Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

IMMUNOSEROLOGI II

“RADIOIMMUNO ASSAY (RIA)”

OLEH:

Megawati

Neisyah Sulfiani

Nurmila

Nurul Aqidah Yusrah

Rahayu

Rahmaniar Sellah Nur Safitrah

PRODI D- III ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Radioisotop merupakan salahsatu radioisotop yang telah cukup dikenal luas


karena manfaatnya.di Indonesia telah digunakan di berbagai bidang antara
lain;
1. Bidang kesehatan yaitu:
a) Sebagai tracer/perunut untuk pereaksi kit Radioimmunoassay (RIA)
maupun Immunoradiometric assay (IRMA) seperti kit PSA, CA125,
CA 153 untuk deteksi dini berbagai penyakit kanker secara invitro.
b) Radioligand binding assay untuk menentukan interaksi molekul obat
dengan molekul target suatu penyakit.
c) seed brachytherapy, untuk terapi berbagai jenis kanker, merupakan
terapi yang terarah dilokasi penyakitnya jadi memiliki efek samping
minimal, dan mudah pengerjaannya.
2. Bidang pertanian dan peternakan yaitu menentukan kandungan hormon
berkaitan dengan kesuburan hewan ternak serta cemaran mycotoxin di
dalam pangan.
3. Bidang Energi yaitu sebagai dalam eksplorasi energi geotermal

Penggunaan pada teknik Radioimmunoassay (RIA) memerlukan


persyaratan tertentu antara lain harus mempunyai kosentrasi radioaktivitas
dan kemurnian radiokimia tinggi. Teknik Radioimmunoassay (RIA)
merupakan teknik analisis yang didasarkan pada prinsip imunologi yang
menggunakan perunut radioaktif.Teknik ini spesifik karena didasarkan pada
reaksi imunologi antara antigen dan antibodi tertentu saja.Oleh karena teknik
RIA ini sangat khas maka zat-zat yang ada dalam cuplikan dapat langsung
dianalisis tanpa perlu dipisahkan dari matriks yang kompleks.Penggunaan zat
radioaktif menyebabkan teknik ini sangat peka, karena radioaktivitas perunut
dapat diukur dengan peralatan yang sangat peka.Disamping itu teknik RIA
juga dapat digunakan untuk menentukan kandungan hormon berkaitan
dengan kesuburan hewan ternak serta cemaran mycotoxin di dalam pangan.
Metode ini juga memberi keuntungan waktu analisis pendek, jumlah cuplikan
kecil, jenis pereaksi sedikit dan menghindarkan kehilangan analit dalam
proses analisis (7-10). Dalam rangka menghilangkan ketergantungan terhadap
impor dalam memenuhi kebutuhan radioisotop dalam negeri, PTRR -
BATAN sejak tahun 1994 telah berhasil memproduksi.Namun yang
dihasilkan oleh PTRR - BATAN kualitasnya kurang baik terkait dengan
rendahnya kemurnian radiokimianya.Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan kualitas untuk meningkatkan kemurnian radiokimianya.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki kualitas tersebut akan


tetapi belum mencapai hasil seperti yang diharapkan. Pujianto A. (2008) telah
melakukan penelitian untuk meningkatkan kemurnian radiokimia
denganmenggunakan natrium sulfit (Na2SO3) sebagai reduktor.Diperoleh
kemurnian radiokimia sangat baik yaitu diatas 95 %.Namun dengan
penambahan senyawa kimia tersebut disamping menurunkan konsentrasi
sediaan radioisotop Na125I juga mengakibatkan terganggunya pembentukan
I+ oleh oksidator. Hal ini disebabkan seringkali pada proses penandaan itu
sendiri memerlukan kondisi oksidatif karena diperlukan spesi yang bersifat
elektrofilik aktif dalam mengikatkan pada struktur senyawa substratnya.
Keberadaan Na2SO3 yang bersifat reduktor di dalam sediaan Na125I
dapat menghalangi pembentukan sehingga mengganggu proses iodinasi.
Karena itu sediaan Na125I juga disyaratkan tidak mengandung spesi reduktor
dalam jumlah yang signifikan.
Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem peningkatan kualitas yang
mampu menghilangkan pengotor dalam bentuk radiokimia yang sebelumnya
sangat sulit untuk dikurangi. Dengan melakukan modifikasi terhadap alur
proses pemurnian yaitu menempatkan suatu sistem yang mampu mengubah
pengotor menjadi produk, dalam hal ini pengotor iodat (IO3-) dan periodat
(IO4-) menjadi iodida (I-). Dengan demikian diharapkan produk tidak hanya
memenuhi persyaratan sesuai dengan penggunaannya tapi juga dapat
meningkatkan radioaktivitasnya.Sistem yang dikembangkan dalam
modifikasi ini terdiri dari reduktor Jones, yaitu suatu zink amalgama (ZnHg)
yang berbentuk padatan.Reduktor Jones termasuk reduktor logam yang
sangat serbaguna, mudah digunakan dan dihilangkan dari sistem serta dapat
menyesuaikan tingkat oksidasi sampel.Disamping itu karena berbentuk
amalgama dapat melakukan reduksi dengan sempurna sehingga proses lebih
cepat dan dapat digunakan secara berulang. Reduktor Jones berbentuk
padatan sehingga mudah dipisahkan dari produk sehingga diharapkan tidak
mengganggu dalam proses penandaan pada teknik RIA.

