Anda di halaman 1dari 3

2.

Daerah subkortiko-diensefalik
3. Daerah mesensefalik
4. Daerah premiensefalik
5. Daerah miensefalik
Bila glukosa diberikan sebelum fase miensefalik berlangsung tidak lebih
dari 15 menit, maka semua manifestasi klinis masih dapat dikembalikan.
Untuk kebutuhan energi, otak hanya bergantung pada glukosa, sedangkan
sel-sel saraf hampir tidak mempunyai simpanan glikogen, maka fungsi otak dari
menit ke menit bergantung pada glukosa yang dapat diekstraksi dari sirkulasi
darah otak. Untuk transfer glukosa dari darah ke sel saraf ini tidakdibutuhkan
insulin.
Diperkirakan bahwa sistem saraf pusat membutuhkan 100 mg glukosa per
menit. Jumlah ialah 6 gram per jam atau 144 gram per hari. Jumlah terakhir ini
melebihi jumlah semua glikogen yang disimpan didalam hatipada suatu saat.
Dalam keadaan puasa, simpanan glikogen hati dipertahankan denagn
glukoneogenesis yang berasal dari asam amino, protein, dan dari zat-zat yang
tidak teroksidasikan dengan sempurna misalnya asam laktak. Glukoneogenesis
yang normal bergantung pada fungsi-fungsi yang normal dari kelenjar hipofisis
anterior, adrenal dan hepar.
Kadar glukosa darah yang mengakibatkan timbulnya gejala reaksi
hipoglikemik bervariasi, dan berat ringannya reaksi tidak selalu paralel dengan
derajat hipoglikemik. Orang dewasa akan mengalami gejala gangguan lebih dulu
daripada anak-anak. Orang dengan kadar glukosa darah 40 mg per 100 ml dapat
menimbulkan rasa gelisah yang jelas, sedangkan pada anak-anak masih dapat
berada dalam keadaan normal walaupun dengan kadar glukosa darah yang lebih
rendah.
Pada orang dewasa maupun anak-anak penurunan kadar glukosa darah yang
cepat biasanya menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat. Manifestasi reaksi
hipoglikemik bergantung pada :
1. Sifat zat atau rangsangan yang bertanggung jawab untuk menurunkan
kadar glukosa darah
2. Kecepatan terjadinya hipoglikemia
3. Integritas struktural dan fungsional sususnan saraf pusat
4. Kompetisi dari beberapa mekanisme kontraregulasi yang secara normal
menstabilisasi glukosa darah

ETIOLOGI
Dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Hipoglikemi sebagai komponen patofisiologi diabetes mellitus
a. Hipoglikemi pada diabetes melitus
Hipoglikemia simtomatik yang terjadi 3-5 jam setelah makan dapat
merupakan manifestasi klinis yang paling dini dari status diabetes akibat
abnormalitas pelepasan insulin oleh pankreas. Pada penderita ini kadar
glukosa darah puasa biasanya normal atau sedikit tinggi. Tetapi pada uji
toleransi glukosa, maka kadar glukosa darah pada ½, 1, 2 jam selalu diatas
normal. Tapi pada jam ke-3, ke-4, atau ke-5 akan terjadi penurunan
glukosa darah dibawah normal dan penderita dapat mengalami gejala-
gejala yang khas.
Pada pemeriksaan uji toleransi glukosa, hal ini umumnya jarang terlihat
karena jarang dikerjakan uji toleransi glukosa tambahan setelah jam ke-3,
karna hipoglikemia jarang terjadi pada keadaan istirahat.
Terjadinya hipoglikemia pada keadaan tersebut disebabkan karena
penderita tersebut setelah ingestion glukosa, maka kenaikan insulin
maksimal tercapai 2 atau 3 jam setelah ingestion glukosa, sedangkan pada
saat itu persediaan glukosa usus sudah tidak dapat mengimbangi efek
insulinnya. Selain itu penurunani insulin sampai kadar semula,
berlangsung lebih perlahan daripada orang normal. Beberapa hormon
gastrointestinal, growth hormon, glukagon dan resistensi perifer terhadap
insulin dikatakan berperan dalam fenomena diabetes dini.
b. Hipoglikemia pascagastrektomi dan diabetes melitus
Pada penderita yang menjalani gastrektomi partial/total,
gastroenterostomia atau piloroplasti sering mengalami hipoglikemia
simtomatis postprandial yang disebabkan karena insulinisme. Pada
penderita tersebut sering diikuti glukosuria dan penderita di diagnosis
diabetes. Sedangkan banyak diantara penderita tersebut sama sekali tidak
menderita diabetes seperti ditentukan oleh kriteria baku. Oleh karena itu
jangan terlalu gegabah membuat diagnosis diabetes melitus hanya
berdasarkan pemeriksaan reduksi urin.
c. Keadaan hipoglikemik lain sebagai akibat diabetes melitus
Bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetes sering menderita hipoglikemia
yang cukup berat. Hipoglikemia simtomatik juga dapat terjadi pada bayi
yang ibunya mendapat pengobatan sulfonilurea untuk diabetes gestasional.
2. Hipoglikemia sebagai akibat pengobatan diabetes melitus
Sejak tahun 1992, hipoglikemia sering dijumpai dan sampai sekarang menjadi
efek samping yang utama dari pengobatan insulin.
Terapi Insulin
Reaksi hipoglikemik setelah penyuntikan regular insulin timbul 2-6 jam
setelah penyuntikan, sedangkan setelah penggunaan insulin masa kerja jangka
panjang (protamin zinc insulin) timbul 12-24 jam setelah penyuntikan. Makin
cepat penurunan glukosa darah, makin jelas gejala yang timbul. Insulin juga
harus dikurangi bila pada seseorang penderita diabetes hamil setelah
melahirkan plasenta harus dipikirkan, sebab berbagai hormon plasenta
mempunyai efek antagonis terhadap insulin.
Pada banyak keadaan, diabetes melitus akan mengalami perbaikan dengan
timbulnya kelainan ginjal yang luas. Perbaikan penyakit ini mepunyai korelasi
dengan derajat kerusakan ginjal karena :

Anda mungkin juga menyukai