Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL
Pengarah
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveil ans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R espon KLB
Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Kontributor
WHO Representative for Indonesia
CDC – Atlanta
Atlanta Representative for Indonesia
Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis
Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan
Editor
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL
Pengarah
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveil ans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R espon KLB
Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Kontributor
WHO Representative for Indonesia
CDC – Atlanta
Atlanta Representative for Indonesia
Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis
Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan
Editor
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku ”PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON” ini dapat diterbitkan
kembali setelah dilakukan beberapa revisi mengikuti perkembangan penyakit menular di
Indonesia.
Buku ini merupakan salah satu dari Trilogi tentang EWARS ( Early Warning Alert and Respon
System ) yang terdiri dari tiga seri buku yaitu:
1. Buku “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon“
2. Buku “Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon serta Format Penyelidikan Epidemiologi“
3. Buku “Panduan Pengguna Piranti Lunak ( Software) Peringatan Dini Penyakit Menular“
Buku pertama ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Puskesmas
sebagai pedoman dalam memahami sistem kewaspadaan dini dan respon dengan memanfaatkan
piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini diharapkan dapat menggugah
kesadaran semua pihak untuk dapat meningkatkan kinerja surveilans sebagai bentuk upaya
deteksi dini dan respon cepat dalam rangka penge ndalian penyakit menular yang potensial wabah.
Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam
penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi dan
kabupaten di Indonesia sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih
optimal.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku “ PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON“ ini dapat terwujud.
Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut apabila tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia yang telah
meratifikaskasi IHR ( International Health Regulation ) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti
dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005 mulai
diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan waktu selama
5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II, Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus
mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan
melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang
Surveilans Dan Respon Yang Harus Dipenuhi), sedini mungkin dan paling lambat lima tahun sejak
diberlakukannya IHR.
Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap komitmen global
seperti eradikasi polio, eliminasi Tetanus Neonatorum (TN), reduksi maupun eliminasi campak,
eliminasi malaria, pengendalian HIV/AIDS maupun Tuberkulosis (TB) Paru. Untuk eradikasi polio,
Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dengan jumlah sebanyak 349
kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani dengan baik untuk memutus mata
rantai penularan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sehingga sampai saat ini tidak ditemukan
kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)
yang optimal juga sangat berperan penting.
Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat cepat.
Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi penyakit menular
dari suatu negara ke negara lain. Salah satu contoh adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di
Indonesia tahun 2005 terjadi karena ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini
dunia telah mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang semakin
cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial wabah secara
langsung maupun tidak langsung misalnya seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD),
maupun penyakit new emerging seperti flu burung.
Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit potensial KLB
seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak,
pertusis, maupun ancaman flu burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak
dipantau dan dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan
menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya.
Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.
Semoga buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon di Indonesia.
Tujuan ....................................................................................................................................... 7
Populasi dalam Surveilans ........................................................................................................ 7
Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru ............................................................................ 7
Jenis Surveilans ........................................................................................................................ 7
Unit Pelapor ............................................................................................................................. 7
Alur Data .................................................................................................................................. 8
Pengiriman Data ...................................................................................................................... 8
Format Mingguan .................................................................................................................... 9
Pelaporan menggunakan SMS ................................................................................................. 9
Entri Data dan Analisis ............................................................................................................. 9
Indikator ................................................................................................................................... 10
Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ............................................................................. 10
Monitoring Laporan .................................................................................................................. 10
Umpan Balik ............................................................................................................................. 10
Sistem Manajemen Rumor KLB ................................................................................................ 10
Kewaspadaan Dini dan Respon ................................................................................................ 11
Pemeriksaan Laboratorium ...................................................................................................... 12
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tujuan
o Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular.
o Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular.
o Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB.
o Memonitor kecenderungan penyakit menular.
o Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.
Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau sindrom (lampiran 3).
Untuk membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosa kasus, pengambilan spesimen dan pelaporan,
maka penjelasan mengenai algoritma diagnosis akan dijelaskan secara detil dalam buku pedoman seri
kedua, yaitu “Algoritma Diagnosis Penyakit Dan Respon Serta Format Penyelidikan Epidemiologi ”.
Selain algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma untuk respon KLB dalam pedoman
tersebut. Ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam tatalaksana kasus, respon kesehatan
masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.
Jenis Surveilans
Dalam kegiatan ini, surveilans digunakan untuk mengamati penyakit melalui pengumpulan data rutin.
Lengkap: seluruh unit kesehatan yang terlibat adalah puskesmas dan unit pelayanan kesehatan yang
berada di wilayah kerja puskesmas, seperti puskesmas pembantu (Pustu), bidan desa, mantri, dan
sebagainya.
Pasif : Pustu, Bidan Desa akan melaporkan secara mingguan ke puskesmas.
Laporan Nihil harus dikirim dengan mengisi format laporan dengan nilai “nol” atau nihil.
Data Agregat : adalah data dari pustu, bidan desa, dan kegiatan rawat jalan Puskesmas, akan menjadi
agregat di tingkat puskesmas.
Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan dan periode mi ngguan
Unit Pelapor
Unit pelapor dari sistem ini adalah Puskesmas, dan kelengkapan maupun ketepatan laporan dari unit
pelapor dihitung berdasarkan jumlah puskesmas di setiap kabupaten dan di propinsi dan secara
otomatis dihitung oleh aplikasi software.
Pengiriman Data
Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dan lain-lain.
Dari Kabupaten/Kota ke propinsi data dikirim melalui email
Dari Propinsi ke Pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB) data dikirim melalui email
Pengumpulan
spesimen Petugas Surveilans Puskesmas
Otoritas Kesehatan
Konfirmasi Nasional (Kemenkes RI),
Laboratorium Propinsi Laboratorium Nasional
(Balitbangkes), WHO
o Nomor Urut format: nomer ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan yang mengirimkan
laporan di setiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang mengirimkan laporan
dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.
o Jumlah minggu epidemiologi, periode laporan adalah satu pekan dimana kasus dilaporkan. Unit
puskesmas pelapor harus memberikan indikasi tanggal dimana awal pekan adalah pada hari Minggu
dan akhir pekan adalah pada hari Sabtu.
o Data Penyakit:
Data diisi dan diilengkapi berdasarkan buku registrasi harian puskesmas bersama data yang
dikumpulkan dari unit pelayanan tingkat desa, berdasarkan definisi kasus baku sistem surveilans.
Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi kasus. Hanya kasus baru (konsultasi
pertama) yang harus dilaporkan untuk seluruh usia yang ditemukan.
2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110
Artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare=
10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster
penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110
Monitoring Laporan
o Tingkat Kabupaten/Kota
Setiap Senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah diterima. H ubungi fasilitas kesehatan
yang belum mengirimkan informasi/laporan.
o Tingkat Propinsi
Setiap Selasa siang, cek jika semua format dari kabupaten/kota telah diterima. Hubungi petugas
surveilans kabupaten/kota untuk mendapatkan informasi yang belum lengkap.
Umpan Balik
Seksi Surveilans Kabupaten/Kota dan Propinsi akan membuat ringkasan laporan mingguan (Bulletin
Mingguan) termasuk:
o Alert (sinyal siaga)
o Informasi epidemiologi yang relevan
o Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan tersangka KLB.
o Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan KLB.
Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/kejadian penyakit, petugas surveilans
propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk
melakukan klarifikasi terhadap rumor/kejadian penyakit yang terdeteksi/didapatkan.
Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mendapatkan hasil dari verifikasi/investigasi
terhadap rumor/kejadian penyakit dari petugas surveilans Kabupaten/Kota mengenai status kejadian
(benar atau tidak rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan
format Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis KLB (lampiran 7).
Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai dengan penyakitnya. Bila
tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan format PE KLB Umum (lihat
lampiran 5). Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet (program
microsoft excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti Epi Info atau Epi Data untuk
menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu, tempat dan orang.
Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh
puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium propinsi berfungsi sebagai
rujukan bagi setiap kabupaten/kota.
Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota.
Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti
pada Lampiran 8, 9, 10, dan 11.
Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf
laboratorium unit khusus seperti bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi, dan Toksikologi.
Biosafety
Memberikan perlindungan terhadap pasien dan diri kita dari risiko terpapar/kontak dengan kuman
pathogen merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Prinsipnya adalah harus “ SELALU” menggunakan peralatan sekali pakai (disposible) dan tidak boleh
digunakan lagi.
Misalnya pada kondisi di lapangan, jika anda merencanakan untuk mengambil sample dari pasien yang
tidak dapat dibawa ke RS, cobalah membuat zona bersih untuk mengurangi ri siko terkontaminasi.
Tipe Penularan/
Kondisi/ Situasi Alat Yang Digunakan
Transmisi
Kontak Penulran dapat terjadi melalui kontak - Sarung Tangan (Gloves)
langsung dengan pasien atau kontak - Baju Pelindung (Gown)
dengan lingkungan pasien.
Droplet Penularan dapat terjadi melalui droplet - Sarung Tangan (Gloves)
yang mengandung kuman penyakit - Baju Pelindung (Gown)
dengan ukuran partikel partikel >5 - Masker
micron, droplet dapat dihasilkan ketika - Kaca mata (Gogle)
mereka batuk, bersin atau berbicara.
Udara Penularan dapat terjadi melalui udara. - Sarung Tangan (Gloves)
- Baju Pelindung (Gown)
- Kaca mata (Gogle)
- Masker N95
- Ruang isolasi (di RS)
2. Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dan lain-lain) dan buat transkrip
setiap SMS ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu atau bidan yang lapor melalui
SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format mingguan (1 format untuk masing-masing
pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas tersebut dan
semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/ pustu).
- Tulis nomer urut format,
- Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota
- Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai Sabtu tgl ... ...
- Tulis Minggu Epidemiologi ke .....
- Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan k asus yang ditemukan
- Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan angka nol.
- Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus baru penyakit
dalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain maka i si jumlah kunjungan dengan
angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga format mingguan
agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke petugas surveilans
kabupaten/kota.
3. Kabupaten/Kota
1) Menerima SMS atau fax dari semua puskesmas.
2) Bila puskesmas mengirim melalui SMS maka Kabupaten membuat transkrip ke dalam format
mingguan.
3) Cek format mingguan dari kemungkinan adanya kesalahan.
4) Hubungi puskesmas yang tidak mengirimkan format mingg uan tepat waktu
5) Simpan format mingguan dari semua puskesmas menurut bulan dan minggu.
6) Masukan data format mingguan dari semua puskesmas mengg unakan aplikasi komputer.
7) Cek data yang telah dimasukan untuk melihat apakah ada kesalahan.
8) Buat backup file setiap minggu dan simpan di folder yang aman.
9) Kirim kopi format atau file elektronik ke petugas surveilans propinsi melalui email
10) Kabupaten jangan menunda mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi.
11) Buat output laporan mingguan melalui aplikasi EWARS dan cek indikator kelengkapan dan
ketepatan laporan.
12) Bila ada alert, lakukan respon dan kontrol sesuai SOP (Lihat buku seri kedua Algoritma)
4. Propinsi
1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh kabupaten/kota.
2) Cek data yang telah diimport.
3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirimkan file tepat waktu atau kalau ada
pertanyaan tentang data.
4) Cek bahwa kopi back up data telah dibuat dan simpan pada folder yang aman.
5) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
6) Membantu Kabupaten/Kota ketika terjadi KLB.
7) Kumpulkan semua file elektronik dari tiap kabupaten/kota dan kirim ke pusat (Subdit Surveilans
dan Respon KLB melalui email ke alamat: ewars.pusat@gmail.com)
8) Membuat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke Kabupaten/Kota.
5. Laboratorium Propinsi
1) Simpan alat-alat yang perlu untuk pengambilan spesimen dan pengiriman.
2) Pastikan bahwa peralatan untuk pengambilan spesimen dan pengiriman selalu tersedia
3) Lakukan pengambilan 2 sampel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB atau adanya
sinyal/alert.
4) Cek label dan semua informasi yang diminta untuk masing-masing spesimen sesuai petunjuk.
5) 1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium propinsi dan 1 set sampel dikirim ke
laboratorium pusat (rujukan).
6) Memberkan informasi segera kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Propinsi tentang
hasil pemeriksaan laboratorium.
7) Simpan semua catatan analisa spesimen, tehnik, dan hasilnya.
8) Diskusikan hasil laboratorium propinsi dan pusat untuk kendali mutu.
Validasi Data:
o Puskesmas
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus dan hanya kasus
baru yang dilaporkan.
Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan desa, klinik
swasta/privat, dan lain-lain)
Cek bahwa periode laporan benar.
Tulis nomor urut format mingguan.
Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)
o Kabupaten/Kota
Saat menerima SMS dari puskesmas, Petugas Surveilans Kabupaten harus memperhatikan hal-hal di
bawah ini:
Tulis nomor urut format mingguan.
Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
Monitoring
Setiap bulan Kabupaten/Kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas untuk membahas
tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain).
Evaluasi
Sistim ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan:
- Keterwakilan
- Kemampuan menerima
- Kesederhanaan
- Ketepatan waktu
- Kegunaan
- Kepekaan
- Fleksibilitas
Keterbatasan
Keterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila :
1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan memberikan dampak
terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB.
2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
kapasitas dan peran laboratorium beserta jejaringnya dalam si stem surveilans dan pada saat KLB.
Kepemilikan data
Adalah pada masing-masing tingkat seperti dal am peraturan nasional seperti Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementerian K esehatan RI.
1. Diare Akut
2. Malaria Konfirmasi
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneumonia
5. Diare Berdarah ATAU Disentri
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut
8. Tersangka Chikungunya
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia
10. Tersangka Campak
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
15. Tersangka Antraks
16. Tersangka Leptospirosis
17. Tersangka Kolera
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
21. Tersangka Tetanus
22. ILI (Influenza Like Illness)
23. Tersangka HFMD (Hand Foot Mouth Disease)
Keterangan:
- Poisson adalah nilai ambang batas yang mengikuti distribusi diskrit yang mengestimasi
probabilitas munculnya suatu keluaran dalam suatu standar unit tertentu sebanyak x kali,
dimana rata-rata kemunculan keluaran tersebut per unitnya konstan sebesar l. Standar unit ini
dapat berupa interval waktu (menit, detik, hari, bulan, dan lain-lain) atau luas daerah tertentu.
Pada nilai ambang ini, angka kemaknaan sinyal kasus mengikuti nilai p < 0,05, artinya bila
kriteria kasus lebih kecil dari nilai ambang, maka nilai alert akan lebih bermakna.
- Peningkatan Kasus adalah adanya peningkatan jumlah kasus lebih dari 1,5 kali dari periode
sebelumnya.
Tanggal : …../……/…….
