Tim Penyusun
Penulis isi: dr. Lala Foresta Valentine G
dr. Enny Nugraheni, M. Biomed
dr. Elvira Rosana
Perancang Sampul: Hamzah Pansuri, S.Pd
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
ini serta memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari tim penyusun.
i
DAFTAR ISI
ii
INFEKSI IMUNOLOGI
Parasit malaria
Parasit berbentuk cincin tipis dan
acole (pada trofozoit muda), cincin
yang lebih tebal dan terkadang
ireguler (pada trofozoit matur)
1
2 Plasmodium falciparum stadium Trofozoit (thick smear)
Parasit malaria:
Parasit berbentuk cincin, cincin terbuka,
koma, tanda seru, sayap burung terbang
2
3 Plasmodium falciparum stadium Skizon (thin smear)
Jarang ditemukan pada sediaan darah tepi,
kecuali pada infeksi berat.
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Terlihat titik Maurer (chromatin
dots) ditemukan pada infeksi
multipel
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna hitam
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna hitam
3
5 Plasmodium falciparum stadium Gametosit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Parasit malaria
Berbentuk seperti pisang/sosis
Mikrogametosit (jantan) plasma
kebiruan, kromatin padat
Mikrogametosit
Makrogametosit
4
6 Plasmodium vivax stadium Trofozoit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit membesar
Terlihat titik Schuffner (chromatin
dots)
Parasit malaria
Bentuk tidak beraturan, sitoplasma
tidak beraturan
Bentuk cincin, besarnya 1/3 eritosit
5
8 Plasmodium vivax stadium Skizon (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit membesar
Terlihat titik Schuffner (chromatin
dot)
Parasit malaria
Pigmen berwarna coklat
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
6
10 Plasmodium vivax stadium Gametosit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit membesar
Terlihat titik Schuffner (chromatin
dot)
Parasit malaria
Berukuran besar, nyaris memenuhi
eritrosit
Berbentuk oval atau bulat dengan
kromatin yang tersebar
Mikrogametosit
Makrogametosit
11 Plasmodium vivax stadium Gametosit (thick smear)
Parasit malaria
Berukuran besar, nyaris memenuhi
eritrosit
Berbentuk oval atau bulat dengan
kromatin yang tersebar
7
12 Plasmodium sp. stadium Sporozoit (sediaan kelenjar ludah nyamuk Anopheles
sp.)
Halus, memanjang
Runcing di kedua ujungnya
8
14 Brugia malayi stadium mikrofilaria
Ukuran 200-260 µ
Ruang kepala panjang = 2x
lebar
Inti badan tidak teratur
Sarung badan merah
Ujung ekor memiliki 1-2 inti
tambahan
9
16 Wuchereria bancrofti stadium mikrofilaria
Ukuran 8 x 250-310 µ
Ruang kepala panjang = lebar
Inti badan teratur
Sarung badan pucat
Ujung ekor tidak memiliki inti
tambahan
10
18 Rapid Antigen Detection Test = Immuno Chromatographic Test untuk malaria
Spesimen darah
Deteksi antigen Plasmodium
Plasmodium falciparum protein
spesifik Hrp II Pf (Histidine rich
protein II P. falciparum)
Plasmodium spp Enzim LDH
(lactate dehydrogrnase)
Interpretasi:
C kontrol
1 indikator utuk Plasmodium
falciparum
2 indikator untuk Plasmodium
vivax
Garis merah hanya di C negatif
Garis merah di C dan 1 (+)
infeksi Plasmodium falciparum
Garis merah di C, 1, dan 2 (+)
infeksi Plasmodium falciparum
Garis merah di C dan 2 (+)
infeksi Plasmodium vivax
19 Rapid Antigen Detection Test = Immuno Chromatographic Test untuk filaria
Spesimen darah
Deteksi antibodi IgG4 filariasis
Brugia sp.
Menggunakan antigen rekombinan
C kontrol
T indikator untuk filaria
Garis merah di C negatif
Garis merah di C dan T (+)
filariasis
11
20 Rapid Antigen Detection Test = Immuno Chromatographic Test untuk filaria
Spesimen darah
Deteksi antigen Wuchereria
bancrofti
Menggunakan Ab monoklonal
C kontrol
T indikator untuk filaria
Garis merah di C negatif
Garis merah di C dan T (+)
filariasis
12
Prosedur:
Usapkan kapas alkohol pada jari tangan ke-3 atau ke-4 pada orang dewasa,
atau ibu jari kaki atau tumit pada bayi.
