Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua
usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan, mencari
hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang bersifat abstrak. Masalah yang ada dalam sebuah
penelitian dapat dipecahkan melalui sebuah metode penelitian yang berisi tentang cara-cara
menggunakan beberapa pendekatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Salah satu pendekatan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, jenis penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif salah satunya adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang ditunjukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena bersifat
alamiah maupun rekayasa manusia. Padapenelitian ini mengkaji bentuk, aktifitas,
karakterisitk, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lainnya.
Penelitian deskriptif dapat dibedakan berdasarkan metodenya menjadi penelitian
survei, penelitian observasi, dan penelitian ex post facto. Dalam penelitian-penelitian sosial,
seringkali peneliti ingin memperoleh gambaran tentang distribusi mengenai ciri-ciri atau
karakteristik suatu sampel atau populasi, maupun hubungan antar variabel yangada pada
objek yang akan dijadikan sasaran penelitian. Untuk memenuhi maksud tersebut, maka yang
paling tepat digunakan oleh peneliti adalah penelitian survei. Dalam penelitian survei peneliti
mengumpulkan data tentang fakta-fakta social kemudian memberikan penilaian dan
interpretasi terhadap kejadian-kejadian, distribusi, dan hubungan antar variabel yang ada pada
gejala yang diteliti.
Penelitian surveimengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan
melengkapinya dengan cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan pemikiran,
pendapat, dan perasaan orang. Berbagai survei berbeda berdasarkan tujuan dan ruang lingkup.
Hasil yang diperoleh untuk suatu sampel yang dipilih secara hati-hati dipergunakan untuk
mendeskripsikan seluruh populasi. Survei juga melibatkan penggunaan suatu set pertanyaan
awal yang pada umumnya berbentuk kuesioner (Zechmester, 2001). Bentuk penelitian non-
eksperimental lainnya adalah metode korelasional. Pada metode ini peneliti mengguanakan

1
statistik korelasional untuk menggambarkan dan mengukur tingkat atau hubungan antara dua
atau lebih variabel atau set skor (Creswell. 2012).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis ingin membahas lebih jauh lagi mengenai
penelitian survei dan penelitian korelasional, yang didalamnya membahas, menganalisis,
spesifikasi, perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan penelitian dalam bidang Pendidikan
biologi beserta sajian contoh permasalahan yang dapat dipecahkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana spesifikasi perancangan menggunakan metode penelitian survei dan
korelasional?
2. Bagaimana spesifikasi pelaksanaan metode penelitian survei dan korelasional?
3. Bagaimana pelaporan metode penelitian survei dan korelasional?
4. Apa contoh permasalahan yang dapat dipecahkan melalui metode penelitian survei
dan korelasional?

C. Tujuan Penelitian:
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis spesifikasi perancangan menggunakan metode penelitian survei
dan korelasional?
2. Untuk menganalisis spesifikasi pelaksanaan metode penelitian survei dan
korelasional?
3. Untuk menganalisis pelaporan metode penelitian survei dan korelasional?
4. Untuk menyajikan contoh permasalahan yang dapat dipecahkan melalui metode
penelitian survei dan korelasional?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode penelitian survei dan Korelasional


