Anda di halaman 1dari 19

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus Tipe 2

1. Definisi Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Melitus

dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit Diabetes

Melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang

banyak dengan kadar gula tinggi (Corwin, 2008:624). Lalu, (Smeltzer,

2013:211) mengemukakan bahwa diabetes melitus merupakan gangguan

metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah

(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin atau keduanya.

Keogh, dkk (2007:366) berpendapat bahwa Diabetes Melitus

terjadi ketika sel beta tidak dapat memproduksi insulin (Diabetes Mellitus

tipe 1) atau memproduksi insulin dalam jumlah yang tidak cukup

(Diabetes Melitus tipe 2). Akibatnya, glukosa tidak masuk ke dalam sel,

melainkan tetap di dalam darah.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolik pada seorang individu

yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Adapun

tipe dari Diabetes Melitus dijabarkan menjadi tiga kategori utama yaitu:

Diabetes Melitus Tipe 1, Diabetes Melitus tipe 2 dan Diabetes Gestasional.

Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada Diabetes Melitus tipe 2.

11
12

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi

akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit

menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap di

hasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe 2 dianggap

sebagai non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Corwin,

2001). Selain itu, terjadi efek sekresi insulin ketidakmampuan prankreas

untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan gula

plasma yang normal.

Penyebab penyakit Diabetes Melitus tipe 2 ini tampaknya berkaitan

dengan kegemukan. Selain itu, kecenderungan pengaruh genetik yang

menentukan kemungkinan individu mengidap penyakit ini cukup kuat.

(Corwin, 2008:627).

2. Etiologi Diabetes Mellitus tipe 2

Menurut Smeltzer & Bare (2002) Diabetes Melitus tipe 2

disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resisten insulin. Resisten insulin

adalah turunnyakemampuan insulin untuk merangsang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glikosa oleh

hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,

artinya terjadidefensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari

berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada

rangsangan glukosabersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti

sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.


13

3. Faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe 2

Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi Diabetes

Melitus tipe 2 (Smeltzer & Bare, 2002) adalah sebagai berikut.

a. Kelainan genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat

menghasilkan insulin dengan baik.

b. Usia

Umumnya penderita Diabetes Melitus tipe 2 mengalami

perubahan fisiologi yang secara drastis, Diabetes Melitus tipe 2 sering

muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka yang berat

badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

c. Gaya hidup stress

Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan

yang manis-manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak.

Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan

stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya bagj mereka yang beresiko

mengidap penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

d. Pola makan yang salah

Pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 terjadi obesitas (gemuk

berlebihan) yang dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin

(resistensi insulin). Obesitas bukan karena makanan yang manis atau

kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu


14

banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh

sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien Diabetes Melitus tipe 2 adalah

mereka yang tergolong gemuk.

4. Tanda-tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe 2

Keogh, dkk (2007:367) menjelaskan bahwa tanda-tanda dan gejala

Diabetes Melitus tipe 2 adalah sebagai berikut.

a. Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi

b. Haus meningkat (polydipsia) karena tubuh berusaha membuang

glukosa

c. Urinasi meningkat (polyuria) karena tubuh berusaha menbuang glukosa

d. Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa

e. Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di

dalamdarah menghalangi proses kesembuhan

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus Tipe 2

Seseorang yang menderita Diabetes Melitus tipe 2 biasanya

mengalami peningkatan frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar

(polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan

merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada

penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di

atas 30 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan

anak-anak dan remaja. Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena

dianggap sebagai keletihan akibat kerja, jika glukosa darah sudah tumpah
15

kesaluran urin dan urin tersebut tidak disiram, maka dikerubuti oleh semut

yang merupakan tanda adanya gula (Smeltzer & Bare, 2002).

6. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 bisa menimbulkan komplikasi. Komplikasi

menahun Diabetes Melitus merajalela ke mana-mana bagian tubuh. Selain

rambut rontok, telinga berdenging atau tuli, sering berganti kacamata

(dalam setahun beberapa kali ganti), katarak pada usia dini, dan terserang

glaucoma (tekanan bola mata meninggi, dan bisa berakhir dengan

kebutaan), kebutaan akibat retinopathy, melumpuhnya saraf mata terjadi

setelah 10-15 tahun. Terjadi serangan jantung koroner, payah ginjal

neuphropathy, saraf-saraf lumpuh, atau muncul gangrene pada tungkai

dan kaki, serta serangan stroke.

Pasien DM tipe 2 mempunyai risiko terjadinya penyakit jantung

koroner dan penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar, kematian

akibat penyakit jantung 16,5% dan kejadian komplikasi ini terus

meningkat. Kualitas pembuluh darah yang tidak baik ini pada penderita

diabetes mellitus diakibatkan 20 faktor diantaranya stress, stress dapat

merangsang hipotalamus dan hipofisis untuk peningkatan sekresi

hormonhormon kontra insulin seperti ketokelamin, ACTH, GH,

kortisol,dan lainlain. Akibatnya hal ini akan mempercepat terjadinya

komplikasi yang buruk bagi penderita diabetes mellitus (Nadesul, 2002).


16

7. Perubahan yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2

a. Perubahan Fisiologi

Setiap penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang mengalami

perubahan fisik terdiri dari sering buang air, merasa lapar,mersa haus,

berkeringat dingin, luka lama sembuh, gemetaran dan pusing, sehingga

menimbulkan ketakutan atau stress (Nadesul,2002).

b. Perubahan Psikologi

Hidup dengan Diabetes Melitus tipe 2 dapat memberikan beban

psikologi bagi penderita maupun anggota keluarganya. Respon

emosional negatif terhadap diagnosa bahwa seseorang mengidap

penyakit Diabetes Melitus tipe 2dapat berupa penolakan atau tidak

mau mengakui kenyataan, cemas, marah, merasa berdosa dan depresi

(Darmono, 2007)

Fokus utama pada penelitian ini adalah pembahasan mengenai

terkontrolnya gula darah pasien penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang

telah menjalani Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).

Adapun pasien yang diteliti yaitu pasien penderita Diabetes Melitus

tipe2 di Kecamatan Tioli 2, kemudian peneliti juga mencoba mengkaji

tentang keefektifan Prolanis tersebut.


17

B. Gula Darah

1. Pengertian

Gula darah adalah gula yang berada didalam darah yang terbentuk

dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan

otot rangka (Kee, 2007). Sedangkan kadar glukosa darah adalah tingkat

gula di dalam darah, konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur

dengan ketat di dalam tubuh (Henrikson & Bech-Nielsen, 2009).

Hiperglikemia merupakan suatu keadaan dimana tingkat kadar glukosa darah

yang sangat tinggi dari rentang kadar normal gula darah (Elizabeth, 2009).

Menurut McNaughton (2011), hipoglikemia merupakan keadaan dimana

kadar gula darah dalam keadaan rendah dari batas normal.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari

kadar gula darah yaitu keadaan gula atau glukosa yang ada di dalam tubuh kita

2. Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah pada Diabetes Melitus

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula pada penderita

Diabetes Melitus. Menurut Fox & Kilvert (2010) faktor yang dapat

mempengaruhi gula darah pada diabetes melitus adalah: kurangnya olahraga,

jumlah makanan yang dikonsumsi bertambah, meningkatnya stress dan faktor

emosi, cemas, pengetahuan diit diabetes melitus, pertambahan berat badan dan

usia, serta dampak perawatan obat misalnya steroid. Lebih lanjut, Fox &

Kilvert (2010) menjelaskan bahwa:

a. Olahraga secara teratur dapat mengurangi terjadinya resistensi insulin

sehingga insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel- sel tubuh.
18

Olah raga juga dapat digunakan sebagai pembakar lemak dalam tubuh,

sehingga dapat menurunkan berat badan bagi penderita obesitas.

b. Asupan makanan dapat juga mempengaruhi naiknya kadar gula darah

karena makanan yang tinggi energi atau kaya karbohidrat dan serat yang

rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel beta pankreas dalam

memproduksi insulin. Asupan lemak di dalam tubuh juga perlu

diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap resistensi insulin.

c. Kecemasan merupakan respon terhadap penyakit yang dirasakan penderita

sebagai suatu tekanan, rasa tidak nyaman, gelisah dan kecewa. Gangguan

tersebut membuat penderita menjadi acuh terhadap peraturan pengobatan

yang harus dijalankan seperti diit, terapi medis dan olahraga sehingga

mengakibatkan kadar gula darah tidak dapat terkontrol dengan baik.

d. Pengetahuan diit merupakan faktor yang sangat penting dalam pengendalian

kadar glukosa darah seseorang. Semakin baik pengetahuan diit penderita

mengenai kondisi yang dialaminya. Semakin baik pengendalian kadar

glukosa darah yang dapat dicapai (Ozcelic, fatih et al, 2010). Anggota

keluarga dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi

penderita diabetes melitus melalui mekanisme kontribusi terhadap aktivitas

pengelolaan diabetes melitus serta kontribusi dalam mencegah atau

menimbulkan stress (Mayberry & Chandra, 2012).

e. Stress dapat mengganggu interkasi antara pituitary, adrenal gland, pancreas

dan liver. Gangguan tersebut mempegaruhi metabolisme adenocorticotropic

(ACTH), kortisol, glucocorticoids (hormon adrenal gland), glucagon


19

merangsang glukoneogenesis di liver yang akhirnya meningkatkan kadar

gula darah (Mahendra, et al, 2008). Kurang tidur juga bisa memicu

produksi hormon kortisol, menurunkan toleransi glukosa, dan mengurangi

hormon tiroid. Semua itu dapat menyebabkan resistensi insulin dan

memperburuk metabolisme.

f. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fisik dan penurunan fungsi

organ tubuh yang akan berdampak pada konsumsi dan penyerapan zat

gizi. Penelitian menunjukan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian

besar mempunyai masalah gizi berlebih dan kegemukan memicu

timbulnya penyakit degeneratif termasuk diabetes melitus .