Tusuk bagian yang sudah dibersihkan dengan kapas alkohol; darah yang
keluar pertama kali diusap dengan kapas kering, darah yang keluar selanjutnya
diteteskan di atas kaca objek sebanyak 1 tetes.
Dengan menggunakan sudut kaca objek lain atau lidi, tetesan darah tadi
dilebarkan dengan gerakan memutar sampai dicapai ketebalan yang tepat.
Preparat yang baik adalah yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Salah
satu trik untuk memastikan ketebalan yang sesuai adalah dengan meletakkan
sediaan tesebut di atas kertas yang bertuliskan huruf cetak/koran; jika huruf
tersebut masih dapat terbaca dari balik kaca objek, maka ketebalan sediaan
dianggap cukup baik.
Angin-anginkan sediaan tersebut hingga kering.
Sediaan dialiri dengan aquades secara hati-hati.
Sediaan diletakkan di atas rak dalam posisi miring supaya lebih cepat kering.
Teteskan larutan Giemsa pada sediaan, tunggu 15-20 menit.
Sediaan dialiri dengan aquades secara hati-hati.
Sediaan diletakkan di atas rak dalam posisi miring supaya lebih cepat kering.
Periksa sediaan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000 x untuk
mengidentifikasi keberadaan parasit malaria.
Interpretasi:
Kepadatan tinggi ditemukan > 20 parasit/lapangan pandang
Kepadatan sedang ditemukan 2-19 parasit/lapangan pandang
Kepadatan rendah ditemukan ≤ 1 parasit/lapangan pandang
13
22 Membuat sediaan apusan darah tipis malaria
Tujuan:
1. Mengidentifikasi keberadaan parasit malaria dalam darah
2. Menentukan spesies dan stadium parasit malaria yang menginfeksi
Prosedur:
Usapkan kapas alkohol pada jari tangan ke-3 atau ke-4 pada orang dewasa,
atau ibu jari kaki atau tumit pada bayi.
Tusuk bagian yang sudah dibersihkan dengan kapas alkohol; darah yang
keluar pertama kali diusap dengan kapas kering, darah yang keluar selanjutnya
diteteskan di atas kaca objek sebanyak 1 tetes. Tetesan darah tersebut
diletakkan pada 2-3 mm dari ujung kaca objek. Gunakan kaca objek lain untuk
membuat apusan tetesan darah tadi. Kaca pengapus diletakkan di depan
tetesan darah dalam posisi memotong dengan sudut 30-45°di atas kaca objek.
Kaca pengapus ditarik ke belakang sehingga tetes darah menyebar pada sisi
kaca tersebut.
Dengan gerakan yang mantap, dorong kaca pengapus hingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca
pengapus mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak boleh
terlalu tipis atau tebal, ketebalan dapat diatur dengan membuat sudut yang pas
14
antara kaca objek dan kaca pengapus, serta kecepatan menggeser kaca
pengapus. Semakin besar sudut atau semakin cepat gerakan menggeser maka
apusan darah yang dihasilkan akan semakin tipis. Jika sediaan terlalu tebal
dapat mengakibatkan eritrosit saling menutupi satu sama lain, sehingga
mempersulit pemeriksan. Jika sediaan terlalu tipis, eritrosit akan kehilangan
bentuk bikonkafnya.
Angin-anginkan sediaan tersebut hingga kering.
Fiksasi sediaan dengan metanol selama 2-3 menit.
Teteskan larutan Giemsa pada sediaan, tunggu 15-20 menit.
Sediaan dialiri dengan aquades secara hati-hati.
Sediaan diletakkan di atas rak dalam posisi miring supaya lebih cepat kering.
Periksa sediaan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000 x untuk
mengidentifikasi keberadaan parasit malaria.
