Di seluruh kunjungan emergensi, 1% diantaranya adalah kasus kejang.
Kejang merupakan tanda awal penyakit yang serius dan dapat berkembang menjadi status epileptikus. Status epileptikus adalah kejang yang berlangsung terus menerus lebih dari 30 menit atau kejang berulang selama lebih dari 30 menit tanpa pemulihan kesadaran di antara serangan kejang. Hampir 10-12% status epileptikus merupakan kejang pertama kali yang dialami bayi dan anak. Sedangkan kejang refrakter adalah kejang yang tidak berespon dengan diazepam, fenobarbital, atau kejang yang berlangsung selama 60 menit walaupun sudah mendapat terapi adekuat. Status epileptikus (SE) adalah keadaan darurat medis yang mengancam jiwa yang memerlukan pengenalan dan pengobatan yang tepat. SE bukan merupakan penyakit khusus, tetapi merupakan gangguan susunan saraf pusa (SSP) atau gangguan sistemik yang menyebabkan gangguan SSP. Tata laksana yang tepat adalah identifikasi dan pengobatan penyebab yang mendasarinya sehingga kejang akan terkontrol dan mencegah kerusakan yang terjadi.1,2 Status Epileptikus merupakan masalah kesehatan umum yang diakui meningkat akhir-akhir ini terutama di Negara Amerika Serikat. Ini berhubungan dengan mortalitas yang tinggi dimana pada 152.000 kasus yang terjadi tiap tahunnya di USA menghasilkan kematian.1 Begitu pula dalam praktek sehari-hari Status Epileptikus merupakan masalah yang tidak dapat secara cepat dan tepat tertangani untuk mencegah kematian ataupun akibat yang terjadi kemudian. Status Epileptikus secara fisiologis didefenisikan sebagai aktivitas epilepsi tanpa adanya normalisasi lengkap dari neurokimia dan homeostasis fisiologis dan memiliki spektrum luas dari gejala klinis dengan berbagai patofisiologi, anatomi dan dasar etiologi.2 Berdasarkan kompleksitas dari penyakit ini, Status Epileptikus tidak hanya penting untuk menghentikan kejang tetapi identifikasi pengobatan penyakit dasar merupakan bagian utama pada penatalaksanaan Status Epileptikus.