Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN

SISTEM KEWASPADAAN DINI


DAN RESPON

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2012

0 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
RESP ON

EDISI REVISI TAHUN 2012

Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012

Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL

Pengarah
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveil ans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra

Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R espon KLB
Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Kontributor
WHO Representative for Indonesia
CDC –  Atlanta
 Atlanta Representative for Indonesia
Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis
Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan

Editor
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 1


BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
RESP ON

EDISI REVISI TAHUN 2012

Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012

Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL

Pengarah
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveil ans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra

Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan R espon KLB
Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Kontributor
WHO Representative for Indonesia
CDC –  Atlanta
 Atlanta Representative for Indonesia
Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis
Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan

Editor
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 1


2 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku ”PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI  DAN RESPON”  ini dapat diterbitkan
kembali setelah dilakukan beberapa revisi mengikuti perkembangan penyakit menular di
Indonesia.

Buku ini merupakan salah satu dari Trilogi tentang EWARS ( Early Warning Alert and Respon
System ) yang terdiri dari tiga seri buku yaitu:
1. Buku “Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon“
2. Buku “Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon serta Format Penyelidikan Epidemiologi“
3. Buku “Panduan Pengguna Piranti Lunak ( Software) Peringatan Dini Penyakit Menular“

Buku pertama ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Puskesmas
sebagai pedoman dalam memahami sistem kewaspadaan dini dan respon dengan memanfaatkan
piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini diharapkan dapat menggugah
kesadaran semua pihak untuk dapat meningkatkan kinerja surveilans sebagai bentuk upaya
deteksi dini dan respon cepat dalam rangka penge ndalian penyakit menular yang potensial wabah.

Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam
penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi dan
kabupaten di Indonesia sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih
optimal.

Jakarta, Agustus 2012


Direktur SIMKAR-KESMA

Dr. H. Andi Muhadir, MPH

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 3


SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku “ PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON“ ini dapat terwujud.

Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut apabila tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia yang telah
meratifikaskasi IHR ( International Health Regulation ) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti
dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005 mulai
diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan waktu selama
5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II, Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus
mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan
melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang
Surveilans Dan Respon Yang Harus Dipenuhi), sedini mungkin dan paling lambat lima tahun sejak
diberlakukannya IHR.

Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap komitmen global
seperti eradikasi polio, eliminasi Tetanus Neonatorum (TN), reduksi maupun eliminasi campak,
eliminasi malaria, pengendalian HIV/AIDS maupun Tuberkulosis (TB) Paru. Untuk eradikasi polio,
Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dengan jumlah sebanyak 349
kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani dengan baik untuk memutus mata
rantai penularan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sehingga sampai saat ini tidak ditemukan
kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka surveilans  Acute Flaccid Paralysis  (AFP)
yang optimal juga sangat berperan penting.

Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat cepat.
Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi penyakit menular
dari suatu negara ke negara lain. Salah satu contoh adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di
Indonesia tahun 2005 terjadi karena ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini
dunia telah mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang semakin
cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial wabah secara
langsung maupun tidak langsung misalnya seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD),
maupun penyakit new emerging  seperti flu burung.

Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit potensial KLB
seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak,
pertusis, maupun ancaman flu burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak
dipantau dan dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan
menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya.

Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.

4 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Kelebihan dari sistem yang dibangun ini, pada perangkat lunaknya adalah dapat menampilkan
sinyal “alert “ adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah  baik wilayah
kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi. Output yang dihasilkan dapat berupa tabel, grafik,
maupun peta, sehingga dapat dibuat analisis yang lebih tajam, respon lebih cepat, dan
penanggulangan yang lebih terarah dan akurat.

Semoga buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon di Indonesia.

Jakarta, Agustus 2012


Direktur Jenderal PP dan PL

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 5


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………………………………………. .. 3

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL ………………………………………………………………………………………… ... 4

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………………………………….. .. 6

BAB I GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

Tujuan ....................................................................................................................................... 7
Populasi dalam Surveilans ........................................................................................................ 7
Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru ............................................................................ 7
Jenis Surveilans ........................................................................................................................ 7
Unit Pelapor ............................................................................................................................. 7
Alur Data .................................................................................................................................. 8
Pengiriman Data ...................................................................................................................... 8
Format Mingguan .................................................................................................................... 9
Pelaporan menggunakan SMS ................................................................................................. 9
Entri Data dan Analisis ............................................................................................................. 9
Indikator ................................................................................................................................... 10
Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ............................................................................. 10
Monitoring Laporan .................................................................................................................. 10
Umpan Balik ............................................................................................................................. 10
Sistem Manajemen Rumor KLB ................................................................................................ 10
Kewaspadaan Dini dan Respon ................................................................................................ 11
Pemeriksaan Laboratorium ...................................................................................................... 12

BAB II PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL

Prosedur Pelaporan Data di setiap tingkat Pelaksana ............................................................. 14


Validasi Data ............................................................................................................................ 15
Monitoring ............................................................................................................................... 16
Evaluasi ..................................................................................................................................... 16
Keterbatasan ............................................................................................................................. 16
Kepemilikan Data ...................................................................................................................... 16

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Prioritas Penyakit Potensial KLB ............................................................................. 17


Lampiran 2 Format Laporan Mingguan (W2) ....................................................................................... 18
Lampiran 3 Definisi Operasional Penyakit ........................................................................................... 19
Lampiran 4 Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ...................................................................... 20
Lampiran 5 Format Penyelidikan Epidemiologi Umum ........................................................................ 21
Lampiran 6 Format Sistem Manajemen Rumor KLB ............................................................................. 24
Lampiran 7 Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis KLB …………………………………………………………………….. 25
Lampiran 8 Manajemen Spesimen Penyakit ke Laboratorium ............................................................. 26
Lampiran 9 Tabel Tes Diagnosis dan Manajemen Spesimen di Laboratorium ...................................... 27
Lampiran 10 Buku Catatan Laboratorium (Log Book ) ............................................................................. 34
Lampiran 11 Lembaran Rujukan Spesimen ............................................................................................. 35
Lampiran 12 Daftar Penyakit Atau Kejadian Yang Wajib Dilaporkan Segera (<24 Jam) .......................... 36
Lampiran 13 Informasi Penting Tentang Rumor atau Kejadian ............................................................... 37
Lampiran 14 Informasi Penting “Segera Lapor Bila Terjadi KLB” ............................................................. 38

6 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


BAB I
GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

 Tujuan
o Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular.
o Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular.
o Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB.
o Memonitor kecenderungan penyakit menular.
o Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.

 Populasi dalam Surveilans


Adalah semua penduduk di wilayah propinsi

 Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru


Adalah semua kasus dari seluruh penyakit yang telah diprioritaskan sebagaimana terdapat dalam daftar
Lampiran 1, yang datang ke unit pel ayanan kesehatan yang seharusnya dilaporkan.
Kasus Baru adalah orang yang datang ke fasilitas kesehatan selama seminggu dan memiliki diagnosis
baru. Kunjungan ulang dengan sakit yang sama tidak dimasukan kedalam laporan.

Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau sindrom (lampiran 3).
Untuk membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosa kasus, pengambilan spesimen dan pelaporan,
maka penjelasan mengenai algoritma diagnosis akan dijelaskan secara detil dalam buku pedoman seri
kedua, yaitu “Algoritma Diagnosis Penyakit Dan Respon Serta Format Penyelidikan Epidemiologi ”.
Selain algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma untuk respon KLB dalam pedoman
tersebut. Ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam tatalaksana kasus, respon kesehatan
masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.

 Jenis Surveilans
Dalam kegiatan ini, surveilans digunakan untuk mengamati penyakit melalui pengumpulan data rutin.
Lengkap: seluruh unit kesehatan yang terlibat adalah puskesmas dan unit pelayanan kesehatan yang
berada di wilayah kerja puskesmas, seperti puskesmas pembantu (Pustu), bidan desa, mantri, dan
sebagainya.
Pasif : Pustu, Bidan Desa akan melaporkan secara mingguan ke puskesmas.
Laporan Nihil harus dikirim dengan mengisi format laporan dengan nilai “nol” atau nihil.
Data Agregat : adalah data dari pustu, bidan desa, dan kegiatan rawat jalan Puskesmas, akan menjadi
agregat di tingkat puskesmas.
Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan dan periode mi ngguan

 Unit Pelapor
Unit pelapor dari sistem ini adalah Puskesmas, dan kelengkapan maupun ketepatan laporan dari unit
pelapor dihitung berdasarkan jumlah puskesmas di setiap kabupaten dan di propinsi dan secara
otomatis dihitung oleh aplikasi software.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 7


 Alur Data
Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu)

WAKTU UNIT & TINGKAT Koordinator Cara Pengiriman


Yang bertanggungjawab
Sabtu Pustu, Bidan Desa kirim via SMS. Petugas kesehatan Melalui SMS, HT, dan lain-
sore Format Surveilans Mingguan ke yang bertanggung lain
puskesmas  jawab terhadap
pengumpulan data
Senin pagi Data agregat Puskesmas dan kirim Petugas surveilans Melalui SMS, HT, dan lain-
data ke tingkat kabupaten/kota di tingkat lain
puskesmas
Selasa Petugas Surveilans Kabupaten Petugas Surveilans Melalui Email
pagi melakukan entri data dan Kabupaten
mengirim file export  ke propinsi
Petugas Surveilans Kabupaten Petugas Surveilans
melakukan analisis data dan Kabupaten
menghasilkan laporan mingguan
Selasa Petugas surveilans propinsi Petugas surveilans
siang melakukan analisis data dan propinsi
menghasilkan laporan mingguan
Petugas surveilans propinsi Petugas surveilans Melalui Email ke
mengirimkan file export  ke Subdit propinsi ewars.pusat@gmail.com
Surveilans dan Respon KLB
Kementerian Kesehatan RI

 Pengiriman Data
Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dan lain-lain.
Dari Kabupaten/Kota ke propinsi data dikirim melalui email
Dari Propinsi ke Pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB) data dikirim melalui email

Pustu Pasien Rawat Klinik


Bidan Desa Jalan Puskesmas swasta/private
di desa

Pengumpulan
spesimen Petugas Surveilans Puskesmas

Pengiriman Petugas Surveilans Kabupaten/Kota


spesimen

Petugas Surveilans Propinsi

Otoritas Kesehatan
Konfirmasi Nasional (Kemenkes RI),
Laboratorium Propinsi Laboratorium Nasional
(Balitbangkes), WHO

8 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


 Format Mingguan (W2)
Kasus baru akan dilaporkan oleh bidan desa maupun puskesmas melalui Format Mingguan (lihat
lampiran 2). Format pengumpulan data itu berisi informasi dibawah ini:

o Nomor Urut format: nomer ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan yang mengirimkan
laporan di setiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang mengirimkan laporan
dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.

o Identitas Unit Kesehatan:


 Puskesmas/Pustu/Bidan
 Kecamatan
 Kabupaten

o Jumlah minggu epidemiologi, periode laporan adalah satu pekan dimana kasus dilaporkan. Unit
puskesmas pelapor harus memberikan indikasi tanggal dimana awal pekan adalah pada hari Minggu
dan akhir pekan adalah pada hari Sabtu.

o Data Penyakit:
Data diisi dan diilengkapi berdasarkan buku registrasi harian puskesmas bersama data yang
dikumpulkan dari unit pelayanan tingkat desa, berdasarkan definisi kasus baku sistem surveilans.
Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi kasus. Hanya kasus baru (konsultasi
pertama) yang harus dilaporkan untuk seluruh usia yang ditemukan.