15
16
TUMBUH KEMBANG
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan tumbuh
kembang.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
5. Membuat sediaan dan melakukan pemeriksaan tinja secara langsung.
17
2 Ascaris lumbricoides stadium telur yang dibuahi
Bentuk bulat
Ukuran 60 x 45 µ
Warna coklat kekuningan
Dinding tebal, terdiri dari 2 lapisan:
albuminoid dan hyalin
Berisi 1 sel
18
3 Ascaris lumbricoides stadium telur matang
Bentuk bulat
Ukuran 60 x 45µ
Warna coklat kekuningan
Dinding tebal, terdiri dari 2 lapisan:
albuminoid dan hyalin
Berisi larva
Ditemukan di tanah
19
4 Necator americanus stadium cacing dewasa
Bentuk silindris, seperti huruf S
Saat reaksasi, anterior curvaturan
berlawanan dengan arah
lengkungan tubuh sehingga
menyerupai huruf S
Warna kuning keabuan
Ukuran ♀ 9-11 x 0,35 mm
Ukuran ♂ 5-9 x 0,30 mm
♂ memiliki bursa kopulatriks di
ekor, digunakan untuk memegang
cacing betina saat kopulasi, di
dalamnya terdapat spikula yang
homolog dengan penis
♀ ekor runcing, tidak memiliki
caudal spine
20
5 Mulut Necator americanus
Memiliki 1 pasang lempeng
pemotong yang tersusun dari benda
chitin (chitin plate)
21
7 Mulut Ancylostoma duodenale
Memiliki 2 pasang taring
22
9 Larva Rhabditiform cacing tambang
Bentuk silisndris agak gemuk
Ukuran 275 x 16 µ
Esofagus 1/3 dari panjang tubuh
Mulut terbuka, sempit, panjang,
aktif makan
23
12 Giardia lamblia stadium kista
Bentuk elips
Dinding kista memiliki kapsul
Warna kuning coklat
Ukuran 9-12µ
Inti 2-4
24
13 Toxoplasma gondii stadium Takizoit
Bentuk seperti bulan sabit
Terletak di dalam atau luar sel
Memiliki inti besar di bagian
tengah
25
Hasil pengamatan:
K 0.440
C+ 1.158
C- 0.089
P1 1.861
Rekomendasi EUROIMMUN:
Rasio < 0,8 negatif
Rasio ≥ 0,8 - < 1,1 perbatasan
Rasio ≥ 1,1 positif
Pasien 1 rasio ≥ 1,1 (yaitu 4,229) positif terdeteksi IgG atau IgM
26
Bahan yang digunakan:
Tinja
Larutan lugol
Aquades
Larutan NaCl
Prosedur:
Letakkan larutan NaCL atau lugol secukupnya di atas kaca objek.
Ambil tinja dengan lidi sedikit demi sedikit (1-2 mm3), letakkan di atas kaca
objek yang sudah ditetesi larutan NaCl/lugol tadi.
Hancurkan tinja hingga terbentuk suspensi yang homogen. Jika ada bahan
yang kasar (pasir atau sisa makanan), dikeluarkan/dibuang dari kaca objek.
Tutup sediaan dengan kaca penutup.
Periksa sediaan dengan mikroskop menggunakan pembesaran 100 x.
27
KULIT DAN JARINGAN PENUNJANG
Setelah mengikuti praktikum parasitologi di modul Kulit dan Jringan Penunjang, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
kulit dan jaringan penunjang lainna.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
5. Mengetahui beberapa jenis serangga yang merupakan vektor penularan parasit.
28
3 Larva filariform cacing tambang
Bentuk langsing seperti jarum
Ukuran 800 x 35 µ
Esofagus ¼ panjang tubuh
Mulut tertutup tidak aktif makan
Ujung ekor runcing
29
5 Necator americanus stadium cacing dewasa
Bentuk silindris, seperti huruf S
Saat reaksasi, anterior curvaturan
berlawanan dengan arah
lengkungan tubuh sehingga
menyerupai huruf S
Warna kuning keabuan
Ukuran ♀ 9-11 x 0,35 mm
Ukuran ♂ 5-9 x 0,30 mm
♂ memiliki bursa kopulatriks di
ekor, digunakan untuk memegang
cacing betina saat kopulasi, di
dalamnya terdapat spikula yang
homolog dengan penis
♀ ekor runcing, tidak memiliki
caudal spine
30
6 Sarcoptes scabiei
Ukuran ♀ 0,35 mm
Ukuran ♂ 0,20 mm
Kepala dsebut kapitulum
Bagian badan berbentuk kantung
Memiliki 4 pasang kaki pendek (2
pasang kaki depan, 2 pasang kaki
belakang)