Pada teknik ini reduktor Jones cukup dimasukkan ke dalam kolom


kromatografi. Selanjutnya 125-I bulk dalam bentuk larutan natrium iodide-
(Na125I) dilewatkan ke dalam kolom yang telah berisi reduktor Jones
tersebut. Sirkulasi larutan Na melewati kolom dilakukan secara otomatis
dengan bantuan pompa vakum di dalam hot cell sehingga mengurangi
paparan radiasi terhadap operator yang melakukannya.

Merupakan radioisotop yang paling banyak digunakan dalam teknik RIA.


Hal ini terkait dengan iodium sebagai golongan halogen sangat reaktif pada
proses reaksi kimia terutama dengan protein yang berasal dari tirosin dan
histidin. Digunakan pada teknik invitro pada RIA dalam bentuk larutan Na.
Untuk keperluan ini larutan Na disamping harus memiliki kemurnian
radiokimia 125I- tinggi (> 95 %) juga harus memiliki konsentrasi
radioaktivitas yang cukup tinggi (> 250 mCi/ml). Konsetrasi radioaktivitas
berkaitan erat dengan volume larutan, yaitu semakin kecil volumenya maka
konsentrasi keradioaktifan semakin tinggi.Sehingga menjadi faktor sangat
penting untuk menentukan volume elusi terkecil namun dapat mengelusi
hampir semua di dalam reduktor Jones dengan mempelajari profil
elusinya.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil elusi dari larutan
dalam bentuk Na yang keluar dari kolom reduktor Jones sehingga diperoleh
volume optimal eluen dengan efisiensi dan kemurnian radiokimia tinggi.
Kolomreduktor Jones yang mengandung dielusi dengan larutan pengelusi
NaOH 0,01 N secara fraksinasi dengan volume 1 ml. Setiap hasil fraksinasi
ditentukan radioaktivitasnya dengan dose calibrator dan kemurnian
radiokimia dengan metode kromatografi kertas.

1.2 Rumusan masalah


a) Jelaskan pengertian Radioimmuno assay (RIA )?
b) Bagaimana prinsip Radioimmuno assay (RIA) ?
c) Jelaskan tahapan kerja Radioimmuno assay (RIA) ?
d) Apa saja metode-metode dari Radioimmuno Assay atau RIA ?
e) Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Radioimmuno assay (RIA) ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
pengertian,prinsip,tahapan kerja dan metode metode dari Radioimmuno Assay (RIA)
serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Radioimmuno Assay (RIA)