 Pelaporan menggunakan SMS


Setiap unit puskesmas menggunakan SMS untuk melaporkan data mingguan sesuai format baku
pencatatan perlu mengikuti standar yang sama dalam SMS seperti informasi dibawah ini:

 Minggu Epidemiologi ke berapa


 Nama unit pelapor
 Jumlah kasus setiap penyakit yang melaporkan kasus pada minggu tersebut:
 Jumlah Total Kunjungan Pasien.

CONTOH PELAPORAN MENGGUNAKAN SMS

2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110

 Artinya:

Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare=
10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster
penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110

 Entri Data dan Analisis


Aplikasi komputer akan diinstal di tingkat Kabupaten dan Propinsi yang dapat digunakan untuk
melakukan entri data, membuat analisis sederhana, memunculkan alert  atau peringatan, dan indikator
baku serta laporan secara otomatis. Setiap puskesmas menyimpan format mingguan yang sudah diisi
dan file menurut minggu dan bulan.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 9


 Indikator
Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi mengizinkan penghitung indikator
laporan mingguan pada tingkat geografis yang berbeda seperti puskesmas, kecamatan, kabupaten/kota
dan propinsi.

 Jumlah kasus baru setiap penyakit menurut minggu


 Total Kunjungan
 Proporsi Kesakitan
 Insidence Rate setiap penyakit menurut minggu dan tingkat geografis
 Ketepatan waktu dari Puskesmas ke Kabupaten/Kota
 Ketepatan waktu dari Kabupaten ke Propinsi
 Kelengkapan laporan unit pelapor menurut Kabupaten/Kota dan Propinsi
 Nama fasilitas kesehatan yang melapor dan yang TIDAK melapor
 Daftar alert  (sinyal siaga) mingguan berdasarkan definisi nilai ambang batas

 Nilai Ambang Batas Setiap Penyakit dalam Sistem


Merujuk pada lampiran 4 untuk spesifikasi setiap nilai ambang batas penyakit.

 Monitoring Laporan
o Tingkat Kabupaten/Kota
Setiap Senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah diterima. H ubungi fasilitas kesehatan
yang belum mengirimkan informasi/laporan.
o Tingkat Propinsi
Setiap Selasa siang, cek jika semua format dari kabupaten/kota telah diterima. Hubungi petugas
surveilans kabupaten/kota untuk mendapatkan informasi yang belum lengkap.

 Umpan Balik
Seksi Surveilans Kabupaten/Kota dan Propinsi akan membuat ringkasan laporan mingguan (Bulletin
Mingguan) termasuk:
o  Alert  (sinyal siaga)
o Informasi epidemiologi yang relevan
o Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan tersangka KLB.
o Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan KLB.

 Sistem Manajemen Rumor KLB


Petugas surveilans propinsi mengamati informasi tentang rumor KLB yang berasal dari media massa
atau sumber lain. Setiap pagi petugas ini mencari berita di media massa (koran, internet, radio, TV)
yang berada di wilayah propinsinya. Apabila ada rumor maka perlu dicatat dalam format (lampiran 6)
dan mulai proses verifikasi rumor dengan meng hubungi Kabupaten/Kota.

Proses Pengumpulan Informasi


Staf akan:
 memindai website lokal setiap pagi dan salah satu propinsi tetangga untuk memeriksa setiap rumor
yang berhubungan dengan ancaman kesehatan masyarakat di propinsi.
 Menghubungi secara aktif instansi/dinas seperti pertanian, peternakan, pengendalian air dan
sanitasi, keamanan makanan, dan lain-lain, jika ada informasi mengenai ancaman bagi kesehatan
masyarakat.
 Membuat jejaring informasi diantara media lokal, distribusi nomor hotline, merekap seluruh
informasi mengenai seluruh ancaman bagi kesehatan masyarakat.
 Menerima informasi melalui hotline, seluruh informasi dari masyarakat atau sumbe r lain.

10 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Penyaringan
Staf akan:
Melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam 10 pagi ke petugas surveilans propinsi.
Ringkasan daftar rumor harian (lampiran 6) berupa informasi dibawah ini:
- Kejadian
- Populasi Resiko
- Lokasi
- Waktu Kejadian
- Tanggal Kejadian diketahui
- Tanggal Verifikasi
- Kronologis Kejadian
- Status (sedang atau sudah verifikasi)

Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/kejadian penyakit, petugas surveilans
propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk
melakukan klarifikasi terhadap rumor/kejadian penyakit yang terdeteksi/didapatkan.
Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mendapatkan hasil dari verifikasi/investigasi
terhadap rumor/kejadian penyakit dari petugas surveilans Kabupaten/Kota mengenai status kejadian
(benar atau tidak rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan
format Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis KLB (lampiran 7).

 Kewaspadaan Dini dan Respon

Unit Surveilans Kabupaten/Kota:


Unit Surveilans Kabupaten/Kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh laporan
 penyakit   yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alart atau sinyal peringatan
terhadap suatu penyakit maka petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas untuk
melakukan klarifikasi terhadap sinyal tersebut.
Apabila hasil klarifikasi benar menunjukan sebagai KLB maka selanjutnya petugas surveilans
kabupaten/kota menghubungi petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa
spesimen tersebut. Apabila Laboratorium Propinsi tidak memiliki kemampuan dalam melakukan
pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.

Melaksanakan Investigasi Pendahuluan


Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk melakukan konfirmasi KLB dan melihat besarnya
masalah KLB tersebut. Tim propinsi dan kabupaten/kota akan bergabung dengan petugas dari
Puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara aktif.

Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai dengan penyakitnya. Bila
tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan format PE KLB Umum (lihat
lampiran 5). Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet  (program
microsoft excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti Epi Info atau Epi Data untuk
menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu, tempat dan orang.

Pada saat yang sama respon tim sebaiknya melakukan:


- Rencana pengambilan sample klinis dan l ingkungan.
- Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan.
- Tes hipotesis
- Menulis laporan dan rekomendasi.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 11


Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera meliputi:
- Tatalaksana kasus
- Pengendalian infeksi
- Pencarian kontak kasus
- Pengendalian lingkungan
- Mobilisasi sosial
- Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat

 Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh
puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium propinsi berfungsi sebagai
rujukan bagi setiap kabupaten/kota.
Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota.
Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti
pada Lampiran 8, 9, 10, dan 11.
Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf
laboratorium unit khusus seperti bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi, dan Toksikologi.

Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di la pangan perlu:


- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen termasuk investigasi, keperluan
untuk ijin import jika ada transport ke luar negeri.
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa agar yakin bahwa pengiriman akan diterima
sesuai dengan alat transportasinya.
- Perhatikan peraturan penerbangan domestik perihal Biosafety.
- Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin) ditangani oleh perjalanan langsung, hindari
kedatangan diakhir pekan bila mungkin, hindari perubahan dalam transport jika mungkin.
- Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman, termasuk ijin bila diperlukan, berita acara,
dan dokumen pengiriman.
- Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu kedatangan spesimen.

Sebelum mengirim spesimen harus ada:


- Perjanjian atau persetujuan telah dibuat antara pengirim, pembawa dan penerima.
- Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa si ap untuk menerima spesimen.
- Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus diberitahukan agar siap
menerima spesimen.

Biosafety
Memberikan perlindungan terhadap pasien dan diri kita dari risiko terpapar/kontak dengan kuman
pathogen merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Prinsipnya adalah harus “ SELALU” menggunakan peralatan  sekali pakai (disposible) dan tidak boleh
digunakan lagi.
Misalnya pada kondisi di lapangan, jika anda merencanakan untuk mengambil sample dari pasien yang
tidak dapat dibawa ke RS, cobalah membuat zona bersih untuk mengurangi ri siko terkontaminasi.

12 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Tabel ini memberikan informasi tentang perlindungan diri dari kemungkinan terpapar/ kontak dengan
kuman pathogen.

Tipe Penularan/
Kondisi/ Situasi Alat Yang Digunakan
Transmisi
Kontak Penulran dapat terjadi melalui kontak - Sarung Tangan (Gloves)
langsung dengan pasien atau kontak - Baju Pelindung (Gown)
dengan lingkungan pasien.
Droplet Penularan dapat terjadi melalui droplet - Sarung Tangan (Gloves)
yang mengandung kuman penyakit - Baju Pelindung (Gown)
dengan ukuran partikel partikel >5 - Masker
micron, droplet dapat dihasilkan ketika - Kaca mata (Gogle)
mereka batuk, bersin atau berbicara.
Udara Penularan dapat terjadi melalui udara. - Sarung Tangan (Gloves)
- Baju Pelindung (Gown)
- Kaca mata (Gogle)
- Masker N95
- Ruang isolasi (di RS)

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 13


BAB II
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL

 Prosedur Pelaporan Data di setiap Tingkat Pelaksana

1. Pustu, Bidan Desa:


1) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang bertugas akan mengisi format
mingguan berdasarkan buku register harian.
2) Sabtu  mengirim format mingguan yang telah terisi kepada petugas surveilans di puskesmas
melalui SMS dengan kode standar.

2. Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dan lain-lain) dan buat transkrip
setiap SMS ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu atau bidan yang lapor melalui
SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format mingguan (1 format untuk masing-masing
pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas tersebut dan
semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/ pustu).
- Tulis nomer urut format,
- Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota
- Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai Sabtu tgl ... ...
- Tulis Minggu Epidemiologi ke .....
- Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan k asus yang ditemukan
- Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan angka nol.
- Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus baru penyakit
dalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain maka i si jumlah kunjungan dengan
angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga format mingguan
agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke petugas surveilans
kabupaten/kota.

3. Kabupaten/Kota
1) Menerima SMS atau fax dari semua puskesmas.
2) Bila puskesmas mengirim melalui SMS maka Kabupaten membuat transkrip ke dalam format
mingguan.
3) Cek format mingguan dari kemungkinan adanya kesalahan.
4) Hubungi puskesmas yang tidak mengirimkan format mingg uan tepat waktu
5) Simpan format mingguan dari semua puskesmas menurut bulan dan minggu.
6) Masukan data format mingguan dari semua puskesmas mengg unakan aplikasi komputer.
7) Cek data yang telah dimasukan untuk melihat apakah ada kesalahan.
8) Buat backup file setiap minggu dan simpan di folder yang aman.
9) Kirim kopi format atau file elektronik ke petugas surveilans propinsi melalui email
10) Kabupaten jangan menunda mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi.
11) Buat output laporan mingguan melalui aplikasi EWARS dan cek indikator kelengkapan dan
ketepatan laporan.
12) Bila ada alert, lakukan respon dan kontrol sesuai SOP (Lihat buku seri kedua Algoritma)

14 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


13) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan sesuai SOP.
14) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
15) Buat bulletin mingguan dan mengi rimkannya ke puskesmas.