Memiliki ambulacra
31
8 Pediculus humanus corporis
Bentuk lonjong
Ukuran 3-4 mm
Otot thorax jelas
Memiliki kuku kecil
9 Phthirus pubis
Bentuk hampir bulat
Ukuran 1,5-2 mm
Otot thorax tidak jelas
Kuku besar dan kuat
10 Chrysomya bezziana
Ukuran 6-11 mm
Bagian tubuh: kepala, thorax,
abdomen
Warna abdomen hijau/biru metalik
32
11 Posterior spirakel Chrysomya bezziana
Terdiri dari 3 split gemuk seperti
mentimun
12 Sarcophaga sp.
Bagian tubuh: kepala, thorax,
abdomen
Memiliki gambaran pada abdomen
seperti papan catur
33
13 Posterior spirakel Sarcophaga sp.
Terdiri dari 3 split langsing
34
GASTROINTESTINAL
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
saluran cerna.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
35
2 Trichuris trichiura (cacing cambuk) stadium cacing dewasa
Bagian anterior runcing seperti
cambuk
Bagian posterior membesar
♀ 35-50 mm, ekor membulat
♂ 30-45 mm, ekor melingkar
36
Ujung anterior
Ujung posterior
37
3 Taenia saginata stadium cacing dewasa
Panjang 4-8 m
Memiliki 1000-2000 segmen tubuh
38
5 Skoleks Taenia solium
Bentuk bulat
Ukuran 1 mm
Memiliki batil isap 4 buah, bentuk
bulat
Memiliki rostelum dengan kait
39
7 Taenia saginata stadium telur
Bentuk bulat
Ukuran ± 35 µ
Dinding tebal dengan struktur
radier
Berisi embrio heksakan atau
onkosfer
40
9 Entamoeba histolytica stadium kista
Bentuk bulat
Ukuran 15-22 µ
Inti entamoeba
Jumlah inti 4
41
10 Schistosoma japonicum stadium cacing dewasa
♂ panjangnya 12-20 mm,
memiliki 6-8 testis
♀ panjangnya 26 mm, ovarium
terletak di tengah tubuh
Kulit tubuh halus, tidak ada
tuberkel
Schistosoma haematobium
42
Schistosoma mansoni
43
13 Oncomelania hupensis lindoensis
Hospes perantara Schistosoma
japonicum
44
15 Echinococcus granulosus stadium cacing dewasa
Ukuran 3-6 mm
Memiliki 3 skoleks dan 3 proglotid
Proglotid terminal ketiga lebih
panjang dan lebar
Skoleks berisi 4 batil isap dan
rostellum dengan 25-50 kait
45
GINJAL DAN CAIRAN TUBUH
Setelah mengikuti praktikum parasitologi di modul Ginjal dan Cairan Tubuh, diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
saluran kemih.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
46
3 Schistosoma sp. stadium cacing dewasa
Ukuran 12-26 x 0,3-0,5 mm
Cacing jantang lebih besar daripada
cacing betina
Cacing betina menempel di canalis
gynecophorus cacing jantan
47
5 Plasmodium falciparum stadium Trofozoit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Sitoplasma lebih tebal
Terlihat titik Maurer (chromatin
dots) ditemukan pada infeksi
multipel
Parasit malaria
Parasit berbentuk cincin tipis dan
acole (pada trofozoit muda), cincin
yang lebih tebal dan terkadang
ireguler (pada trofozoit matur)
48
7 Plasmodium falciparum stadium Skizon (thin smear)
Jarang ditemuka pada sediaan darah tepi,
kecuali pada infeksi berat.
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Terlihat titik Maurer (chromatin
dots) ditemukan pada infeksi
multipel
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna hitam
49
8 Plasmodium falciparum stadium Skizon (thick smear)
Jarang ditemuka pada sediaan darah tepi,
kecuali pada infeksi berat.