Survei adalah instrument yang sangat kuat untuk mengumpulkan informasi statis
baru. Penelitian survei untuk mengumpulkan informasi tentang populasi. Biasanya
informasi dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada masyarakat
sebagai perwakilan untuk populasi, dengan cara yang seragam, konsisten dan
menggunakan kuesioner (Bethlehem, 2009). Fowler (Creswell 2014) mengemukakan
bahwa “Survei research provides a quantitative or numeric description of trends,
attitudes, or opinions of a population by studying a sample of that population. It includes
cross-sectional and longitudinal studies using questionnaires or structured interviews for
data collection—with the intent of generalizing from a sample to a population” yang
artinya penelitian survei termasuk kedalam penelitian kuantitatif deskriptif atau gambaran
numerik mengenai sikap atau pendapat dari populasi atau sampel populasi itu.
Pengumpulan data menggunakan kuisioner atau wawancara terstruktur dengan maksud
menggeneralisasi dari sampel ke populasi.
De Vaus (2002)mengatakan bahwa “A survei is not just a particular technique of
collecting information: questionnaires are widely used but other techniques, such as
structured and in-depth interviews, observation, content analysis and so forth, can also
be used in survei research. The distinguishing features of surveis are the form of the data
and the method of analysis”. Artinya bahwa survei adalah mengumpulan informasi yang
tidak hanya menggunakan teknik kuesioner, tetapi ada teknik lainnya yang dapat
digunakan dalam penelitian survei, seperti wawancara terstruktur mendalam, observasi,
analisis isi dan sebagainya. Ciri khusus yang dapat memberdakan survei adalah bentuk
data dan metode analisis. Menurut Subali (2017) penelitian survei merupakan penelitian
yang datanya dihimpun dengan cara self-reportartinya pihak yang diteliti diminta untuk
melaporkan data tentang hal-hal yang diteliti yang ada pada diri mereka. Proses penelitian
survei tidak terlalu berbeda dengan penelitian ilmiah lainnya, yaitu usaha yang sistematis
untuk mengungkapkan suatu fenomena sosial yang menarik perhatian peneliti. Begitupun
teknik analisis datanya, pada prinsipnya teknik analisis data survei, data expos-facto,
ataupun data experiment sama saja, tergantung pada tujuan penelitiannya, yakni:
3
1. Apakah akan mencari hubungan antar variable yang akan diteliti
2. Apakah akan mencari perbedaan pada variable tergayut akibat perbedaan atribut
atau perbedaan level pada variable bebasnya.
Jika yang akan diselidiki adalah hubungan antara variable tergayut dan variable bebasnya
dalam hal ini adalah bivariate atau multivariate, maka yang akan diselidiki salah satu
sifatnya adalah hubungan korelasi karena antara variable bebas dan variable tergayut
memiliki hubungan yang simetris.
Frankel, J. & Wallen, N (1993) mengemukakan bahwa “Correlational research,
like causal-comparative research, is an example of what is sometimes called
associational research. In associational research, the relationships among two or more
variables are studied without any attempt to infl uence them. In their simplest form,
correlational studies investigate the possibility of relationships between only two
variables, although investigations of more than two variables are common. In contrast to
experimental research, however, there is no manipulation of variables in correlational
research. Correlational research is also sometimes referred to as a form of descriptive
research because it describes an existing relationship between variables. The way it
describes this relationship, however, is quite different from the descriptions found in
other types of studies. A correlational study describes the degree to which two or more
quantitative variables are related, and it does so by using a correlation coefficient”.
Artinya bahwa penelitian korelasi sering juga disebut sebagai penelitian asosiasional.
Dalam penelitian asosiasional hubungan anatara dua atau lebih variable diamati tanpa ada
upaya untuk mempengaruhi variable tersebut. Studi koresional yang paling sederhana
adalah yang menyelidiki hanya menyelidiki dua variable. Berbeda dengan penelitian
ekperimen, penelitian korelasional tidak ada manipulasi variable dalam penelitian.
Penelitian korelasional juga termasuk kedalam penelitian deskriptif karena
menggambarkan hubungan yang ada anatara variable. Namun cara menggambarkan
hubungan pada penelitian korelasional berbeda dengan penelitian lainnya yang termasuk
kedalam penelitian deskriptif. Pada penelitian korelasional menggambarkan sejauh mana
dua atau lebih variable kuantitatif saling berhubungan, dan menggunakan koefisian
korelasi.

4
B. Karakteristik Metode penelitian survei dan Korelasional
1. Karakteristik Metode penelitian survei
Pada penelitian survei, tidak ada manipulasi variable bebas oleh peneliti
maupun pihak lain. Selain itu penelitian survei juga merupakan penelitian yang
datanya dihimpun dengan cara self report, artinya pihak yang diteliti diminta untuk
melaporkan data tentang hal-hal yang diteliti yang ada pada diri mereka. Peneliti
dapat berhadapan langsung dengan responden untuk melakukan wawacara atau
peneliti menggunakan angket (questionnaire) untuk menghimpun datanya. Menurut
Saris dan Irmtraud (2007) pada metode penelitian survei dengan cara self-report ini,
harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Jawaban yang diberikan orang harus secara akurat menggambarkan karakteristik
responden
b. Orang yang berpartisipasi dalam survei harus memiliki karakteristik yang mirip
dengan populasi yang lebih besar.
c. Sentralitas atau arti-penting (informasi) yang diperlukan untuk dijawab
2. Karakteristik Metode Korelasional
Menurut Issac dan Michael (1979) karakteristik metode korelasional adalah
sebagai berikut:
a. Appropriate where variable are very complex and/or do not lend them selves to
the experimental method and controlled manipulation: (Penelitian korelasional
tepat jika variable kompleks dan manipulasi tidak mungkin melakukan manipulasi
dan mengontol variable seperti dalam penelitian eksperimen)
b. Permits the measurement of several variables and their interrelationships
simultaneously and in a realistic setting: (Memungkinkan pengukuran beberapa
variable yang berkaitan secara bersama dalam pengaturan yang realistis)
c. Gets the degree of relationship rather than the all-or-nothing question posed by
experimental design (Data yang dihasilkan berupa tingkat hubungan dan berbeda
dengan desain eksperimental)
d. Among its limitations are the following: (Batasan penelitian sebagai berikut:)
1) It only identifies what goes with what-it does not necessarial indtify cause and
effect relationship (Hanya mengidentifikasi apa yang terjadi, tidak harus
mengidentifikasi sebab akibat dari suatu masalah)