4. Propinsi
1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh kabupaten/kota.
2) Cek data yang telah diimport.
3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirimkan file tepat waktu atau kalau ada
pertanyaan tentang data.
4) Cek bahwa kopi back up data telah dibuat dan simpan pada folder yang aman.
5) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
6) Membantu Kabupaten/Kota ketika terjadi KLB.
7) Kumpulkan semua file elektronik dari tiap kabupaten/kota dan kirim ke pusat (Subdit Surveilans
dan Respon KLB melalui email ke alamat: ewars.pusat@gmail.com)
8) Membuat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke Kabupaten/Kota.

5. Laboratorium Propinsi
1) Simpan alat-alat yang perlu untuk pengambilan spesimen dan pengiriman.
2) Pastikan bahwa peralatan untuk pengambilan spesimen dan pengiriman selalu tersedia
3) Lakukan pengambilan 2 sampel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB atau adanya
sinyal/alert.
4) Cek label dan semua informasi yang diminta untuk masing-masing spesimen sesuai petunjuk.
5) 1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium propinsi dan 1 set sampel dikirim ke
laboratorium pusat (rujukan).
6) Memberkan informasi segera kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Propinsi tentang
hasil pemeriksaan laboratorium.
7) Simpan semua catatan analisa spesimen, tehnik, dan hasilnya.
8) Diskusikan hasil laboratorium propinsi dan pusat untuk kendali mutu.

 Validasi Data:
o Puskesmas
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus dan hanya kasus
baru yang dilaporkan.
Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan desa, klinik
swasta/privat, dan lain-lain)
 Cek bahwa periode laporan benar.
 Tulis nomor urut format mingguan.
 Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
 Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
 Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)

o Kabupaten/Kota
Saat menerima SMS dari puskesmas, Petugas Surveilans Kabupaten harus memperhatikan hal-hal di
bawah ini:
 Tulis nomor urut format mingguan.
 Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
 Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 15


 Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)
 Lakukan entri data
 Setelah menjalankan laporan mingguan, cek hasilnya (tabel, grafik dan peta) apakah ada
kesalahan/ error.

 Monitoring
Setiap bulan Kabupaten/Kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas untuk membahas
tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain).

Dalam sistem surveilans terdapat indikator kwalitatif dan kwantitatif:


- Proporsi puskesmas yang melapor dalam satu kabupaten.
- Proporsi kabupaten yang melapor dalam satu propinsi.
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan Kabupaten/Kota
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan propinsi
- Kemampuan menerima
- Jumlah dari KLB yang terdeteksi
- Jumlah tindakan diambil berdasar pada analisis data.

 Evaluasi
Sistim ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan:
- Keterwakilan
- Kemampuan menerima
- Kesederhanaan
- Ketepatan waktu
- Kegunaan
- Kepekaan
- Fleksibilitas

 Keterbatasan
Keterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila :
1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan memberikan dampak
terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB.
2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
kapasitas dan peran laboratorium beserta jejaringnya dalam si stem surveilans dan pada saat KLB.

 Kepemilikan data
Adalah pada masing-masing tingkat seperti dal am peraturan nasional seperti Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementerian K esehatan RI.

16 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Lampiran 1

DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT POTENSIAL KLB

1. Diare Akut
2. Malaria Konfirmasi
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneumonia
5. Diare Berdarah ATAU Disentri
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut
8. Tersangka Chikungunya
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia
10. Tersangka Campak
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
15. Tersangka Antraks
16. Tersangka Leptospirosis
17. Tersangka Kolera
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
21. Tersangka Tetanus
22. ILI (Influenza Like Illness)
23. Tersangka HFMD (Hand Foot Mouth Disease)

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 17


Lampiran 2

FORMAT LAPORAN MINGGUAN (W2)


Puskesmas/Pustu/Bidan* : ..................................................
Kecamatan : ..................................................
Kabupaten/Kota : ………………..................................

Periode pelaporan dari Minggu tanggal ……/……/…….. sampai Sabtu tanggal ……/……/……….

Minggu Epidemiologi ke-: ..........

KODE SMS PENYAKIT JUMLAH KASUS BARU


A Diare Akut
B Malaria Konfirmasi
C Tersangka Demam Dengue
D Pneumonia
E Diare Berdarah ATAU Disentri
F Tersangka Demam Tifoid
G Sindrom Jaundis Akut
H Tersangka Chikungunya
J Tersangka Flu Burung pada Manusia
K Tersangka Campak
L Tersangka Difteri
M Tersangka Pertussis
N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
Q Tersangka Antraks
R Tersangka Leptospirosis
S Tersangka Kolera
T Klaster Penyakit yang tidak lazim
U Tersangka Meningitis/Ensefalitis
V Tersangka Tetanus Neonatorum
W Tersangka Tetanus
Y ILI (Influenza Like Illness)
Z Tersangka HFMD
X TOTAL (JUMLAH KUNJUNGAN)**

* Pilih salah satu (puskesmas atau pustu atau bidan)


** adalah jumlah seluruh kunjungan pada minggu ini di unit pelayanan kesehatan

Contoh penulisan SMS: 2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110, artinya:


Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10, jumlah kasus
malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster penyakit yang tidak lazim = 4,
Jumlah kunjungan = 110

18 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Lampiran 3
KODE
PENYAKIT DEFINISI
SMS
A Diare Akut  Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek AT AU setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali
sehari ATAU dapat berbentuk cair saja.
 Pada anak: BAB yang frekuensinya le bih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih per hari

dengan konsistensi cair DAN berlangsung kurang dari 7 hari).


 Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering

(biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair.


B Malaria Konfirmasi Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria DAN dibuktikan dengan RDT ( Rapid
Diagnostic Test ) positif DAN/ATAU pemeriksaan Mikroskopis positif.
C Tersangka Demam Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2 -7 hari, mual, muntah, sakit ke pala, nyeri dibelakang bola mata
Dengue (nyeri retro orbital ), nyeri sendi, dan adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif.
D Pneumonia Pada usia <5 thn  ditandai dengan batuk DAN/ATAU tanda kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang
disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak menunjukan
infiltrat paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia penderita:
• <2 bulan: 60/menit
• 2-12 bulan: 50/menit
• 1-5 tahun: 40/menit
Pada usia >5thn  ditandai dengan demam ≥ 38°C, batuk DAN/ATAU kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat
menarik nafas
E Diare Berdarah ATAU Diare dengan darah disertai ATAU tidak disertai dengan lendir dalam tinja, dapat juga disertai dengan adanya
Disentri tenesmus.
F Tersangka Demam Tifoid Dengan anamnesis pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna dan tanda gangguan
kesadaran.
G Sindrom Jaundice Akut Gejala penyakit yang timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dengan kulit dan sklera berwarna
ikterik/kuning dan urine berwarna gelap
H Tersangka Chikungunya Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang hebat dapat disertai adanya ruam.
J Tersangka Flu Burung ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
pada Manusia
K Tersangka Campak Demam >38°C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular, disertai salah
satu gejala batuk, pilek ATAU mata merah (konjungivitis)
L Tersangka Difteri Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-a buan
(pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher.
M Tersangka Pertussis Batuk lebih dari 2 minggu disertai dengan batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal), napas dengan bunyi
“whoop” dan kadang muntah setelah batuk.
N AFP (Lumpuh Layuh Kasus lumpuh layuh mendadak, BUKAN disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak < 15 tahun.
Mendadak)
P Kasus Gigitan Hewan Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia .
Penular Rabies ATAU
Kasus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus dengan gejala Stadium
Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka, c emas dan reaksi berlebihan
terhadap ransangan sensorik).
Q Tersangka Antraks (1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax ); Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari
vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering,
Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional
(2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthrax ); Rasa sakit perut hebat, m ual, muntah, tidak
nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut ka dang disertai darah, hematemesis, pembesaran
kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena.
(3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax ); Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda
bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam,
sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian
biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
R Tersangka Leptospirosis Pasien dengan gejala demam < 9 hari dengan suhu > 38 derajat Celcius disertai gejala khas conjunctival
suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis, jaundis/ikterik/kuning.
S Tersangka Kolera Penderita menjadi dehidrasi berat karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan
mual), tinjanya cair seperti air cucian beras.
T Klaster Penyakit yang Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sa ma di dalam satu kelompok masyarakat/ d esa
tidak lazim dalam satu periode waktu yang sama (lebih kurang 7 hari), yang tidak dapat dimasukan ke dalam d efinisi
kasus penyakit yang lain.
U Tersangka Panas > 38°C mendadak, sakit kepala, kaku k uduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada
Meningitis/Ensefalitis anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung.
V Tersangka Tetanus Setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/menetek, dan mulut mencucu dan disertai dengan
Neonatorum kejang rangsang.
W Tersangka Tetanus Ditandai dengan kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.
Y ILI ( Influenza Like Illness) Penderita dengan gejala Demam ≥ 38°C disertai batuk ATAU sakit tenggorokan
Z Tersangka HFMD ( Hand, Demam 38 - 39°C dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsu makan turun, muncul vesikel di ro ngga mulut dan atau
Foot, Mouth Disease) ruam di telapak tangan, kaki dan bokong. Biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.
X Total Kunjungan Jumlah kunjungan pasien yang datang berobat dan terdaftar di fasilitas kesehatan (puskesmas atau pustu)

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 19


Lampiran 4

NILAI AMBANG BATAS PENYAKIT DALAM SISTEM

PENYAKIT Nilai Ambang


1. Diare Akut Peningkatan Kasus
2. Malaria Konfirmasi Peningkatan Kasus
3. Tersangka Demam Dengue Peningkatan Kasus
4. Pneumonia Peningkatan Kasus
5. Diare Berdarah ATAU Disentri Peningkatan Kasus
6. Tersangka Demam Tifoid Poisson
7. Sindrom Jaundis Akut Poisson
8. Tersangka Chikungunya Poisson
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia 1 kasus
10. Tersangka Campak 1 kasus
11. Tersangka Difteri 1 kasus
12. Tersangka Pertussis 1 kasus
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak) 1 kasus
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies 1 kasus
15. Tersangka Antraks 1 kasus
16. Tersangka Leptospirosis 1 kasus
17. Tersangka Kolera 1 kasus
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim 3 kasus
19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis Poisson
20. Tersangka Tetanus Neonatorum 1 kasus
21. Tersangka Tetanus 1 kasus
22. ILI (Influenza Like Illness) Peningkatan Kasus
23. Tersangka HFMD 1 kasus

Keterangan:

- Poisson  adalah nilai ambang batas yang mengikuti distribusi diskrit yang mengestimasi
probabilitas munculnya suatu keluaran dalam suatu standar unit tertentu sebanyak x kali,
dimana rata-rata kemunculan keluaran tersebut per unitnya konstan sebesar l. Standar unit ini
dapat berupa interval waktu (menit, detik, hari, bulan, dan lain-lain) atau luas daerah tertentu.
Pada nilai ambang ini, angka kemaknaan sinyal kasus mengikuti nilai p < 0,05, artinya bila
kriteria kasus lebih kecil dari nilai ambang, maka nilai alert akan lebih bermakna.
- Peningkatan Kasus adalah adanya peningkatan jumlah kasus lebih dari 1,5 kali dari periode
sebelumnya.

20 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Lampiran 5

FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI UMUM

Kabupaten/Kota :……………………………………………… Kecamatan : ..........……………………………….


Desa : ………………………………………...

Nama Puskesmas/ RS/ Unit Pelayanan Kesehatan : …………………….............................. .....

Tanggal : …../……/…….

Nama Petugas : …………………………………………………….

Tersangka Penyakit / Sindrom : Gejala dan Tanda yang timbul :

Berikan tanda ( ) pada kotak dibawah ini : Berikan tanda ( ) pada kotak dibawah ini:
[ ] Tersangka Kolera [ ] BAB lembek
[ ] Diare Akut [ ] BAB cair seperti cucian beras
[ ] Diare Akut Berdarah (Disentri) [ ] BAB Berdarah/ lendir
[ ] Sindrom Jaundis Akut [ ] Demam
[ ] Tersangka Leptospirosis [ ] Hipothermia
[ ] Tersangka Meningitis / Ensefalitis [ ] Kemerahan (rash)
[ ] Pneumonia [ ] Lesi Kulit Lainnya
[ ] Tersangka Flu Burung [ ] Batuk
[ ] Tersangka Difteri [ ] Napas berbunyi (stridor)
[ ] Tersangka Campak [ ] Dispnea (sulit bernapas)
[ ] Tersangka Demam Tifoid [ ] Muntah
[ ] Tersangka Malaria [ ] Jaundis (mata kuning, kulit kuning)
[ ] Tersangka Demam Dengue [ ] Conjunctival Suffosion (peradangan khas konjungtiva)
[ ] Tersangka Demam Chikungunya [ ] Kaku kuduk
[ ] Influenza Like Illness (ILI) [ ] Kejang
[ ] Tersangka Antraks [ ] Koma
[ ] Klaster Penyakit yang Tidak Lazim [ ] Kelemahan Otot/ lumpuh anggota gerak
[ ] Lumpuh Layuh Mendadak (AFP) [ ] Peningkatan Sekresi cairan (contoh : berkeringat )
[ ] Tersangka Tetanus [ ] Perdarahan Gusi
[ ] Tetanus Neonatorum (TN) [ ] Ptekhie
[ ] Gigitan Hewan Penular Rabies [ ] Mimisan
[ ] Tersangka HFMD [ ] Konjungtivitis
[ ] Lainnya ( sebutkan ) : [ ] Sakit kepala
[ ] Lain-Lain (sebutkan):

TOTAL JUMLAH KASUS YANG DILAPORKAN :

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 21


Data Kasus
Nomor Usia Alamat Jenis Tanggal Jenis Terapi Kondisi Diagnosis
Kasus: Kelamin Onset Spesimen yang Sekarang
(dd/mm/YY) yang diberikan (**)
diambil
(*)

* Jenis Spesimen yang diambil : D=darah , T= Tinja , LCS= Liquor serebro Spinal , U=Urine, L= Lainnya
(sebutkan )
**Kondisi Sekarang: S= Sakit, P= Pemulihan, M= Meninggal

Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya atau tidak lazim di wilayah tersebut, beberapa
pertanyaan berikut dapat dijadikan acuan untuk pelacakan. Daftar pertanyaan dapat dikembangkan
sesuai kondisi di lapangan.

Pertanyaan:

A. Gambaran Klinis dan Definisi Kasus

1. Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus?
Tolong Jelaskan :

2. Berapa lama waktu dari awal gejala sampai mengalami sakit?

3. Selama sakit gambaran klinis apa saja yang nampak?

22 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


B. Epidemiologi

1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus?

2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan,
dan sumber air ?

3. Adakah kelompok yang spesifik?

C. Sumber yang memungkinkan

1. Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak makan dan lainnya),
minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau asal dari produk apakah dari distri butor
tunggal atau dari pabrik?

2. Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah di kumpulkan di tempat tersebut seperti
buah, sayur mayor, ikan, dan jamur?

3. Adakah sumber air yang dipakai bersama?

4. Adakah obat-obat tradisional tertentu yang digunakan oleh mayori tas kasus?

5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa
digunakan?

6. Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia yang digunakan?

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 23


Lampiran 6

FORMAT SISTEM MANAJEMEN RUMOR KLB

STATUS:
1) DLM PROSES
KEJADIAN POPULASI TGL LAPORAN KRONOLOGIS TGL MULAI
LOKASI WAKTU KEJADIAN VERIFIKASI
PENYAKIT RISIKO DITERIMA KEJADIAN VERIFIKASI
2) TELAH
VERIFIKASI

24 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 7

SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB

PROVINSI : TAHUN :
KAB/KOTA : BULAN :

Tanggal Kejadian Golongan Umur (tahun) Total Jumlah Keterangan


Jenis Tempat Populasi
No. (hasil lab,data
Penyakit Kejadian Mulai Akhir Diketahui Ditanggulangi 0-7 hr 8-28 hr <1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-69 70+ L P Kasus Meninggal Rentan
khusus dsb)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25

Keterang an : Tempat kejadian adalah Kab/Kota, puskesmas, Desa/Kelurahan,Tempat khusus


......................, ...... / ......... / ..............
Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota,

...................................................
NIP.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 25


Lampiran 7

SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB

PROVINSI : TAHUN :
KAB/KOTA : BULAN :

Tanggal Kejadian Golongan Umur (tahun) Total Jumlah Keterangan


Jenis Tempat Populasi
No. (hasil lab,data
Penyakit Kejadian Mulai Akhir Diketahui Ditanggulangi 0-7 hr 8-28 hr <1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-69 70+ L P Kasus Meninggal Rentan
khusus dsb)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25

Keterang an : Tempat kejadian adalah Kab/Kota, puskesmas, Desa/Kelurahan,Tempat khusus


......................, ...... / ......... / ..............
Kepala Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota,

...................................................
NIP.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 25

Lampiran 8

MANAJEMEN SPESIMEN PENYAKIT KE LABORATORIUM

Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:
 Mendiagnosa suatu penyakit
 Memantau hasil pengobatan
 Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.

Spesimen-spesimen KLB harus dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan


persyaratan sebagai berikut :
 Prosedur pengambilan dilakukan dengan cara yang benar dan aman (memperhatikan universal
 precaution)
 Spesimen disimpan di dalam wadah dan media transport  yang sesuai.
 Spesimen dijaga di dalam suatu cakupan temperatur yang spesifik dan dilakukan pengiriman ke
laboratorium sesegera mungkin.

Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan
memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh l aboratorium sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang
dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lai n:
Lampiran 8

MANAJEMEN SPESIMEN PENYAKIT KE LABORATORIUM

Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:
 Mendiagnosa suatu penyakit
 Memantau hasil pengobatan
 Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.

Spesimen-spesimen KLB harus dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan


persyaratan sebagai berikut :
 Prosedur pengambilan dilakukan dengan cara yang benar dan aman (memperhatikan universal
 precaution)
 Spesimen disimpan di dalam wadah dan media transport  yang sesuai.
 Spesimen dijaga di dalam suatu cakupan temperatur yang spesifik dan dilakukan pengiriman ke
laboratorium sesegera mungkin.

Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan
memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh l aboratorium sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang
dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lai n:
 Spesimen serum yang dikirim telah mengalami hemolisis
 Spesimen yang telah diambil tidak segera dikirim ke laboratorium dan tidak disimpan pada suhu yang
dipersyaratkan (suhu dingin), hingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme secara
cepat.
 Sarana penyimpanan tidak adekuat sehingga menyebabkan kelangsungan hidup organisme atau
antibodi menjadi berkurang.
 Spesimen tidak dibiakan pada media dan reag en yang tepat.
 Adanya kontaminasi dari lingkungan/wadah yang digunakan

Jika semua persyaratan dalam pengambilan, penyimpanan, pengiriman dan prosedur pemeriksaan
laboratorium telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, maka hasil pemeriksaan laboratorium akan
dapat memberikan jawaban terhadap penyebab suatu KLB yang dicurigai. Jika ternyata hasil pemeriksaan
laboratorium negatif maka dapat dil akukan pengujian ulang untuk memastikan hasil diagnosis.

Tabel referensi pada halaman berikut ini adalah daftar tes laboratorium yang dianjurkan untuk konfirmasi
penyakit dan kondisinya. Tabel berikut berisi informasi tentang:
 Jenis pemeriksaan laboratorium untuk menentukan suatu penyebab penyakit (KLB)
 Jenis spesimen yang dikumpulkan
 Waktu pengumpulan spesimen
 Prosedur mempersiapkan, menyimpan dan mengirimkan spesimen ke laboratorium
 Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan laboratorium
 Sumber/referensi sebagai informasi tambahan

Tabel konfirmasi pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas terkait, ketika
terjadi KLB atau penyakit lain yang dicurigai.

26 pedoma
Lampiran 9

TABEL TES DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN SPESIMEN


BEBERAPA PENYAKIT DI LABORATORIUM
Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
Acute flaccid paralysis Isolasi virus polio Stool (tinja) Ambil sample dari setiap kasus  Letakan tinja, masukan Hasil tes awal umumnya tersedian
(Suspected polio) suspek AFP. kedalam container/wadah yg antara 14-28 hari setelah spesime
tdk bocor, beri label secara diterima lab.
Ambil specimen pertama waktu  jelas.
investigasi kasus.  Segera tempatkan dalam kulkas Bila virus polio l iar ditemukan,
atau coldbox tdk dignakan maka program nasional segera
Ambil specimen kedua pada untuk menyimpan vaksin atau membuat rencana aksi yg tepat.
REFERENCE: pasien yg sama 24 s/d 48 jam obat.
WHO global action plan for kemudian.  Kirim specimen, sampai di lab
laboratory containment of wil d Note: Jika tdk ada specimen yang polio dalam waktu kurang dari
polio viruses. WHO/V&B/99.32, dikumpulkan, evaluasi pasien 72 jam.
Geneva, 1999 setelah 60 hari untuk konfirmasi  Bila tertunda, spesimen tdk
klinis polio (AFP) terkirim dlm jangka 72 jam,
Manual for the virological bekukan spesimen pada suhu
investigation of polio minus 20oC atau lebih dingin.
WHO/EPI/GEN/97.01 Kemudian kirim spesimen dgn
Geneva, 1997 dry ice atau cold packs juga
beku pada suhu -20oC or lbh
dingin.
Kolera Isolate V. cholerae dari kultur tinja Tinja cair atau rectal swab Kumpulkan contoh tinja dari kasus  Letakan spesimen (tinja atau Tes Kolera mungin tidak secara
dan menentukanseroipe O1 suspek kolera pertama. Jika lebih rectal swab) di suatu kontainer rutin dilaksanakan oleh semua
menggunakan polyvalent antisera dari satu suspek, kumpulkan yang tahan bocor , bersih, dan laboratorium.
untuk V. cholerae  O1. spesimen 5 sampai 10 kasus. steril kirim ke laboratorium Hasil kultur biasanya 2 sampai 4
Kumpulkan tinja menurut definisi dalam waktu 2 jam. hari setelah spesimen sampai di
Jika diinginkan, berikut:  Jika penundaan diperkirakan laboratorium.
mengkonfirmasikan identifikasi lebih dari 2 jam, letakan tinja Medai transport Cary-Blair
dengan Inaba dan Ogawa antisera.  serangan di dalam 5 hari yang atau rektal swab ke dalam biasanya dalam kondisi stabil dan
terakhir, dan medium transport Cary-Blair. baik dalam waktu satu tahun
Jika spesimen bukanlah  sebelum pemberian antibiotik Jika medium pengangkut Cary- setelah persiapan. Tidak
serotypable, mempertimbangkan; dimulai Blair tidak tersedia, dan spesimen diperlukan pendinginan (lemari
menganggap, V.cholerae O139 tidak akan menjangkau es) jika kontainer dalam kondisi
(lihat catatan di kolom hasil). Jangan menunda perawatan laboratorium dalam 2 jam maka: steril dan tersegel. Jika warna
pasien yang mengalami dehidrasi.  Simpan pada suhu 4°C - 8°C berubah (medium menguning)
Spesimen-spesimen itu bisa  Jangan biarkan spesimen atau mengkerut (mengering),
dikumpulkan setelah rehidrasi mengering. Tambahkan sedikit  jangan gunakan media itu.
Air minum atau air bersih (ORS atau IV t herapy) sudah 0,85% NaCl jika perlu. serotipe O139 belum dilaporkan
mulai.  Untuk pengiriman, transport di Afrika dan hanya jika beberapa

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 27

Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
REFERENCE: dalam kondisi baik dan tempat di dalam Asia barat daya.
“Laboratory Methods for the kontainer tahan bocor Penentuan Serological Ogawa
Diagnosis of Epidemic Dysentery  Transport Kontainer dalam Cold atau Inaba tidak secara klinis
and Cholera”. CDC/WHO, 1999 Box pada suhu 4°C - 8°C diperlukan. Ini juga tidak
CDC, Atlanta, GA, USA Lakukan pengambilan sampel air  Gunakan media Pepton Water dibutuhkan jika hasil dari
dari daerah sekitar terjadinya dan lakukan pengiriman seperti polyvalent antisera adalah positif
kasus/suspek prosedur diatas secara jelas.

Diare Berdarah (Shigella Isolasikan Shigella dysenteriae Stool or rectal swab. Kumpulkan sampel ketika terjadi  Tempatkan stool swab atau Hasil kultur biasanya tersedia 2
dysenteriae jenis 1)  dan shigellae  jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk suspek KLB. Kumpulkan tinja dari rectal swab dalam media sampai 4 hari setelah diterima
lain mengkonfirmasikan KLB shigella 5-10 pasien yang mempunyai transport Cary-Blair. Segera oleh laboratorium.
diare berdarah dan: kirim ke laboratorium. Jika ditemukan Isolat SD1
Catatan: SD1 infeksi/peradangan Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan  Onset di dalam 4 hari yang lanjutkan dengan uji kepekaan
bersifat mudah mewabah dan uji kepekaan antibiotik dengan terakhir, dan  Jika media transport Cary-Blair antibiotik.
yang dihubungkan dengan tingkat obat yang sesuai.  Sebelum pengobatan antibiotik tidak tersedia, kirim sample ke Setelah konfirmasi awal 5-10
tingginya terhadap k etahanan diberikan. laboratorium dalam waktu 2 kasus dalam KLB, sampel kasus
antibiotik. SD1 adalah shigella  jam dalam wadah yang bersih, diperiksa hanya dalam jumlah
paling signifikan karena dapat Ambil/kumpulkan spesimen tinja kering dengan penutup yang sampai KLB berakhir.
menyebabkan tingkat kematian dalam wadah yang kering dan kuat. Spesimen tidak dipelihara Lihat pada petunjuk penyakit
yang cukup tinggi pada usia steril. Hindari terjadinya di Cary-Blair secara signifikan spesifik di Section 8 untuk
muda maupun tua. Hal ini kontaminasi oleh material lain. akan mengurangi shigellae informasi tambahan tentang
disebabkan karena bakteri ini Ambil spesimen tinja pada setelah 24 jam. potensi yang mewabah dari
dapat berasosiasi dengan bagian yang berdarah atau Shigella dysenteriae 1
sindrom uremic yang hemolytic berlendir.  Jika ruang simpan diperlukan,
(HUS). gunakantemperatur
penyimpanan 4oC s.d 8oC.
ACUAN: Jika stool tidak bisa dikumpulkan, Hindari penyimpanan pada
- Metoda-metoda Laboratorium maka dapat dilakukan temperatur beku
untuk Diagnosis dari Epidemic pengambilan spesimen rectal
Dysentery dan Cholera". swab dengan menggunakan lidi
CDC/WHO, 1999 kapas steril.

CDC, Atlanta, GA, AS


HIV ELISA untuk HIV Serum Peroleh spesimen menurut Gunakan universal precution Tes HIV sangat diatur dengan
strategi program nasional untuk memperkecil pajanan kendali yang tegas untuk release
atau HIV/AIDS untuk klinis atau terhadap benda tajam dan cairan informasinya. Hasil lab biasanya
epidemiological sampling. tubuh apapun. tersedia setelah satu minggu sejak
Lihat pada Petunjuk Program sampel tiba di laboratorium.
Nasional HIV/AIDS untuk uji Untuk ELISA:
diagnosis yang direkomendasikan Ambil/kumpulkan 10 ml dari
darah vena.

 Biarkan darah dalam tabung


selama 30 menit supaya terjadi

28 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
REFERENCE: dalam kondisi baik dan tempat di dalam Asia barat daya.
“Laboratory Methods for the kontainer tahan bocor Penentuan Serological Ogawa
Diagnosis of Epidemic Dysentery  Transport Kontainer dalam Cold atau Inaba tidak secara klinis
and Cholera”. CDC/WHO, 1999 Box pada suhu 4°C - 8°C diperlukan. Ini juga tidak
CDC, Atlanta, GA, USA Lakukan pengambilan sampel air  Gunakan media Pepton Water dibutuhkan jika hasil dari
dari daerah sekitar terjadinya dan lakukan pengiriman seperti polyvalent antisera adalah positif
kasus/suspek prosedur diatas secara jelas.

Diare Berdarah (Shigella Isolasikan Shigella dysenteriae Stool or rectal swab. Kumpulkan sampel ketika terjadi  Tempatkan stool swab atau Hasil kultur biasanya tersedia 2
dysenteriae jenis 1)  dan shigellae  jenis 1 (SD1) di dalam kultur untuk suspek KLB. Kumpulkan tinja dari rectal swab dalam media sampai 4 hari setelah diterima
lain mengkonfirmasikan KLB shigella 5-10 pasien yang mempunyai transport Cary-Blair. Segera oleh laboratorium.
diare berdarah dan: kirim ke laboratorium. Jika ditemukan Isolat SD1
Catatan: SD1 infeksi/peradangan Jika SD1 telah konfirmasi, lakukan  Onset di dalam 4 hari yang lanjutkan dengan uji kepekaan
bersifat mudah mewabah dan uji kepekaan antibiotik dengan terakhir, dan  Jika media transport Cary-Blair antibiotik.
yang dihubungkan dengan tingkat obat yang sesuai.  Sebelum pengobatan antibiotik tidak tersedia, kirim sample ke Setelah konfirmasi awal 5-10
tingginya terhadap k etahanan diberikan. laboratorium dalam waktu 2 kasus dalam KLB, sampel kasus
antibiotik. SD1 adalah shigella  jam dalam wadah yang bersih, diperiksa hanya dalam jumlah
paling signifikan karena dapat Ambil/kumpulkan spesimen tinja kering dengan penutup yang sampai KLB berakhir.
menyebabkan tingkat kematian dalam wadah yang kering dan kuat. Spesimen tidak dipelihara Lihat pada petunjuk penyakit
yang cukup tinggi pada usia steril. Hindari terjadinya di Cary-Blair secara signifikan spesifik di Section 8 untuk
muda maupun tua. Hal ini kontaminasi oleh material lain. akan mengurangi shigellae informasi tambahan tentang
disebabkan karena bakteri ini Ambil spesimen tinja pada setelah 24 jam. potensi yang mewabah dari
dapat berasosiasi dengan bagian yang berdarah atau Shigella dysenteriae 1
sindrom uremic yang hemolytic berlendir.  Jika ruang simpan diperlukan,
(HUS). gunakantemperatur
penyimpanan 4oC s.d 8oC.
ACUAN: Jika stool tidak bisa dikumpulkan, Hindari penyimpanan pada
- Metoda-metoda Laboratorium maka dapat dilakukan temperatur beku
untuk Diagnosis dari Epidemic pengambilan spesimen rectal
Dysentery dan Cholera". swab dengan menggunakan lidi
CDC/WHO, 1999 kapas steril.

CDC, Atlanta, GA, AS


HIV ELISA untuk HIV Serum Peroleh spesimen menurut Gunakan universal precution Tes HIV sangat diatur dengan
strategi program nasional untuk memperkecil pajanan kendali yang tegas untuk release
atau HIV/AIDS untuk klinis atau terhadap benda tajam dan cairan informasinya. Hasil lab biasanya
epidemiological sampling. tubuh apapun. tersedia setelah satu minggu sejak
Lihat pada Petunjuk Program sampel tiba di laboratorium.
Nasional HIV/AIDS untuk uji Untuk ELISA:
diagnosis yang direkomendasikan Ambil/kumpulkan 10 ml dari
darah vena.