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna hitam
Parasit malaria
Bentuk tidak beraturan, sitoplasma
tidak beraturan
Bentuk cincin, besarnya 1/3 eritosit
50
10 Plasmodium vivax stadium Trofozoit (thick smear)
Parasit malaria
Bentuk tidak beraturan, sitoplasma
tidak beraturan
Bentuk cincin, besarnya 1/3 eritosit
Parasit malaria
Pigmen berwarna coklat
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
51
12 Plasmodium vivax stadium Skizon (thick smear)
Parasit malaria
Pigmen berwarna coklat
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
Parasit malaria
Sitoplasma melintang seperti pita
Inti merah dan memanjang
52
14 Plasmodium malariae stadium skizon
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Tidak tampak titik-titik
Parasit malaria
Parasit mengisi seluruh eritrosit
Jumlah merozoit 8-12 yang
tersusun seperti bunga
Terdapat pigmen kasar di tengah
53
REPRODUKSI
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
sistem reproduksi dan kehamilan.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
5. Membuat sediaan dan melakukan pemeriksaan apusan swab vagina untuk diagnosis
trikhomoniasis.
54
3 Telur cacing tambang
Bentuk oval/elips
Ukuran 56-60 x 40 µ
Dinding telur tipis
Isi telur 4-8 sel
55
6 Toxoplasma gondii stadium Bradizoit
Bentuk bulat
Dinding tebal
Berisi bradizoit
Ukuran bervariasi, bisa mencapai
200 µ
56
9 ELISA untuk diagnosis Toxoplasma gondii
Spesimen: Serum
Prinsip: Deteksi IgG dan IgM Toxoplasma gondii
Hasil pengamatan:
K 0.440
C+ 1.158
C- 0.089
P1 1.861
57
Perhitungan indeks IgM dan IgG:
Kalibrasi 0,440/0,440 = 1
Kontrol (+) 1,158/0,440 = 2,632
Kontrol (-) 0,089/0,440 = 0,202
Rekomendasi EUROIMMUN:
Rasio < 0,8 negatif
Rasio ≥ 0,8 - < 1,1 perbatasan
Rasio ≥ 1,1 positif
Pasien 1 rasio ≥ 1,1 (yaitu 4,229) positif terdeteksi IgG atau IgM
58
Bahan yang digunakan:
Larutan NaCl
Larutan Giemsa
Metanol
Prosedur:
1. Ambil spesimen cairan vagina dengan swab berupa lidi kapas steril, masukkan
ke dalam botol yang berisi larutan NaCl. Spesimen harus segera diperiksa
dalam waktu kurang dari 2 jam.
2. Sediaan basah
Kapas swab dioleskan pada kaca objek, lalu tutup dengan kaca
penutup.
Amati sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100-400x,
identifikasi adanya trofozoit Trichomonas vaginalis yang bergerak
aktif.
3. Sediaan apus
Kapas swab dioleskan pada kaca objek.
Angin-anginkan sediaan tersebut hingga kering.
Fiksasi sediaan dengan metanol selama 2-3 menit.
Teteskan larutan Giemsa pada sediaan, tunggu 15-20 menit.
Sediaan dialiri dengan aquades secara hati-hati.
Sediaan diletakkan di atas rak dalam posisi miring supaya lebih cepat
kering.
Periksa sediaan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1000 x
untuk mengidentifikasi keberadaan parasit.
59
SARAF JIWA
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
sistem saraf.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
60
3 Pigmen Plasmodium falciparum dalam kapiler otak
Tampak pigmen kehitaman dalam
kapiler otak
Parasit malaria
Parasit berbentuk cincin tipis
dan acole (pada trofozoit
muda), cincin yang lebih tebal
dan terkadang ireguler (pada
trofozoit matur)
61
5 Plasmodium falciparum stadium Trofozoit (thick smear)
Parasit malaria:
Parasit berbentuk cincin, cincin terbuka,
koma, tanda seru, sayap burung terbang
62
6 Plasmodium falciparum stadium Skizon (thin smear)
Jarang ditemuka pada sediaan darah
tepi, kecuali pada infeksi berat.