Radioimmuno assay merupakan metode laboratorium (metode in vitro)
untuk mengukur dengan relatif tepat jumlah zat yang ada pada tubuh
pasien dengan isotop radioaktif yang bercampur dengan antibodi yang
disisipkan kedalam sampel. Radioimmuno assay merupakan revolusi dalam
pemeriksaan medis.
Dasar-dasar teknik radioimmuno assay (RIA) atau prinsip kompetitif-
mengikat radioassay ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950-an oleh
Solomon Bersondan Rosalyn Yallow untuk meningkatkan volume darah,
metabolisme yodium, pengidentifikasian hormon insulin dalam plasma
darah. Dengan menggunakan prinsip ini titer atau kadar berbagai hormon,
antigen, antibodi, enzim dan obat dalam darah dapat dihasilkan dengan
ketepatan dan penelitian yang sangat tinggi. Karena batas deteksi yang sangat
baik maka RIA digunakan sebagai peralatan laboratorium standar.RIA
menggunakan radioaktivitas dari isotop radioaktif yang diinjeksikan kedalam
sampel. Cacahan radiasi dideteksi menggunakan pencacah seperti detektor
Geiger-Muller, scintillator, dan sebagainya.
Teknik RIA adalah suatu teknik penentuan zat-zat yang berada dalam
tubuh berdasarkan reaksi imunologi yang menggunakan pelacak
radioaktif [3] . Pelacak radioaktif adalah isotop radioaktif yang akan meluruh
pada saat proses radioaktivitas. Radioaktivitas adalah proses peluruhan isotop
tidak stabil (radioaktif) menjadi isotop yang lebih stabil dengan memancarkan
energi melalui materi yang membentuk partikel-partikel (alpha atau beta)
melalui gelombang elektro magnetik (sinar gamma) [4] . Intensitas dari sumber
radioaktif ditentukan oleh transformasi inti rata-rata per satuan waktu. Satuan
radioaktivitas dinyatakan dengan Curie (Ci). Diterbitkan sebagai radiasi yang
dipancarkan oleh 1 gram Ra, tetapi resolusi ini diubah sebagai kemurnian dari
Peningkatan nuklida. Nilai absolut dari 1 Ci sama dengan 3,7x
10 10 disintegrasi / sekon. Satu lagi dari radioaktivitas adalah Becquerel (Bq),
1 Bq sama dengan 1 disintegrasi / sekon.
Penggunaan 125I pada teknik Radioimmunoassay (RIA) memerlukan
persyaratan tertentu antara lain harus mempunyai kosentrasi radioaktivitas dan
kemurnian radiokimia tinggi. Teknik Radioimmunoassay (RIA) merupakan
teknik analisis yang didasarkan pada prinsip imunologi yang menggunakan
perunut radioaktif. Teknik ini spesifik karena didasarkan pada reaksi
imunologi antara antigen dan antibodi tertentu saja.Oleh karena teknik RIA ini
sangat khas maka zat-zat yang ada dalam cuplikan dapat langsung dianalisis
tanpa perlu dipisahkan dari matriks yang kompleks.Penggunaan zat radio aktif
menyebabkan teknik ini sangat peka, karena radioaktivitas perunut dapat
diukur dengan peralatan yang sangat peka.Disamping itu teknik RIA juga
dapat digunakan untuk menentukan kandungan hormon berkaitan dengan
kesuburan hewan ternak serta cemaran mycotoxin di dalam pangan.Metode ini
juga memberi keuntungan waktu analisis pendek, jumlah cuplikan kecil, jenis
pereaksi sedikit dan menghindarkan kehilangan analit dalam proses analisis
(7-10).
Radioimmunoassay (RIA) merupakan salah satu teknik analisis dalam
studi in-vitro.Teknik ini sangat peka serta spesifik dan biasanya digunakan
untuk mengetahui kandungan zat biologi tertentu dalam tubuh yang jumlahnya
sangat kecil, misalnya hormon insulin atautiroksin, enzim, dan juga penanda
tumor (CA 15-3, CA-125, PSA dan lain-lain).Prinsip pemeriksaan RIA adalah
kompetisi antara antigen (bahanbiologi yang diperiksa) dengan antigen
radioaktif dalam memperebutkan antibodi yang jumlahnya sangat terbatas.
Pemeriksaan dengan teknik radioimmunoassay (RIA) dilakukan dengan
bantuan detektor sinar gamma yang disusun dengan suatu sistem
instrumentasi. Detektor yangdigunakan dapat berupa detektor Geiger-Muller
(GM), sintilasi maupun detektor semikonduktor dimana penggunaannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam pemilihan detektor hal penting yang
perlu diperhatikan dalam pencacahan untuk analisis radioimmunoassay (RIA)
ini adalah parameter efisiensi.
Sampai saat ini alat pencacah radioimmunoassay (RIA) yang ada
menggunakan sistem manual, artinya penempatan sampel dilakukan dengan
manual satu persatu kemudian dilakukan pencacahan serta tidak ada fasilitas
memori sebagai penyimpan data dan ada yang menggunakan sistem
otomatisasi yang pada dasarnya bersifat fleksibel, portable dan programmable.
A. Komponen pengukuran radiasi Radioimmunoassay
1. Detektor
Detektor terdiri dari suatu medium yang menyerap energi radiasi
dan mengubahnya kedalam bentuk sinyal. Jenis detektor yang umum
digunakan dalam teknik RIA ini diantaranya adalah detektor Geiger
Muller (GM) dandetektorsintilasi. Berikut ini adalah blok diagram
Pencacah RIA :

