Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua organisai/perusahaan mempunyai maksud dan tujuan.Salah satu
tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba perusahaan dan mempertahankan
keberlangsungan perusahaan. Untuk mencapai tujuan mereka tersebut Organisasi-
organisasi perusahaan harus selalu menyesuaikan desain produk dan jenis jasa yang
mereka tawarkan dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan para konsumen.
Berbagai desain produk dan jasa baru muncul menjadi kenyataan karena seseorang
percaya bahwa ada kebutuhan akan produk dan jasa tersebut. Hal tersebut
merupakan tanggung jawab para manajer untuk selalu menemukan produ-
produk dan jasa-jasa baru yang mungkin ditawarkan oleh organisasi.

Perusahaan diciptakan untuk menghasilkan produk berupa barang dan jasa.


Seiring dengan perkembangan zaman, perusahaan semakin banyak berdiri sehingga
persainganpun semakin ketat. Dengan demikian, perusahaan – perusahaan tersebut
melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkan baik berupa barang dan jasa
agar perusahaan tersebut dapat bersaing. Inovasi yang dilakukan dapat berupa
desain atau rancangan dari produk,jasa dan sistem kerja perusahaan .

Dengan demikian, agar perusahaan tersebut dapat bersaing dengan


perusahaan lainnya, maka perusahaan tersebut harus meningkatkan kualitas produk
dan jasa yang dihasilkannya serta melakukan inovasi terhadap produk dan jasa yang
dihasilkan tersebut dengan cara membuat membuat perencanaan proses,jasa dan
sistem kerja sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dan lebih unggul dari
perusahaan lainnya.

Meskipun tidak ada istilah yang tepat sesuai untuk menguraikannya, proses
yang serupa dengan desain produksi juga terdapat pada jasa, yang terjadi dan
menggambarkan antara desain jasa yang ditawarkan dengan desain sistem
produksinya.Perancangan produk dan perancangan jasa tidak mempunyai
perbedaan secara mendasar, hanya dalam suatu organisasi jasa, pelayanan yang
diberikan merupakan “produk“-nya. Setelah berbagai produk dan jasa di rancang,
spesifikasi-spesifikasi lainnya harus diterjemahkan ke berbagai sistem pemrosesan
yang menciptakan produk atau menyediakan jasa. Desain proses tidak semata-mata
hanya merupakan masalah teknik tetapi juga menyangkut pertimbangan-
pertimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan.Berdasarkan hal di atas, maka kami
memutuskan menyusun sebuah makalah yang berjudul “Perencanaan Proses, Jasa
Dan Perancangan Sistem Kerja”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
a. Apa yang dimaksud Seleksi Proses ?
b. Apa saja Ciri-ciri Proses ?
c. Apa yang di maksud konsep Aliran intermitten ?
d. Apa Keputusan seleksi proses ?
e. Bagaimana cara Strategi proses-produk ?
f. Apa yang di maksud konsep Rancangan Operasi Jasa ?
g. Apa definisi jasa ?
h. Apa Kerangka rancangan jasa ?
i. Bagaimana cara menetapkan strategi dan produk jasa ?
j. Bagaimana Sistem penyerahan ke pelanggan ?
k. Bagaimanakah Analisis aliran proses ?
l. Apa konsep Perancangan dan Pengukuran Kerja

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

a. Untuk Mengetahui Perencanaan Proses, Jasa Dan Perancangan Sistem Kerja

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mempermudah kita mengetahui Perencanaan Proses, Jasa Dan Perancangan
Sistem Kerja
BAB II
ISI
2.1 Perencanaan proses
Perencanaan proses memerlukan pemahaman tentang operasi-operasi sebagai
suatu sistem produktif (akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas
yang diperlukan).Diantara keputusan penting yang harus diambil oleh para manajer
operasi adalah keputusan yang meliputi rancangan proses fisik untuk memproduksi
barang dan jasa.
Perencanaan proses memerlukan pemahaman tentang operasi-operasi sebagai
suatu sistem produktif (akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas
yang diperlukan).Diantara keputusan penting yang harus diambil oleh para manajer
operasi adalah keputusan yang meliputi rencana proses fisik untuk memproduksi
barang dan jasa.
Perancangan dan implementasi sistem kerja yang akan memproduksi produk
yang diinginkan dalam kuantitas yang diperlukan.Perencanaan proses memerlukan
pemahaman tentang operasi-operasi sebagai suatu sistem produktif. Langkah-
langkah yang perlu diambil:
a. Memutuskan tujuan-tujuan perencanaan, yaitu untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, kapasitas atau semangat kerja karyawan.
b. Memilih proses/sistem produktif yang relevan, yaitu operasi keseluruhan atau
beberapa bagian operasi.
c. Menggambarkan proses transformasi yang ada sekarang dengan bantuan bagan-
bagan proses dan pengukuran efisiensi.
d. Mengembangkan desain proses yang diperbaiki melalui perbaikan aliran-aliran
proses dan atau masukan-masukan yang digunakan.
e. Mendapatkan persetujuan manajemen untuk disain proses yang telah direvisi.
f. Mengimplementasikan disain proses baru.
2.1.1 Seleksi proses

Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan seleksi proses, menentukan


jenis proses produksi yang akan digunakan dan waktu yang tepat dari proses
tersebut. Manajer operasi harus dapat memutuskan apakah memproduksi hanya
untuk pesanan pelanggan atau persediaan. Manajer juga harus memutuskan :
apakah mengatur aliran proses sebagai batch proses produksi high volume line flow
atau low flow volume. Serta memutuskan apakah akan berintegrasi ke depan (ke
arah pasar) atau ke belakang ( ke arah pemasok). Semua keputusan di atas
membantu menentukan jenis proses yang akan digunakan untuk membuat suatu
produk.
Jadi, seleksi produk merupakan serangkaian keputusan mengenai tipe atau jenis
produksi dan peralatan yang digunakan.

2.1.2 Klasifikasi dan Ciri Proses Produksi


Proses produksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
2.1.2.1 Klasifikasi proses produksi berdasarkan produk atau urutan operasi-
operasi dibagi tiga, yaitu :
a. Aliran Garis
Aliran garis biasanya untuk proses membuat persediaan dan untuk proses
membuat atas pesanan.
contoh : aliran garis perakitan mobil menempatkan bersama pilihan kombinasi
khusus yang diminta oleh pelanggan. Padahal produk tersebut adalah produk
standar meskipun demikian dapat juga membuat atas pesanan. Sistem ini dapat
digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu :

 Untuk mengakategorikan jenis masalah keputusan yang berbeda yang dihadapi.


 Penggunaan dari klasifikasi matriks ini untuk pemilihan proses.

Ciri-Cirinya :
1) Produk terstandarisasi dan mengalir dari satu operasi atau tempat kerja ke
operasi berikutnya dengan urutan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2) Pola aliran garis biasanya efisien tetapi juga tidak fleksibel.
3) Efisiensi aliran garis ini diakibatkan oleh substitusi proses operasi padat karya
dengan proses padat modal dan standarisasi pengerjaan tugas-tugas rutin.
4) Tingkat efisiensi yang tinggi diperlukan untuk menutup biaya peralatan-
peralatan khusus melalui produksi dalam volume yang relatif besar.
Contoh : Produksi mie instant, surat kabar, dll.
Tipe produksi Operasi-operasi aliran garis, yaitu :
1) Produksi Massa (mass production)
Ciri-cirinya :
 Memproduksi kumpulan-kumpulan produk dalam jumlah besar
 Proses mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan kumpulan produk
sebelumnya, sehingga proses ini sering disebut sebagai repetitive process.
Contoh : Operasi lini perakitan

2) Produksi Terus-menerus (continuous production)


Ciri-Ciri Produksi Terus-menerus yaitu Produksi yang ditandai dengan waktu
produksi yang relatif lama untuk menghindari penyetelan-penyetelan, persiapan-
persiapan lain dan kemacetan-kemacetan yang mahal.
Pola aliran garis ini ditunjukkan pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Pola Aliran Garis