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Terlihat titik Maurer (chromatin
dots) ditemukan pada infeksi
multipel
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna
hitam
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna
hitam
63
8 Sistiserkus selulosae
Cacing gelembung yang
terpotong
Memiliki batil isap
Memiliki beberapa kait
64
9 Proglotid gravid Taenia solium
Panjang hampir sama dengan
lebar
Jumlah cabang uterus 7-15 buah
pada satu sisi
Lubang genital terletak di
pinggir proglotid
65
10 Taenia solium stadium telur
Bentuk bulat
Ukuran ± 35 µ
Dinding tebal dengan struktur
radier
Berisi embrio heksakan atau
onkosfer
Hasil pengamatan:
K 0.440
C+ 1.158
C- 0.089
P1 1.861
66
Perhitungan indeks IgM dan IgG:
Kalibrasi 0,440/0,440 = 1
Kontrol (+) 1,158/0,440 = 2,632
Kontrol (-) 0,089/0,440 = 0,202
Rekomendasi EUROIMMUN:
Rasio < 0,8 negatif
Rasio ≥ 0,8 - < 1,1 perbatasan
Rasio ≥ 1,1 positif
Pasien 1 rasio ≥ 1,1 (yaitu 4,229) positif terdeteksi IgG atau IgM
67
PENGINDERAAN
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
organ indera.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
68
3 Loa loa stadium mikrofilaria
Panjang 250-300 µ
Lebar 6-8 µ
Ruang kepala panjang = lebar
Inti badan besar dan tidak teratur
Sarung badan berwarna merah
Ekor intinya sampai ke ujung
Body curve cenderung
kaku/rigid
69
6 Toxocara spp. stadium larva
Panjang = 290 -350 µ
Lebar 75µ
70
8 Simulium damnosum (vektor Onchocerca volvulus)
Ukuran 2-3 mm
Warna hitam
Punggung bongkok
Tipe mulut tusuk isap
9 Demodex folliculorum
Panjang 300 µ
Lebar 50 µ
Bagian anterior tubuh terdapat
gnothostoma (mulut) dan
posodoma (4 pasang kaki
pendek)
Bagian abdomen terdapat garis
transversal
71
10 ELISA untuk diagnosis Toxoplasma gondii
Spesimen: Serum
Prinsip: Deteksi IgG dan IgM Toxoplasma gondii
72
Hasil pengamatan:
K 0.440
C+ 1.158
C- 0.089
P1 1.861
Rekomendasi EUROIMMUN:
Rasio < 0,8 negatif
Rasio ≥ 0,8 - < 1,1 perbatasan
Rasio ≥ 1,1 positif
Pasien 1 rasio ≥ 1,1 (yaitu 4,229) positif terdeteksi IgG atau IgM
73
RESPIRASI
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
sistem respirasi.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
74
2 Entamoeba histolytica stadium kista
Bentuk bulat
Ukuran 15-22 µ
Inti entamoeba
Jumlah inti 4
75
3 Cacing filaria (makrofilaria)
Bentuk panjang, halus, warna
putih susu
Ukuran 4-8 cm
Cacing jantan ekor melingkar
Cacing betina ekor lurus
76
6 Wuchereria bancrofti stadium mikrofilaria
Ukuran 8 x 250-310 µ
Ruang kepala panjang = lebar
Inti badan teratur
Sarung badan pucat
Ujung ekor tidak memiliki
inti tambahan
77
8 Rapid Antigen Detection Test = Immuno Chromatographic Test untuk malaria
Spesimen darah
Deteksi antigen Plasmodium
Plasmodium falciparum
protein spesifik Hrp II Pf
(Histidine rich protein II P.
falciparum)
Plasmodium spp Enzim LDH
(lactate dehydrogrnase)
Interpretasi:
C kontrol
1 indikator utuk Plasmodium
falciparum
2 indikator untuk Plasmodium
vivax
Garis merah hanya di C
negatif
Garis merah di C dan 1 (+)
infeksi Plasmodium falciparum
Garis merah di C, 1, dan 2 (+)
infeksi Plasmodium falciparum
Garis merah di C dan 2 (+)
infeksi Plasmodium vivax
9 Rapid Antigen Detection Test = Immuno Chromatographic Test untuk filaria
Spesimen darah
Deteksi antibodi IgG4 filariasis
Brugia sp.
Menggunakan antigen
rekombinan
C kontrol
T indikator untuk filaria
Garis merah di C negatif
Garis merah di C dan T (+)
filariasis
78
10 Rapid Antigen Detection Test = Immuno Chromatographic Test untuk filaria
Spesimen darah
Deteksi antigen Wuchereria
bancrofti
Menggunakan Ab monoklonal
C kontrol
T indikator untuk filaria
Garis merah di C negatif
Garis merah di C dan T (+)
filariasis
79
HEMATOONKOLOGI
1. Mengenal berbagai spesies parasit yang menyebabkan infeksi dan gangguan pada
hematologi.
