Anda di halaman 1dari 6

Diagnosis dan....

(Ira Rahma, Sri Herawati)

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN GLOBUS PHARYNGEUS

Ira Rahma, Sri Herawati

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN makan atau saat menelan ludah dan menghilang


Globus pharyngeus (GP) umumnya pada waktu makan.1,2,6
menggambarkan perasaan subjektif adanya rasa
mengganjal atau tercekat di tenggorok yang dapat 2. EPIDEMIOLOGI
menetap atau hilang timbul. Keadaan ini dapat Insiden GP umumnya didapatkan sekitar
berlangsung lama, pengobatannya sulit dan 3-4 % yang datang ke THT-KL, dan dilaporkan 46
cenderung kambuh. Istilah globus pharyngeus pada % kondisi pasien tampak sehat.TerjadipadaUsia
awalnya dikenal dengan globus hystericus oleh pertengahan dan insiden untuk laki-laki dan
Purcell pada tahun 1707, dalam bahasa latin globus perempuan adalah sama. Batch 1988 melaporkan
artinya bola dan hystericus artinya suatu gangguan hampir 50 % dari semua pasien GP terkait dengan
yang berhubungan dengan faktor psikogenik. emosi yang kuat. Rowley et al tahun 1990
Purcell menjelaskan globus terjadi adanya tekanan melakukan penelitian selama 7 tahun menemukan
dari tulang rawan tiroid karena kontraksi otot-otot lebih dari setengah pasien GP tidak menunjukan
leher yang dihubungkan dengan faktor psikogenik. gejala dan tidak menimbulkan keganasan.1,2,4,6
Malcomson tahun 1968 mengganti istilah globus
hystericus menjadi globus pharyngeus, setelah 3. ETIOLOGI
membuktikan adanya refluks dengan pemeriksaan Etiologi GP masih belum jelas tetapi
kontras barium didapatkan lebih 60 % pasien penyebabnya bisa multifaktor (tabel 1). Meskipun
dengan GP dantidak ada hubungan denganfaktor data yang ada terbatas namun studi terbaru telah
psikogenik. 1,2,3 difokuskan terhadap refluks gastroesofageal (RGE),
Penyebab GP belum jelas dan banyak faktor kelainan dari sfingter esofagus bagian atas (SEA),
yang terlibat, tetapi pada umumnya dianggap gangguan psikologis dan gangguan psikiatri.Potensi
berhubungan dengan iritasi pada mukosa penyebab GP yang multifaktor sehingga sulit untuk
laringofaringeal. Teori refluks laringofaringeal mendiagnosis dan menentukan standar
(RLF) yang paling mungkin menjelaskan adanya pengobatan.1,4 Beberapa penyebab GP akan
iritasi dan inflamasi pada laringofaringeal sehingga dijelaskan dibawah ini sebagai berikut:
sering dianggap sebagai penyebab utama GP tetapi
belum ada bukti yang cukup untuk mendukung teori
ini.1,4,5
Tujuan penulisan referat ini adalah
menjelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan
GP.

1. DEFINISI
Globus pharyngeusadalah sensasi rasa
mengganjal di dalam tenggorok pada daerah
krikofaringeal yang dapat persisten atau
intermiten.Biasanya dirasakan diantara waktu Tabel 1. Etiologi dari globus pharyngeus1