Sumber : Bunawan,

b. Aliran Intermiten
Aliran intermiten (Job Shop) mempunyai ciri produksi dalam kumpulan-
kumpulan atau kelompok-kelompok barang yang sejenis pada interval-interval
waktu yang terputus-putus. Peralatan dan tenaga kerja diatur dalam pusat-pusat
kerja menurut tipe-tipe keterampilan atau peralatan yan serupa.Suatu produk atau
pekerjaan akan mengalir baku sampai dengan menjadi produk akhir tidak
mempunyai pola yang pasti, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2.
Pola aliran intermiten sangat fleksibel dalam perubahan volume atau
produk, karena operasinya menggunakan peralatan serba guna dan tenaga kerja
berketerampilan tinggi. Fleksibilitas ini menimbulkan berbagai masalah dalam
pengendalian persediaan, skedul dan kualitas, di samping juga agak tidak efisie
Gambar 2.2. Pola Aliran Intermiten
Pola ini dapat diterapkan dalam produksi barang-barang yang tidak
distandarisasi atau volume produksinya rendah, karena pola ini adalah paling
ekonomis dan melibatkan risiko paling kecil.
Contoh : Produksi furniture dan kerajinan lainnya

c. Aliran Proyek
Ciri aliran ini digunakan unuk memproduksi produk-produk khusus atau
unik. Biasanya setiap unit produk dibuat sebagai suatu barang tunggal. Masalah
signifikan dalam manajemen proyek adalah perencanaan, pengurutan, scheduling
dan pengawasan kegiatan-kegiatan individual yang mengarahkan penyelesaiaan
proyek secara keseluruhan. Bentuk operasi proyek digunakan bila ada kebutuhan
akan kreatifitas dan kekhususan dalam pembuatan suatu proses. Secara konseptual
urutan kegiatan proyek ditunjukkan dalam gambar.
Contoh dari aliran proyek ini antara lain adalah : Pesawat, kapal, kereta api,
jembatan, gedung dll

Gambar 2.3. Pola Aliran Proyek


Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Proses
2.1.2.2 Klasifikasi proses produksi berdasarkan tipe langganan dibagi dua, yaitu :
a. Proses Produksi untuk Pesanan.
Ciri Proses ini pada dasarnya memproduksi barang-barang dan jasa-jasa atas
dasar permintaan atau pesanan tertentu langganan akan suatu produk. Dalam
proses produksi untuk pesanan, kegiatan pemrosesan menyesuaikan dengan
spesifikasi pesanan langganan secara individual.Faktor terpenting dalam
pelaksanaan proses produksi untuk pesanan adalah waktu penyelesaian. Sebelum
pesanan dilakukan, harus dilakukan kesepakatan waktu penyelesaian terlebih
dahulu.
b. Proses Produksi untuk Persediaan
Ciri Proses ini menetapkan bahwa perusahaan selalu melakukan kegiatan
produksi guna mengisi persediaan yang ada. Permintaan langganan dipenuhi
dengan produk-produk standar dari persediaan. Persediaan digunakan untuk
memenuhi permintaan yang tidak pasti dan merencanakan kebutuhan kapasitas.
Oleh karena itu, forecasting, manajemen persediaan, dan perencanaan kapasitas
menjadi esensial bagi suatu operasi produksi untuk persediaan.
Faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah tindakan penggunaan
aktiva produksi (persediaan dan kapasitas) dan pelayanan langganan, yang
mencakup perputaran persediaan, pemanfaatan kapasitas, penggunaan kerja
lembur, dan persentase permintaan dapat dipenuhi dari persediaan.

Tabel 2.2 Produksi Pesanan VS Produksi Persediaan

Karakteristik Membuat untuk Membuat atas


persediaan pesanan
Produk Ditentukan produsen Ditentukan pemesan
Variasi rendah Variasi tinggi
Murah Mahal
Sasaran Keseimbangan Pengaturan waktu
persediaan, kapasitas penyerahan dan
dan pelayanan kapasitas
Masalah utama operasi Peramalan Janji penyerahan
Perencanaan produksi Waktu penyerahan
Pengendalian
persediaan
Tabel 2.3 Matrik Karakteristik Proses

Produksi Persedian Produksi Pesanan

Aliran Garis I II

Penggilingan tepung Perusahaan telepon.


pabrik makanan
dalam kaleng Perusahaan listrik

Aliran Intermiten III IV

Produksi perabot Bengkel mesin.


rumah tangga
Restauran

Rumah sakit

Proyek V VI

Perusahaan spekulasi. Produksi kapal.