Berikan tanda ( ) pada kotak dibawah ini : Berikan tanda ( ) pada kotak dibawah ini:
[ ] Tersangka Kolera [ ] BAB lembek
[ ] Diare Akut [ ] BAB cair seperti cucian beras
[ ] Diare Akut Berdarah (Disentri) [ ] BAB Berdarah/ lendir
[ ] Sindrom Jaundis Akut [ ] Demam
[ ] Tersangka Leptospirosis [ ] Hipothermia
[ ] Tersangka Meningitis / Ensefalitis [ ] Kemerahan (rash)
[ ] Pneumonia [ ] Lesi Kulit Lainnya
[ ] Tersangka Flu Burung [ ] Batuk
[ ] Tersangka Difteri [ ] Napas berbunyi (stridor)
[ ] Tersangka Campak [ ] Dispnea (sulit bernapas)
[ ] Tersangka Demam Tifoid [ ] Muntah
[ ] Tersangka Malaria [ ] Jaundis (mata kuning, kulit kuning)
[ ] Tersangka Demam Dengue [ ] Conjunctival Suffosion (peradangan khas konjungtiva)
[ ] Tersangka Demam Chikungunya [ ] Kaku kuduk
[ ] Influenza Like Illness (ILI) [ ] Kejang
[ ] Tersangka Antraks [ ] Koma
[ ] Klaster Penyakit yang Tidak Lazim [ ] Kelemahan Otot/ lumpuh anggota gerak
[ ] Lumpuh Layuh Mendadak (AFP) [ ] Peningkatan Sekresi cairan (contoh : berkeringat )
[ ] Tersangka Tetanus [ ] Perdarahan Gusi
[ ] Tetanus Neonatorum (TN) [ ] Ptekhie
[ ] Gigitan Hewan Penular Rabies [ ] Mimisan
[ ] Tersangka HFMD [ ] Konjungtivitis
[ ] Lainnya ( sebutkan ) : [ ] Sakit kepala
[ ] Lain-Lain (sebutkan):
* Jenis Spesimen yang diambil : D=darah , T= Tinja , LCS= Liquor serebro Spinal , U=Urine, L= Lainnya
(sebutkan )
**Kondisi Sekarang: S= Sakit, P= Pemulihan, M= Meninggal
Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya atau tidak lazim di wilayah tersebut, beberapa
pertanyaan berikut dapat dijadikan acuan untuk pelacakan. Daftar pertanyaan dapat dikembangkan
sesuai kondisi di lapangan.
Pertanyaan:
1. Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus?
Tolong Jelaskan :
1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus?
2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan,
dan sumber air ?
1. Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak makan dan lainnya),
minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau asal dari produk apakah dari distri butor
tunggal atau dari pabrik?
2. Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah di kumpulkan di tempat tersebut seperti
buah, sayur mayor, ikan, dan jamur?
4. Adakah obat-obat tradisional tertentu yang digunakan oleh mayori tas kasus?
5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa
digunakan?
6. Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia yang digunakan?
STATUS:
1) DLM PROSES
KEJADIAN POPULASI TGL LAPORAN KRONOLOGIS TGL MULAI
LOKASI WAKTU KEJADIAN VERIFIKASI
PENYAKIT RISIKO DITERIMA KEJADIAN VERIFIKASI
2) TELAH
VERIFIKASI
Lampiran 7
PROVINSI : TAHUN :
KAB/KOTA : BULAN :
...................................................
NIP.
PROVINSI : TAHUN :
KAB/KOTA : BULAN :
...................................................
NIP.
Lampiran 8
Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:
Mendiagnosa suatu penyakit
Memantau hasil pengobatan
Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.
Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan
memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh l aboratorium sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang
dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lai n:
Lampiran 8
Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:
Mendiagnosa suatu penyakit
Memantau hasil pengobatan
Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.
Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan
memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh l aboratorium sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang
dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lai n:
Spesimen serum yang dikirim telah mengalami hemolisis
Spesimen yang telah diambil tidak segera dikirim ke laboratorium dan tidak disimpan pada suhu yang
dipersyaratkan (suhu dingin), hingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme secara
cepat.
Sarana penyimpanan tidak adekuat sehingga menyebabkan kelangsungan hidup organisme atau
antibodi menjadi berkurang.
Spesimen tidak dibiakan pada media dan reag en yang tepat.
Adanya kontaminasi dari lingkungan/wadah yang digunakan
Jika semua persyaratan dalam pengambilan, penyimpanan, pengiriman dan prosedur pemeriksaan
laboratorium telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, maka hasil pemeriksaan laboratorium akan
dapat memberikan jawaban terhadap penyebab suatu KLB yang dicurigai. Jika ternyata hasil pemeriksaan
laboratorium negatif maka dapat dil akukan pengujian ulang untuk memastikan hasil diagnosis.
