Strategi
Strategi
Disusun Oleh :
Pebrianty Merkhuri Sitorus (1762201129)
4 shift 7
A. Latar Belakang
Dalam era kompetisi global seperti sekarang ini telah terjadi pergolakan dalam setiap aktivitas
bisnis jasa, perdagangan, dan industri. Hal ini mungkin disebabkan oleh dampak globalisasi,
seperti pemberlakuan AFTA, NAFTA, Uni Eropa, dan WTO. Di samping itu, adanya
kecenderungan lingkungan yang semakin berubah, yaitu teknologi maju dengan pesat, daur
hidup produk semakin pendek, kerumitan produksi semakin meningkat, standar kualitas yang
dibutuhkan oleh konsumen semakin meningkat, banyaknya dan diversifikasi produk meningkat.
Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan lingkungan tersebut adalah proses
produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Dengan penerapan teknologi ini, maka proporsi biaya
overhead dalam elemen harga pokok produksi akan menempati porsi yang lebih besar sehingga
diperlukan kalkulasi dan pembebanannya kepada harga pokok produk sesuai dengan proporsi
aktivitas yang dikonsumsi. Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan
secara arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang
tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa
diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar untuk
pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara
lain:
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang mengadopsi
penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC)/ Activity Based
Costing dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan
proses, mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam
perencanaan strategis.
Informasi manajemen biaya merupakan informasi yang dibutuhkan untuk mengelola secara
efektif perusahaan atau organisasi nonprofit, baik berupa informasi keuangan tentang biaya dan
pendapatan maupun informasi nonkeuangan yang relevan, yaitu produktivitas, kualitas, dan
faktor kunci sukses lainnya untuk perusahaan. Informasi ini sebagai salah satu informasi penting
bagi manajemen dalam melaksanakan fungsinya, yaitu pembuatan keputusan yang bersifat
strategis untuk pengembangan posisi kompetitif sehingga keunggulan kompetitif dapat
menyebabkan kesuksesan yang berkesinambungan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Menurut Hongren (2005) ABC (Activity Based Costing) didefinisikan sebagai suatu sistem
pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya
adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian
biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.
Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009:2) Activity-Based Costing adalah: “Metode costing yang
mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para
manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas
dan biaya tetap”.
Sedangkan Activity Based Costing menurut Hansen and Mowen (1999: 321) adalah suatu sistem
kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke pr Menurut Bastian
Bustami dan Nurlela (2009:25) Activity-Based Costing adalah: “Metode membebankan biaya
aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada
objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta
untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terikat dengan proses dan objek biaya”.
Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004:496) Activity-Based Costing adalah:
“Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya
lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang
tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor)”.
Pengertian ABC (Activity Based Cost) sistem dalam Mulyadi (2003:25) merupakan: “sistem
informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan
personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas”.
Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) adalah “Metode costing yang
dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan
keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.”
Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen
yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk
menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis
dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya.
Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke sumberdaya-
sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan biaya produk yang lebih
akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep tradisional. ABC baik untuk
diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memiliki
komponen biaya tidak langsung yang signifikan.
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi
berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan
dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang
melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau
menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang
mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan
produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik
dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
B. Tujuan Activity Based Costing
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara
tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Full costing dan variable
costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produk saja,
sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada
semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :
2. Fase produksi
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak masuk
dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu perusahaan juga
memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka semua biaya yang
terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai
biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung, pengawasan mesin produksi, pajak,
asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperdalam ABC, proses identifikasi aktivitas
merupakan salah satu bagian yang penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya overhead
pabrik. Tahap pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam 4
kategori aktivitas, yaitu :
1. Unit Level Activities (tingkat unit)
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga biaya produk
yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan berdasarkan jumlah unit yang diproduksi.
Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka
semakin banyak juga tenaga kerja langsung dibutuhkan.
Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi sejumlah order
tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch sehingga biaya produksi yang
berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan berdasarkan jumlah batch yang diproduksi
misalnya : biaya set-up mesin. Semakin banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya
pada aktivitas set-up, tetapi semakin sering set-up dilakukan maka semakin besar pula biaya set-
up mesin.
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi suatu produk,
pemeliharaan produk, pengembangan produkdan inovasi produk.Beban biaya yang terjadi pada
aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang
dikonsumsi tidak tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan
perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan maka semakin sering aktivitas ini
dilakukan sehingga semakin besar biaya yang dibutuhkannya.
Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan,
seperti pemasaran, sumber daya manusia, pengembangan sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-
lain. Tetapi aktivitas ini tidak berhubungan dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.
Sedangkan pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok tersebut, biaya yang
muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok aktivitasnya, sehingga dalam
membebankan biaya sistem ABC dapat digambarkan dengan dua tahapan, yaitu :
Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam tiga tahap yaitu :
Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya sumber daya
dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya sumber daya ada dalam subrekening buku
besar, seperti bahan, supplies, pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel,
dan peralatan lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.
Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam organisasi.
Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan catatan yang ada, dan
penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan, observasi, dan wawancara secara
terus-menerus terhadap orang-orang kunci. Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan hal-
hal ini kepada karyawan atau manajer kunci :
Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan observasi dan
membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.
a. Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap satu unit
produk. Contoh aktivitas berlevel unit (berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian bahan,
pemakaian jam kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas
menjalankan mesin.
b. Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch atau kelompok
produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu batch ingin diproduksi. Contoh aktivitas
berlevel batch adalah setup, mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk
setiap batch dan penanganan bahan.
c. Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk mendukung produk adalah merancang
produk, administrasi suku cadang, penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa
dan ekspedisi.
d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung
produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan,
manajemen pabrik, depresiasi pabrik dan pembayaran pajak properti.
Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya (Resources driver) digunakan
untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas. Kriteria penting untuk memilih cost driver
yang baik adalah hubungan sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:
Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya aktivitas per unit. Hal ini
dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk output yang diproduksi oleh aktivitas
tersebut. Perbandingan selama beberapa waktu dengan organisasi lain dapat digunakan untuk
menentukan efisiensi (produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.
Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk sebuah sistem biaya,
biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit bisnis. Contohnya, dalam perusahaan
asuransi, output dapat berupa produk atau jasa individual yang ditawarkan kepada pelanggan,
pelanggan, agen asuransi atau divisi yang menerima manfaat dari sumber daya perusahaan.
Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Driver aktivitas
biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan penerimaan barang, jumlah laporan,
atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja langsung,
jam mesin, jumlah setup dan waktu siklus produksi.
Activity Based Costing sistem menurut Mulyadi (2003:94) mempunyai berbagai manfaat berikut
ini:
Nurhayati (2004) menjelaskan beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity based Costing
(ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:
Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi
dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya.
Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modern,
terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang. Analisis system biaya
ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang
non lantai pabrik dapat ditelusuri.
Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities
cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.
Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan
membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah
nilai terhadap produk.
Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan
menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers), banyak dari pemicu biaya
tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk.
Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk
variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap
pengambilan keputusan yang strategik.
Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Sistem ABC ini akan menghilangkan
aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pembuatan
suatu produk. Waktu yang tidak bernilai tambah tersebut adalah waktu pindah, waktu
inspeksi, dan waktu tunggu.
Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen
banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat
harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan
laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-
apa yang menimbulkan biaya.
Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka
mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan
serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi,
atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah
tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama dengan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan jauh lebih
mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya beberapa biaya tersebut
adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu
menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global
menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional,
antara lain:
1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga
pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang
relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global.
2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada
distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi
pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena
seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume
produk atau jam kerja langsung.
4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi
sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan
keunggulan perusahaan.
5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung
serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya
volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut
menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.
6. Sistem akuntansi biayaa tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-
pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.
7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih
biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan standar.
8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan teknik-teknik
yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.
9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk.
Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-
aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biay-biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup
produk.
Pengertian dan pemahaman yang baik mengenai berbagai aktivitas yang telah dilaksanakan, akan
dapat memberikan pandangan yang baik tentang bagaimana menggunakan, mengelola, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan, dan dapat pula digunakan untuk mengetahui peluang
yang ada untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta memberi pedoman yang baik untuk
menilai kinerja tersebut dalam rangka untuk mendukung perbaikan berkesinambungan
(continous improvement).
Metode pengalokasian biaya yang selama ini digunakan PT. Indonesia Pet Bottle Pandaan adalah
sistem akuntansi biaya tradisional. Dimana dasar yang digunakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik ke masing masing-masing produk menggunakan satu pemicu biaya yaitu jumlah
unit yang diproduksi yang dihasilkan oleh masing-masing produk. Hal ini mengakibatkan
terjadinya distorsi biaya, karena pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing jenis
produk ada yang dibebankan terlalu besar dan sebaliknya ada produk yang dibebani biaya
overhead pabrik terlalu rendah.
Pembebanan biaya dengan menggunakan Activity BasedCosting (ABC) System lebih akurat
dibandingkan dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional. Karena Activity
BasedCosting (ABC) System membebankan biaya berdasarkan banyaknya aktivitas yang
dikonsumsi oleh masing-masing produk dan ABC System juga bisa mengatasi distorsi biaya
yang terjadi pada akuntansi biaya tradisional. Maka dari itu ABC system dapat membantu
manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dalam menghitung harga pokok produksi.
Berdasarkan hasil perhitungan dan perbandingan sistem akuntansi biaya tradisional dengan
Activity BasedCosting (ABC) System yang dilakukan, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan
nilai harga pokok produksi oleh masing-masing jenis produk pada PT. Indonesia Pet Bottle
Pandaan. Botol mengalami undercosted atau pembebanan biaya produk terlalu rendah sebesar Rp
942.506.718, sedangkan untuk produk gelas plastik mengalami overcosted atau pembebanan
biaya terlau tinggi Rp 903.929.466.
Hal-hal tersebut baru dapat diketahui setelah PT. Indonesia Pet Bottle melakukan perhitungan
menggunakan ABC yang jauh lebih akurat deibandingkan Sistem Perhitungan tradisional.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi
berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan
dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang
melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau
menunjang produk yang bersangkutan.
Kelemahan Akuntansi Biaya Tradisional secara umum yaitu banyak hal-hal yang tidak
diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen. Akuntansi biaya
tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran
pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan
menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.
1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil
sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi
biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses
manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses,
memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang
lebih wajar.
4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih
akurat mengenai volume, yang 21dilakukan untuk mencari break even atas produk yang
bervolume rendah.
5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai
merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang
lebih efisien dan lebih tinggi.
B. Saran