Lukisan komersial
Bangunan.

2.1.3 Keputusan Seleksi Proses


Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan
seleksi proses secara ringkas dapat diperinci sebagai berikut :

a. Kebutuhan modal

Berapa banyak modal yang dibutuhkan untuk persediaan, mesin-mesin,


peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Untuk proses aliran garis biasanya
memerlukan modal yang lebih besar daripada aliran intermiten dan proyek.

b. Kondisi pasar

Apa kebutuhan dan keinginan para pelanggan? Apakah perkiraan volume


penjualan pada harga yang direncanakan dapat menghasilkan laba yang
diinginkan? Apakah kondisi persaingan sekarang dan diwaktu yang akan datang
menguntungkan?

c. Tenaga kerja

Apakah suplay tenaga kerja mencukupi sesuai dengan kebutuhan suatu jenis
proses pada biaya wajar? Bagaimana prospek tersedianya tenaga kerja diwaktu
yang akan datang?
d. Bahan baku

Apakah bahan baku tersedia dalam jumlah yang memadai? Apakah ada
perubahan-perubahan bahan baku dalam proses produksi?

e. Teknologi

Perusahaan harus mempertimbangkan kamajuan teknologi baik untuk proses


maupun produk. Apakah teknologi produk dan proses cukup stabil untuk
mendukung proses selama periode waktu tertentu?

f. Keterampilan manajemen

Dapatkah perusahaan menguasai dan memelihara tipe keterampilan-


keterampilan manajemen yang dibutuhkan?

Sebagai contoh : untuk proses intermiten, perusahaan mungkin akan


memerlukan keterampilan manajemen operasi dalam forecasting, scheduling
dan pengendalian persediaan.
Contoh Soal :
Dibawah ini kasus produksi sekrup yang dapat dilakukan dengan salah satu dari
tiga jenis mesin yang ada. Biaya-biaya ketiga mesin tersebut adalah sebagai berikut:

Mesin A Mesin B Mesin C

(Rp) (Rp) (Rp)

Biaya Tetap 10.000 30.000 60.000


Biaya Variabel
300 200 100
(per unit)

Dengan data tersebut kita diminta untuk menentukan alternatif proses


produksi yang seharusnya digunakan perusahaan untuk volume produksi di bawah
400 unit. Pertama, kita mengubah data menjadi bentuk persamaan biaya ( X =
volume produksi ) :
TCA = 10.000 + 300 X
TCB = 30.000 + 200 X
TCc = 60.000 + 100 X

Pada volume produksi sebesar 400 unit :


TCA = 10.000 + 300 (400) = 130.000
TCB = 30.000 + 200 (400) = 110.000
TCc = 60.000 + 100 (400) = 100.000

Berdasarkan perhitungan “break-points” mesin dapat disumpulkan bahwa :