Tabel referensi pada halaman berikut ini adalah daftar tes laboratorium yang dianjurkan untuk konfirmasi
penyakit dan kondisinya. Tabel berikut berisi informasi tentang:
Jenis pemeriksaan laboratorium untuk menentukan suatu penyebab penyakit (KLB)
Jenis spesimen yang dikumpulkan
Waktu pengumpulan spesimen
Prosedur mempersiapkan, menyimpan dan mengirimkan spesimen ke laboratorium
Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan laboratorium
Sumber/referensi sebagai informasi tambahan
Tabel konfirmasi pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas terkait, ketika
terjadi KLB atau penyakit lain yang dicurigai.
26 pedoma
Lampiran 9
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
REFERENCE: dalam kondisi baik dan tempat di dalam Asia barat daya.
“Laboratory Methods for the kontainer tahan bocor Penentuan Serological Ogawa
Diagnosis of Epidemic Dysentery Transport Kontainer dalam Cold atau Inaba tidak secara klinis
and Cholera”. CDC/WHO, 1999 Box pada suhu 4°C - 8°C diperlukan. Ini juga tidak
CDC, Atlanta, GA, USA Lakukan pengambilan sampel air Gunakan media Pepton Water dibutuhkan jika hasil dari
dari daerah sekitar terjadinya dan lakukan pengiriman seperti polyvalent antisera adalah positif
kasus/suspek prosedur diatas secara jelas.
Diare Berdarah (Shigella Isolasikan Shigella dysenteriae Stool or rectal swab. Kumpulkan sampel ketika terjadi Tempatkan stool swab atau Hasil kultur biasanya tersedia 2
dysenteriae jenis 1) dan shigellae jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk suspek KLB. Kumpulkan tinja dari rectal swab dalam media sampai 4 hari setelah diterima
lain mengkonfirmasikan KLB shigella 5-10 pasien yang mempunyai transport Cary-Blair. Segera oleh laboratorium.
diare berdarah dan: kirim ke laboratorium. Jika ditemukan Isolat SD1
Catatan: SD1 infeksi/peradangan Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan Onset di dalam 4 hari yang lanjutkan dengan uji kepekaan
bersifat mudah mewabah dan uji kepekaan antibiotik dengan terakhir, dan Jika media transport Cary-Blair antibiotik.
yang dihubungkan dengan tingkat obat yang sesuai. Sebelum pengobatan antibiotik tidak tersedia, kirim sample ke Setelah konfirmasi awal 5-10
tingginya terhadap k etahanan diberikan. laboratorium dalam waktu 2 kasus dalam KLB, sampel kasus
antibiotik. SD1 adalah shigella jam dalam wadah yang bersih, diperiksa hanya dalam jumlah
paling signifikan karena dapat Ambil/kumpulkan spesimen tinja kering dengan penutup yang sampai KLB berakhir.
menyebabkan tingkat kematian dalam wadah yang kering dan kuat. Spesimen tidak dipelihara Lihat pada petunjuk penyakit
yang cukup tinggi pada usia steril. Hindari terjadinya di Cary-Blair secara signifikan spesifik di Section 8 untuk
muda maupun tua. Hal ini kontaminasi oleh material lain. akan mengurangi shigellae informasi tambahan tentang
disebabkan karena bakteri ini Ambil spesimen tinja pada setelah 24 jam. potensi yang mewabah dari
dapat berasosiasi dengan bagian yang berdarah atau Shigella dysenteriae 1
sindrom uremic yang hemolytic berlendir. Jika ruang simpan diperlukan,
(HUS). gunakantemperatur
penyimpanan 4oC s.d 8oC.
ACUAN: Jika stool tidak bisa dikumpulkan, Hindari penyimpanan pada
- Metoda-metoda Laboratorium maka dapat dilakukan temperatur beku
untuk Diagnosis dari Epidemic pengambilan spesimen rectal
Dysentery dan Cholera". swab dengan menggunakan lidi
CDC/WHO, 1999 kapas steril.
Diare Berdarah (Shigella Isolasikan Shigella dysenteriae Stool or rectal swab. Kumpulkan sampel ketika terjadi Tempatkan stool swab atau Hasil kultur biasanya tersedia 2
dysenteriae jenis 1) dan shigellae jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk suspek KLB. Kumpulkan tinja dari rectal swab dalam media sampai 4 hari setelah diterima
lain mengkonfirmasikan KLB shigella 5-10 pasien yang mempunyai transport Cary-Blair. Segera oleh laboratorium.
diare berdarah dan: kirim ke laboratorium. Jika ditemukan Isolat SD1
Catatan: SD1 infeksi/peradangan Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan Onset di dalam 4 hari yang lanjutkan dengan uji kepekaan
bersifat mudah mewabah dan uji kepekaan antibiotik dengan terakhir, dan Jika media transport Cary-Blair antibiotik.
yang dihubungkan dengan tingkat obat yang sesuai. Sebelum pengobatan antibiotik tidak tersedia, kirim sample ke Setelah konfirmasi awal 5-10
tingginya terhadap k etahanan diberikan. laboratorium dalam waktu 2 kasus dalam KLB, sampel kasus
antibiotik. SD1 adalah shigella jam dalam wadah yang bersih, diperiksa hanya dalam jumlah
paling signifikan karena dapat Ambil/kumpulkan spesimen tinja kering dengan penutup yang sampai KLB berakhir.
