Asadsfdxfd
Asadsfdxfd
Skabies adalah penyakit kulit menular akibat 2012 mengalami peningkatan lebih dari dua kali
infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes lipat menjadi 2941 orang.
scabiei var hominis dan produknya. Menurut
WHO (World Health Organization) terdapat Menurut Notobroto, 2005 dalam Astriyanti,
sekitar 300 juta kasus skabies di dunia setiap 2010 menyatakan bahwa faktor yang berperan
tahunnya. Skabies termasuk penyakit kulit yang dalam penyakit kulit adalah sosial ekonomi
endemis di wilayah beriklim tropis dan yang rendah, hygiene perorangan yang jelek,
subtropis, seperti Afrika, Mesir, Amerika lingkungan yang tidak saniter, dan perilaku
tengah, Amerika selatan, Australia utara, yang tidak mendukung kesehatan. Di beberapa
Australia tengah, Kepulauan karabia, India, dan negara termasuk Indonesia penyakit skabies
Asia tenggara. Skabies masih menjadi masalah yang hampir teratasi cenderung mulai bangkit
utama di banyak komunitas Aborigin di dan merebak kembali. Laporan dari dinas
Australia, dimana berkaitan dengan tingkat kesehatan dan dokter praktek mengidikasikan
kemiskinan dan kepadatan penduduk. bahwa penyakit skabies telah meningkat di
beberapa daerah.
Penyebab penyakit kulit skabies adalah tungau
(mite) Sarcoptes scabei, dimana dikelompokkan Kejadian skabies di negara berkembang
dalam kelas Arachnida. Penyakit skabies termasuk Indonesia terkait dengan kemiskinan
umumnya dikenal sebagai kutu badan. dengan tingkat kebersihan yang rendah,
Penyebaran penyakit kulit skabies dapat terjadi keterbatasan akses air bersih, kepadatan hunian
secara langsung maupun tidak langsung. Secara dan kontak fisik antar individu memudahkan
langsung, melalui sentuhan kulit dengan transmisi dan infentasi tungau skabies. Skabies
penderita. Secara tidak langsung melalui bantal, sering diabaikan, dianggap biasa saja dan
air, baju, seprai, handuk, atau sisir yang lumrah terjadi pada masyarakat di Indonesia,
dipergunakan penderita dan belum dibersihkan karena tidak menimbulkan kematian sehingga
sehingga masih ada kutu sarcoptes. penaganannya tidak menjadi prioritas utama,
padahal jika tidak ditangani dengan baik skabies
Infestasi tungau ini mudah menyebar dari orang dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
ke orang melalui kontak fisik dan sering
menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah. Peran petugas kesehatan khususnya dokter
Tungau betina membuat terowongan di bawah adalah mengidentifikasi masalah klinis pada
lapisan kulit paling atas dan menyimpan pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang
telurnya dalam lubang. Beberapa hari kemudian berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis
akan menetas tungau muda (larva). Infeksi pada pasien dan keluarga, dan mengubah
menyebabkan gatal-gatal hebat, mungkinan perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta
merupakan suatu reaksi alergi terhadap tungau. partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.
Prevalensi skabies di puskesmas seluruh
Indonesia pada tahun 2013 adalah 3,9%-6% dan TUJUAN PENULISAN
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit 1. Mengidentifikasi faktor risiko dan masalah
tersering. Penyakit tersebut biasanya berasal klinis yang terdapat pada pasien.
dari pemukiman kumuh seperti tempat 2. Menerapkan pendekatan dokter keluarga
pembuangan akhir, rumah susun, dan pesantren yang holistik dan komprehensif sesuai
termasuk sanitasi lingkungan yang buruk. masalah yang ditemukan pada pasien, dan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi melakukan penatalaksanaan berbasis
Lampung tahun 2011, jumlah kasus baru Evident Based Medicine yang bersifat
penyakit skabies berjumlah 1135 orang, tahun family-approach dan patient-centered.
ILUSTRASI KASUS
Pasien Ny. M, seorang wanita usia 46 tahun, daerah lipatan siku kedua tangannya, perut,
datang ke puskesmas Gedong Air dengan bokong, paha, lipatan paha, dan kedua tungkai
keluhan muncul bintil-bintil kemerahan terasa sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan gatal
gatal hampir di seluruh tubuh sejak 1 minggu dirasakan pasien meningkat pada malam hari.
yang lalu. Gatal dirasakan terutama pada malam Pasien telah menggunakan bedak penghilang
hari. Ny. M mengatakan awalnya keluhan gatal namun keluhan tidak kunjung hilang.
berupa bintil-bintil kecil muncul di lipatan siku Pasien mengatakan awalnya keluhan berupa
kedua tangannya, Ny. M menganggap hal bintil-bintil kecil seperti biang keringat pada
tersebut hanya biang keringat yang akan hilang kedua siku tangan, namun lama kelamaan bintil-
jika diberi bedak pengilang gatal. Namun, bintil semakin banyak dan menyebar lengan,
semakin hari keluhan bertambah banyak dan perut, punggung, bokong, paha dan tungkai
muncul di tempat lain yaitu di lengan, pasien. Anak ketiga pasien juga mengalami
punggung, perut, bokong, paha, lipatan paha keluhan serupa, sehingga pasien memutuskan
serta tungkai kiri dan kanan. Keluhan ini untuk berobat ke puskesmas bersama anaknya.
dirasakan baru pertama kali dan pasien belum
pernah berobat sebelumnya. Pemeriksaan Fisik
Penampilan sesuai usia, keadaan umum tampak
Pasien mengatakan sering menggaruk bagian sakit ringan, kesadaran compos mentis, berat
tubuh yang gatal sehingga timbul koreng dan badan 47 kg, tinggi badan 154 cm, Status gizi:
bekas luka. Keluhan lain seperti demam, mual, IMT 19,8 (gizi baik), TD 120/70 mmHg, nadi
muntah, dan nyeri kepala disangkal oleh pasien. 80 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu
Pasien juga tidak memiliki alergi baik terhadap 36,50C.
makanan atau obat-obatan. Selain pasien,
anggota keluarga lainnya yang tinggal serumah Status generalis :
juga memiliki keluhan yang sama. Kepala: Rambut hitam sebagian abu-abu
tersebar merata tidak ada kebotakan.
Keluarga pasien tidak ada yang menderita darah Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-
tinggi, kencing manis, penyakit jantung, /-)
penyakit paru, penyakit ginjal, asma dan alergi THT: Telinga, hidung, kesan dalam batas
baik obat maupun makanan. Sehari-hari pasien normal, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1.
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kadang Thorax :
mengikuti arisan di lingkungannya. Pasien Jantung
mengatakan tidak rutin membersihkan rumah I: ictus kordis tidak tampak
dan mencuci handuk atau sprei. P: ictus cordis teraba pada SIC 5
METODE P:batas jantung kanan SIC 4 sternalis dekstra,
batas jantung kiri SIC 2 jari medial linea
Studi ini merupakan laporan kasus. Data primer midclavicular sinistra
diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik A: BJ I/II reguler
dan kunjungan rumah. Data sekunder didapat Paru
dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan I: tampak simetris, retraksi (-), pernapasan
diagnosis holistik dari awal, proses dan akhir tertinggal (-)
studi secara kualitatif dan kuantitatif. P: fremitus taktil simetris kanan dan kiri, nyeri
tekan (-), massa (-)
P: sonor +/+
DATA KLINIS A: rhonki (-), wheezing (-)
Anamnesis
Pasien Ny. M, usia 46 tahun datang ke Abdomen
puskesmas Gedong Air untuk berobat dengan I: Datar, tidak ascites
keluhan bintil-bintil kemerahan terasa gatal di
A: BU (+) 8 kali per menit
P: Nyeri tekan (-) Komunikasi dalam keluarga berjalan lancar.
P: Timpani Keluarga pasien sering berkumpul bersama
Ekstremitas: Akral hangat, edem (-/-) karena membicarakan aktivitas yang dilakukan
Muskuloskeletal dan neurologis: Kesan dalam seharian oleh masing-masing anggota keluarga.
batas normal. Pemecahan masalah di keluarga pasien melalui
diskusi antara pasien dan suaminya sedangkan
Status lokalis: anak-anak tidak dilibatkan. Keputusan di
Pada regio antebrachii dextra/sinistra, brachii keluarga biasanya ditentukan oleh suami pasien,
dextra/sinistra, truncus anterior, abdomen, namun terkadang pasien juga pernah bertindak
gluteus dan femoris dextra/sinistra tampak sebagai pengambil keputusan atas persetujuan
makula hipopigmentasi multipel, ukuran miliar- suami pasien.
lentikuler, diskret-konfluens, generalisata serta
pada regio antebrachii dextra/sinistra, truncus Untuk memenuhi kebutuhan materi sehari-hari
anterior/posterior, femoris dextra/sinistra keluarga ini bergantung pada suami dan anak
tampak papul multipel ukuran miliar, diskret. pasien yang bekerja sebagai wiraswasta. Pasien
setiap hari berada di rumah dan menyelesaikan
DATA KELUARGA pekerjaan rumah, setelah itu pasien sesekali
mengikuti acara yang diadakan ibu-ibu di
Pasien merupakan anak ketiga dari enam lingkungannya. Pendapatan perbulan keluarga
bersaudara, orangtua pasien tinggal di Bandar sebesar ± Rp.1.500.000 yang digunakan untuk
Lampung dan saat ini masih hidup. Saudari menghidupi 5 orang di keluarga ini.
pasien tinggal di Bandar Lampung bersama
keluarganya.Saat ini pasien tinggal bersama Perilaku berobat keluarga yaitu memeriksakan
suaminya yaitu Tn.S (52 tahun), anak ke-1 yaitu keluarganya yang sakit ke layanan kesehatan.
EK (24 tahun), anak ke-2 yaitu BS (20 tahun) Keluarga pasien berobat ke Puskesmas Gedong
dan anak ke-3 yaitu An. I (15 tahun). Bentuk Air yang berjarak ± 1 kilometer dari rumah
keluarga pasien adalah keluarga inti. pasien.
Community Oriented
Memberikan konseling mengenai penularan dan
pencegahan penyakit skabies yang dapat
menular ke tetangga seperti tidak bersentuhan
secara langsung.