1. Untuk volume produksi dibawah di bawah 200 unit, proses produksi yang dipilih
adalah dengan mesin A.
2. Untuk volume produksi antara 200 sampai dengan 300 unit, produksi dengan
mesin B yang sebaiknya digunakan.
3. Untuk volume produksi di atas 300 unit,proses produksi yang sebaiknya dipilih
adalah dengan mesin C
2.1.4 Strategi Proses
Empat Strategi Proses terbagi menjadi empat sebagai berikut :
a. Fokus pada Proses
Tujuh puluh lima persen dari semua produksi global berdedikasi untuk
membuat produk yang bervolume rendah, tetapi bervariasi tinggi, pada tempat
yang disebut dengan “job shop”.Fasilitas seperti itu diatur sesuai dengan aktivitas
atau proses tertentu Contoh perusahaan yang menggunakan strategi fokus pada
proses :
1) Dalam sebuah pabrik, proses yang ada mungkin berupa departemen yang
menangani pengelasan, penghalusan, dan pengecatan.
2) Dalam sebuah kantor, proses yang ada dapat berupa penanganan utang,
penjualan, dan pembayaran.
3) Dalam sebuah restoran proses tersebut, mungkin berupa bar, panggangan, dan
pembuat roti.
b. Fokus Berulang
Proses berulang berada di antara strategi yang terfokus pada produk dan
proses. Proses berulang menggunakan modul. Modul adalah bagian atau
komponen yang telah dipersiapkan sebelumnya, yang sering berada dalam proses
yang kontinu. Lini proses berulang (repetitive process) sama dengan lini perakitan
klasik. Lini yang secara luas digunakan di dalam hampir seluruh perakitan mobil
dan peralatan rumah tangga, lebih terstruktur dan karenanya menjadi lebih tidak
fleksibel dibandingkan adanya customizing yang lebih dibandingkan suatu proses
kontinu, modul (sebagai contoh : daging, keju, saus, buah tomat, bawang dirakit
untuk mendapatkan suatu quasi-custom produk,yaitu roti lapis keju). Dengan cara
ini, perusahaan memperoleh keunggulan ekonomis dari model yang kontinu (di
mana banyak modul disiapkan) dan keunggulan umum model, yaitu volume
rendah, dengan banyak variasi

c. Fokus pada produk


Proses yang memiliki volume tinggi dan variasi yang rendah adalah proses
fokus pada produk (product-focused).Fasilitas diatur di sekeliling produk. Proses
ini disebut juga dengan proses kontinu, sebab mempunyai lintasan produksi yang
sangat panjang, dan kontinu.Produk seperti kaca, kertas, lembaran timah, bohlam
lampu, bir, dan baut dibuat melalui suatu proses yang kontinu.Beberapa produk,
seperti bohlam lampu, dibuat dalam proses yang diskrit; yang lain, seperti
gulungan kertas, adalah non-diskrit.
Perusahaan dapat mendirikan fasilitas yang terfokus pada produk hanya
dengan standardisasi dan pengendalian kualitas yang efektif.Sebuah organisasi
yang memproduksi bola lampu yang sama, atau roti hot dog setiap hari dapat
mengatur fasilitas di sekitar produk.Sebuah organisasi memiliki kemampuan yang
tidak bisa dipisahkan untuk menetapkan standar dan menjaga kualitas tertentu,
yang berbanding terbalik dengan organisasi yang memproduksi produk unik tiap
hari, seperti percetakan atau rumah sakit umum.
d. Fokus Mass Customization
Para manajer operasi telah memproduksi jasa dan barang pilihan ini melalui
apa yang dikenal sebagai mass customization. Tetapi mass customization bukan
hanya tentang variasi produk, tetapi bagaimana secara ekonomis mengetahui
dengan apa yang diinginkan pelanggan dan kapan pelanggan menginginkannya
Mass customization merupakan pembuatan produk dan jasa yang dapat memenuhi
keinginan pelanggan yang semakin unik, secara cepat dan murah.
Mass customization memberikan kita variasi produk yang biasanya
disediakan oleh manufaktur yang bervolume rendah (terfokus pada proses) dengan
biaya seperti manufaktur yang bervolume tinggi dan terstandardisasi (terfokus
pada produk).Bagaimanapun, untuk mencapai mass customization merupakan
suatu tantangan yang membutuhkan peningkatan kemampuan operasional. Kaitan
antara logistik, produksi dan penjualan semakin erat. Para manajer operasi harus
menggunakan sumber daya organisasi yang imajinatif dan agresif untuk
membentuk proses yang gesit, yang memproduksi produk tertentu dengan cepat
dan murah.

