Anda di halaman 1dari 8

Volume 2 Issue 2 (2018) Pages 162-169

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v2i2.76

Useful of Clap Hand Games for Optimalize Cogtivite Aspects in Early


Childhood Education
Moh Fauziddin1, Mufarizuddin2
Prodi PG-PAUD Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Abstract
Playing is a learning method that best suits learning in early childhood. The pat game is one
of the types of play that is applied in Early Childhood Education. The purpose of education in
early childhood is to develop six aspects of its development namely; aspects of religious and
moral norms, aspects of physical and motor, aspects of cognition, aspects of emotional social,
aspects of language and aspects of art. This study aimed to know the utilization of deep pat
game on improving aspects of cognitive in early childhood. The subjects of this study were
children of group B Taman Kanak-Kanak (TK) Flamboyan Mekar Tapung district Kampar
regency a number of 14 girls and 8 boys. Data collection Technic used are documentation, a
questionnaire, an interview. This research involves the Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak
Indonesia (IGTK) Tapung Subdistrict to gain input in the development of game pat in order to
obtain results. The results of the analysis showed that 86% of children could increase aspects
of cognitive development
Keyword: Clap Hand Games, Coginitve Aspects, Early Childhood Education

Abstrak
Bermain merupakan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan pembelajaran pada
anak usia dini. Permainan tepuk merupakan salah satu dari jenis bermain yang diterapkan di
pendidikan anak usia dini. Tujuan Pendidikan pada anak usia dini adalah mengembangkan 6
aspek perkembangannya yakni; aspek norma agama dan moral, aspek fisik motorik, aspek
kognitif, aspek sosial emosional, aspek bahasa dan aspek seni. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pemanfaatan permainan tepuk dalam mengembangkan aspek Kognitif pada anak
usia dini. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B Taman Kanak-Kanak (TK)
Flamboyan Mekar kecamatan Tapung Kabupaten Kampar sejumlah 14 anak perempuan dan 8
anak lak-laki. Metode penelitian studi kasus dengan teknik pengumpulan data adalah
dokumentasi, kuesioner, dan wawancara. Penelitian ini melibatkan Ikatan Guru Taman
Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Kecamatan Tapung untuk memperoleh masukan dalam
pengembangan permainan tepuk agar memperoleh hasil yang optimal. Dari hasil analisis
didapatkan bahwa 86% anak dapat meningkat aspek perkembangan kognitifnya.

Kata Kunci: Permainan Tepuk, Aspek Kognitif, Anak Usia Dini

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2018


 Corresponding author :
Address : Bangkinang, Kampar, Riau ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : mfauziddin@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 2018 | 163

PENDAHULUAN fisik motorik, dan seni (Kemendikbud,


Masa anak usia dini merupakan 2014).
masa keemasan atau sering disebut Golden Salah satu aspek perkembangan
Age. Pada masa ini otak anak mengalami yang dikembangkan adalah aspek
perkembangan paling cepat sepanjang perkembangan kognitif. Aspek
sejarah kehidupannya. Hal ini berlangsung perkembangan kogitif pada anak usia dini
pada saat anak dalam kandungan hingga telah ditentukan indikatornya melalui
usia dini, yaitu usia nol sampai enam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
tahun. Namun, masa bayi dalam Anak (STPPA) yang tercantum dalam
kandungan hingga lahir, sampai usia empat Permendikbud 137 tahun 2014 sesuai
tahun adalah masa-masa yang paling dengan tingkat usia.STPPA adalah kriteria
menentukan. Periode ini, otak anak tentang kemampuan yang dicapai anak
sedang mengalami pertumbuhan yang pada seluruh aspek perkembangan dan
sangat pesat. Oleh karena itu memberikan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama
perhatian lebih terhadap anak di usia dini dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa,
merupakan keniscayaan. Wujud perhatian sosial-emosional, serta seni
diantaranya dengan memberikan (Kemendikbud, 2014)
pendidikan baik langsung dari orang Pemberian stumulasi aspek
tuanya sendiri maupun melalui lembaga perkembangan kognitif merupakan tugas
Pendidikan anak usia dini. Oleh sebab itu dari pendidik di Lembaga PAUD.
perkembangan pada masa awal ini akan Memberikan stimulasi kognitif pada anak
menjadi penentu bagi perkembangan merupakan bagian dari usaha
selanjutnya. Keberhasilan dalam mencerdaskan bangsa. Metode stimulasi
menjalankan tugas perkembangan pada kognitif merupakan bagian dari sebuah
suatu masa akan menentukan keberhasilan strategi pembelajaran untuk mencapai
pada masa perkembangan berikutnya tujuan optimalisasi fungsi kognitif anak.
(Fauziddin M, 2016:) (Mufarizuddin, 2017)
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini STPPA pada aspek perkembangan
(PAUD) menurut Undang-Undang nomor kognitif pada usia 5-6 tahun meliputi;
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan belajar dan pemecahan masalah, berpikir
nasional dinyatakan bahwa pendidikan logis, dan berpikir simbolik. Pada indikator
anak usia dini adalah sebagai suatu upaya belajar dan pemecahan masalah Salah satu
pembinaan yang ditujukan kepada anak cara yang efektif dalam mengembangkan
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun aspek kognitif anak usia TK adalah dengan
yang dilakukan melalui pemberian bermain. TK merupakan dunia bermain
rangsangan pendidikan untuk membantu untuk anak-anak. Oleh karena itu,
pertumbuhan dan perkembangan jasmani pendidikan di TK dilaksanakan dengan
dan rohani agar anak memiliki kesiapan metode dan strategi bermain. Dengan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut bermain, banyak hal yang dapat diajarkan
(Indonesia, 2003). kepada anak tanpa memberatkan mereka
Lebih lanjut menurut dalam (Maryani, 2015).
Permendikbud nomor 37 tahun 2014 Bermain memiliki pengaruh yang
dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini sangat besar bagi perkembangan seorang
merupakan pendidikan yang ditujukan anak. Anak- anak tidak perduli apakah
pada anak usia untuk merangsang dan kondisi fisik dan psikis bagus atau tidak,
memaksimalkan aspek-aspek semuanya dilakukan dengan senang,
perkembangannya. Terdapat 6 aspek karena pada hakikatnya bermain adalah
perkembangan yang harus dikembangkan kebutuhan bagi anak. Oleh karena itu,
oleh guru Pendidikan Anak Usia Dini peran orang tua dan guru dibutuhkan
(PAUD). Keenam aspek tersebut adalah dalam memberikan arahan dan
aspek perkembangan nilai agama dan pengawasan. Orang tua dan guru juga
moral, koginitf, sosial emosional, Bahasa, berperan dalam memilihkan permainan
164 | Useful of Clap Hand Games for Optimalize Cogtivite Aspects in Early Childhood Education

yang sesuai dengan tingkat perkembangan kegiatan bermain terpimpin merupakan


dan tidak karena alasan disukai anak kegiatan bermain yang telah dipersiapkan
semata. guru dan disesuaikan dengan tema.
Permainan (play) adalah suatu Aktivitas dalam kegiatan bermain
kegiatan yang menyenangkan yang terpimpin seperti permainan dalam
dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan lingkaran, permainan dengan alat,
itu sendiri (Santrock, 2002). Menurut teori permainan tanpa alat, permainan dengan
Psikoanalitik oleh Sigmund Freud, peran nyanyian, permainan dalam bentuk lomba,
bermain dalam perkembangan anak adalah permainan dengan angka, dan permainan
untuk mengatasi pengalaman traumatik, mengasah panca indra.
coping terhadap frustasi. Sedangkan Disamping itu kurikulum yang
Menurut teori Kognitif oleh Piaget, peran diterapkan pada Lembaga PAUD
bermain dalam perkembangan anak adalah hendaknya bervariasi agar memperoleh
untuk mempraktikkan dan melakukan hasil yang maksimal. The Curriculum for
konsolidasi konsep-konsep serta pre-school learning, taking into
keterampilan yang telah dipelajari consideration the numerous formative
sebelumnya. Sedangkan menurut teori valencies of these in the field of stimulating
Bateson, peran bermain dalam some favorable attitudes of creativity
perkembangan anak adalah untuk (initiative, curiosity, independence, self
memajukan kemampuan untuk memahami esteem). Within the optional „Creativity
berbagai tingkatan makna (Bateson, G., & and Human Activity” we observed the
Mead, 1942). stimulation of creativity in children
Melalui permainan, anak akan through: interdisciplinary approach of the
memperoleh informasi lebih banyak artistic educational contents and through a
sehingga pengetahuan dan pemahamannya strategy (based on: active didactic
lebih kaya dan lebih mendalam. Bila methods, setting the educational
informasi baru ini ternyata berbeda dengan environment on centers of interest,
yang selama ini diketahuinya, maka artinya permissive didactic behaviours)
anak mendapat pengetahuan yang baru. stimulating for the initiative, self esteem
Dengan permainan, struktur kognitif anak autonomy, child’s sociability, as factors
menjadi lebih dalam, lebih kaya dan lebih faborable for creativity (Elena, 2013)
sempurna. Salah satu permainan yang sering
Permainan dapat dipadukan dari digunakan oleh guru dan disukai anak
beberapa permainan yang disebut dengan adalah permainan tepuk. Dalam permainan
permainan kolaboratif. Permainan tepuk guru dapat menyesuaikan materi
kolaboratif merupakan metode mengajar yang diajarkan sesuai dengan tema yang
dengan cara guru memberikan tugas dipelajari dalam periode tersebut. Guru
kepada anak secara berkelompok tertentu dapat memberikan materi yang cocok
agar anak bekerja sama atau secara untuk anak-anak, mudah dipahami dan
kolaboratif dalam upaya mencapai tujuan disukai anak-anak dan bisa dikaitkan
pembelajaran. (Ananda & Fadhilaturrahmi, dengan pengalaman anak. Apalagi jika
2018) permainan tepuk tersebut dilakukan oleh
Menurut Diana Mutiah (Diana anak-anak yang sebaya yang dipimpin oleh
Mutiah, 2010:), ragam permainan anak orang dewasa dan diikuti dengan gerakan-
terdiri dari permainan dengan angka, gerakan tubuh yang sederhana dapat
bermain melalui gerak dan lagu serta dirasakan bersama-sama dan anak akan
permainan kreatif. Apabila ditinjau dari belajar dan menyadari tentang tubuhnya
pelaksanaannya, kegiatan bermain terdiri sendiri serta merasakan setara dengan
dari bermain bebas dan bermain terpimpin. hakikat apa yang ada dalam dirinya sendiri.
Bermain bebas merupakan kegiatan yang Hasil wawancara dengan pengurus
mana anak-anak boleh memilih kegiatan IGTKI Kecamatan Tapung didapatkan
dan alat bermain yang disukai, sedangkan bahwa permainan tepuk yang diterapkan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 2018 | 165