menyebabkan tingkat kematian dalam wadah yang kering dan kuat. Spesimen tidak dipelihara Lihat pada petunjuk penyakit
yang cukup tinggi pada usia steril. Hindari terjadinya di Cary-Blair secara signifikan spesifik di Section 8 untuk
muda maupun tua. Hal ini kontaminasi oleh material lain. akan mengurangi shigellae informasi tambahan tentang
disebabkan karena bakteri ini Ambil spesimen tinja pada setelah 24 jam. potensi yang mewabah dari
dapat berasosiasi dengan bagian yang berdarah atau Shigella dysenteriae 1
sindrom uremic yang hemolytic berlendir. Jika ruang simpan diperlukan,
(HUS). gunakantemperatur
penyimpanan 4oC s.d 8oC.
ACUAN: Jika stool tidak bisa dikumpulkan, Hindari penyimpanan pada
- Metoda-metoda Laboratorium maka dapat dilakukan temperatur beku
untuk Diagnosis dari Epidemic pengambilan spesimen rectal
Dysentery dan Cholera". swab dengan menggunakan lidi
CDC/WHO, 1999 kapas steril.
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
penggumpalan, selanjutnya
darah di sentrifuse untuk
memisahkan serum dari sel
REFERENCE: darah.
Guidelines for Second Generation Secara aseptik tuangkan serum
HIV Surveillance, WHO and ke dalam tabung bersekrup dan
UNAIDS, 2000 steril.
WHO/CDC/CSR/EDC/2000.5 Simpan Serum pada suhu 4oC
Kirim sampel serum
menggunakan pengemasan
yang sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran.
Lepra Konfirmasi laboratorium rutin
untuk surveilans tidak diperlukan
Malaria X Adanya parasit dalam sediaan Darah Untuk Blood Smear : persiapkan Untuk Blood Smear: Hasil usap tebal dan tipis tersedia
darah untuk kasus suspek Biasanya diambil dari pembuluh film sediaan darah untuk semua Ambil/kumpulkan darah secara pada hari yang sama sebagai
Referensi: kapiler di jari. kasus yang dicurigai pada fasilitas langsung, benar, bersih dan beri persiapan.
“Basic Laboratory Methods in X Hematokrit atau hemoglobin Pada bayi/balita pengambilan rawat inap, atau menurut label slide mikroskop dan lakukan
Medical Parasitology” WHO, untuk suspek malaria pada sampel darah dapat dilakukan petunjuk manajemen kasus usap tebal dan tipis. Pemeriksaan mikroskop slide
Geneva, 1991 anak-anak 2 bulan sampai 5 pada tungkai atau tempat lainnya malaria nasional malaria dapat juga
tahun. Untuk hematokrit atau Biarkan usapan mengering mengungkapkan adanya parasit
hemoglobin : secara menyeluruh. lain dalam darah.
Dalam pengaturan pasien rawat Gunakan pewarnaan dengan Perhatikan mutu Giemsa yang
inap, lakukan uji laboratorium teknik yang sesuai. digunakan
bagi pasien dengan anemia berat Simpan stained dan slide
dikeringkan secara menyeluruh
pada suhu-kamar, hindari
cahaya matahari langsung.
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
di fasilitas kesehatan. pada kecepatan 2000 rpm Hindari spesimen dari goncangan
selama 10-20 menit dan sebelum serum dikumpulkan.
tuangkan serum ke dalam
tabung kaca yang bersih. Untuk mencegah pertumbuhan
- Jika tidak ada c entrifuge, bakteri terlalu cepat, pastikan
letakan sampel dalam lemari bahwa serum itu dituangkan ke
pendingan semalam (4 dalam suatu tabung reaksi
sampai 6 jam) sampai terjadi gelas/kaca yang bersih. Tabung
gumpalan dan pemisahan tidak perlu steril tetapi bersih.
serumi. Tuangkan serum
besoknya. Angkut serum dalam satu
- Jika tidak ada centrifuge dan pengangkut vaksin tangan EPI
tdk ada lemari es, biarkan pada suhu 4-8 derajat celcius
darah mengendap sedikitnya untuk mencegah pertumbuhan
60 menit (tanpa goncangan bakteri terlalu cepat (sampai
atau sarana lain). Tuangkan dengan 7 hari). Jika tidak
serum ke dalam suatu didinginkan, serum disimpan di
tabung yang bersih. suatu tabung yang bersih dalam
waktu sedikitnya 3 hari.
Letakan serum pada 4°C.
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
Dinginkan dan kirim ke lemari es (4 derajat selsius) dan
laboratorium secepat mungkin. dapat beratahan sampai dengan
dua tahun setelah persiapan. Di
dalam lemari es, fasa-cair berubah
seperti agar-agar hanya pada
suhu-kamar. botol-botol TI Yang
Tak Terpakai harus dijaga dengan
ketat tersegel. Jika ada setiap
warna berubah (menguning atau
pengabutan media cair) atau
pengeringan atau adanya
penyusutan jelas dan nyata dari
agar-agar merosot, medium itu
sebaiknya jangan digunakan.
PES Isolasi hama Yersinia dari aspirat Aspirat dari bubo-bubo, darah, Kumpulkan spesimen dari Spesimen harus dikumpulkan Kultur hanya dikirim ke
bubo atau dari kultur dari darah, CSF, dahak, mencuci tracheal atau kasus pertama suspek pes. Jika dengan teknik aseptik. Bahan laboratorium yang memiliki
CSF atau dahak. bahan-bahan otopsi untuk kultur lebih dari satu suspek kasus, untuk kultur harus dikirim ke kemampuan diagnostik Pes atau
REFERENSI: kumpulkan spesimen 5 sampai laboratorium menggunakan WHO Collaborating Center untuk
“Plague Manual: Epidemiology, Identifikasi zat darah penyerang Darah untuk uji serological 10 kasus sebelum administrasi media transport Cary Blair atau Pes.
Distribution, Surveillance and kuman kepada Y.pestis F1 antigen antibiotik. dibekukan (terutama/lebih
Control”. WHO/CDS/EDC/99.2 dari serum. disukai dengan batu karbon Hasil kultur akan tersedia
WHO, Geneva, 1999 Dengan bubo, suatu jumlah dioksida (CO2 beku). Spesimen sedikitnya dalam 3 sampai 5 hari
yang kecil dari bersifat garam yg tdk diawetkan harus sampai kerja setelah diterima oleh
“Laboratory Manual of Plague yang steril (1-2 ml) bisa disuntik di laboratorium pada hari yang laboratorium.
Diagnostic tests”. CDC/WHO ke dalam bubo itu untuk sama.
publication, 2000, Atlanta, GA memperoleh satu spesimen Pengobatan antibiotik harus
yang cukup Cairan Spesimen (aspirat) harus diaktipkan sebelum kultur muncul
terserap oleh suatu kain diperoleh.
Jika antibiotik mulai diberikan, penyeka kapas yang steril dan
pes dapat ditetapkan oleh menempatkannya ke dalam Pasien Pes seroconvert kepada
seroconversion (4-fold atau media transport Cary-Blair. antigen F1 Ypestis 7-10 hari
lebih besar titer) kepada Mendinginkan. setelah serangan.
antigen F1 oleh hemaglutinasi
yang pasif yang menggunakan Jika pengangkutan akan
sera yang dikupas. Serum harus memerlukan 24 jam atau lebih
digambar/ditarik di dalam 5 dan medi transport Cary Blair
hari serangan lalu lagi; kembali tidak tersedia, maka bekukan
setelah 2-3 minggu. spesimen dan mengirimkannya
dengan kemasan dingin.
Sexually transmitted Konfirmasi laboratorium rutin
infections (STIs) untuk surveilans tidak diperlukan
TB Paru: Adanya baksil tahan asam (AFB) Dahak dari saluran nafas bagian Kumpulkan dahak (bukan air liur) usapan harus diuji pada fasilitas TB mikroskopi dibaca harian.
(BTA positif) pada pewarnan Ziehl Neelsen (ZN) bawah (paru-paru) untuk usapan mikroskopi kesehatan di mana spesimen itu Hitungan mengamati
langsung dan menguji sedikitnya diambil. mycobacteria dilaporkan dengan
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
REFERENSI: tiga pewarnaan spesimen dengan berbagai metoda pelaporan. Lihat
Laboratory Services in hari yang berbeda (S-P-S) pada criteria yang digunakan oleh
Tuberculosis Control, Parts I, II laboratorium penguji.
and III. WHO publications
WHO/TB/98.258
Demam-demam hemorrhagic Adanya IgM antibody terhadap Untuk ELISA: Kumpulkan spesimen suspek TANGANI DAN KIRIM SPESIMEN Jasa diagnostik untuk VHF tidak
karena virus Ebola, Marburg, CCHF, Lassa atau kasus pertama. PASIEN SUSPEK VHF WITH secara rutin tersedia. Pengaturan-
Demam Dengue Darah utuh, serum atau plasma PERINGATAN EXTREME. pengaturan advance biasanya
REFERENSI: Jika lebih dari satu suspek, GUNAKAN PAKAIAN PELINDUNG diperlukan untuk jasa VHF
atau Untuk PCR: kumpulkan pesimen 5 sampai10. DAN MENGGUANAKAN BARRIER diagnostik. Hubungi otoritas
Infection Control for Viral PRECAUTION. National yang sesuai atau WHO.
Hemorrhagic Fevers in the African Adanya Ebola di kulit post- Gumpal Darah atau darah utuh,
Health Care Setting mortum necropsy serum/plasma atau jaringan/tisu Untuk ELISA atau PCR:
WHO/EMC/ESR/98.2
Untuk immunohistochemistry: Dinginkan serum atau gumpal
Viral Infections of Humans; spesimen Kulit atau jaringan/tisu
Epidemiology and Control. 1989. dari kasus-kasus fatal. Pembekuan (-20C atau lebih
Evans, A.S. (ed). Plenum Medical dingin) spesimen-spesimen
Book Company, New York jaringan/tisu untuk
pengasingan virus
Untuk Immunohistochemistry:
Menentukan/memperbaiki
spesimen carik kulit di dalam
formalin. Spesimen dapat
disimpan sampai 6 minggu.