2.2 Rancangan operasi jasa

2.2.1 Mendifinisikan Jasa


Sebagian besar definisi mengenai jasa menekankan sifat jasa yang tidak dapat
diraba. Dikatakan bahwa jasa adalah sesuatu yang diproduksi dan dikonsumsi
secara bersamaan. Jadi, jasa tidak pernah ada hanya hasilnya dapat diamati sesudah
jasa itu dilakukan.
Perancangan produk dan perancangan jasa tidak mempunyai perbedaan
secara mendasar, hanya dalam suatu organisasi jasa, pelayanan yang diberikan
merupakan “produk”-nya.
Faktor-faktor keputusan yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perancangan
Jasa Organisasi-organisasi jasa harus memutuskan beberapa faktor kunci
pelayanannya, yang secara ringkas dapat diperinci sebagai berikut :
a. Lini pelayanan yang ditawarkan.
Organisasi jasa harus memutuskan seberapa luas lini pelayanan yang akan
ditawarkan. Sebagai contoh, perusahaan asuransi harus memutuskan apakah
akan menawarkan asuransi kehidupan atau kekayaan, atau keduanya.
b. Ketersediaan pelayanan
Perusahaan harus menentukan lokasi fasilitas-fasilitas untuk memberikan
pelayanan yang baik, apakah satu lokasi terpusat atau tersebar di berbagai
daerah.
c. Tingkat pelayanan.
Organisasi harus menyeimbangkan antara tingkat pelayanan yang diberikan
kepada para langganannya dengan kebutuhan untuk beroperasi secara ekonomik
pada saaat yang sama.
d. Garis tunggu dan kapasitas pelayanan.
Salah satu pertimbangan yang paling penting disain jasa adalah keputusan-
keputusan yang menyangkut antara biaya waktu yang dikeluarkan konsumen
untuk menunggu dan dilayani dengan biaya penyediaan kapasitas pelayanan
yang lebih besar untuk mengurangi waktu menunggu.

2.2.2 Kerangka rancangan jasa


Adanya empat unsur yang perlu diperhatikan dalam memproduksi jasa.
Unsur-unsur itu adalah :
1. Pelanggan
2. Strategi
3. Manusia
4. Sistem

Pelanggan tentu berada dipusat dari segitiga jasa, karena jasa harus selalu
berpusat kepada pelanggan. Manusia adalah karyawan dari perusahaan jasa yang
bersangkutan. Strategi adalah pandangan atau filosofi yang dipakai untuk
mengarahkan segala aspek dari penyerahan jasa. Sistem adalah sistem fisik dan
prosedur yang dipakai.

Garis penghubung dari pelanggan ke strategi menunjukkan bahwa strategi


harus memperhatikan pelanggan terlebih dahulu dengan cara memenuhi kebutuhan
yang sebenarnya. Garis dari pelanggan ke sistem menunjukkan bahwa sistem
hendaknya dirancang dengan mengutamakan pelanggan. Garis dari pelanggan ke
manusia menunjukkan bahwa setiap orang hendaknya: bukan saja orang-orang di
bagian operasi yang menyerahkan jasa, tetapi seluruh orang dalam organisasi. Garis
dari manusia ke sistem menunjukkaan bahwa orang untuk menyerahkan jasa yang
baik bergantung pada sistem. Garis dari strategi ke sistem menunjukkan bahwa
sistem hendaknya mengikuti strategi secara logik. Garis dari strategi ke manusia
menunjukkan bahwa setiap orang dalam organisasi hendaknya memahami orang di
baris depan yang memberikan layanan jasa sering kali dipisahkan dari strategi.

2.2.3 Menetapkan strategi dan produk jasa


Strategi jasa menetapkan dalam bisnis apa anda bergerak. Strategi ini
memberikan pedoman untuk merancang produk, sistem penyerahan dan
pengukuran. Strategi jasa memberikan suatu pandangan tentang macam dan jenis
jasa apa yang akan disajikan oleh perusahaan.