oleh guru dalam pembelajaran di PAUD pengetahuan sosial yang secara


masih kurang bervariasi. Guru mengulang- fundamental bergantung pada pengamatan
ulang permainan tepuk yang sama pada pada manusia dalam kawasannya sendiri
setiap harinya. hal ini berakibat kurang dan berhubungan dengan orang-orang
antusiasnya anak-anak dalam mengikuti tersebut dalam bahasanya dan
proses pembelajaran. peristilahannya. Pada penelitian
Dari hasil observasi didapatkan menghasilkan dan mengolah data yang
kurang bervariasinya permainan tepuk sifatnya deskriptif, seperti transkripsi
yang diterapkan oleh guru disebabkan oleh wawancara , catatan lapangan, gambar,
beberapa faktor diantaranya; guru tidak foto, dan lain-lain.
berani mengubah permainan tepuk yang Untuk memudahkan dalam
sudah ada, guru tidak memiliki inisiatif pelaksanaan penelitian, peneliti mencoba
dalam mengembangkan permainan tepuk, menjabarkan operasional variabel
dan guru belum memiliki pengetahuan berdasarkan permasalahan yang diteliti
serta keterampilan dalam mengembangkan yakni pemanfaatan permainan tepuk dalam
permainan tepuk. Dengan latar belakang mengembangkan aspek perkembangan
diatas peneliti akan menganalisis fisik motoric pada anak usia dini.
pemanfaatan permainan tepuk di PAUD, Sedangkan anak usia dini dijadikan sebagai
fokus pada aspek perkembangan kognitif objek penelitian.
anak usia dini.
HASIL PENELITIAN
METODE Berdasarkan wawancara dengan
Metode yang digunakan pada kepala sekolah dan bagian kurikukum
penelitian ini adalah metode deskriptif bahwa langkah yang pertama ditempuh
analisis studi kasus dengan pendekatan dalam perencanaan adalah menentukan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tujuan pembelajaran. Tentang
penelitian yang menghasilkan dan pemanfaatan permainan tepuk mengacu
mengolah data yang sifatnya deskriptif, pada Standar Tingkat Pencapaian
seperti transkripsi wawancara, catatan Perkembangan Anak (STPPA) oleh
lapangan, gambar, rekaman video dan lain- direktorat PAUD, sedangkan jenis
lain. permainannya dibuat buat sendiri oleh guru
Tahapan penelitian yang dilakukan berdasarkan referensi permainan dari acara
adalah persiapan, pelaksanaan dan pelatihan dan pertemuan guru. Selanjutnya
pengolahan data. Adapun teknik permainan tepuk yang sudah diterapkan
pengumpulan data yang digunakan dalam dibuat buku panduan permainan tepuk
penelitian adalah wawancara, observasi untuk mengembangkan aspek-aspek
dan studi dokumen dengan menggunakan perkembangan anak usia dini. Buku
alat bantu berupa pedoman wawancara, panduan tersebut dikonsultasikan dengan
dan pedoman observasi. pengurus IGTKI Kecamatan Tapung dan
Penelitian studi kasus ini Dosen Program Studi PG-PAUD
menggunakan penelitian pendekatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor Riau.
dalam (Moleong & Lexy, 1998; halaman? ) Berdasarkan observasi dan sudi
mendefinisikan metodologi kualitatif dokumen ditemukan bahwa jadwal
sebagai prosedur penelitian yang pemanfaatan permainan tepuk di
menghasilkan data deskriptif berupa kata- Kelompok A TK Flamboyan Mekar sesi
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pertama mulai pukul 07.45-08.30 diawali
perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan pembukaan dengan membaca surat
dengan definisi tersebut Kirk dan Miller fatihah, doa akan belajar, syahadat, dan
dalam (Moleong & Lexy, 1998) absensi. Selanjutnya permainan tepuk
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif diterapkan untuk mengembangkan 6 aspek
adalah tradisi tertentu dalam ilmu perkembangan anak. Salah aspek
166 | Useful of Clap Hand Games for Optimalize Cogtivite Aspects in Early Childhood Education

perkembangan tersebut adalah aspek dan dapat memecahkan masalahnya


perkembangan kognitif untuk usia 5-6 bersama.
Tahun. Hasil observasi pada kelompok A
Permainan tepuk yang digunakan didapatkan bahwa pada awalnya anak
antara lain; permainan tepuk tidak boleh canggung melakukan permainan tepuk
salah, permainan tepuk gerakan kaki, dan tidak boleh salah ini. Hal ini wajar terjadi
permainan tepuk gerakan kepala. karena baru dikenalkan dan dipraktikkan
Contoh 1 oleh guru pada anak. Setelah anak
Nama Tepuk : Tepuk Gerak Kaki melakukan permainan ini beberapa kali
Instruksi : Tepuk Gerak Kaki barulah mereka dapat melakukannya
Jumlah Pemain : Bebas
dengan baik. Bahkan mereka terus ingin
melakukannya pada saat jam istirahat dan
Aspek Perkembangan :Kognitif, sosial
sepulang sekolah. Dari hasil wawancara
emosional dan fisik motorik
dengan orang tua didapatkan bahwa anak
mengajak adik, kakak atau saudara untuk
Cara Bermain : Anak melakukan gerakan melakukan permainan ini dirumah. Murni
sesuai dengan ucapan nama tepuk. salah satu walimurid dari Anisa
mengatakan Anisa mengajari adiknya
Jinjit – Jinjit
permainan ini dan bermain dengannya.
Contoh 2
Angkat Kanan
Nama Tepuk : Tepuk Tidak Boleh Salah
Angkat Kiri Instruksi : Tepuk tidak boleh salah
Jumlah Pemain : 2 orang anak
Langkah Kanan Aspek perkembangan :Kognitif, fisik
motorik, dan social emosional
Langkah Kiri Cara bermain ; kedua anak berhadapan,
anak pertama menepukkan tangan kanan
Langkah Mundur dengan tangan kanan anak kedua, pada saat
menyebut huruf A dan tangan kiri pada saat
Langkah Depan menyebut huruf B, pada saat menyebut
huruf C kedua tangan anak pertama berada
Hentak Kanan diatas dan kedua tangan anak kedua berada
dibawah dalam melakukan tepuk. Begitu
Hentak Kiri seterusnya sampai huruf Z. Apabila salah
satu anak melakukan kesalahan, maka
Jalan Ditempat diberikan konsekwensi hukuman sesuai
dengan kesepakatan kedua anak tersebut.
Lari Kecil