3. Cara pengukuran gula darah

Cara untuk mengukur gula darah yaitu dengan menggunakan

Glucometer. Glucometer adalah alat untuk melakukan pengukuran kadar

glukosa darah kapiler. Cara pengukuran glukosa darah yaitu pengambilan

setetes darah dari ujung jari tangan, darah tersebut di berikan pada strip

pereaksi khusus dan kemudian darah tersebut dibiarkan pada strip selama

periode waktu tertentu biasanya antara 45-60 detik. Bantal pereaksi pada

strip akan berubah warnanya dan kemudian dapat dicocokan dengan peta

warna pada kemasan produk atau disisipkan kedalam alat pengukur yang

memperlihatkan angka digital kadar glukosa darah sewaktu maupun puasa.

Pemeriksaan kadar gula darah dengan menggunakan strip yang dilakukan

pada glucometer lebih baik dibanding tanpa glucometer karena informasi yang

diberikan lebih obyektif kuantitatif (Soegondo, 2007).


20

4. Macam macam pemeriksaan gula darah

Terdapat terdapat 3 macam pemeriksaan gula darah Menurut

American Diabetes Association 2010 yaitu sebagai berikut.

a. Glukosa darah sewaktu.

Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

b. Kadar glukosa darah puasa

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan pada pasien yang puasa (tidak

mendapat kalori sedikitnya 8 jam) Kadar glukosa darah 2 jam PP (2 jam

setelah makan). Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar

WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa

anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

c. Kadar glukosa darah 2 jam PP (2 jam setelah makan)

Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO,

menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus

yang dilarutkan ke dalam air.

5. Mekanisme pengaturan gula darah

Glukosa merupakan energi bagi sebagian besar fungsi sel dan jaringan.

Pembentukan energi alternatif lain dapat berasal dari metabolisme asam

lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung

glukosa, dan proses ini menghasilkan metabolit-metabolit asam yang berbahaya

apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah

dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat


21

dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam

keadaan puasa (Ronald & Richard, 2006).

Setelah klien mengabsorbsi jumlah makanan yang banyak mengandung

karbohidrat, maka secara normal kadar gula darah akan menjadi meningkat,

namun tidak melebihi 170 mg/dl. Banyak hormon yang ikut serta dalam

mempertahankan kadar glukosa darah adekuat baik dalam keadaan normal

maupun sebagai respon terhadap stres. Pengukuran glukosa darah sering

dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini.

Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu

rendah, menandakan terjadinya gangguan homeostatis dan sudah semestinya

mendorong tenaga analisis kesehatan melakukan pemeriksaan untuk mencari

etiologinya (Ronald & Richard, 2006).

C. PROLANIS

1. Pengertian Prolanis

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan

proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta,

Fasilitas, Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan

kesehatan bagi para pserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit

kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayan

kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2014).


22

2. Tujuan Prolanis

Adapun tujuan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(PROLANIS) adalah untuk mendorong peserta penyandang penyakit

kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta

terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil

“baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan

Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah

timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014).

3. Sasaran Prolanis

Sasaran dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(PROLANIS) ini adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang

penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi). (BPJS

Kesehatan, 2014).

4. Langkah Pelaksanaan Prolanis

Menurut BPJS Kesehatan (2014), berikut ini tahap-tahap persiapan

pelaksanaan prolanis :

a. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan :

1) Hasil skrinning riwayat kesehatan

2) Hasil diagnosa DM dan HT (pada Faskes tingkat pertama maupun

RS)

b. Menentukan target sasaran,

c. Melakukan pemetaan Faskes dokter keluarga/Puskesmas distribusi

berdasarkan distribusi target sasaran peserta,


23

d. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes pengelola

e. Melakukan pemetaan jejaring Faskes pengelola (Apotek,

Laboratorium),

f. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani

peserta Prolanis,

g. Melakukan sosialisasi Prolanis kepada peserta (Instansi, pertemuan

kelompok pasien kronis di RS, dan lain lain),

h. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus

tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam Prolanis,

i. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form

kesediaan yang diberikan oleh calon peserta Prolanis,

j. Mendistribusikan buku pemantauan kesehatan kepada peserta terdaftar

Prolanis,

k. Melakukan Rekapitulasi daftar peserta,

l. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag bagi peserta prolanis,

m. Melakukan distribusi data peserta prolanis sesuai Faskes pengelola,

n. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan

status peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah,

IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum dilakukan pemeriksaan, harus

segera dilakukan pemeriksaan,

o. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal

peserta per Faskes pengelola (Data merupakan iuran aplikasi P-Care),


24

p. Melakukan monitoring aktifitas Prolanis pada masing-masing Faskes

Pengelola :

1) Menerima laporan aktifitas Prolanis dari Faskes pengelola,

2) Menganalisa data.

q. Menyusun umpan balik kinerja Faskes Prolanis, dan

r. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional / Kantor Pusat

5. Aktivitas Prolanis

Aktifitas Prolanis dilaksanakaan dengan mencakup 5 metode, yaitu :

a. Konsultasi Medis

Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta Prolanis dengan

tim medis, jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan

Faskes Pengelola.

b. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis

Edukasi klub Resiko Tinggi (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan

penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta

meningkatkan status kesehatan bagi peserta prolanis.

Sasaran dari metodi ini yaitu, terbentuknya kelompok peserta (Klub)

Prolanis minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan

diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan kebutuhan

edukasi.
25

c. Reminder melalui SMS Gateway

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan

kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui peringatan jadwal

konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut. Sasaran dari hal ini adalah

tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing –

masing Faskes Pengelola.

d. Home Visit

Home visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan kerumah peserta

Prolanis untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan

lingkungan bagi peserta Prolanis dan keluarga.

Sasaran :

Peserta Prolanis dengan kriteria :

1) Peserta baru terdaftar

2) Peserta tidak hadir terapi di Dokter praktek

perorangan/Klinik/Puskesmas selama 3 bulan berturut-turut

3) Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut-turut

4) Peserta dengan tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-

turut

5) Peserta pasca opname

e. Pemantauan status kesehatan (Skrinning kesehatan)

Mengontrol riwayat pemeriksaan kesehatan untuk mencegah agar tidak

terjadi komplikasi atau penyakit berlanjut (BPJS Kesehatan, 2014).


26

Pada dasarnya Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, tetapi

kadar gula darah dapat dikendalikan. Penderita Diabetes Melitus

sebaiknya melaksanakan 4 pilar pengelolaan Diabetes Melitus yaitu:

edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis

(Utomo, dkk, 2012).


27

D. Kerangka Teori

DM Tipe 2 Gula Darah


Faktor yang mempengaruhi:
1. Olahraga teratur
2. Asupan makanan
Tanda Gejala 3. Kecemasan
1. Haus meningkat 4. Pengetahuan Diet
2. Urinasi 5. Stress
meningkat 6. Usia
3. Infeksi kandida Penatalaksanaan
4 pilar:

Prolanis

Macam-macam pemeriksaan
Komplikasi 1. Edukasi
gula:
2. Olahraga
1. Komplikasi 1. Glukosa darah sewaktu
3. Pengaturan
Jangka Pendek 2. Darah puasa
Makan
3. Kadar glukosa darah 2
4. Kepatuhan jam puasa
2. Komplikasi
pengobatan
Jangka Panjang

Keterangan:
----- : diteliti
______ : tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Terori


28

E. Kerangka Konsep

Yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah suatu

uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap knsep yang

lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah

yang ingin diteliti. Konsep sendiri adalah suatu abstraksi yang dibentuk

dengan menggenarolisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu konsep tidak

dapat diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat

diukurm maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel.

Dari variabel itulah, konsep dapat diamati dan diukur. Berdasarkan kerangka

teori diatas, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian ini. Adapun

variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009).

Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah terkontolnya kadar gula

darah pada pasien Diabetes Melitus tipe 2.

2. Variabel Independent

Variabel independen merupakan variabel yang secara teoritis

mempengaruhi hubungan antar variabel, tetapi tidak dapat diamati atau

diukur (Sugiyono, 2009). Pada penelitian ini variabel independentnya

adalah aktivitas Prolanis.


29

Variabel Independen Variabel Dependent

AKTIVITAS TERKONTROLNYA
PROLANIS KADAR GULA
DARAH

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

F. Hubungan antar variabel

Hubungan antar variabel adalah hubungan timbal balik yang ada pada

suatu saat variabel yang satu menjadi penyebab variabel yang lain, dan pada

saat lain terjadi sebaliknya. Jadi pada suatu saat variabel X mempengaruhi

variabel Y, dan pada saat yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X.

Dalam penelitian ini variabel X yaitu aktivitas Prolanis dan variabel Y yaitu

terkontrolnya gula darah. Aktivitas Prolanis mempengaruhi terkontrontrolnya

kadar gula darah penderita Diabetes Melitus tipe 2.

G. Hipotesis Penelitian

Adanya keefektifan Prolanis terhadap terkontrolnya kadar gula darah

pada pasien penderita Diabetes Militus tipe 2 di Kecamatan Tioli 2.

Anda mungkin juga menyukai