a) DetektorSintilasi
Sintilasi pada dasarnya adalah suatu proses interaksi radiasi
dengan bahan sintilator sehingga terjadi suatu keadaan eksitasi dari
elektron orbital kesuatu tingkat energi yang lebih tinggi beberapa
saat dan kembali kekeadaan awal dengan memancarkan Denada
Alvionita Haryatna Muhammad Aminudin (021400385)
(021400392) (021400400) 20-10-2016 7 cahaya. Detektor sintilasi
pada umumnya terdiri dari bahan sintilator yang dapat
memancarkan cahaya apabila terkena radiasi dan photo multiplier
tube (PMT) yang digunakan untuk mengubah percikan cahaya
menjadi arus listrik.
b.Detektor Geiger Muller (GM)
Detektor Geiger Muller atau yang biasa disebut GM
merupakan salah satu jenis detektor isian gas.Detektor ini berupa
tabung dengan dinding dan poros yang terbuat dari logam dan diisi
dengan gasi isian, misalkan argon atau butan.Detektor Geiger
Muller memperlihatkan pulsa yang cukup tinggi sehingga tidak
memerlukan penguatan (amplifikasi) untuk radiasi baik dengan
energi rendah maupun tinggi.Kekurangan detektor ini adalah tidak
mampu untuk membedakan energi radiasi yang
masukkedalamdetektor.
2. Catu Daya Tegangan Tinggi (HV)
Penggunaan catu daya tegangan tinggi pada sistem pencacah gamma
sangat menentukan kualitas pulsa yang dihasilkan oleh detektor.Catu daya
tegangan tinggi memiliki keluaran yang dapat diatur hingga 1000 Volt
DC.Sumber tegangan yang digunakan dalam sistem ini ada dua macam yaitu
tegangan tinggi untuk detektor dan tegangan rendah untuk rangkaian
elektroniknya.
3. PenguatAwal (Pre-Amplifier)
Penguat awal digunakan untuk melakukan pembentukan pulsa
pendahuluan, mencocokan impedansi keluaran detektor dengan kabel signal
masuk kepenguat.
4. Penguat Linier (Amplifier)
Untuk memperkuat pulsa sampai dengan amplitudo yang dapat
dianalisis dengan alat penganalisa tinggi pulsa.Kemampuan suatu penguat
untuk memperkuat pulsa disebut dengan gain.
5. PenganalisaSaluran Tunggal (Pulse Height Analyzer)
Penganalisa saluran tunggal mempunyai saluran pencacahan yang
dibatasi oleh suatu ambang (treshold) dan celah yang lebarnya dapat diatur,
yang biasa disebut jendela (window).Hanya pulsa-pulsa yang mempunyai
tinggi amplitudo lebih besar dari pada harga ambang dan lebih kecil dari batas
atas jendela yang dapat diteruskan menuju alat cacah.
6. Pencacah (Counter)
Pada perangkat ini terdapat modul counter, modul counter ini
menerapkan metode perhitungan jumlah pulsa yang dihasilkan oleh detektor
dalamsatu-satuanwaktutertentu.
2.2. Prinsip Radioimmuno Assay (RIA)
Dasar kerja dari RIA adalah untuk mengetahui perbandingan konsentrasi
antibodi yang terdapat pada bagian dalam tabung dan antigen yang terdapat
dalam sampel dengan menggunakan radioaktif. Analisis RIA sederhana yaitu
dengan mencampur isotop dengan antibodi kemudian disisipkan pada sampel
darah pasien.