 Biarkan darah dalam tabung


selama 30 menit supaya terjadi

28 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
penggumpalan, selanjutnya
darah di sentrifuse untuk
memisahkan serum dari sel
REFERENCE: darah.
Guidelines for Second Generation  Secara aseptik tuangkan serum
HIV Surveillance, WHO and ke dalam tabung bersekrup dan
UNAIDS, 2000 steril.
WHO/CDC/CSR/EDC/2000.5  Simpan Serum pada suhu 4oC
 Kirim sampel serum
menggunakan pengemasan
yang sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran.
Lepra Konfirmasi laboratorium rutin
untuk surveilans tidak diperlukan
Malaria X Adanya parasit dalam sediaan Darah Untuk Blood Smear : persiapkan Untuk Blood Smear: Hasil usap tebal dan tipis tersedia
darah untuk kasus suspek Biasanya diambil dari pembuluh film sediaan darah untuk semua Ambil/kumpulkan darah secara pada hari yang sama sebagai
Referensi: kapiler di jari. kasus yang dicurigai pada fasilitas langsung, benar, bersih dan beri persiapan.
“Basic Laboratory Methods in X Hematokrit atau hemoglobin Pada bayi/balita pengambilan rawat inap, atau menurut label slide mikroskop dan lakukan
Medical Parasitology” WHO, untuk suspek malaria pada sampel darah dapat dilakukan petunjuk manajemen kasus usap tebal dan tipis. Pemeriksaan mikroskop slide
Geneva, 1991 anak-anak 2 bulan sampai 5 pada tungkai atau tempat lainnya malaria nasional malaria dapat juga
tahun. Untuk hematokrit atau  Biarkan usapan mengering mengungkapkan adanya parasit
hemoglobin : secara menyeluruh. lain dalam darah.
Dalam pengaturan pasien rawat  Gunakan pewarnaan dengan Perhatikan mutu Giemsa yang
inap, lakukan uji laboratorium teknik yang sesuai. digunakan
bagi pasien dengan anemia berat  Simpan stained dan slide
dikeringkan secara menyeluruh
pada suhu-kamar, hindari
cahaya matahari langsung.

Untuk hematokrit atau


hemoglobin:
Kumpulkan spesimen menurut
petunjuk nasional.
Campak Adanya IgM antibody virus Serum Ambil/Kumpulkan sampel darah 5  Untuk anak-anak, kumpulkan 1 Spesimen sebaiknya sampai di
campak dalam serum suspek campak saat KLB campak sampai 5 ml dari darah vena. laboratorium dalam 3 hari s etelah
(biasanya lebih dari 5 kasus dalam Kumpulkan ke dalam suatu diambil/dikumpulkan..
kabupaten/kota dalam satu bulan) tabung reaksi, pipa kapiler atau
Referensi: microtainer. Hasil lab biasanya tersedia setelah
WHO Guidelines for Epidemic Di Negara dalam fase eliminasi: 7 hari.
Preparedness and Response to  Ambil/Kumpulkan spesimen  Pisahkan sel darah dari serum:
Measles Outbreaks setiap ada suspek kasus - Biarkan darah selama 30 Jika sedikitnya 2 dari 5 kasus
WHO/CDS/CSR/ISR/99.1 campak. sampai 60 menit pada suhu- suspek campak adalah konfirmasi
 Kumpulkan serum untuk uji kamar supaya terjadi laboratorium, maka KLB tersebut
antibodi pada kesempatan pemisahan atau gumpalan ditetapkan sebagai KLB Campak.
pertama atau pada kunjungan darah. Lakukan sentifuge

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 29


Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
penggumpalan, selanjutnya
darah di sentrifuse untuk
memisahkan serum dari sel
REFERENCE: darah.
Guidelines for Second Generation  Secara aseptik tuangkan serum
HIV Surveillance, WHO and ke dalam tabung bersekrup dan
UNAIDS, 2000 steril.
WHO/CDC/CSR/EDC/2000.5  Simpan Serum pada suhu 4oC
 Kirim sampel serum
menggunakan pengemasan
yang sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran.
Lepra Konfirmasi laboratorium rutin
untuk surveilans tidak diperlukan
Malaria X Adanya parasit dalam sediaan Darah Untuk Blood Smear : persiapkan Untuk Blood Smear: Hasil usap tebal dan tipis tersedia
darah untuk kasus suspek Biasanya diambil dari pembuluh film sediaan darah untuk semua Ambil/kumpulkan darah secara pada hari yang sama sebagai
Referensi: kapiler di jari. kasus yang dicurigai pada fasilitas langsung, benar, bersih dan beri persiapan.
“Basic Laboratory Methods in X Hematokrit atau hemoglobin Pada bayi/balita pengambilan rawat inap, atau menurut label slide mikroskop dan lakukan
Medical Parasitology” WHO, untuk suspek malaria pada sampel darah dapat dilakukan petunjuk manajemen kasus usap tebal dan tipis. Pemeriksaan mikroskop slide
Geneva, 1991 anak-anak 2 bulan sampai 5 pada tungkai atau tempat lainnya malaria nasional malaria dapat juga
tahun. Untuk hematokrit atau  Biarkan usapan mengering mengungkapkan adanya parasit
hemoglobin : secara menyeluruh. lain dalam darah.
Dalam pengaturan pasien rawat  Gunakan pewarnaan dengan Perhatikan mutu Giemsa yang
inap, lakukan uji laboratorium teknik yang sesuai. digunakan
bagi pasien dengan anemia berat  Simpan stained dan slide
dikeringkan secara menyeluruh
pada suhu-kamar, hindari
cahaya matahari langsung.

Untuk hematokrit atau


hemoglobin:
Kumpulkan spesimen menurut
petunjuk nasional.
Campak Adanya IgM antibody virus Serum Ambil/Kumpulkan sampel darah 5  Untuk anak-anak, kumpulkan 1 Spesimen sebaiknya sampai di
campak dalam serum suspek campak saat KLB campak sampai 5 ml dari darah vena. laboratorium dalam 3 hari s etelah
(biasanya lebih dari 5 kasus dalam Kumpulkan ke dalam suatu diambil/dikumpulkan..
kabupaten/kota dalam satu bulan) tabung reaksi, pipa kapiler atau
Referensi: microtainer. Hasil lab biasanya tersedia setelah
WHO Guidelines for Epidemic Di Negara dalam fase eliminasi: 7 hari.
Preparedness and Response to  Ambil/Kumpulkan spesimen  Pisahkan sel darah dari serum:
Measles Outbreaks setiap ada suspek kasus - Biarkan darah selama 30 Jika sedikitnya 2 dari 5 kasus
WHO/CDS/CSR/ISR/99.1 campak. sampai 60 menit pada suhu- suspek campak adalah konfirmasi
 Kumpulkan serum untuk uji kamar supaya terjadi laboratorium, maka KLB tersebut
antibodi pada kesempatan pemisahan atau gumpalan ditetapkan sebagai KLB Campak.
pertama atau pada kunjungan darah. Lakukan sentifuge

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 29

Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
di fasilitas kesehatan. pada kecepatan 2000 rpm Hindari spesimen dari goncangan
selama 10-20 menit dan sebelum serum dikumpulkan.
tuangkan serum ke dalam
tabung kaca yang bersih. Untuk mencegah pertumbuhan
- Jika tidak ada c entrifuge, bakteri terlalu cepat, pastikan
letakan sampel dalam lemari bahwa serum itu dituangkan ke
pendingan semalam (4 dalam suatu tabung reaksi
sampai 6 jam) sampai terjadi gelas/kaca yang bersih. Tabung
gumpalan dan pemisahan tidak perlu steril tetapi bersih.
serumi. Tuangkan serum
besoknya. Angkut serum dalam satu
- Jika tidak ada centrifuge dan pengangkut vaksin tangan EPI
tdk ada lemari es, biarkan pada suhu 4-8 derajat celcius
darah mengendap sedikitnya untuk mencegah pertumbuhan
60 menit (tanpa goncangan bakteri terlalu cepat (sampai
atau sarana lain). Tuangkan dengan 7 hari). Jika tidak
serum ke dalam suatu didinginkan, serum disimpan di
tabung yang bersih. suatu tabung yang bersih dalam
waktu sedikitnya 3 hari.
 Letakan serum pada 4°C.

 Kirim sampel gunakan


pengemasan yang sesuai untuk
mencegah kerusakan atau
kebocoran-kebocoran selama
pengiriman.
Meningitis Pemeriksaan mikroskop CSF untuk Cairan tulang belakang cerebral Kumpulkan spesimen 5 sampai 10  Persiapkan pasien dan secara Isolasi Neisseria meningitidis ,
diplokokus Gram-negatif (CSF) kasus ketika yang ada sinyal siaga aseptik kumpulkan CSF ke suatu organisme sensitif, mahal,
atau ambang tindakan ( lihat dalam tabung reaksi yang steril dan sulit. Itu memerlukan teknik-
REFERENSI: Kultur dan isolasi N. meningitis Swab nasopharing "Meningitis" di Section 8) sudah dengan tanda. teknik sempurna untuk
“Laboratory Methods for the dari CSF atau swab nasopharing dicapai. mengumpulkan spesimen dan
Diagnosis of Meningitis Caused by Catatan: CSF adalah s pesimen  Dengan segera menempatkan 1 penanganannya dan mahal untuk
Neisseria meningitis, [pilihan utama ] untuk kultur dan ml dari CSF ke dalam suatu media dan antisera.
Streptococcus pneumoniae and uji mikroskopis. Jika CSF tidak botol yang pre-warmed dari
Haemophilus influenzae ”. tersedia, kumpulkan darah (10ml mediumtrans-isolate. Spesimen awal dalam satu KLB
WHO document orang dewasa, 1-5 ml untuk anak- atau karena satu demi satu terjadi
WHO/CDS/EDC/99.7 anak) untuk kultur.  inkubasi pada pada suhu tubuh isolat-isolat dari N. meningitis
WHO, Geneva (36 sd 37 derajat selsius). harus serotyped dan satu
antibiogram yang dilaksanakan
 Jangan pernah mendinginkan untuk memastikan perawatan
spesimen yang akan dibiakkan. yang sesuai.

 Simpan CSF untuk uji Trans Isolate medium (TI) kukuh


mikroskopis dan kimia dalam stabil. Jaga dengan baik
syringe orsinil (replace cap). menyimpan pada t emperatur

30 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
di fasilitas kesehatan. pada kecepatan 2000 rpm Hindari spesimen dari goncangan
selama 10-20 menit dan sebelum serum dikumpulkan.
tuangkan serum ke dalam
tabung kaca yang bersih. Untuk mencegah pertumbuhan
- Jika tidak ada c entrifuge, bakteri terlalu cepat, pastikan
letakan sampel dalam lemari bahwa serum itu dituangkan ke
pendingan semalam (4 dalam suatu tabung reaksi
sampai 6 jam) sampai terjadi gelas/kaca yang bersih. Tabung
gumpalan dan pemisahan tidak perlu steril tetapi bersih.
serumi. Tuangkan serum
besoknya. Angkut serum dalam satu
- Jika tidak ada centrifuge dan pengangkut vaksin tangan EPI
tdk ada lemari es, biarkan pada suhu 4-8 derajat celcius
darah mengendap sedikitnya untuk mencegah pertumbuhan
60 menit (tanpa goncangan bakteri terlalu cepat (sampai
atau sarana lain). Tuangkan dengan 7 hari). Jika tidak
serum ke dalam suatu didinginkan, serum disimpan di
tabung yang bersih. suatu tabung yang bersih dalam
waktu sedikitnya 3 hari.
 Letakan serum pada 4°C.

 Kirim sampel gunakan


pengemasan yang sesuai untuk
mencegah kerusakan atau
kebocoran-kebocoran selama
pengiriman.
Meningitis Pemeriksaan mikroskop CSF untuk Cairan tulang belakang cerebral Kumpulkan spesimen 5 sampai 10  Persiapkan pasien dan secara Isolasi Neisseria meningitidis ,
diplokokus Gram-negatif (CSF) kasus ketika yang ada sinyal siaga aseptik kumpulkan CSF ke suatu organisme sensitif, mahal,
atau ambang tindakan ( lihat dalam tabung reaksi yang steril dan sulit. Itu memerlukan teknik-
REFERENSI: Kultur dan isolasi N. meningitis Swab nasopharing "Meningitis" di Section 8) sudah dengan tanda. teknik sempurna untuk
“Laboratory Methods for the dari CSF atau swab nasopharing dicapai. mengumpulkan spesimen dan
Diagnosis of Meningitis Caused by Catatan: CSF adalah s pesimen  Dengan segera menempatkan 1 penanganannya dan mahal untuk
Neisseria meningitis, [pilihan utama ] untuk kultur dan ml dari CSF ke dalam suatu media dan antisera.
Streptococcus pneumoniae and uji mikroskopis. Jika CSF tidak botol yang pre-warmed dari
Haemophilus influenzae ”. tersedia, kumpulkan darah (10ml mediumtrans-isolate. Spesimen awal dalam satu KLB
WHO document orang dewasa, 1-5 ml untuk anak- atau karena satu demi satu terjadi
WHO/CDS/EDC/99.7 anak) untuk kultur.  inkubasi pada pada suhu tubuh isolat-isolat dari N. meningitis
WHO, Geneva (36 sd 37 derajat selsius). harus serotyped dan satu
antibiogram yang dilaksanakan
 Jangan pernah mendinginkan untuk memastikan perawatan
spesimen yang akan dibiakkan. yang sesuai.

 Simpan CSF untuk uji Trans Isolate medium (TI) kukuh


mikroskopis dan kimia dalam stabil. Jaga dengan baik
syringe orsinil (replace cap). menyimpan pada t emperatur

30 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
Dinginkan dan kirim ke lemari es (4 derajat selsius) dan
laboratorium secepat mungkin. dapat beratahan sampai dengan
dua tahun setelah persiapan. Di
dalam lemari es, fasa-cair berubah
seperti agar-agar hanya pada
suhu-kamar. botol-botol TI Yang
Tak Terpakai harus dijaga dengan
ketat tersegel. Jika ada setiap
warna berubah (menguning atau
pengabutan media cair) atau
pengeringan atau adanya
penyusutan jelas dan nyata dari
agar-agar merosot, medium itu
sebaiknya jangan digunakan.
PES Isolasi hama Yersinia dari aspirat Aspirat dari bubo-bubo, darah,  Kumpulkan spesimen dari  Spesimen harus dikumpulkan Kultur hanya dikirim ke
bubo atau dari kultur dari darah, CSF, dahak, mencuci tracheal atau kasus pertama suspek pes. Jika dengan teknik aseptik. Bahan laboratorium yang memiliki
CSF atau dahak. bahan-bahan otopsi untuk kultur lebih dari satu suspek kasus, untuk kultur harus dikirim ke kemampuan diagnostik Pes atau
REFERENSI: kumpulkan spesimen 5 sampai laboratorium menggunakan WHO Collaborating Center untuk
“Plague Manual: Epidemiology, Identifikasi zat darah penyerang Darah untuk uji serological 10 kasus sebelum administrasi media transport Cary Blair atau Pes.
Distribution, Surveillance and kuman kepada Y.pestis F1 antigen antibiotik. dibekukan (terutama/lebih
Control”. WHO/CDS/EDC/99.2 dari serum. disukai dengan batu karbon Hasil kultur akan tersedia
WHO, Geneva, 1999  Dengan bubo, suatu jumlah dioksida (CO2 beku). Spesimen sedikitnya dalam 3 sampai 5 hari
yang kecil dari bersifat garam yg tdk diawetkan harus sampai kerja setelah diterima oleh
“Laboratory Manual of Plague yang steril (1-2 ml) bisa disuntik di laboratorium pada hari yang laboratorium.
Diagnostic tests”. CDC/WHO ke dalam bubo itu untuk sama.
publication, 2000, Atlanta, GA memperoleh satu spesimen Pengobatan antibiotik harus
yang cukup  Cairan Spesimen (aspirat) harus diaktipkan sebelum kultur muncul
terserap oleh suatu kain diperoleh.
 Jika antibiotik mulai diberikan, penyeka kapas yang steril dan
pes dapat ditetapkan oleh menempatkannya ke dalam Pasien Pes seroconvert kepada
seroconversion (4-fold atau media transport Cary-Blair. antigen F1 Ypestis 7-10 hari
lebih besar titer) kepada Mendinginkan. setelah serangan.
antigen F1 oleh hemaglutinasi
yang pasif yang menggunakan  Jika pengangkutan akan
sera yang dikupas. Serum harus memerlukan 24 jam atau lebih
digambar/ditarik di dalam 5 dan medi transport Cary Blair
hari serangan lalu lagi; kembali tidak tersedia, maka bekukan
setelah 2-3 minggu. spesimen dan mengirimkannya
dengan kemasan dingin.
Sexually transmitted Konfirmasi laboratorium rutin
infections (STIs) untuk surveilans tidak diperlukan
TB Paru: Adanya baksil tahan asam (AFB) Dahak dari saluran nafas bagian Kumpulkan dahak (bukan air liur) usapan harus diuji pada fasilitas TB mikroskopi dibaca harian.
(BTA positif) pada pewarnan Ziehl Neelsen (ZN) bawah (paru-paru) untuk usapan mikroskopi kesehatan di mana spesimen itu Hitungan mengamati
langsung dan menguji sedikitnya diambil. mycobacteria dilaporkan dengan

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 31


Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
Dinginkan dan kirim ke lemari es (4 derajat selsius) dan
laboratorium secepat mungkin. dapat beratahan sampai dengan
dua tahun setelah persiapan. Di
dalam lemari es, fasa-cair berubah
seperti agar-agar hanya pada
suhu-kamar. botol-botol TI Yang
Tak Terpakai harus dijaga dengan
ketat tersegel. Jika ada setiap
warna berubah (menguning atau
pengabutan media cair) atau
pengeringan atau adanya
penyusutan jelas dan nyata dari
agar-agar merosot, medium itu
sebaiknya jangan digunakan.
PES Isolasi hama Yersinia dari aspirat Aspirat dari bubo-bubo, darah,  Kumpulkan spesimen dari  Spesimen harus dikumpulkan Kultur hanya dikirim ke
bubo atau dari kultur dari darah, CSF, dahak, mencuci tracheal atau kasus pertama suspek pes. Jika dengan teknik aseptik. Bahan laboratorium yang memiliki
CSF atau dahak. bahan-bahan otopsi untuk kultur lebih dari satu suspek kasus, untuk kultur harus dikirim ke kemampuan diagnostik Pes atau
REFERENSI: kumpulkan spesimen 5 sampai laboratorium menggunakan WHO Collaborating Center untuk
“Plague Manual: Epidemiology, Identifikasi zat darah penyerang Darah untuk uji serological 10 kasus sebelum administrasi media transport Cary Blair atau Pes.
Distribution, Surveillance and kuman kepada Y.pestis F1 antigen antibiotik. dibekukan (terutama/lebih
Control”. WHO/CDS/EDC/99.2 dari serum. disukai dengan batu karbon Hasil kultur akan tersedia
WHO, Geneva, 1999  Dengan bubo, suatu jumlah dioksida (CO2 beku). Spesimen sedikitnya dalam 3 sampai 5 hari
yang kecil dari bersifat garam yg tdk diawetkan harus sampai kerja setelah diterima oleh
“Laboratory Manual of Plague yang steril (1-2 ml) bisa disuntik di laboratorium pada hari yang laboratorium.
Diagnostic tests”. CDC/WHO ke dalam bubo itu untuk sama.
publication, 2000, Atlanta, GA memperoleh satu spesimen Pengobatan antibiotik harus
yang cukup  Cairan Spesimen (aspirat) harus diaktipkan sebelum kultur muncul
terserap oleh suatu kain diperoleh.
 Jika antibiotik mulai diberikan, penyeka kapas yang steril dan
pes dapat ditetapkan oleh menempatkannya ke dalam Pasien Pes seroconvert kepada
seroconversion (4-fold atau media transport Cary-Blair. antigen F1 Ypestis 7-10 hari
lebih besar titer) kepada Mendinginkan. setelah serangan.
antigen F1 oleh hemaglutinasi
yang pasif yang menggunakan  Jika pengangkutan akan
sera yang dikupas. Serum harus memerlukan 24 jam atau lebih
digambar/ditarik di dalam 5 dan medi transport Cary Blair
hari serangan lalu lagi; kembali tidak tersedia, maka bekukan
setelah 2-3 minggu. spesimen dan mengirimkannya
dengan kemasan dingin.
Sexually transmitted Konfirmasi laboratorium rutin
infections (STIs) untuk surveilans tidak diperlukan
TB Paru: Adanya baksil tahan asam (AFB) Dahak dari saluran nafas bagian Kumpulkan dahak (bukan air liur) usapan harus diuji pada fasilitas TB mikroskopi dibaca harian.
(BTA positif) pada pewarnan Ziehl Neelsen (ZN) bawah (paru-paru) untuk usapan mikroskopi kesehatan di mana spesimen itu Hitungan mengamati
langsung dan menguji sedikitnya diambil. mycobacteria dilaporkan dengan

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 31

Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
REFERENSI: tiga pewarnaan spesimen dengan berbagai metoda pelaporan. Lihat
Laboratory Services in hari yang berbeda (S-P-S) pada criteria yang digunakan oleh
Tuberculosis Control, Parts I, II laboratorium penguji.
and III. WHO publications
WHO/TB/98.258
Demam-demam hemorrhagic Adanya IgM antibody terhadap Untuk ELISA: Kumpulkan spesimen suspek TANGANI DAN KIRIM SPESIMEN Jasa diagnostik untuk VHF tidak
karena virus Ebola, Marburg, CCHF, Lassa atau kasus pertama. PASIEN SUSPEK VHF WITH secara rutin tersedia. Pengaturan-
Demam Dengue Darah utuh, serum atau plasma PERINGATAN EXTREME. pengaturan advance biasanya
REFERENSI: Jika lebih dari satu suspek, GUNAKAN PAKAIAN PELINDUNG diperlukan untuk jasa VHF
atau Untuk PCR: kumpulkan pesimen 5 sampai10. DAN MENGGUANAKAN BARRIER diagnostik. Hubungi otoritas
Infection Control for Viral PRECAUTION. National yang sesuai atau WHO.
Hemorrhagic Fevers in the African Adanya Ebola di kulit post- Gumpal Darah atau darah utuh,
Health Care Setting mortum necropsy serum/plasma atau jaringan/tisu Untuk ELISA atau PCR:
WHO/EMC/ESR/98.2
Untuk immunohistochemistry:  Dinginkan serum atau gumpal
Viral Infections of Humans; spesimen Kulit atau jaringan/tisu
Epidemiology and Control. 1989. dari kasus-kasus fatal.  Pembekuan (-20C atau lebih
Evans, A.S. (ed). Plenum Medical dingin) spesimen-spesimen
Book Company, New York  jaringan/tisu untuk
pengasingan virus

Untuk Immunohistochemistry:
 Menentukan/memperbaiki
spesimen carik kulit di dalam
formalin. Spesimen dapat
disimpan sampai 6 minggu.
Spesimen itu tidaklah cepat
menyebar saat dalam formalin.

