kesulitan belajar seorang anak. Keberhasilan belajar serang
anak ditentukan dari tinggi rendahnya tingkat kecerdasan yang dimilikinya, dimana seorang anak
yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi cendrung akan lebih berhasil dalam belajarnya
dibandingkan dengan anak yang intelegensinya rendah.

4. Minat

Faktor minat dalam belajar sangat penting. Hasil belajar akan lebih optimal bila disertai
dengan minat. Dengan adanya minat mendorong kearah keberhasialan, anak yang berminat
terhadap suatu pelajaran akan lebih mudah untuk mempelajarinya dan sebaliknya anak yang
kurang berminat akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.

Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa minat sangat diperlukan dalam
belajar, karena minat itu sendiri sebagai pendorong dalam belajar dan sebaliknya anak yang
kurang bermitat terhadap belajarnya akan cenderung mengalami kesulitan dalam belajarnya.

5. Bakat

Bakat ini dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika bakat ini kurang mendapatkan perhatian.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menjelaskan bahwa: bakat setiap orang berbeda-beda, orang
tua kadang-kadang tidak memperhatikan faktor bakat ini(Singgih Gunarsa, Psikologi Keluarga
(Jakarta : PT. Bina Rena Pertama, 1992), 13.). Anak sering diarahkan sesuai dengan kemauan
orang tuanya, akibatnya bagi anak merupakan sesuatu beban, tekanan dan nilai-nilai yang
ditetapkan oleh anak buruk serta tidak ada kemauan lagi untuk belajar.6

Dari pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa adanya pemaksaan dari orang tua didalam
mengarahkan anak yang tidak sesuai dengan bakatnya dapat membebani anak, memunculkan
nilai-nilai yang kurang baik, bahkan dirasakan menjadi tekanan bagi anak yang akhirnya akan
berakibat kurang baik terhadap belajar anak di sekolah.

6. Kepribadian

Faktor kepribadian dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika tidak memperhatikan fase-fase
perkembangan (kepribadian) seseorang. Hal ini sebagaimana pendapatmenjelaskan bahwa: fase

6
Ibid, hal.6
7
perkembangan kepribadian seseorang tidak selalu sama . Fase pembentuk kepribadian ada
beberapa fase yang harus dilalui. Seorang anak yang belum mencapai suatu fase tertentu akan
mengalami kesulitan dalam berbagai hal termasuk dalam hal belajar.

Dari pendapat tersebut, menunjukkan bahwa tidak semua fase-fase perkembangan


(keperibadian) ini akan berjalan dengan begitu saja tanpa menimbulkan masalah, malah ada fase
tertentu yang menimbulkan berbagai persoalan termasuk dalam hal kesulitan dalam belajar.

 Faktor ektern siswa

Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.

1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum


area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

3.Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat pasar,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

 Faktor Keluarga Peranan orang tua (kelurga) sebagai tempat yang utama dan pertama
didalam pembinaan dan pengembangan potensi anak-anaknya. Namun tidak semua
orang tua mampu melaksanakanya dengan penuh tanggung jawab.7

Beberapa hal yang dapat menimbulkan persoalan yang bersumber dari keluarga adalah
seperti: a). sikap orang tua yag mengucilkan anaknya, tidak mepercayai, tidak adil dan tidak mau
menerime anaknya secara wajar, b). broken home, perceraian, percekcokan, c). Didikan yang
otoriter, terlalu lemah dan memanjakannya, d). Orang tua tidak mengetahui kemampuan
anaknya, sifat kepribadian, minat, bakat, dan sebagainya.

Ada beberapa aspek yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar seorang anak
yaitu:

7
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm.13
8
a). Didikan orang tua yang keliru,

b). Suasana rumah yang kurang aman dan kurang harmonis,

c).Keadaan ekonomi orang tua yang lemah(Ibid, 32)

Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dapat menimbulkan
persoalan atau sumber permasalahan adalah sikap orang tua yang mengucilkan anaknya, tidak
mempercayai, tidak adil dan tidak mau menerima anaknya secara wajar, broken home,
perceraian, percekcokan dan orang tua yang tidak tau kemampuan anaknya.

 Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal setelah keluarga dapat menjadi masalah pada
umumnya, dan khususnya masalah kesulitan belajar pada siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa:

Lingkungan sekolah dapat menjadikan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar


seperti:

1). Cara penyajian pelajaran kurang baik.

2).hubungan guru dan murid kurang harmonis.

3). Hubungan antara burid dengan murid itu sendiri tidak baik

4). Bahan pelajaran yang disajikan tidak dimengerti siswa, dan

5). Alat-alat pelajaran yang tersedia kurang memadai.

 Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat sangat berperan di dalam pembentukan kepribadian anak,


termasuk pula kemampuan/ pengetahuannya. Dimana lingkungan masyrakat yang memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, seperti: suka minum-minum minuman keras, penjudi dan
sebagainya, dapat menghambat pembentukam kepribadiaan dan kemampuan, termasuk pula
dalam proses belajar mengajar seorang anak.

9
Lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar adalah:

1. Mass Media, seperti bioskop, televisi, radio, surat kabar, majalah, komik

2. Corak Kehidupan tetangga, seperti orang terpelajar dan cendekiawan, tetangga yang suka
berjudi, pencuri, peminum, dan sebagainya.

Adapun faktor-faktor ekternnya adalah sebagai berikut:

1. Social.

Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah. Anak-anak
yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anak-anak yang
cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga
bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan
terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.8

2. Non-social

Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah factor guru di sekolah, kurikulum dan sebagainya. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh para ahli yang menaruh perhatian terhadap masalah kesulitan belajar, ditemukan
sejumlah faktor penyebabnya, diantaranya:

a. Keturunan

Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan menemukan rata-rata
anggota tersebut mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan mengija, setelah diteliti
secara lebih mendalam, ternyata salah satu faktor penyebabnya adalah faktor keturunan.

b. Otak

Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar mengalami gangguan pada
syaraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan yang cukup sengit. Beberapa peneliti
menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang mengalami kelambanan atau

8
Ibid, hal.14
10
kesulitan belajar dengan anak yan ab-normal. Hanya saja anak yang lamban atau kesulitan
belajar memiliki adanya sedikit tanda cedera pada otak, oleh karena itu para ahli tidak terlalu
menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan ini.

c. Pemikiran

Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan dalam menerima
penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah mereka tidak dapat
mengorganisasikan cara berpikir secara baik dan sistematis. Para ahli berpendapat bahwa mereka
perlu dilatih berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.9

d. Gizi

Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan terhadap anak-anak dan binatang, ditemukan
bahwa ada kaitan yang erat antara kesulitan belajar dengan kekurangan gizi. Artinya, kekurangan
gizi menjadi salah satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar.

e. Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang dapat nengganggu
perkembngan mental anak, baik yang terjadi di dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat.

Meskipun faktor ini dapat pengaruhi kesulitan belajar, tetapi bukan satu-satunya faktor penyebab
terjadinya kesulitan belajar. Namun, yang pasti faktor tersebut dapat mengganggu ingatan dan
daya konsentrasi anak.10

f. Biokimia

9
Journal.umpo.ac.id/index.php/dimensi/article/view/1636

10
Dimyati mudijono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2000)
11
Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan belajar masih menjadi
kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Comfers (dalam Kirk & Ghallager,
1986) menemukan bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi hiperaktivitas.
Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy (dalam Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan
hal yang sebaliknya. Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi, perasa
dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan menyebabkan kesulitan belajar.
Ia lalu merekomendasikan diet salisilat dan bahan makanan buatan kepada anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, adapula faktor yang yang juga menimbulkan
kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini
ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
(syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan
psikis (Reber,1998) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.

1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan membaca.

2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.

3. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.11

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Orang tua, guru dan masyarakat secara sengaja maupun tidak sengaja, dapat menyebabkan
kesulitan belajar bagi siswa. Karenanya, peran oramg tua dan guru dalam membentengi para
siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, disamping perannya juga dapat memotivasi para
siswa untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan keberhasilan siswa.

B. SARAN

11
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.56
12
Seorang guru diharapkan dapat melakukan pendekatan secara personal (Personal Approach)
terhadap siswa-siswinya sehingga guru dapat mengetahui apakah siswanya mengalami kesulitan
belajar atau tidak, sehingga bisa mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa
dan dapat memberikan solusi yang terbaik untuk siswa-siswinya.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati mudijono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2000)


Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013)
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
1998)
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2007)
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta, 1990)

13

Anda mungkin juga menyukai