Gambar 1 Pengujian sampel dengan teknik radioimmunoassay (RIA)


Substansi radioaktif dalam darah akan menggantikan posisi radioaktif pada
antibodi yang mengakibatkan timbulnya radiasi. Radiasi yang dipancarkan
kemudian diukur untuk menentukan berapa banyak subtansi yang terkandung
pada darah. Cacahan radiasi dideteksi menggunakan pencacah seperti detektor
Geiger-Muller (GM), sintilator, dan sebagainya.
Prinsip kerja radioimmunoassay dapat diringkas sebagai persaingan reaksi
dalam campuran yang terdiri dari antigen/hormon berlabel radioaktif, antibodi
dan antigen/hormon yang tidak berlabel radioisotop. Antigen radioaktif
dicampur dengan sejumlah antibodi. Antigen dan antibodi berikatan satu sama
lain menjadi satu zat. Kemudian ditambahkan zat yang tidak diketahui
jenisnya yang mengandung sedikit antigen. Zat baru ini merupakan zat yang
diuji. Secara sederhana digambarkan dengan asumsi bahwa antibodi yang
dimaksud berkonsentrasi sangat tinggi untuk dikombinasikan dengan antigen
atau antigen yang berlabel dalam molekul antibodi. Pada saat ikatan kadar
protein dan steroid radioaktif konstan, penghambatan ikatan hormon radioaktif
dengan ikatan protein merupakan fungsi dari jumlah hormon nonradioaktif
yang berada pada sampel.

Gambar 2 Prinsip Kerja RIA

2.3.Tahapan kerja Radioimmuno Assay (RIA)


A.ProsedurKerja
1. Darah masing-masing dipipet 100 µl dan dimasukkan kedalam tabung
yang telah dilapisi oleh lapisan progesterone antibodi yang telah
dilabel.
2.Tambahkan 1 ml radioisotop 125 i progesterone lalu kocok dengan
menggunakan votex mixer kemudian tutup dengan plastic parafilem dan
disimpan selama 24 jam pada suhu kamar.
3.Setelah disimpan larutan radioisotope dibuang kedalam botol khusus,
tabung dikeringkan dengan cara dibalik. Selanjutnya progesterone
dicacah dengan gamma coanter.
4.Presitasepengiukatan progesterone dalam sampel oleh progesterone
antibody spesifik dapat diketahui dengan membandingkan hasil cacahan
125 I pada tabung berlapis antibody tanpa sampel (control).
B.PascaAnalitik
2.4.Metode-Metode Radioimmuno Assay (RIA)

Terdapat dua metode dalam analisis menggunakan radioimmunoassay (ria)


diantaranya :

A. Prinsip non-kompetitif
Prinsip non kompetitif yang paling sering digunakan adalah
sandwich, yang mana prinsip dasarnya adalah reaksi suatu antibody dalam
konsentrasi yang terbatas dengan berbagai konsentrasi antigen.

B. Prinsipkompetitif
Sejumlah tertentu antibodi dimobilisasi (ditempelkan) pada suatu fase
padat misalkan dinding tabung plastik. Sampel pasien yang mungkin
mengandung biomolekul, misalkan patogen ditambahkan bersama sejumlah
tertentu biomolekul bertanda radioaktif yang akan berinteraksi dengan
antibodi yang timbul. Assay kompetitif antibodi berlabel enzim (e-ab).
Antigen (l) terikat pada fasa padat dan antigen dari contoh berkompetisi
untuk mendapatkan tempat pada molekul antibodi berlabel enzim yang
terbatas. Assay ‘sandwich’ dimana suatu antigen multivalen (l) pertama-
tama diikatkan pada suatu antibodi poliklonal (ab-1) yang dimobilisasi.

Gambar 3 Perbandingan Immunoassay ‘sandwich’(Kiri), immunoassay


kompetitif (kanan)
2.5. Kelebihan dan kekurangan Radioimmuno Assay (RIA)
A. Kelebihan
KelebihandarimetodeRIA, yaitu :Sensitivitasdanpresisi yang tinggi,
Pengerjaannyalebihcepatdantidak, danmemerlukansampel yang besar
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

RIA memanfaatkan radioaktivitas dari isotop radioaktif yang diinjeksikan


kedalam sampel.cacahan radiasi dideteksi menggunakan pencacah seperti
detector Geiger-Muller,Scintillator,dan sebagainya.
Teknik Radioimmunoassay kit RIA dapat digunakan untuk menganalisis
zat-zat yang ada didalam cairan tubuh, diantaranya urine, hormone, dan lain-
lain atau kultur media yang berkadar rendah dan matriksnya kompleks.Teknik
pengukuran RIA berdasarkan pada reaksi immunologi dengan menggunakan
radioisotop sebagai perunutnya.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang RIA serta mahasiswa diharapkan dapat melakukan
prosedur dengan lebih akurat lagi dan menghasilkan standar yang
benarsehingga hasil analisanya akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai