IMMUNOSEROLOGI II
OLEH:
Megawati
Neisyah Sulfiani
Nurmila
Rahayu
2019
BAB I
PENDAHULUAN
a) DetektorSintilasi
Sintilasi pada dasarnya adalah suatu proses interaksi radiasi
dengan bahan sintilator sehingga terjadi suatu keadaan eksitasi dari
elektron orbital kesuatu tingkat energi yang lebih tinggi beberapa
saat dan kembali kekeadaan awal dengan memancarkan Denada
Alvionita Haryatna Muhammad Aminudin (021400385)
(021400392) (021400400) 20-10-2016 7 cahaya. Detektor sintilasi
pada umumnya terdiri dari bahan sintilator yang dapat
memancarkan cahaya apabila terkena radiasi dan photo multiplier
tube (PMT) yang digunakan untuk mengubah percikan cahaya
menjadi arus listrik.
b.Detektor Geiger Muller (GM)
Detektor Geiger Muller atau yang biasa disebut GM
merupakan salah satu jenis detektor isian gas.Detektor ini berupa
tabung dengan dinding dan poros yang terbuat dari logam dan diisi
dengan gasi isian, misalkan argon atau butan.Detektor Geiger
Muller memperlihatkan pulsa yang cukup tinggi sehingga tidak
memerlukan penguatan (amplifikasi) untuk radiasi baik dengan
energi rendah maupun tinggi.Kekurangan detektor ini adalah tidak
mampu untuk membedakan energi radiasi yang
masukkedalamdetektor.
2. Catu Daya Tegangan Tinggi (HV)
Penggunaan catu daya tegangan tinggi pada sistem pencacah gamma
sangat menentukan kualitas pulsa yang dihasilkan oleh detektor.Catu daya
tegangan tinggi memiliki keluaran yang dapat diatur hingga 1000 Volt
DC.Sumber tegangan yang digunakan dalam sistem ini ada dua macam yaitu
tegangan tinggi untuk detektor dan tegangan rendah untuk rangkaian
elektroniknya.
3. PenguatAwal (Pre-Amplifier)
Penguat awal digunakan untuk melakukan pembentukan pulsa
pendahuluan, mencocokan impedansi keluaran detektor dengan kabel signal
masuk kepenguat.
4. Penguat Linier (Amplifier)
Untuk memperkuat pulsa sampai dengan amplitudo yang dapat
dianalisis dengan alat penganalisa tinggi pulsa.Kemampuan suatu penguat
untuk memperkuat pulsa disebut dengan gain.
5. PenganalisaSaluran Tunggal (Pulse Height Analyzer)
Penganalisa saluran tunggal mempunyai saluran pencacahan yang
dibatasi oleh suatu ambang (treshold) dan celah yang lebarnya dapat diatur,
yang biasa disebut jendela (window).Hanya pulsa-pulsa yang mempunyai
tinggi amplitudo lebih besar dari pada harga ambang dan lebih kecil dari batas
atas jendela yang dapat diteruskan menuju alat cacah.
6. Pencacah (Counter)
Pada perangkat ini terdapat modul counter, modul counter ini
menerapkan metode perhitungan jumlah pulsa yang dihasilkan oleh detektor
dalamsatu-satuanwaktutertentu.
2.2. Prinsip Radioimmuno Assay (RIA)
Dasar kerja dari RIA adalah untuk mengetahui perbandingan konsentrasi
antibodi yang terdapat pada bagian dalam tabung dan antigen yang terdapat
dalam sampel dengan menggunakan radioaktif. Analisis RIA sederhana yaitu
dengan mencampur isotop dengan antibodi kemudian disisipkan pada sampel
darah pasien.
A. Prinsip non-kompetitif
Prinsip non kompetitif yang paling sering digunakan adalah
sandwich, yang mana prinsip dasarnya adalah reaksi suatu antibody dalam
konsentrasi yang terbatas dengan berbagai konsentrasi antigen.
B. Prinsipkompetitif
Sejumlah tertentu antibodi dimobilisasi (ditempelkan) pada suatu fase
padat misalkan dinding tabung plastik. Sampel pasien yang mungkin
mengandung biomolekul, misalkan patogen ditambahkan bersama sejumlah
tertentu biomolekul bertanda radioaktif yang akan berinteraksi dengan
antibodi yang timbul. Assay kompetitif antibodi berlabel enzim (e-ab).
Antigen (l) terikat pada fasa padat dan antigen dari contoh berkompetisi
untuk mendapatkan tempat pada molekul antibodi berlabel enzim yang
terbatas. Assay ‘sandwich’ dimana suatu antigen multivalen (l) pertama-
tama diikatkan pada suatu antibodi poliklonal (ab-1) yang dimobilisasi.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang RIA serta mahasiswa diharapkan dapat melakukan
prosedur dengan lebih akurat lagi dan menghasilkan standar yang
benarsehingga hasil analisanya akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA