Anda di halaman 1dari 6

Studi Batas Wilayah Menggunakan Metode Kartometrik ............................................................................................. (Hafidzah et al.

STUDI BATAS WILAYAH MENGGUNAKAN METODE KARTOMETRIK


Studi Kasus: Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya
(Study of Delimitation Boundaries using Cartometry Method)
1 2
Renita Purwanti dan Yanto Budisusanto
1
Badan Informasi Geospasial
2
Teknik Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911, Indonesia
E-mail: Renita.purwanti10@gmail.com

Diterima (received): 30 Juni 2015; Direvisi(revised): 07 Juli 2015; Disetujui dipublikasikan (accepted): 28 Juli 2015

ABSTRAK

Permasalahan garis batas wilayah administrasi baik di lingkup antar kecamatan atau antar kabupaten/kota dapat
menjadi potensi konflik di masa yang akan datang bila tidak segera diselesaikan. Daerah-daerah perbatasan yang
mempunyai sumber daya alam yang besar diperkirakan akan menjadi sumber sengketa antar kabupaten/kota dan antar
provinsi. Batas wilayah memiliki peranan penting sebagai pemisah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan.
Ketidakjelasan batas suatu daerah akan menghambat proses pembangunan di daerah tersebut. Berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 27 tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa, proses penetapan
segmen garis batas desa/kelurahan dapat dilakukan dengan menggunakan metode kartometrik. Metode kartometrik adalah
penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan
wilayah dengan menggunakan peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap. Selain itu, solusi untuk percepatan
penetapan batas wilayah adalah delineasi batas kecamatan, desa/kelurahan melalui metode pemetaan partisipatif dengan
melibatkan perangkat pemerintahan dan masyarakat diatas peta kerja. Penelitian ini menggunakan citra resolusi tinggi dan
batas kelurahan dari RBI keluaran Bakosurtanal sebagai batas indikatif, kemudian membandingkan batas indikatif tersebut
dengan batas hasil verifikasi. Penelitian ini menghasilkan kajian awal penegasan batas kelurahan melalui proses
perbandingan antara data peta RBI dengan hasil verifikasi yang disajikan dalam peta citra.
Kata kunci: batas wilayah, metode kartometrik, pemetaan partisipatif

ABSTRACT

Boundary problems between regions both in the scope of the district or inter-district/city can be a potential conflict in
the future if not resolved immediately. Border areas which usually has natural resources are expected to be a source of
dispute between districts/cities and even possibly between provinces. Land boundaries have important role as an arbiter in
the government administration. The indefiniable line boundaries may lead a conflict and will hold up the development
process in that area. Regulation of Minister of Home Affairs (Permendagri) Number 27/2006 as a technical guideline to
resolve administrative regional boundary, states that delimitation boundaries can be done using Cartometry Method.
Furthermore, participatory mapping can be used as other solutions to solve the boundaries conflict fastly by involving the
government apparatus. This research also use high resolution imagery and land boundaries that already exist in RBI as
indicative boundary then compared with the verification boundaries. The result of this research is an early study of
delimitation boundary using cartometry and participatory mapping methods which shown in imagery map.
Keywords: land boundaries, cartometry method, participatory mapping

PENDAHULUAN Otonom Baru, perebutan sumber daya alam terkait


dengan pendapatan asli daerah dan kurangnya
Batas daerah adalah pemisah wilayah pemahaman terhadap garis batas pada peta dasar
penyelenggaraan kewenangan suatu daerah yang ada. Oleh karena itu, penegasan batas daerah
dengan daerah lain dan bukan merupakan alokasi sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik
teritorial sehingga tidak menentukan kedaulatan batas daerah yang dapat menimbulkan kerugian
(Kementerian Dalam Negeri, 2011). Kesalahan dan materi atau non materi. Bila tidak segera
tidak akuratnya gambar garis batas wilayah di peta diselesaikan maka berpotensi menurunkan tingkat
berpotensi menimbulkan perselisihan posisional pelayanan kepada masyarakat.
antar daerah yang berbatasan (Adler, 1995). Untuk meminimalisir konflik terkait batas
Konflik permasalahan batas yang terjadi wilyah sekaligus melakukan percepatan
biasanya bersumber pada pemberian izin kegiatan, penyelesaian penetapan batas wilayah, diperlukan
pembagian hasil pengelolaan kegiatan di suatu pembuatan peta batas daerah berdasarkan
wilayah, maupun akibat dari interaksi antara peraturan perundang-undangan yang berlaku.
masyarakat disekitar lokasi kegiatan ekonomi. Pembuatan peta terkait erat dengan ilmu Geodesi
Disamping itu permasalahan batas daerah muncul dan keruangan (spasial) yaitu dilakukan dengan
antara lain disebabkan oleh pemekaran Daerah

25
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 21 No. 1 Agustus 2015: 25-30

memanfaatkan metode survei sipat datar c. Data pendukung mengenai informasi


(levelling), survei gaya berat, survei GPS dan lain- kelurahan di Kecamatan Sukolilo.
lain (Abidin et al., 2002; 2004; 2007), namun d. Peta-peta pendukung dari kelurahan
memerlukan tenaga dan dana yang besar. terkait.
Permendagri No. 76 tahun 2012 tentang Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
Pedoman Penegasan Batas Daerah dimana adalah Personal Computer (PC)/Notebook, Microsoft
sebelumnya adalah Permendagri No. 1 tahun 2006, Office, ArcGIS 10.0, Global Mapper 12.0 dan
menerangkan proses penetapan segmen garis Autodesk Land Desktop 2004.
batas dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kartometrik. Metode kartometrik adalah Tahapan Penelitian
penelusuran atau penarikan garis batas pada peta
kerja ataupun peta dasar dan pengukuran atau Diagram Alir proses pengolahan data pada
penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 2. Berikut
wilayah dengan menggunakan peta dasar dan peta- merupakan penjelasan dari diagram alir tahap
peta lain sebagai pelengkap (Kementerian Dalam pengolahan data:
Negeri, 2012). a) Data Citra WorldView
Selain itu, proses penetapan batas wilayah Data yang digunakan dalam penelitian ini
juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode adalah citra resolusi tinggi, WorldView 2.0 dengan
pemetaan partisipatif, dimana proses pengambilan area Kota Surabaya yang berasal dari Pemerintah
data dan informasi di lapangan mengenai batas Daerah Kota Surabaya. Citra tersebut kemudian
daerah tersebut melibatkan partisipasi aktif dari dilakukan koreksi geometrik dengan menggunakan
masyarakat dan perangkat pemerintahan sebagai metodeimage to map melalui data titik kontrol Peta
perencana dan pemberi informasi sekaligus sebagai Rupabumi. Sampel yang digunakan untuk proses
pelaku pemetaan (Hidayat, 2005; Prayitno, 2012; rektifikasi adalah objek-objek yang tergambar pada
Restu Pande, 2014). Pembuatan peta batas wilayah Peta RBI seperti kelokan sungai, percabangan
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menghindari sungai dan lainnya. Koreksi geometrik ini
masalah konflik batas dan sebagai sarana menggunakan 6 titik GCP dan menghasilkan nilai
optimalisasi pembangunan di daerah tersebut. RMSE sebesar 0,0954851.

METODE b) Overlay Data dan Penyusunan Peta Kerja


Seluruh data yang sudah diolah seperti data
Lokasi penelitian ini terletak di tujuh Kelurahan citra WorldView yang sudah di cropping dan peta
yang tersebar di Kecamatan Sukolilo, Kota RBI yang sudah didigitasi serta di overlay–kan
Surabaya, yaitu Kelurahan Gebang Putih, Kelurahan untuk menghasilkan suatu peta kerja yang dapat
Keputih, Kelurahan Nginden Jangkungan, Kelurahan digunakan pada proses verifikasi garis batas
Menur Prumpungan, Kelurahan Klampis Ngasem, dengan perangkat pemerintah di kelurahan terkait.
Kelurahan Semolowaru dan Kelurahan Medokan
c) Delineasi Garis Batas Wilayah secara
Semampir.
Kartometrik
Penentuan batas wilayah secara kartometrik
adalah penelusuran garis batas wilayah dengan
menentukan posisi titik-titik koordinat dan
mengidentifikasi cakupan wilayah pada peta kerja
atau citra yang telah terkoreksi kemudian
ditambahkan dengan data data pendukung seperti
Peta PBB, Peta Desa dan dokumen batas yang
pernah dikerjakan sebelumnya.

d) Pembahasan Garis Batas Alternatif


Dari hasil pengolahan data tersebut dapat
dianalisis panjang segmen batas yang berbeda
antara segmen batas pada peta RBI dengan
(Sumber: Pemerintah Daerah Kota Surabaya) segmen batas hasil verifikasi yang dilakukan
Gambar 1. Lokasi Penelitian. dengan cara mencocokkan peta–peta yang dimiliki
oleh perangkat pemerintahan di kelurahan terkait.
Adapun data yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah: e) Hasil dan Penyajian Data
Hasil akhir dari penelitian ini adalah kajian
a. Peta RBI digital skala 1 : 25000 sheet awal penelusuran batas wilayah kelurahan di
1608-423. kecamatan Sukolilo dengan menggunakan metode
b. Citra WorldView Kota Surabaya. kartometrik.

26
Studi Batas Wilayah Menggunakan Metode Kartometrik ............................................................................................. (Hafidzah et al. )

Citra
Peta RBI digital
WorldView
lembar 1608-423
Kota Surabaya

Koreksi AOI Cropping


Geometrik
Tidak

Hasil Verifikasi

RMS Error ≤ 1 Piksel


Gambar 4. Citra Terkoreksi.

Ya c. Overlay Data
Setelah didapat dua data yang telah diolah
Citra Terkoreksi yaitu data citra WorldView yang telah terkoreksi
dan peta digital batas administrasi wilayah
Kecamatan Sukolilo, ke dua data tersebut di
tampalkan (overlay). Hasil dari proses ini adalah
Cropping Citra peta kerja yang digunakan untuk proses pelacakan
dan verifikasi garis batas administrasi secara
kartometrik, dapat dilihat pada Gambar 5.

Overlay Data

Peta Kerja Delineasi Batas Wilayah

Delineasi Batas Wilayah secara


Kartometrik

Peta Batas Wilayah Kelurahan di


Kecamatan Sukolilo
Gambar 5. Hasil Tumpang Susun Seluruh Data.
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian.
d. Peta Batas Wilayah
HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun kegiatan verifikasi batas Kecamatan
Sukolilo ini disajikan dalam bentuk peta seperti
a. Peta Digital RBI pada Gambar 6.
Peta digital batas administrasi wilayah
Kecamatan Sukolilo didapat dari hasil digitasi peta
RBI di daerah tersebut. Hasil dari digitasi RBI
ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 6. Peta Batas Wilayah.


Gambar 3. Peta Digital RBI Lembar 1608-423.
Analisis
b. Citra Terkoreksi dan Cropping
Sedangkan hasil citra WorldView yang sudah Dari hasil di atas, dapat dilakukan analisis
terkoreksi dan telah dilakukan proses cropping sebagai berikut :
dapat dilihat pada Gambar 4.

27
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 21 No. 1 Agustus 2015: 25-30

a. Analisis Perbedaan segmen batas garis batas Kelurahan Keputih hasil verifikasi
kecamatan hasil verifikasi dengan batas dengan garis batas hasil digitasi pada peta
administrasi pada peta RBI RBI.
Batas wilayah yang diambil dari hasil digitasi
peta RBI tahun 1999 pada Kecamatan Sukolilo
ditunjukkan dengan garis berwarna merah
pada Gambar 6. Sementara batas hasil
verifikasi ke kelurahan di Kecamatan Sukolilo
ditujukan pada garis berwarna ungu.

Hasil
Verifikasi
Peta RBI Gambar 9. Perbedaan Segmen Batas di Kelurahan
Keputih.

3. Kelurahan Klampis Ngasem


Segmen garis batas Kelurahan Klampis
Ngasem pada Peta RBI ditunjukkan dengan
garis berwarna merah. Sementara segmen
garis batas kelurahan Klampis Ngasem hasil
Gambar 7. Perbedaan Segmen Batas. verifikasi adalah garis berwarna kuning. Pada
segmen garis batas ini tidak terdapat terlalu
Berdasarkan perbandingan antara batas banyak perbedaan.
kelurahan pada peta RBI dengan batas hasil
verifikasi terdapat jelas beberapa perbedaan
segmen garis batas. Pada Gambar 7 setiap garis
batas hasil verifikasi perkelurahan dibuat dengan
layer warna yang berbeda sementara garis batas
peta RBI berwarna merah. Berikut diantaranya
perbedaan garis batas di tiap kelurahan:
1. Segmen Batas Kelurahan Gebang Putih
Segmen Garis Batas Kelurahan Gebang Putih
pada Peta RBI ditunjukkan dengan garis
berwarna merah. Sementara segmen garis
batas kelurahan gebang putih hasil verifikasi
adalah garis berwarna ungu. Berdasarkan hasil Gambar 10. Perbedaan Segmen Batas di Kelurahan
verifikasi, Kelurahan Gebang Putih terdiri dari Klampis Ngasem.
dua daerah.
4. Kelurahan Menur Prumpungan
Segmen garis batas Kelurahan Menur
Prumpungan pada Peta RBI ditunjukkan
dengan garis berwarna merah. Sementara
segmen garis batas Kelurahan Menur
Prumpungan hasil verifikasi adalah garis
berwarna merah muda. Pada segmen garis
batas ini terdapat perbedaan yang cukup
signifikan. Perbedaan batas yang terletak di
Kelurahan Menur Prumpungan ini hampir di
setiap segmennya berbeda.
Gambar 8. Perbedaan Segmen Batas di Kelurahan
Gebang Putih.

2. Kelurahan Keputih
Kelurahan Keputih merupakan Kelurahan yang
memiliki area paling luas di Kecamatan
Sukolilo. Segmen garis batas Kelurahan
Keputih pada Peta RBI ditunjukkan dengan
garis berwarna merah. Sementara segmen
garis batas Kelurahan Keputih hasil verifikasi
adalah garis berwarna biru. Jika diperhatikan, Gambar 11. Perbedaan Segmen Batas di Kelurahan
terdapat cukup banyak perbedaan segmen Menur Prumpungan.

28
Studi Batas Wilayah Menggunakan Metode Kartometrik ............................................................................................. (Hafidzah et al. )

5. Kelurahan Nginden Jangkungan bersama perangkat kelurahan terkait dengan


Segmen garis batas Kelurahan Nginden cara mencocokkan peta kerja dengan peta
Jangkungan pada Peta RBI ditunjukkan yang dimiliki oleh kelurahan tersebut seperti
dengan garis berwarna merah. Sementara peta PBB, sketsa wilayah kelurahan dan
segmen garis batas kelurahan Nginden informasi penting lainnya yang mendukung
Jangkungan hasil verifikasi adalah garis dalam penentuan batas wilayah.
berwarna hijau.

Gambar 14. Perbedaan Segmen Batas di Kelurahan


Medokan Semampir.

Adapun kendala yang dialami dalam


penentuan batas wilayah menggunakan metode
Gambar 12. Perbedaan Segmen Batas di Kelurahan kartometrik ini muncul ketika batas-batas wilayah
Nginden Jangkungan. kelurahan sulit diidentifikasi pada citra dan terdapat
ketidaksinkronan garis batas antar satu kelurahan
6. Kelurahan Semolowaru
dengan yang lainnya. Berikut ini beberapa batas
Segmen garis batas Kelurahan Semolowaru
yang masih belum jelas setelah proses verifikasi:
pada Peta RBI ditunjukkan dengan garis
1. Batas Kelurahan Gebang Putih dengan
berwarna merah. Sementara segmen garis
Kelurahan Klampis Ngasem
batas kelurahan Semolowaru hasil verifikasi
Garis batas kelurahan Gebang Putih adalah
adalah garis berwarna oranye. Pada segmen
garis batas berwarna ungu. Sementara garis
garis batas ini tidak terdapat perbedaan
batas berwarna kuning merupakan garis batas
signifikan antara hasil digitasi dengan hasil
Kelurahan Klampis Ngasem. Berdasarkan hasil
verifikasi.
verifikasi terdapat perbedaan garis batas
antara kedua kelurahan tersebut.

Versi Klampis
Ngasem
Versi Gebang Putih

Segmen yang
Berbeda
Gambar 13. Perbedaan Segmen Batas di Kelurahan
Semolowaru.
Gambar 15. Perbedaan Segmen Batas antara Kelurahan
7. Kelurahan Medokan Semampir Gebang Putih dengan Kelurahan Klampis
Segmen garis batas Kelurahan Medokan Ngasem.
Semampir pada Peta RBI ditunjukkan dengan
garis berwarna merah. Sementara segmen 2. Batas Kelurahan Keputih dan Kelurahan
garis batas kelurahan Medokan Semampir hasil Klampis Ngasem.
verifikasi adalah garis berwarna Biru tua. Garis batas Kelurahan Keputih adalah garis
batas berwarna biru. Sementara garis batas
b. Proses Pelacakan dan Verifikasi berwarna kuning merupakan garis batas
Verifikasi segmen batas di setiap kelurahan di Kelurahan Klampis Ngasem. Berdasarkan hasil
Kecamatan Sukolilo dilakukan dengan verifikasi terdapat perbedaan garis batas
menampilkan peta kerja baik dalam bentuk antara kedua kelurahan tersebut.
softcopy ataupun hardcopy. Proses verifikasi
garis batas wilayah kelurahan ini dilakukan

29
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 21 No. 1 Agustus 2015: 25-30

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada


Dosen Teknik Geomatika, Pemerintah Kota
Surabaya, Perangkat Kecamatan Sukolilo dan
Versi Klampis Ngasem
Perangkat Kelurahan di Kecamatan Sukolilo atas
kesediaannya untuk mengizinkan penulis
menggunakan data–data dalam penelitian ini dan
Versi Keputih atas kesediannya untuk berdiskusi serta
berpartisipasi dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Segmen yang Berbeda
Abidin, H. Z., Jones, A., & Kahar, J. (2002). Survei
Gambar 16. Perbedaan Segmen Batas antara Kelurahan
Dengan GPS, PT. Pradnya Pramita, Jakarta.
Keputih dengan Kelurahan Klampis
Abidin, I., Andreas, H., Gamal, M., & Surono, M. H.
Ngasem.
(2004). On the use of GPS Survey Method for
Studying Land Displacements on the Landslide
3. Batas Kelurahan Klampis Ngasem dan
Prone Areas. FIG Working Week Athens, Greece.
Kelurahan Menur Prumpungan Abidin, H. Z. (2007). Penentuan Posisi dengan GPS dan
Garis batas Kelurahan Menur Prumpungan Aplikasinya. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
adalah garis batas berwarna merah muda. Adler, R. K. (1995). Positioning and Mapping
Sementara garis batas berwarna kuning International Land Boundaries. Ibru.
merupakan garis batas Kelurahan Klampis Hidayat (2005). Seri Panduan Pemetaan Partisipatif No. 2
Ngasem. Berdasarkan hasil verifikasi terdapat - Mengenalkan Pemetaan Partisipatif,Garis
perbedaan garis batas antara kedua kelurahan Pergerakan, Bandung.
tersebut. Dalam hal ini, perbedaan terjadi Kementerian Dalam Negeri (2011). Rapat
Koordinasi Pra Grand Design Survei Dasar
karena ada daerah yang tidak masuk ke kedua
dan Sumber Daya Alam (Pemetaan Tematik
kelurahan yang saling berbatasan tersebut. Nasional) : slide Presentasi Direktorat
Wilayah Administrasi dan Perbatasan
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum
Kementrian Dalam Negeri.
Kementerian Dalam Negeri (2012a).Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 76 Tahun
2012 TentangPedoman Penegasan Batas Daerah.
Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri (2012b).Lampiran Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor:
76 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penegasan Batas
Daerah. Jakarta
Prayitno A.E., (2012). Studi Pembuatan Peta Batas
Versi Menur Versi Klampis Daerah Kabupaten Menggunakan Teknologi
Prumpungan Ngasem Penginderaan Jauh dengan Data Citra Landsat ETM
dan DEM SRTM. Tugas Akhir Jurusan Teknik
Geomatika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya. 64 hlm.
Segmen yang Berbeda Restu Pande, (2014). Penentuan Batas Wilayah dengan
Metode Kartometrik (Studi Kasus : Kecamatan
Gambar 17. Perbedaan Segmen Batas antara Kelurahan Gubeng dan Tambaksari). Tugas Akhir Jurusan
Menur Prumpungan dengan Kelurahan Teknik Geomatika. Institut Teknologi Sepuluh
Klampis Ngasem. Nopember. Surabaya. 52 hlm

KESIMPULAN

Pelacakan batas kelurahan dengan


menggunakan metode kartometrik cukup efektif
untuk digunakan. Ketersediaan citra satelit resolusi
tinggi efektif untuk digunakan pada proses
pelacakan dan delineasi batas kelurahan. Dengan
menggunakan metode kartometrik dan melibatkan
perangkat pemerintahan terkait dapat
meminimalisir terjadinya konflik batas wilayah.

30

Anda mungkin juga menyukai