121
Jurnal THT - KL Vol.7, No.3, September - Desember 2014, hlm. 121 - 126

3.1 Refluks gastroesofageal (RGE) 3.4 Penyebab Inflamasi faring


Pada individu normal sfingter esofagus Banyak kondisi yang menyebabkan iritasi
bagian atas (SEA) dan sfingter esofagus bagian dan peradangan dari faring seperti faringitis, tonsilitis
bawah (SEB) bekerja sama untuk mencegah refluks dan sinusitis kronis dengan postnasal drip, dapat
cairan lambung tersebut sampai ke tenggorok. menyebabkan sensasi globus karena adanya stasis
Masalah utama pada refluks laringofaring adalah dari produksi mukus yang kental pada kavum nasi dan
disfungsi SEA. Dimana mukosa faring dan laring nasofaring dan peningkatan sensitifitas lokal.1
tidak dirancang untuk mencegah iritasi langsung
akibat asam lambung dan pepsin yang terkandung 3.5 Keganasan pada saluran
pada refluxate. Ketika SEA memungkinkan aerodigestif bagian atas
terjadinya refluks asam lambung dan pepsin aktif Keganasan pada faringolaring dan
sehingga terjadi kontak dengan segmen laring esofagus bagian atas harus dikeluarkan pada pasien
faring, maka akan terjadi kerusakan langsung pada dengan sensasi globus terutama kasus-kasus dengan
mukosa laring, dimana epitel laring lebih rentan resiko tinggi seperti penurunan berat badan,
terhadap refluks asam lambung dibandingkan epitel disfagia, nyeri tenggorok dan keadaan lateralisasi
esofagus karena tidak mempunyai mekanisme patologilainnya.1
pertahanan seperti esofagus. Hal ini menyebabkan
gangguan pembersihan mukosiliar sehingga stasis 3.6 Hipertrofi dari basis lidah
dari mukus tebal dan kental yang selanjutnya Hipertrofi berat dari dasar lidah dapat
memperburuk iritasi mukosa dan memberikan menyebabkan sensasi globus, yang mungkin karena
kontribusi untuk gejala seperti sensasi globus folikel menyentuh dinding posterior faring.1
pharyngeus.
Meskipun masih ada perdebatan tentang 3.6 Epiglotis retroversi
peran penyebab refluks gastroesofageal (RGE) pada Kontak dengan dasar lidah atau dinding
pasien dengan GP, tapi RGE memberi kesan posterior, epiglotis retroversi dapat menyebabkan
menjadi etiologi utama gejala GP. Dua mekanisme sensasi globus. Gejala dapat diamati setelah bedah
dasar untuk menjelaskan hubungan antara GERD epiglotis parsial.1
dan GP yaitu iritasi langsung dan inflamasi pada
laringofaring karena adanya aliran balik dari isi 3.7 Penyakit tiroid
lambung yang dikenal sebagai refluks laringofaring Keadaan abnormal dari tiroid yang
(RLF) dan adanya reflex vagovagal hipertonik dari terdeteksi dengan USG umumnya disertai dengan
SEA yang dipicu oleh pengasaman atau distensi sensasi globus. Dalam suatu literatur menyatakan
esofagus distal.1,4,10,11 bahwa sepertiga daripasien penyakit tiroiddengan
keluhan GP. Pasien post tiroidektomi kadang juga
3.2 Disfungsi sfingter esofagus bagian atas (SEA) mengeluhkan gejala GP, tetapi keluhan ini akan
Peningkatan tekanan dari SEAdapat berkurang dengan berjalannya waktu. Meskipun
menyebabkan GP, tekanan ini meningkat bila terjadi mekanisme yang tepat dari hubungan antara globus
stimulasi faring sehingga bahan refluks dapat dan penyakit tiroid masih sulit dipahami, tetapi
mencapai bahwa hipertensi SEA merupakan faktor beberapa laporan telah menyimpulkan bahwa
latar belakang globus.1 tiroidektomi bisa meningkatkan GP.1,4,12

3.3 Gangguan motorik esofagus 3.8 Cervikal heterotopic


Prevalensi gangguan motorik esofagus gastric mucosa (CHGM)
telah dilaporkan sekitar 6-90 persen pada pasien GP. Sensasi globus juga telah dikaitkan
Pemeriksaan manometri telah mengungkapkan dengan kehadiran CHGM, dimana sekresi asam
adanya gangguan motilitas esofagus nonspesifik dari CHGM mirip dengan RGE. Pasien ini
yang paling sering ditemukan.1 mengalami GP setelah terjadi ablasi argon plasma.1

122
Diagnosis dan.... (Ira Rahma, Sri Herawati)

3.9 Tumor dianjurkan juga pada pasien dengan keluhan RLF


Tumor otot polos dari faring, post krikoid karena sangat sensitif dalam membedakan adanya
limpangioma. Metastasis orofaringeal karsinoma refluks asam pada sfingter esofagus bagian atas dan
sel Merkel, telah dilaporkan pada pasien mengeluh bawah. Pemeriksaan ini hanya dapat menilai refluks
globus.1 asam sedangkan refluks non asam tidak terdeteksi.
Penting diketahui alat ini untuk mendeteksi asam
3.10 Faktor psikologis dan stres dgn ambang pH < 4. Mukosa dari hipofaring dan
Masalah psikogenik sering dianggap laring mudah iritasi dan lebih sensitif terhadap
menyebabkan atau memicu sensasi globus. refluks asam daripada mukosa esofagus1,4,5,7
Beberapa studi melaporkan peningkatan jumlah
peristiwa kehidupan yang penuh stres sebelum 4.2.2 Pemeriksaan dengan Kontras barium
onset gejala, menunjukan bahwa stres kehidupan Pemeriksaan kontras barium adalah
mungkin kofaktornya.1,4,6 pemeriksaan dengan radiologi untuk mengevaluasi
saluran pencernaan bagian atas dan sering
4. DIAGNOSIS digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan GP
Diagnosis GP ditegakkan berdasarkan kecuali bila ada lesi di faring atau SEAtidak bisa
anamnesis, pemeriksaanfisik, dan pemeriksaan dilakukan. Mengingat alat ini sensitivitasnya rendah
penunjang. dan jarangnya pasien GP didapatkan, biaya yang
mahal dan efek radiasi bagi petugas maka
4.1 Anamnesis dan pemeriksaan fisik disarankan kontras barium hanya untuk pasien
Diagnosis globus pharyngeus prinsipnya dengan gejala yang tidak khas atau diduga adanya
berdasarkan atas suatu gejala klinis. Biasanya, tumor pencernaan bagian atas.1,3,4
pasien memiliki gejala dengan jangka waktu lama
dan selalu mencari perhatian. Gejala yang menjadi 4.2.3 Videofluoroscopy
lebih menonjol atau dimulai dengan infeksi Pemeriksaan ini dapat membantu untuk
tenggorok atau adanya pemicu stres seperti mengidentifikasi disfungsi faring pada sebagian
kematian seorang kerabat. Sensasi adanya rasa besar pasien GP.1
mengganjal di tenggorok lebih jelas saat menelan
air liur dan biasanya menghilang pada waktu 4.2.4 24 hour mutichannel
makan. Kadang rasa kawatir yg berlebihan timbul intraluminal impedance monitoring
rasa tidak nyaman di tenggorok atau adanya rasa Hasil dari beberapa penelitian tehnik ini
makanan yang menempel di tenggorok dan dalam menunjukan cara yang terbaik untuk mendeteksi
anamnesa kadang adanya penurunan berat badan. adanya RGE, dengan melakukan impedansi
intraluminal multichannel (MII). PasienGP yang
4.2 Pemeriksa penunjang persisten selama pemberian terapi, dapat
Pemeriksaan yang digunakan untuk meningkatkan hasil uji diagnostik dalam mendeteksi
mengetahui penyebab GP dapat dijelaskan sebagai adanya refluks non asam. Dengan demikian metode
berikut:1,4 ini lebih dapat diandalkan dari pada dengan 24 hour
monitoring karena dapat memantau asam serta refluks
4.2.1 Monitor pH 24 jam non asam, sehingga dapat mengarahkan pengelolaan
Dalam suatu studi didapatkan adanya GP pasien yang diduga RLF.1
dan suara parau sekitar 72 persen yang menunjukan
adanya RLF dengan menggunakan24 hours double 4.2.5 Pemeriksaan endoskopi
probe pH monitoring merupakan baku emas dalam Dengan menggunakan esofagoskop fleksibel
mendiagnosis RLF.Teknik ini digunakan untuk dapat membantu dalam penegakan diagnosisa adanya
menunjukan paparan asam esofagus yang abnormal suatu keganasan di saluran pernafasan atas dan
pada beberapa pasien GP dan pemeriksaan ini esofagus bagian atas sebagai penyebab GP.1

123
Jurnal THT - KL Vol.7, No.3, September - Desember 2014, hlm. 121 - 126

4.2.6 Manometri menunjukkan bahwaproton pump inhibitor (PPI)


Manometri merupakan alat yang merupakan terapi RLF yang utama dan paling
digunakan untuk menilai disfungsi SEA dan efektif dalam menangani kasus refluks. PPI
gangguan motorik esofagus yang diduga sebagai berfungsi menekan produksi asam lambung dengan
penyebab GP.1 menurunkan kadar ion hidrogen dari cairan refluks.
Rekomendasi dosis adalah dua kali sehari selama 3
5. PENATALAKSANAAN bulan, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
Algoritma yang disarankan untuk maksimal 6 bulan.Biasanya diberikan 30 menit
penatalaksanaan pasien dengan GP berdasarkan sebelum makan dan sebelum tidur malam, hal ini
penelitian dan bukti sepeti pada skema ini. (gambar untuk meningkatkan efek terapi maksimal didalam
2).1. darah, sebelum aktivasi proton pumps didalam
lambung pada waktu makan.1,4,8,9
Pasien dengan gejala RLF dianjurkan
melakukan pola diet yang tepat agar terapi berjalan
maksimal. Koufman menegaskan modifikasi gaya
hidup dan pola diet berperan
dalam proses kesembuhan.
Pola diet yang dianjurkan
pada pasien seperti makan 2-
4 jam sebelum berbaring,
pengurangan porsi makan,
hindari makanan yang
menurunkan tonus otot
sfingter esofagus dan
meningkatkan refluks seperti
makanan berlemak dan
berminyak, kopi, coklat,
alkohol, soda dan mint. Saus
salad, selai, buah-buahan dan
jus asam, cuka, mustard,
tomat dan paprika dapat
menyebabkan iritasi dan
peradangan laring. Anjuran
lain seperti menurunkan berat
badan bila berat badan
penderita berlebihan,
Gambar 2. Skema penatalaksanaan GP1 menghindari merokok, jangan berpakaian ketat
seperti celana, korset, atau ikat pinggang tinggikan
Pengobatan GP kemungkinan diperlukan kepala 10-15 cm sewaktu tidur.1,4
untuk jangka panjang dan ketekunan seperti terapi
anti refluks, modifikasi gaya hidup, terapi bicara Terapi wicara
dan bahasa, anti depresi, dan terapi kognitif Teknik terapi wicara yaitu termasuk
perilaku.1,4 melatih leher dan bahu, relaksasi secara umum,
latihan suara dan untuk meringankan ketidak
Terapi anti refluks nyamanan suara dan ketegangan dari faringolaring,
Metode pertama untuk pengelolaan pasien biasanya teknik ini dilakukan untuk pengelolaan
GP adalah dengan terapi refluks. Bukti saat ini gejala GP persisten.1,4

124
Diagnosis dan.... (Ira Rahma, Sri Herawati)

Terapi kognitif perilaku dan antidepresan RINGKASAN


Globus merupakan gejala umum dari Globus pharyngeus adalah suatu gejala
gangguan somatis setelah muntah, aphonia, dengan kondisi klinis yang umum, dimana
dannyeri. Terapi kognitif perilaku pengobatan etiologinya masih belum jelas dan tidak adanya
terbaik untuk berbagai gangguan somatis dan gejala protokol standar untuk diagnosis dan
medis yang tidak dapat dijelaskan. Pemberian penatalaksanaan. Penyebab utama GP adalah
antidepresan dapat bermamfaat pada pasien GP refluks laringofaring yang merupakan komplikasi
dengan gangguan kejiwaan seperti panik, depresi diluar esofagus dari suatu keadaan yang disebut
berat atau agoraphobia.1 refluks gastroesofageal, meskipun hal ini masih
diperdebatkan dan masih kontroversial. Diagnosis
Pengobatan lain GP ditegakkan berdasarkan anamnesis,
Pasien dengan massa tiroid biasanya ada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
keluhan GP, tetapi setelah tiroidektomi menunjukan Penatalaksanan sesuai dengan penyebab GP
perbaikan dari gejala GP.4

125
Jurnal THT - KL Vol.7, No.3, September - Desember 2014, hlm. 121 - 126

DAFTAR PUSTAKA 1. Ford N. Evaluation and management of


1. Lee BE, Kim GH. Globus pharyngeus areview laryngopharyngeal reflux. JAMA september
of its etiology, diagnosis and treatment. World 28, 2005; 294(12): 1534-40.
journal of gastroenterology May 28, 2012;
18(20): 2462-71 available 1. Koufman JA. Low acid diet foor recalcitrant
from:http//www.wjgnet.com/1007-9327office laryngopharyngeal reflux: therapeutic benefits
accesses june 1st 2013. and their implications. Annals of otology,
rhinology & laryngology 2011; 120(5): 281-7.
1. Cashman EC, Donnelly MJ. The natural history
of globus pharyngeus.Hindawi publishing 1. Pham V. Laryngopharyngeal reflux with an
corporation international journal of emphasis on diagnostic and therapeutic
otolaryngology December 9th 2010. considerations. UTMB dept. Of
otolaryngology august, 25 2009.
1. Caylakli F et al. Evaluation of patient with
globus pharyngeus with barium swallow 1. Anatomy, Physiology and Immunologyof the
pharyngoesophagography. Laryngoscope Pharynx and Esophagus. In: Probst R, Grevers
2006; 116: 37-9. G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology, A Step-
By-Step Learning Guide. Stuttgart: Thieme;
1. Mitchell S, Olaleye O, Weller M. Review: 2006. pg. 98-103.
current trend in the diagnosis and management
of globus pharyngeus. International journal of 1. Vaezy MF, Ismail AA. Evaluation of patients
otolaryngology and head & neck surgery 2012; with susected laryngopharyngeal reflux: a
1: 57-62. practical approach. Curr gastroenterol rep
2011; 13: 213-8.
1. Baek CH et al. Role of salivary function in
patients with globus pharyngeus. Published 1. Hamdan AL, Jabbour J, Al Zaghal Z, Azar ST.
online 1 july 2009. Available Goiter and laryngopharyngeal reflux. ISRN
www.interscience.wiley.com accesess June 1st endocrinology 2012.
2013.
1. Husamaldin Z, Aung W, McFerran DJ. Smooth
1. Gordon NA. The patient with globus muscle tumour of the pharynx: a rare tumour
syndrome. Einstein quart biol med 1990; 8: 17- presenting with globuspharyngeus symptoms.
21. J LaryngolOtol 2004; 118:885-7.

1. Zelenik K, et al. Globus pharyngeus and


extraesophageal reflux: simultaneous pH <4.0
and pH<5.0 analysis. Laryngoscope 2010; 120:
2160-4.

126

Anda mungkin juga menyukai