2.2.4 Sistem penyerahan ke pelanggan


Sistem penyerahan jasa terdiri dari unsur-unsur fisik dan tenaga kerja yang
digunakan untuk memproduksi jasa tersebut. Biasanya kelima unsur berikut ini
dipertimbangkan sebagai bagian dari sistem penyerahan jasa :
a. Teknologi. Tingkat otomasi, peralatan, tingkat integrasi vertikal.
b. Aliran proses. Urutan kejadian yang digunakan untuk memproduksi jasa.
c. Jenis proses. Jumlah kontak yang terlibat, tingkat pelayanan dan integrasi.
d. Lokasi dan ukuran. Tempat dimana proses jasa dialokasikan, ukuran dari
masing-masing tempat.
e. Tenaga kerja. Ketrampilan, jenis organisasi, sistem imbalan, tingkat partisipasi.
2.2.5 Analisis aliran proses
Sebagian besar proses untuk jasa atau manufaktur, dapat diperbaiki dengan
membuat diagram alurnya. Ide dasarnya adalah menentukan setiap langkah proses
dan menggambarkan diagram alur dari seluruh tahap dan hubungannya. Sebagai
hasil dari diagram ini, proses dapat dianalisis untuk meningkatkan efisiensi dan
pelayanan pelanggan.
Contoh untuk jasa penyewaan mobil

2.2 Perancanaan & Pengukuran Sistem Kerja


2.2.1 Perancangan Sistem Kerja
Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksinya
dapat ditinjau dari beberapa hal seperti besarnya keuntungan yang diperoleh dari
hasil produksi, jumlah produksi yang stabil atau semakin meningkat yang
menyatakan kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan, maupun kinerja
yang optimal dari para pekerja yang menandakan kepuasan karena adanya proses
timbal balik yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan pekerja.Untuk
mencapai keberhasilan tersebut, hal penting yang harus diperhatikan adalah sistem
kerja dari perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu perancangan kerja yang
dapat mendukung keefektifan dan keefisienan dalam pelaksanaan proses kerja,
sehingga dapat dicapai hasil yang optimal dan berkesinambungan,

Salah satu sasaran penting dalam perancangan sistem kerja adalah layout kerja.
Dari perancangan layout kerja, dapat dianalisis beberapa aspek kerja seperti tata
letak workstation yang dirancang dengan mempertimbangkan hubungan antara
operator dengan proses kerja yang dilakukannya (operasi, pemeriksaan,
tansportasi,dll). Misalnya dengan memperhatikan jarak jangkau operator maupun
kenyamanan dan keamanannya saat melakukan kerja sehingga dapat mengurangi
kelelahan dan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Selain itu dengan
perancangan workstation, dapat diatur pemerataan beban kerja berdasarkan tingkat
kesulitannya (untuk menjaga kestabilan kerja operator dan meminimalisir delay),
atau untuk mengatur waktu proses produksi yang lebih singkat sehingga dapat
mengoptimalkan jumlah produk yang dihasilkan.Oleh karena itu, perancangan
sistem kerja merupakan bagian yang sangat penting dan harus diperhatikan untuk
mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.
Dalam perancangan sistem kerja, sangat sulit untuk mendapatkan suatu sistem
kerja yang sempurna, tetapi kita dapat mencari system kerja yang lebih baik serta
terbaik dari sistem kerja yang ada dengan melakukan penganalisaan terhadap
masalah-masalah yang mungkin muncul, untuk kemudian mencari solusi terbaik
dalam perbaikan suatu sistem kerja.Untuk menganalisa sistem kerja.Komponen
pembentuk sistem kerja antara lain :
a. Manusia
b. Bahan
c. Mesin
d. Lingkungan Kerja
e. Ergonomi
Dalam melakukan analisa terhadap suatu rancangan kerja,diterapkan prinsip-
prinsip study waktu dan gerakan (“Time and Motion Study” ). Tujuan dari
penerapan prinsip-prinsip study waktu dan gerakan ini adalah untuk menghilangkan
waktu menunggu, melakukan minimasi terhadap waktu proses dan inspeksi, dengan
memperhatikan efektivitas proses yang terjadi.
2.3.2 Pengukuran Kerja
Pengukuran Kerja (Work Measurement) adalah tindakan pengukuran yang
dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu
perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik
yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan
titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.

Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam


perusahaan dapat efisien atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk
membuat suatu produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu
yang harus digunakan untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja
normal disebut standar pekerja (labor standards).

2.3.3 Metode
Manajer operasional dapat menetapkan standar pekerja yang benar yaitu
secara tepat dapat menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang karyawan
untuk melaksanakan aktivitas tertentu dalam kondisi kerja normal. Penetapan
standar pekerja dapat menggunakan empat cara yaitu :
a. Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa
lalu yaitu berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Cara ini memiliki kelebihan karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar
seperti ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu pekerja atau dari data
produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak obyektif dan tidak dapat diketahui
keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah kejadian
yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu penggunaan
teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.

b. Studi Waktu (Time Study)


Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan,
dimana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa
prosedur yang digunakan untuk mengukur human time untuk beberapa konsep dari
sebuah level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994).
Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan
teknik dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang
telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan
faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa
studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar
yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan
menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan,
pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik
mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi analisis waktu harus
dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian
menggunakan teknik tersebut secara benar.
Standar waktu digunakan untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan yang
dibutuhkan; untuk membantu dalam pengembangan metode kerja yang efektif;
untuk mengatur pekerja dalam melakukan pekerjaannya; untuk membantu dalam
membandingkan performansi kerja dari suatu rencana yang sudah ditetapkan
dengan beban kerja dan sumberdaya yang digunakan; dan untuk melaksanakan
pengukuran produktivitas secara total . Aktivitas pengukuran waktu kerja
diperkenalkan pertama kali untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini
maka sistem pengaturan upah atau insentif akan dapat dibuat berdasarkan “a fair
day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka
estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat
dibuat secara lebih akurat.
c. Standar Waktu Yang Telah Ditentukan (Predetermined Time Study)
Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang
waktunya telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya dengan
menjumlahkan faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini
membutuhkan biaya yang besar. Metode yang paling umum adalah metode
pengukuran waktu (MTM = Methods Time Measurement). Standar waktu yang
telah ditetapkan merupakan perkembangan dari gerakan dasar yang disebut sebagai
Therblig yang ditemukan oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktifitas seperti
memilih, mengambil, mengarahkan, merakit, menjangkau, memegang, beristirahat,
meneliti.
Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan studi waktu yaitu :
 Standar waktu dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini tidak
mengganggu aktifitas sesungguhnya,
 Karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar dilakukanmaka
dapat digunakan untuk membuat rencana,
 Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan,
 Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar untuk
menetapkan standar,
 Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang
melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama.

d. Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)


Metode ini dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada tahun 1930.
Pengambilan sampel kerja memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan oleh
seorang pekerja pada beragam pekerjaan. Hasilnya digunakan untuk menentukan
bagaimana karyawan mengalokasikan waktu mereka di antara aktivitas yang
beragam. Hal ini akan mendorong adanya perubahan karyawan, penugasan ulang,
perkiraan biaya aktivitas dan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja.
Apabila pengambilan sampel ini untuk menetapkan kelonggaran keterlambatan,
maka sering disebut penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study). Prosedur
dalam metode ini ada lima langkah sebagai berikut :
 Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai parameter
seperti persentase waktu sibuk seorang pekerja,
 Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan,
 Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka acak digunakan
untuk menapatkan pengamatan yang benar-benar acak,
 Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja,
 Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka biasanya dalam
persentase.

Fokus pada pengambilan sampel kerja adalah untuk menentukan bagaimana


para pekerja mengalokasikan waktu mereka di antara beragam aktivitas yang
dilakukannya. Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan persentase waktu yang
dihabiskan oleh seorang pekerja pada aktifitas yang ada pada sejumlah waktu
tertentu. Seorang analis hanya mencatat aktivitas yang dilakukan secara acak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Bunawan, Pengantar Manajemen Operasi : Seri Diktat Kuliah, Gunadarma,


Jakarta, Edisi Terbaru.
2. Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Grasindo,
Jakarta, atau Edisi terbaru
3. T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE,
Yogyakarta, Edisi terbaru
4. Sofyan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, LP FEUI, Jakarta, Edisi
terbaru
5. Pangestu Subagyo, Manajemen Operasi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Terbaru

Sumber Lain :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran_Kerja_Manajemen_Operasi

Anda mungkin juga menyukai