 Simpan pada suhu-kamar

 Spesimen Formalin-fixed bisa


dikirimkan pada suhu-kamar.

Demam Kuning ELISA untuk menentukan adanya Serum Kumpulkan spesimen dari suspek  Kumpulkan 10 ml darah vena Spesimen sebaiknya sampai di
IgM antibodi demam kuning kasus pertama demam kuning. orang dewasa, 1-5 ml dari laboratorium dalam 3 hari s etelah
Referensi: Jika lebih dari 1 suspek, anak-anak. Di suatu tabung pengumpulan.
District guidelines for Yellow kumpulkan spesimen 5 sampai 10 reaksi gelas/kaca yang standar,
Fever Surveillance, sampel pipa kapiler atau microtainer. Hindari goncangan spesimen
WHO/GPVI/EPI/98.09 sebelum serum dikumpulkan.
 Sel darah terpisah dari s erum:
Untuk mencegah pertumbuhan
Yellow Fever. 1998.
- Gumpal dibiarkan menarik bakteri terlalu cepat, pastikan
WHO/EPI/Gen/98.11
kembali selama 30 sampai 60 bahwa serum itu dituangkan ke
menit pada suhu-kamar. dalam suatu tabung reaksi

32 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
REFERENSI: tiga pewarnaan spesimen dengan berbagai metoda pelaporan. Lihat
Laboratory Services in hari yang berbeda (S-P-S) pada criteria yang digunakan oleh
Tuberculosis Control, Parts I, II laboratorium penguji.
and III. WHO publications
WHO/TB/98.258
Demam-demam hemorrhagic Adanya IgM antibody terhadap Untuk ELISA: Kumpulkan spesimen suspek TANGANI DAN KIRIM SPESIMEN Jasa diagnostik untuk VHF tidak
karena virus Ebola, Marburg, CCHF, Lassa atau kasus pertama. PASIEN SUSPEK VHF WITH secara rutin tersedia. Pengaturan-
Demam Dengue Darah utuh, serum atau plasma PERINGATAN EXTREME. pengaturan advance biasanya
REFERENSI: Jika lebih dari satu suspek, GUNAKAN PAKAIAN PELINDUNG diperlukan untuk jasa VHF
atau Untuk PCR: kumpulkan pesimen 5 sampai10. DAN MENGGUANAKAN BARRIER diagnostik. Hubungi otoritas
Infection Control for Viral PRECAUTION. National yang sesuai atau WHO.
Hemorrhagic Fevers in the African Adanya Ebola di kulit post- Gumpal Darah atau darah utuh,
Health Care Setting mortum necropsy serum/plasma atau jaringan/tisu Untuk ELISA atau PCR:
WHO/EMC/ESR/98.2
Untuk immunohistochemistry:  Dinginkan serum atau gumpal
Viral Infections of Humans; spesimen Kulit atau jaringan/tisu
Epidemiology and Control. 1989. dari kasus-kasus fatal.  Pembekuan (-20C atau lebih
Evans, A.S. (ed). Plenum Medical dingin) spesimen-spesimen
Book Company, New York  jaringan/tisu untuk
pengasingan virus

Untuk Immunohistochemistry:
 Menentukan/memperbaiki
spesimen carik kulit di dalam
formalin. Spesimen dapat
disimpan sampai 6 minggu.
Spesimen itu tidaklah cepat
menyebar saat dalam formalin.

 Simpan pada suhu-kamar

 Spesimen Formalin-fixed bisa


dikirimkan pada suhu-kamar.

Demam Kuning ELISA untuk menentukan adanya Serum Kumpulkan spesimen dari suspek  Kumpulkan 10 ml darah vena Spesimen sebaiknya sampai di
IgM antibodi demam kuning kasus pertama demam kuning. orang dewasa, 1-5 ml dari laboratorium dalam 3 hari s etelah
Referensi: Jika lebih dari 1 suspek, anak-anak. Di suatu tabung pengumpulan.
District guidelines for Yellow kumpulkan spesimen 5 sampai 10 reaksi gelas/kaca yang standar,
Fever Surveillance, sampel pipa kapiler atau microtainer. Hindari goncangan spesimen
WHO/GPVI/EPI/98.09 sebelum serum dikumpulkan.
 Sel darah terpisah dari s erum:
Untuk mencegah pertumbuhan
Yellow Fever. 1998.
- Gumpal dibiarkan menarik bakteri terlalu cepat, pastikan
WHO/EPI/Gen/98.11
kembali selama 30 sampai 60 bahwa serum itu dituangkan ke
menit pada suhu-kamar. dalam suatu tabung reaksi

32 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
Centrifuge pada 2000 rpm gelas/kaca yang bersih. Tabung
untuk 10-20 menit dan tidak perlu steril tetapi cukup
tuangkan serum ke dalam bersih.
suatu tabung kaca yang
bersih. Angkut serum dalam satu
pengangkut vaksin tangan EPI
- Jika tanpa centrifuge, sampel pada suhu 4-8 derajat selsius
ditaruh dalam lemari es untuk mencegah pertumbuhan
semalam (4 sampai 6 jam) bakteri terlalu cepat (sampai
sampai gumpal menarik dengan 7 hari). Jika tidak
kembali. Tuangkan serum didinginkan, serum disimpan di
besoknya. suatu tabung yang bersih akan
baik untuk sedikitnya 3 hari.
- Jika tanpa centrifuge dan
tanpa lemari es, biarkan
darah mengendap sedikitnya
60 menit (tanpa goncangan
atau suatu sarana). Tuangkan
serum ke dalam suatu
tabung yang bersih.

 Simpan Serum pada suhu 4°C.

 Kirim sampel serum


menggunakan pengemasan
yang sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran-
kebocoran selama pengiriman.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 33


Cara Penyiapan,
Suspek Penyakit/ Kondisi Tes Diagnostik Spesimen Waktu Pengumpulan Penyimpanan dan Hasil
Pengiriman
Centrifuge pada 2000 rpm gelas/kaca yang bersih. Tabung
untuk 10-20 menit dan tidak perlu steril tetapi cukup
tuangkan serum ke dalam bersih.
suatu tabung kaca yang
bersih. Angkut serum dalam satu
pengangkut vaksin tangan EPI
- Jika tanpa centrifuge, sampel pada suhu 4-8 derajat selsius
ditaruh dalam lemari es untuk mencegah pertumbuhan
semalam (4 sampai 6 jam) bakteri terlalu cepat (sampai
sampai gumpal menarik dengan 7 hari). Jika tidak
kembali. Tuangkan serum didinginkan, serum disimpan di
besoknya. suatu tabung yang bersih akan
baik untuk sedikitnya 3 hari.
- Jika tanpa centrifuge dan
tanpa lemari es, biarkan
darah mengendap sedikitnya
60 menit (tanpa goncangan
atau suatu sarana). Tuangkan
serum ke dalam suatu
tabung yang bersih.

 Simpan Serum pada suhu 4°C.

 Kirim sampel serum


menggunakan pengemasan
yang sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran-
kebocoran selama pengiriman.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 33

Lampiran 10

BUKU CATATAN LABORATORIUM (LOG BOOK )

Nomer Tanggal Jenis Nama Jenis Tanggal Petugas Diagnosis


Jam Umur Alamat Jam
Identitas Pengambilan spesimen Pasien Kelamin Pengiriman Pengambil sementara
Lampiran 10

BUKU CATATAN LABORATORIUM (LOG BOOK )

Nomer Tanggal Jenis Nama Jenis Tanggal Petugas Diagnosis


Jam Umur Alamat Jam
Identitas Pengambilan spesimen Pasien Kelamin Pengiriman Pengambil sementara

34 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Lampiran 11

LEMBARAN RUJUKAN SPESIMEN

Format Permintaan Pemeriksaan Spesimen KLB


Nama & Alamat Pengirim Dokter/ Pemeriksa:
(RS/Puskesmas):

Nama Lengkap Pasien: Alamat Pasien:

Umur: Jenis Kelamin:

Informasi Klinis yang penting: Diagnosa Klinis/ Diagnosa sementara:

Tanggal Mulai Gejala: Antibiotik yang telah diberikan:

Jenis Spesimen: Waktu Pengambilan Spesimen:

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 35


Lampiran 12

DAFTAR PENYAKIT ATAU KEJADIAN


YANG WAJIB DILAPORKAN SEGERA (<24 JAM)
KE DINAS KESEHATAN
Jika anda menemukan penyakit dibawah ini segera hubungi dinas kesehatan kabupaten/ kota

 Tersangka Kolera
 Tersangka Flu Burung pada Manusia
 Tersangka Flu Burung pada Unggas
 AFP (Lumpuh Layuh Akut)
 Tersangka Difteri
 Meningitis/Encefalitis
 Tetanus Neonatorum
 Keracunan Makanan
 Tersangka Antraks
 Gigitan Hewan Penular Rabies
 Kluster Penyakit yang Tidak Diketahui

DR._____________

TELEPON:__________________

Jika Telepon Tidak Dapat Dihubungi , Anda dapat menghubungi Telepon Kantor
Dinas Kesehatan pada Bagian Seksi Surveilans

Ingat masing-masing kasus diatas sangat penting untuk segera dilakukan


penatalaksanaan kasusnya

36 pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


Lampiran 13

INFORMASI PENTING TENTANG RUMOR ATAU KEJADIAN

Jika anda mendapatkan telepon tentang kejadian atau kasus penyakit


potensial KLB, lakukan klarifikasi terhadap hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah Kasus
2. Jumlah Kematian
3. Jumlah Kasus Yang Dirawat Di Rumah Sakit
4. Identifikasi Kasus Berdasarkan Orang, Tempat, Dan
Waktu Kejadian
5. Kapan Waktu Awal Kejadian
6. Identifikasi Gejala Utama Yang Timbul
7. Langkah-Langkah Yang Telah Dilakukan
8. Spesimen Apa Yang Telah Diambil Dan Dikirim Ke
Laboratorium
9. Sumber Informasi
10. Mobilisasi Tim Gerak Cepat

Informasikan hal tersebut diatas kepada petugas surveilans dinas


kesehatan propinsi

TELEPON:………………………..

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon 37

Anda mungkin juga menyukai