Spesimen itu tidaklah cepat
menyebar saat dalam formalin.
Demam Kuning ELISA untuk menentukan adanya Serum Kumpulkan spesimen dari suspek Kumpulkan 10 ml darah vena Spesimen sebaiknya sampai di
IgM antibodi demam kuning kasus pertama demam kuning. orang dewasa, 1-5 ml dari laboratorium dalam 3 hari s etelah
Referensi: Jika lebih dari 1 suspek, anak-anak. Di suatu tabung pengumpulan.
District guidelines for Yellow kumpulkan spesimen 5 sampai 10 reaksi gelas/kaca yang standar,
Fever Surveillance, sampel pipa kapiler atau microtainer. Hindari goncangan spesimen
WHO/GPVI/EPI/98.09 sebelum serum dikumpulkan.
Sel darah terpisah dari s erum:
Untuk mencegah pertumbuhan
Yellow Fever. 1998.
- Gumpal dibiarkan menarik bakteri terlalu cepat, pastikan
WHO/EPI/Gen/98.11
kembali selama 30 sampai 60 bahwa serum itu dituangkan ke
menit pada suhu-kamar. dalam suatu tabung reaksi
Untuk Immunohistochemistry:
Menentukan/memperbaiki
spesimen carik kulit di dalam
formalin. Spesimen dapat
disimpan sampai 6 minggu.
Spesimen itu tidaklah cepat
menyebar saat dalam formalin.
Demam Kuning ELISA untuk menentukan adanya Serum Kumpulkan spesimen dari suspek Kumpulkan 10 ml darah vena Spesimen sebaiknya sampai di
IgM antibodi demam kuning kasus pertama demam kuning. orang dewasa, 1-5 ml dari laboratorium dalam 3 hari s etelah
Referensi: Jika lebih dari 1 suspek, anak-anak. Di suatu tabung pengumpulan.
District guidelines for Yellow kumpulkan spesimen 5 sampai 10 reaksi gelas/kaca yang standar,
Fever Surveillance, sampel pipa kapiler atau microtainer. Hindari goncangan spesimen
WHO/GPVI/EPI/98.09 sebelum serum dikumpulkan.
Sel darah terpisah dari s erum:
Untuk mencegah pertumbuhan
Yellow Fever. 1998.
- Gumpal dibiarkan menarik bakteri terlalu cepat, pastikan
WHO/EPI/Gen/98.11
kembali selama 30 sampai 60 bahwa serum itu dituangkan ke
menit pada suhu-kamar. dalam suatu tabung reaksi
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
Centrifuge pada 2000 rpm gelas/kaca yang bersih. Tabung
untuk 10-20 menit dan tidak perlu steril tetapi cukup
tuangkan serum ke dalam bersih.
suatu tabung kaca yang
bersih. Angkut serum dalam satu
pengangkut vaksin tangan EPI
- Jika tanpa centrifuge, sampel pada suhu 4-8 derajat selsius
ditaruh dalam lemari es untuk mencegah pertumbuhan
semalam (4 sampai 6 jam) bakteri terlalu cepat (sampai
sampai gumpal menarik dengan 7 hari). Jika tidak
kembali. Tuangkan serum didinginkan, serum disimpan di
besoknya. suatu tabung yang bersih akan
baik untuk sedikitnya 3 hari.
- Jika tanpa centrifuge dan
tanpa lemari es, biarkan
darah mengendap sedikitnya
60 menit (tanpa goncangan
atau suatu sarana). Tuangkan
serum ke dalam suatu
tabung yang bersih.
Lampiran 10
Tersangka Kolera
Tersangka Flu Burung pada Manusia
Tersangka Flu Burung pada Unggas
AFP (Lumpuh Layuh Akut)
Tersangka Difteri
Meningitis/Encefalitis
Tetanus Neonatorum
Keracunan Makanan
Tersangka Antraks
Gigitan Hewan Penular Rabies
Kluster Penyakit yang Tidak Diketahui
DR._____________
TELEPON:__________________
Jika Telepon Tidak Dapat Dihubungi , Anda dapat menghubungi Telepon Kantor
Dinas Kesehatan pada Bagian Seksi Surveilans
1. Jumlah Kasus
2. Jumlah Kematian
3. Jumlah Kasus Yang Dirawat Di Rumah Sakit
4. Identifikasi Kasus Berdasarkan Orang, Tempat, Dan
Waktu Kejadian
5. Kapan Waktu Awal Kejadian
6. Identifikasi Gejala Utama Yang Timbul
7. Langkah-Langkah Yang Telah Dilakukan
8. Spesimen Apa Yang Telah Diambil Dan Dikirim Ke
Laboratorium
9. Sumber Informasi
10. Mobilisasi Tim Gerak Cepat
TELEPON:………………………..