Hore Pada awalnya guru mencontohkan


macam-macam gerakan kaki mulai dari
langkah kanan sampai lari kecil, setelah itu
Guru terlebih dahulu memberikan menerapkannya dalam permainan tepuk ini
contoh perpasangan dengan guru secara bersama-sama dengan anak.
pendamping di kelas, kemudian anak Dari hasil observasi yang dilakukan
dipasangkan dan Bersama-sama pada kelompok A TK Flamboyan Mekar
mempraktikkan apa yang dicontohkan oleh didapatkan bahwa pada awalnya masih
guru. lamban dalam melakukan gerakan karena
Dalam permainan ini anak dapat masih belum hafal dengan macam-macam
mengetahui dan menghafal urutan abjad gerakan kaki, bahkan ada 3 anak dari 21
mulai dari A sampai Z. Disamping itu anak di kelompok A yang oleng dan
mereka juga dapat terbangun kekompakan hampir terjatuh pada saat melakukan
dan keakraban dengan kawan bermainnya, gerakan jinjit
saling mengingatkan jika terjadi kesalahan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 2018 | 167

Setelah dilakukan beberapa kali proses pembelajaran berlangsung dan


anak sudah mengerti dan hafal macam- observasi berdasarkan STPPA.
macam gerakan kaki, anak mulai senang Dari hasil lembar observasi
dengan permainan ini dan meminta didapatkan bahwa permainan tepuk dapat
mengulang tepuk ini berkali-kali. mengembangkan aspek perkembangan
Contoh 3 kognitif anak usia dini seperti nampak
Nama Tepuk : Tepuk Gerak Tangan pada tabel dibawah ini.
Instruksi : Tepuk Gerak Tangan Tabel 1 : Rekapitulasi hasil
Jumlah Pemain : Bebas observasi perkembangan kognitif pada
Aspek Perkembangan :Kognitif, sosial kelompok A PUAD Flamboyan Mekar
emosional dan fisik motorik pada 6 kali Observasi.

Cara Bermain : Anak melakukan gerakan Indi- Jumlah anak Kete-


sesuai dengan ucapan nama tepuk. kator rangan
BB MB BS BSB Krite-
(1) (2) (3) (4) ria
Remas - Remas 1 1 3 7 10 BSB
2 3 4 8 6 BS
Dada - Dada
3 2 2 6 11 BSB
Putar - Putar 4 5 2 5 9 BSB
Sumber : Hasil penelitian 2018
Tepuk - Tepuk Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa rata-rata anak kelompok A
Kepak - Sayap Berkembangan Sangat Baik (BSB) pada
Lalu Terbang aspek perkembangan kognitif anak usia
Wuss... dini dengan memanfaatkan permainan
tepuk yang dsesuaikan dengan kebutuhan
STPPA usia 5-6 tahun. Masih ada anak
Pada awalnya guru mencontohkan yang Belum Berkembangan (BB), dari
macam-macam gerakan tangan mulai dari hasil wawancara dengan Guru dan Orang
gerakan remas sampai gerakan terbang. tua, anak yang yang BB adalah anak yang
Saat tepuk yang terakhir anak melakukan usianya masih dibawah 5 tahun dan anak
gerakan terbang sambil berkeliling kelas. yang memiliki gangguan belajar.
Setelah itu menerapkannya dalam
permainan tepuk ini secara bersama-sama PEMBAHASAN
dengan anak. Pemanfaatan permainan tepuk bahwa
Dari hasil observasi yang dilakukan kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai
penulis didapatkan bahwa pada awalnya dengan konsep program pendidikan anak usia
masih lamban dalam melakukan gerakan dini. Materi dan jenis kegiatan di PAUD
karena masih belum hafal dengan macam- Flamboyan Mekar jelas mengarah pada
macam gerakan tangan, ada 5 anak dari 21 konsep program PAUD, yaitu. PAUD
anak di kelompok A masih belum bisa dilakukan terarah ke pengembangan
melakukan gerakan kepak sayap dan segenap aspek-aspek perkembangan anak,
terbang. dan salah satu aspek pengembangan itu
Setelah dilakukan beberapa kali adalah aspek perkembangan kognitif anak
anak sudah mengerti dan hafal macam- usia dini. Isi kurikulum dikembangkan
macam gerakan tangan, anak mulai senang dengan bahan-bahan atau materi yang
dengan permainan ini. mengarah ke tujuan.
Berdasarkan wawancara dengan Issue mengenai pemanfaatan
para ustadzah serta studi dokumentasi, permainan dalam pembelajaran pada anak
evaluasi yang digunakan dalam usia dini sudah seharusnya mendapatkan
pelaksanaan pemanfaatan permainan tepuk perhatian disemua aspek perkembangan.
di PAUD Flamboyan Mekar dilakukan saat Conceptual issues also include the need to
168 | Useful of Clap Hand Games for Optimalize Cogtivite Aspects in Early Childhood Education

more fully acknowledge that measures of hal ini Raihani dalam penelitiannya
social and emo- tional development reflect menyatakan The injustice experienced by
not only children's behaviors, skills and students is partly a manifest of the hidden
knowledge, but also features of the curriculum, which has seemingly missed
contexts in which children grow, learn, the attention of the schools’ leaders and
and play. (Jones, Zaslow, Darling- teachers. (Raihani, 2012)
Churchill, & Halle, 2016) Oleh karena itu sudah seharusnya
Berdasarkan studi dokumentasi dan guru dapat mengajar secara professional
wawancara dengan wali kelas bahwa sehingga tujuan pembelajaran dapat
kurikulum atau materi pembelajaran di tercapai. Senada dengan hal ini (Winarsih
PAUD Flamboyan Mekar telah bersumber & Mulyani, 2012) menyebutkan Guru yang
dari kurikulum 2013 dan berdasarkan profesional dan mampu mengelola
permendikbud 137 tahun 2014. Adapun pembelajaran dengan baik, berimplikasi
tema yang dipilih pada pemanfaatan pada peningkatan kemampuan siswa dalam
permainan tepuk ini juga telah sesuai mengkonstruksi pengetahuannya dan
dengan rambu-rambu dari pemilihan tema. penerapannya dalam kehidupan sehari-
Tema adalah media untuk mengenalkan hari.
berbagai konsep sehingga anak mampu Guru seharusnya mendapatkan
mengenal secara utuh, mudah, dan jelas. pelatihan dan pengawasan dalam
Tema merupakan konteks (fokus bahan) penerapan pembelajarannya. The teachers
yang membingkai semua kegiatan untuk were trained before using the curriculum.
mencapai tujuan. There were supervision visits to follow up
Pelaksanaan pemanfaatan and monitor the use of the curriculum.
permainan tepuk yang dikembangkan di They, therefore, had knowledge and
PAUD Flamboyan Mekar sesuai dengan understanding about the development of
prinsip-prinsip perkembangan anak, hal preschool children in relations to the
tersebut nampak pada pengembangan inheritance in all areas of Thai identity.
aspek perkembangan kognitif pada usia 5-6 (Pinyoanuntapong, 2013)
tahun yakni dengan mengenalkan dan
membiasakan aktivitas yang bersifat KESIMPULAN
eksploratif, dan menyelidik, pemecahan PAUD Flamboyan Mekar Tapung
masalah sederhana, menerapkan memanfaatkan permainan tepuk dalam
pengetahuan dalam kehidupan dan sikap pembelajaran dalam upaya
kreatif melalui permainan tepuk agar anak mengoptimalkan aspek perkembangan
mau melakukannya dengan riang. Guru anak. Hasil analisis penelitian didapatkan
menjadi salah satu faktor penentu bahwa 85% anak dapat berkembang secara
keberhasil pemanfaatan permainan tepuk optimal aspek koginitfnya. Permainan
dalam pembelajaran. Kreatifitas guru tepuk disesuaikan dengan Standar STPPA
dalam membuat permianan tepuk dan dan telah di konsultasikan dengan Ikatan
menyesuaikan dengan indikator aspek Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia
perkembangan hal ini sesuai dengan (IGTKI) Tapung.
penelitian (Maemonah, 2016)
Pendidik menjadi faktor penentu UCAPAN TERIMA KASIH
keberhasilan proses pendidikan karena di Penulis ucapkan terima kasih
tangan pendidik sejatinya proses kepada segenap Ristekdikti yang telah
pendidikan dijalankan dalam ruang kelas. memberikan bantuan hibah penelitian ini.
Namun demikian guru hendaknya adil Seganp pimpinan dan civitas akademika
dalam memperlakukan anak pada saat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
bermain tepuk apabila ada yang Guru dan Karyawan PAUD Flamboyan
membutuhkan perhatian atau bantuan Mekar Tapung Kampar serta pengurus
dalam permainan, hal ini akan membawa IGTKI.
dampak negatif pada anak. Senada dengan
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 2018 | 169

DAFTAR PUSTAKA Moleong, & Lexy, J. (1998). Metodologi


Ananda, R., & Fadhilaturrahmi, F. (2018). Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Peningkatan Kemampuan Sosial Remaja Rosda Karya.
Emosional Melalui Permainan Mufarizuddin, M. (2017). Peningkatan
Kolaboratif pada Anak KB. Jurnal Kecerdasaan Logika Matematika
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Anak melalui Bermain Kartu Angka
Usia Dini, 2(1), 20–26. Kelompok B di TK Pembina
Bateson, G., & Mead, M. (1942). Balinese Bangkinang Kota. Jurnal Obsesi :
char- acter: A photographic Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
analysis. New York: New York 1(2), 148–155.
Academy of Sciences. Pinyoanuntapong, S. (2013). The
Diana Mutiah. (2010). Psikologi Bermain Development of Thai Early
Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Childhood Education Curriculum to
Prenada Media Group. Promote Desirable Characteristics of
Elena, D. (2013). The Determinsm for Preschool Children. Procedia -
Attitude Factors in Pre-school Social and Behavioral Sciences, 88,
Children for Amplifying His 321–327.
Creative Manifestations. Procedia - https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013
Social and Behavioral Sciences, 76, .08.512
291–296. Raihani, R. (2012). Islamic School and
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013 Social Justice in Indonesia : A
.04.115 Student Perspective. Al-Jami’ah:
Fauziddin, M. (2016). Peningkatan Journal of Islamic Studies, 50(2),
Kemampuan Kerja Sama melalui 279–302.
Kegiatan Kerja Kelompok Pada Reni, M. (2015). Pengembangan
Anak Kelompok A TK Kartika Salo Kreativitas Anak melalui Proses
Kabupaten Kampar. Jurnal Obsesi : Pembelajaran pada Pendidikan
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Taman kanak-Kanak.
2(1). Santrock, J. W. (2002). A Topical
Indonesia, R. Undang-Undang Nomor 20 approach to life-span development.
Tahun 2003, 41 § (2003). Jakarta: Erlangga.
Jones, S. M., Zaslow, M., Darling- Winarsih, A., & Mulyani, S. (2012).
Churchill, K. E., & Halle, T. G. Peningkatan profesionalisme guru
(2016). Assessing early childhood IPA melalui lesson study dalam
social and emotional development: pengembangan model pembelajaran
Key conceptual and measurement PBI. Jurnal Pendidikan IPA
issues. Journal of Applied Indonesia, 1(1), 43–50.
Developmental Psychology, 45, 42– https://doi.org/10.15294/jpii.v1i1.201
48. 2
https://doi.org/10.1016/j.appdev.201
6.02.008
Kemendikbud, R. I. (2014). Permendikbud
Nomor 137 Tahun 2014 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini.
Maemonah, M. (2016). Upaya Peningkatan
Manajemen Pembalajaraan Kelas di
Madasah Ibtidaiyah Ma’arif
Sembego Maguwoharjo: Prospek dan
Tantangan. Al Athfal: Jurnal
Pendidikan Anak, 2(1), 75–90.

Anda mungkin juga menyukai