2. Mengetahui stadium dan morfologi masing-masing parasit.
3. Mengidentifikasi bentuk infektif masing-masing parasit.
4. Mengidentifikasi bentuk diagnostik parasit dan menghubungkannya dengan gejala
klinik.
80
3 Ancylostoma duodenale stadium cacing dewasa
Bentuk agak melengkung,
seperti huruf C
Saat relaksasi, curvaturan
anterior searah dengan
lengkungan tubuh, sehingga
menyerupai huruf C
Warna putih keabuan
Ukuran ♀ 10-11 x 0,60 mm
Ukuran ♂ 8-11 x 0,45 mm
♂ memiliki bursa kopulatriks di
ekor
♀ ekor runcing, memiliki caudal
spine
81
5 Telur cacing tambang
Bentuk oval/elips
Ukuran 56-60 x 40 µ
Dinding telur tipis
Isi telur 4-8 sel
82
7 Plasmodium falciparum stadium Trofozoit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Sitoplasma lebih tebal
Terlihat titik Maurer (chromatin
dots) ditemukan pada infeksi
multipel
Parasit malaria
Parasit berbentuk cincin tipis
dan acole (pada trofozoit
muda), cincin yang lebih tebal
dan terkadang ireguler (pada
trofozoit matur)
83
8 Plasmodium falciparum stadium Trofozoit (thick smear)
Parasit malaria:
Parasit berbentuk cincin, cincin terbuka,
koma, tanda seru, sayap burung terbang
84
9 Plasmodium falciparum stadium Skizon (thin smear)
Jarang ditemuka pada sediaan darah
tepi, kecuali pada infeksi berat.
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Terlihat titik Maurer (chromatin
dots) ditemukan pada infeksi
multipel
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna
hitam
Parasit malaria
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
yang mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen berwarna
hitam
85
11 Plasmodium falciparum stadium Gametosit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit tidak membesar
Parasit malaria
Berbentuk seperti pisang/sosis
Mikrogametosit (jantan)
plasma kebiruan, kromatin padat
Makrogametosit (betina)
plasma kemerahan, kromatin
tersebar
Mikrogametosit
Makrogametosit
86
12 Plasmodium vivax stadium Trofozoit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit membesar
Terlihat titik Schuffner
(chromatin dots)
Parasit malaria
Bentuk tidak beraturan,
sitoplasma tidak beraturan
Bentuk cincin, besarnya 1/3
eritosit
87
14 Plasmodium vivax stadium Skizon (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit membesar
Terlihat titik Schuffner
(chromatin dot)
Parasit malaria
Pigmen berwarna coklat
Parasit terdiri dari 2-24 merozoit
88
16 Plasmodium vivax stadium Gametosit (thin smear)
Eritrosit
Eritrosit membesar
Terlihat titik Schuffner
(chromatin dot)
Parasit malaria
Berukuran besar, nyaris
memenuhi eritrosit
Berbentuk oval atau bulat
dengan kromatin yang tersebar
Mikrogametosit
Makrogametosit
89
17 Plasmodium vivax stadium Gametosit (thick smear)
Parasit malaria
Berukuran besar, nyaris
memenuhi eritrosit
Berbentuk oval atau bulat
dengan kromatin yang tersebar
Interpretasi:
C kontrol
1 indikator utuk Plasmodium
falciparum
2 indikator untuk Plasmodium
vivax
Garis merah hanya di C
negatif
Garis merah di C dan 1 (+)
infeksi Plasmodium falciparum
Garis merah di C, 1, dan 2 (+)
infeksi Plasmodium falciparum
Garis merah di C dan 2 (+)
infeksi Plasmodium vivax
90
DAFTAR PUSTAKA
1. Cook GC., Zumla AL. Manson’s Tropical Diseases. 22nd edition. ISBN:
9781416044703. 2008.
2. Rai SK, et al. Atlas of Medical Parasitology. Kobe University School of Medicine
Japan. 1996.
3. Sutanto Inge, et al. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. 4th edition. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.
91