5
2) It exercises less control over the independent variable (melakukan lebih sedikit
variable control atas variable independen)
3) It is prone to identify spurious relational patterns or element which have little
or no reliability or validity (Cenderung mengidentifikasi pola masalah (sedikit
atau tidak) yang memiliki reliabilitas atau validitas)
4) The relational patterns are often arbitrary and ambiguous (Pola-pola masalah
yang dapat berubah-ubah dan ambigu)
5) It encousrages a “shot-gun” approach to research, indiscriminately throwing
in data from miscellaneous source and defying any meaningful or useful
interpretation (Sangat bagus untuk dijadikan penelitian karna tidak pandang
bulu dalam pengumpulan data tidak termanipulasi dan tidak salah dalam
mengambil penafsiran)
C. Tujuan Metode Penelitian Survei dan Korelasional
Metode penelitian survei memiliki beberapa tujuan, yang pertama adalah untuk
mengesplorasi dan mendeskripsikan populasi tertentu. Informasi yang diperoleh
memberikan lebih banyak informasi tentang parameter, perilaku atau sikap populasi.
Tujuan lain dari metode penelitian survei adalah untuk menguji hipotesis tentang suatu
populasi. Setelah melakukan survei dapat menghasilkan pernyataan bahwa hipotesis
ditolak atau diterima. Setiap pengujian hipotesis memerlukan desain survei yang
berbeda-beda. (Belthlehem, 2009).Tujuan penelitian survei menurut Issac dan Michael
(1979) adalah sebagai berikut:
1. Menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti.
2. Memecahkan permasalahan yang signifikan dan hidup di masyarakat.
3. Menilai kebutuhan dan menentukan tujuan institusi atau lembaga tertentu.
4. Menganalisis kecenderungan yang terjadi dalam suatu masyarakat atau suatu
lembaga, pada periode tertentu.
5. Menentukan apakah tujuan spesifik suatu lembaga sudah dapat dicapai.
6. Mendeskripsikan permasalahan yang ada, dan seberapa jauh implikasinya
terhadap lembaga yang ada.
7. Membuat acuan sikap yang realisik atas dasar data dan keadaan yang ada di
masyarakat.

6
Menurut Frankel, J & Wallen, N (1993) Penelitian korelasional dilakukan untuk
dua tujuan dasar yaitu:

1. Studi Penjelasan
Tujuan utama penelitian korelasional adalah untuk memperjelaskan
pehaman tentang fenomena penting dengan cara mengindentifikasi hubungan
anatar variable. Contohnya adalah korelasi yang ditemukan anatara variable
kompleksitas pembicaraan orang tua dan tingkat perolehan Bahasa yang
diterima oleh anak.
2. Studi Prediksi
Tujuan kedua dari penelitian korelasional adalah prediksi: Jika ada
hubungan yang cukup besar antara dua variable, menjadi mungkin untuk dapat
memprediksi skor pada variable jika variable yang lain sudah diketahui
skronya. Misalnya, jika nilai Sekolah Menengah Atas sangat terikat dengan
nilai Perguruan Tinggi, maka nilai Sekolah Menengah Atas dapat digunakan
untuk memprediksi nilai di Perguruan Tingggi.
Tujuan penelitian korelasional menurut Menurut Issac dan Michael
(1979) adalah “To investigate the extent to which variation in one factor
correspond with variations in one or more other factor on correlation
coefficients”. Artinya Untuk menyelidiki sejauh mana variasi dalam satu faktor
sesuai dengan variasi dalam satu atau lebih faktor lain pada koefisien korelasi.
D. Jenis Penelitian Survei Berdasarkan Tujuan
Ada beberapa jenis penelitian yang dilakukan melalui suvei. Menurut Subali
(2017) penelitian survei dapat dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu:
1. Survei untuk tujuan eksplorasi atau penjajagan.
Peneliti tidak memiliki hipotesis atas permasalahan yang akan dipecahkan
melalui survei yang dilakukan. Sebagai contohnya pada saat pemerintah
mengeluarkan kebijakan tentang kurikulum baru maka peneliti dapat
melakukan survei eksplorasi untuk mengetahui sikap guru terhadap kurikulum
baru tersebut.
2. Penelitian survei yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan dalam
kondisi tertentu. Misalnya survei untuk mendeskripsikan seberapa jauh
kurikulum baru telah terimplementasi dilapangan, termasuk didalamnya

7
mendeskripsikan tentang usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah
untuk mengawal kurikulum baru tersebut.
3. Penelitian survei untuk mencari penjelasan atau eksplanisasi atas suatu
keadaan. Seperti penelitian untuk mencari faktor-faktor yang menjadi
penyebab terjadinya anak putus sekolah. Dalam penelitian ini peneliti akan
menghimpun bukti empiric tentang variable variable yang diduga menjadi
penyebab masalah tersebut.
4. Penelitian survei untuk tujuan mengevaluasi keberhasilan program (efektifitas
dan efisiensinya). Dalam hal ini dapat pula untuk mencari umpan balik sebagai
dasar perbaikan terhadap program yang sedang berjalan (formatif).
5. Penelitian survei untuk dapat menggali prediksi atau suatu kebijakan yang
akan diterapkan. Seperti adanya kebijakan akan diterapkannya kurikulum baru,
akan dapat digali pendapat umum mengenai seberapa jauh kemungkinan
keberhasilannya
6. Penelitian survei untuk membuat proyeksi kedepannya. Misalnya dengan
adanya kurikulum baru yang menurut penjelasannya sudah dikurangi muatan
jam pertemuannya, apakah menjadikan peserta didik dapat meraih hasil belajar
yang lebih baik.
7. Penelitian survei untuk tujuan operasional. Misalnya survei untuk menggali
berbagai factor yang mendukung dan menghambat penerapan suatu kebijakan
baru, bagaimana jalannya kebijakan tersebut dan bagaimana hasil yang akan
dicapai.
8. Penelitian survei untuk mengembangkan indicator social secara berkala.
Seperti survei untuk menentukan indikator pemerataan pendidikan, indikator
pencapaian prestasi siswa secara nasional.

Menurut Sudarsono dkk, (2013) Metode penelitian survei dapat diklasifikasi


berdasarkan kriteria tertentu. Apabila ditinjau dari kelompok responden yang disurvei
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (a) survei populasi yang kemudian dikenal
dengan sensus, dan (b) survei sampel, yang dilakukan dengan mengambil sebagian
dari populasi, kemudian hasilnya digeneralisasikan kepada populasinya. Penelitian
survei banyak dilakukan dengan menggunakan teknik sampling.

8
E. Pelaksanaan Metode penelitian survei

Tahapan penelitian dengan metode penelitian survei menurut Rhea dan Richard
(2014) yaitu sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Masalah (Mengidentifikasi Fokus Studi dan Metode Penelitian)


Masalah penelitian adalah suatu pertanyaan atau pernyataan yang menyatakan
tentang situasi yang memerlukan pemecahan melalui penelitian, atau keputusan
atau perlu didiskusikan. Secara lebih spesifik, masalah penelitian merupakan
pertanyaan yang menanyakan hubungan antar variabel-variabel penelitian.Untuk
menjadi suatu masalah penelitian khususnya penelitian survei, harus memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubungan antara dua
variabel atau lebih
b. Suatu masalah penelitian hendaknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan,
agar lebih mengarah pada jawaban yang diharapkan.
c. Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara empiris

Untuk mendapatkan suatu masalah penelitian yang baik perlu


dipertimbangkan mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field research).


Sehubungan dengan hal ini peneliti harus memiliki kesiapan dan kemampuan
untuk melaksanakan penelitian. Tujuan tamanya ialah untuk melakukan
pengujian teori ataupun untuk menemukan jawaban terhadap masalah
penelitian.
b. Kebermaknaan atau keberartian (significance)
Suatu masalah penelitian yang baik harus memiliki signifikansi, baik secara
praktis maupun teoritis. Signifikansi praktis berarti bahwa hasil pemecahan
masalahpenelitian akan memberikan sumbangan terhadap praktik kehidupan
sehari-hari. Signifikansi teoritis berarti bahwa dari hasil pemecahan masalah
tersebut akan mampu melahirkan prinsip-prinsip penting yang berguna untuk
memperkaya, memperluas wawasan, dan mengembangkan teori yang ada.
c. Keaslian (originality)
Masalah harus merupakan sesuatu yang baru, bukan duplikasi atau replikasi
dari apa yang pernah dikemukakan orang lain.
9
d. Kelayakan untuk dilaksanakan (manageable problem)
Beberapa pertanyaan yang muncul sehubungan dengan pertimbangan tentang
dapat tidaknya dilaksanakan tersebut antara lain: 1) pertimbangan mengenai
kompetensi peneliti. 2) apakah untuk memecahkan masalah penelitian
tersebut cukup tersedia data yang diperlukan. 3) apakah telah tersedia waktu,
biaya, dan tenaga peneliti yang diperlukan.
e. Keberanian peneliti dalam mengangkat masalah-masalah penelitian yang oleh
pihak-pihak tertentu dianggap sensitive atau rawan.
f. Minat (interest) peneliti. Suatu masalah penelitian yang akan dipecahkan
harus menarik bukan saja untuk peneliti yang bersangkutan, akan tetapi juga
harus menarik bagi masyarakat ilmiah sesuai bidang studinya
g. Masalah penelitian yang dipilih harus diseleksi dari informasi, pengalaman-
pengalaman, maupun teori-teori yang relevan.

Kualitas suatu penelitian tidak cukup dipertimbangkan berdasarkan kriteria-


kriteria diatas. Kualitas penelitian juga ditentukan oleh bagaimana masalah
penelitian tersebut dirumuskan. Untuk dapat menyajikan perumusan masalah
penelitian yang baik, perlu diikuti beberapa persyaratan sebagai berikut:

a. Masalah penenlitian harus dirumuskan secara spesifik


b. Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik, harus diikuti
perumusan secara operasional.
c. Masalah penelitan harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan deklaratif atau
dalam bentuk kalimat pertanyaan
d. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana,
pendek, padat (concise), dan mencerminkan inti masalah yang diajukan.
e. Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional dan argumentasi yang
jelas, sehingga dapat meyakinkan pihak-pihak lain untuk menerimanya.

Masalah penelitian dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, antara


lain, 1) hasil kajian pustaka, 2) hasil diskusi dengan sejawat atau kolegial yang
seprofesi, 3) diperoleh dari lapangan, misalnya sekolah, universitas, masyarakat,
organisasi dan lain-lain, 4) poengalaman-pengelaman pribadi 5) surat kabar
harian, 6) teknologi informasi.

10
Selama tahap awal, peneliti harus mengetahui sampel dari penelitian
survei. Penelitain survei merupakan metode yang paling tepat untuk
mengumpulkan informasi yang dapat mempertimbangkan dalam teknik
pengumpulan data penelitian, pengukuran langsung, dan
pengamatan/observasi.Berikut ini merupakan faktor sampel penelitian survei:
a. Data sekunder yang memadai tidak tersedia
b. Ada keingiman menggeneralisasikan temuan dari subpopulasi yang kecil ke
populasi yang lebih besar.
c. Populasi dari responden target dapat diakses
d. Data yang akan diperoleh bersifat pribadi yang dilaporkan sendiri.
Setelah penelitian survei telah ditentukan untuk menjadi yang paling tepat
dalam metode penelitian, peneliti harus mempertimbangkan hal mendasar, seperti
berikut ini:
a. Tujuan dan sasaran penelitian harus dielaborasi dan disempurnakan,
b. Peneliti harus mengidentifikasi format untuk mengumpulkan data (surat,
telepon, berbasis web, intersep, atau wawancara langsung).
Kedua, keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kerumitan data yang akan
diperoleh, aksesibilitas populasi sampel, anggaran tersedia untuk studi, dan
batasan waktu yang telah diberlakukan untuk menyelesaikan proyek.
2. Menentukan Jadwal dan Anggaran Penelitian
Setelah parameter dan tujuan penelitian telah diidentifikasi, maka peneliti
harus membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek penelitian survei. Jadwal
harus cukup fleksibel untuk mengakomodasi penundaan yang tak terduga dan
belum mampu memenuhi kebutuhan penelitian sponsor. Sehubungan dengan
jadwal ini, harus ada kesiapan anggaran yang terperinci. Sejauh pertimbangan
anggaran dan waktu sesuai dengan langkah proses penelitian survei, sangat
penting bahwa tahap ini perlu diperhatikan kembali.
3. Mengkaji Literasi (Mengumpulkan Informasi)
Sebelum pengembangan instrumen survei (kuisioner), perlu untuk
mengumpulkan informasi tentang masalah yang sedang diselidiki dari pihak yang
berkepentingan. Orang-orang seperti itu mungkin disatukan dalam kelompok
informal dimana masalah yang relevan dapat didiskusikan dan diperdebatkan

11
secara bebas. Tujuan dan sasaran penelitian dapat didefinisikan dengan jelas, dan
relevansi praktis dari survei yang diusulkan dapat dijelaskan.
Pengamatan langsung semi terstruktur dari populasi, menggunakan pengamat
profesional yang dilatih untuk mencatat informasi tentang populasi subjek secara
sistematis. Penelitian teknik semi terstruktur seperti ini telah berhasil digunakan
dalam studi antropologis dan sosiologis dari subkultur yang berbeda secara
geografis, ekonomi, dan perilaku. Tingkat informasi dasar ini, kemudian dapat
digunakan untuk menyusun kuesioner dalam proses survei. Tanpa informasi awal
seperti itu, pertanyaan survei dapat membuktikan sebagai perangkat untuk tujuan
studi penelitian. Persiapan informasi secara menyeluruh menghasilkan studi yang
fokus dan terarah.
4. Menentukan Kerangka Sampling
Populasi yang diidentifikasi untuk wawancara formal berasal dari
menerapkan kerangka sampling untuk proyek penelitian survei. Para peneliti
harus yakin bahwa sampel memiliki pengetahuan dan informasi yang diperlukan
untuk memenuhi persyaratan proyek penelitian. Sampel mewakili populasi dari
mana mereka seharusnya dipilih (disebut populasi umum). Setelah populasi
umum, atau alam semesta, didefinisikan dalam pengertian konseptual, daftar
anggota yang dapat diidentifikasi dan dapat dihubungi dari populasi umum ini
harus didapat sampel responden akan diambil. Urutan langkah yang dari populasi
umum ke sampel dikenal sebagai kerangka sampling.
5. Menentukan Ukuran Sampel dan Prosedur Pemilihan Sampel

Penarikan sampel pada penelitian survei dibedakan berdasarkan ukuran


populasinya. Bila populasinya tidak terbatas (infinite population/unknown
population) maka penarikan sampel tidak dapat dilakukan secara acak/random
sehingga dikenal dengan istilah non-random sampling. Sedangkan bila
populasinya terbatas, maka dapat dibuat kerangka sampel (sample frame) yang
memuat seluruh daftar anggota populasi. Dengan adanya kerangka sampel dapat
dilakukan penarikan sampel secara acak (random). Dengan pengambilan sampel
secara acak maka akan dapat dihindari kekeliruan yang sistematik (systematic
error) dan akan dapat mewakili populasinya. Dengan kata lain, sampel menjadi
representatif (Subali, 2017)

12
a. Teknik tidak acak (non-random sampling)
Teknik non random adalah Teknik pengambilan sampel yang tidak
mendasarkan diri pada prinsip peluang. Ada dua prosedur Teknik non-
random, yakni quota sampling dan purposive sampling
1) Quota sampling atau pengambilan sampel menurut kuota
Pengambilan sampel menurut kuota (quota sampling) merupakan
prosedur untuk memperoleh sampel dari populasi asal sudah memenuhi
jumlah tertentu yang kita inginkan. Dikatakan pula sebagai Teknik
pengambilan sampel seadanya. Artinya jika si peneliti memerlukan
sampel terdiri atas 40 unit sampel maka ia akan mengambil berturut-turut
sampai diperoleh 40 unit sampel. Teknik quota sampling biasanya
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi lapangan guna
mengungkap apakah yang menjadi permasalahan penelitian benar-benar
tampak fenomenanya. Teknik quota sampling disebut juga dengan
Teknik pengambilan sampel secara aksidental (accidental sampling)
karenacara pengambilan sampek yang seadanya (subali, 2017).
Sebagai contoh, peneliti akan melakukan penelitian terhadap
peserta didik di Sekolah Bina Bangsa, penelitian dilakukan secara
kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 50, jumlah anggota peneliti
berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel
secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan sebanyak 10
orang.
2) Purposive sampling atau pengambilan sampel dengan pertimbangan
Pengambilan sampel dengan pertimbangan (purposive sampling)
merupakan Teknik pengmabilan sampel dengan menggunakan
pertimbangan tertentu setelah mengetahui karakteristik populasinya.
(Subali, 2017). Misalnya peneliti akan melakukan penelitian di Sekolah
Bina Bangsa kelas X, yang terdiri dari 4 kelas. Berdasarkan 4 kelas
tersebut peneliti mengambil sampel 2 kelas dengan pertimbangan nilai
UTS dari kelas tersebut sama.
b. Pengambil sampel secara acak (random sampling)
Pengambilan sampel secara acak (random sampling)mendasarkan diri pada
prinsip peluang. Artinya setiap “individu” anggota populasi yang diteliti

13
harus memiliki peluang yang sama untuk dapat dijadikan sampel, pengacakan
atau perandoman bisa dilakukan dengan cara diundi. Teknik ini disebut juga
dengan teknik probability sampling.
1) Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling)
Pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling)
diterapkan jika populasi penelitian benar-benar homogen. Untuk
keperluan tersebut, peneliti harus mempersiapkan kerangka
sampling/kerangka pencuplikan (frame-sampling), yang tidak lain berupa
populasi yang akan diambil sampelnya. Agar dapat menentukan kerangka
sampling, peneliti harus memiliki informasi berapa jumlah “individu”
yang menjadi anggota populasinya. Dengan demikian, populasinya
benar-benar terbatas atau berhingga jumlahnya.Contohnya suatu
penelitian bertujuan menyelidiki facto- factor yang mempengaruhi
penguasaan konsep guru biologi yang telah tersertifikasi dipulau jawa.
Dari daftar guru yang tersedia di dinas provinsi dipulau jawa diketahui
banyaknya guru biologi yang tersertifikasi misalnya 1254 orang. Dengan
demikian, ia dapat mengambil sampel secara acak, kemudian mendata
seluruh factor yang diduga menjadi penyebab (dengan cara memberikan
angket) & mendata penguasaan kompetensinya (dengan cara melakukan
tes kompetensi)
2) Pengambilan sampel sistematik (systematic sampling)
Pengambilan sampel sistematik (systematic sampling) dapat dilakukan
jika populasinya juga benar-benar homogen dan tersebar secara teratur.
Dalam hal ini, pengundian hanya dilakukan untuk memilih nomor sampel
yang pertama. Jika nomor sampel pertamanya sudah terpilih maka
pengambilan sampel nomor ke dua dan seterusnya didasarkan pada
selang nomor yang konstan. Contohnya setelah sampel pertama adalah
bernomor 6, yang diambil sebagai sampel kedua yang bernomor 16,
sampel ke tiga yang bernomor 26 demikian dan seterusnya, sampai
dengan jumlah tertentu sesuai dengan tingkat presisi yang kita hendaki.
3) Pengambilan sampel acak berlapis (stratified random sampling)
Pengambilan sampel acak berlapis (stratified random sampling)
dilakukan jika kita sudah mengetahui populasi tidak homogen. Oleh

14
karena tidak homogen, populasi yang akan ditekiti dikelompok-
kelompokan menjadi beberapa kelompok (strata) sehingga terjadi
homogenitas pada masing-masing kelompok. Tentu saja perlu adanya
informasi yang mendasar apa yang menjadikan populasi tidak homogen.
Kemudian, harus dibagi menjadi berapa kelompok agar tiap kelompok,
anggotanya benar-benar homogen. Contohnya jika telah diselidiki dapat
dikelompokkan menjadi 5 kelompok maka akan diketahui pula beberapa
anggota masing-masing. Missal anggota kelompok 1 sebanyak N1
kelomok 2 sebanyak N2 kelompok 3 sebanyak N3 kelompok 4 sebanyak
N4 kelompok 5 sebanyak N5, maka sampel yang terambil harus
preporsional sesuai dengan ukuran tiap kelompok dalam populasinya.
Dengan demikian, apabila kita mengambil sampel berukuran n, harus
terdiri atas sampel sebanyak n1 dari kelompok, n2 dari kelompok 2,n3
dari kelompok 3,n4 dari kelompok 4,n5 dari kelompok 5 dengan
berbandingan: n1:n2:n3:n4:n5=N1:N2:N3:N4:N5
Jika akan diambil sampel 83 dari populasi yang berukuran 500, dan
setelah diselidiki populasi tersebut terdiri atas 3 kelompok (strata) masing
masing sebanyak 200, 175, dan 125 maka 83 sampel tersebut terdiri atas:
Sampel kelompok 1 = 200/500 x 83=33
Sampel kelompok 2 = 175/500x 83= 29
Sampel kemlompok 3= 125/500x83= 21
4) Pengambilan sampel acak gugus (cluster sampling)
Pengambilan sampel acak gugus (cluster sampling) dilakukan jika
populasi berada dalam suatu satuan tertentu yang terdiri atas gugus-gugus
(cluster). Oleh karena unit sampelnya berupa satuan gugus maka seluruh
indovidu yang terdapat dalam suatu gugus akan menjadi `sampel
penelitian jika gugus yang bersangkutan terundi sebagai sampel.
Misalnya untuk memperoleh informasi tingkatpenguasaan kompetensi
dalam bentuk kompetensi kinerja siswa SD pada satu kecamatan,
diasumsikan bahwa seluruh SD yang tersebar pada kecamatan tersebut
memiliki tingkat kesehatan siswa yang relative homogen. Jika kecamatan
tersebut terdiri atas 20 desa, berarti SD yang ada terbagi menjadi 20
gugus SD. Dengan teknik klaster sampling, kemudian diambil secara

15
acak 5 desa yang dijadi sampel. Dengan sendiri seluruh siswa SD yang
terdapat di 5 desa tersebut menjadi sampel penelitian. Karena pembagian
gugus berdasarkan area maka teknik pengambilan sampelnya juga
disebut claster sampling dengan pendekatan area maka disebut area
sampling.
Sampel untuk studi korelasional harus dipilih dengan hati-hati sama
seperti semua jenis penelitian lainnya. Pengambilan sampel mungkin dapat
dilakukan secara acak. Langkah pertama dalam memilih sampel adalah
mengidentifikasi populasi yang sesuai, populasi dari masing-masing variable
yang sudah dipilih dikumpulkan. Ukuran sampel minimum yang dapat
digunakan untuk penelitian korelasional tidak kurang dari 30. Data yang
diperoleh dari sampel yang kurang dari 30 akan memberikan perkiraan
tingkat hubungan yang tidak akurat dan sebaliknya sampel yang lebih dari 30
akan memberikan hasil yang lebih akurat.(Frankel, J & Wallen, N 1993)
6. Merancang Instrumen
Pengembangan instrumen survei atau kuesioner adalah komponen
penting dari proses penelitian survei. Pada tahap ini, peneliti harus
menyusun serangkaian pertanyaan yang tidak bias dan terstruktur dengan
baik secara sistematis sehingga memperoleh informasi. Mengembangkan
kuesioner dapat menjadi proses yang sangat terperinci dan memakan waktu.
Keputusan harus dibuat mengenai kalimat pertanyaan dan formatnya
tergantung pada apakah survei tersebut adalah wawancara langsung,
intersep, mail-out, berbasis web, atau survei telepon. Jumlah pertanyaan
tetap dan pertanyaan terbuka harus ditentukan, dan unsur waktu berkenaan
dengan panjang kuesioner harus dipertimbangkan. Semakin lama kuesioner,
semakin besar biaya variabel yang terkait dengan implementasinya, seperti
waktu wawancara, komputerisasi data, biaya produksi dan distribusi. Selain
itu, kuesioner yang lebih panjang cenderung mengarah pada tingkat respons
yang lebih rendah. Kuisioner harus mudah dipahami dan konsisten dan
harus cocok dengan analisis data yang tepat dan bermakna.
Pemilihan instrumen yang digunakan untuk mengukur dua atau lebih
variable yang terlibat dalam studi korelasional harus menghasilkan data
kuantitatif. Meskipun pengumpulan data terkadang dikumpulkan dari

16
catatan (misalnya transkip nilai). Penelitian korelasional biasanya
menggunakan beberapa jenis instrument misalnya tes, kuesioner, observasi
dan sebagainya. Dalam penelitian korelasional instrument juga harus
menunjukkan bukti validitas. Jika peneliti tidak benar-benar mengukur
variable yang dimaksud, maka tidak aka nada hubungan korelasi. (Frankel, J
& Wallen, N 1993).
Langka-langkah dalam menyusun instrumen penelitian adalah
sebagai berikut (Purwanto. 2018):
a. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan menjadi objek penelitian.
Pada tahap ini peneliti perlu menentukan semua variabel
penelitian. Variabel-variabel tersebut sedari awal tentunya sudah
dijelaskan dalam landasan teori. Pada proses ini semua variabel baik
independen ataupun dependen harus sudah jelas.
1) Untuk data penelitian monovariat (penelitian tanpa variable bebas)
hanya dianalisis menggunakan statistika deskriptif
2) Untuk data penelitian bivariat dan multivariate dapat dianalisis
menggunakan analisis pembeda dan analisis hubungan, tergantung
tujuan penelitiannya
3) Bila data penelitian bivariate (satu variable terikat dan satu variable
tergayut), baik variable bebas dan tergayutnya merupakan data
kuantitatif dan peneliti bertujuan mencari pengaruh variable bebas
terhadap variable tergayut maka diuji regresi sederhana
4) Data penelitian multivariate dimana peneliti memiliki >1 variable
bebas atau variable tergayut dan peneliti ingin mengetahui pengaruh
variable-variabel bebas terhadap variable-variabel tergayut
digunakan uji regresi ganda.
5) Data multivariate dengan satu atau >1 variabel bebas dan >1 variabel
tergayut, dan tujuannya adalah mencari perbedaan respons akibat
pengaruh variable bebas digunakan uji beda multivariate.
b. Mencari/menentukan indikator dari setiap variabel penelitian.
Mencari berkaitan dengan teori atau konsep mengenai variabel
tersebut, sementara menentukan adalah peneliti harus memilih
indikator mana yang akan digunakan. Pada variabel tertentu para ahli

17
memiliki pandangan yang berbeda mengenai indikator sebuah variabel,
oleh karena itu sebaiknya peneliti sudah memastikan indikator dari ahli
mana yang akan digunakan. Pada proses ini sebaiknya peneliti
menjelaskan alasannya.
c. Menyusun butir-butir pernyataan setiap indikator variabel penelitian.
Setiap indikator sebaiknya memiliki beberapa butir pernyataan.
Butir-butir pernyataan sebaiknya dibuat secara singkat dan jelas,
sehingga responden tidak multitafsir dalam memahami butir
pernyataan. Pada instrumen penelitian berupa kuesioner peneliti juga
dapat menentukan mana pernyataan yang positif (favorable)atau butir
pernyataan yang (unfavorable).
d. Menentukan skor skala penelitian.
Penentuan skor juga harus dilakukan oleh peneliti, sehingga
responden yang menjawab pernyataan dapat memahami dan mengerti
jika menjawab “Setuju” mendapatkan skor berapa, dan jika menjawab
“Tidak Setuju” mendapat skor berapa dan seterusnya tergantung jenis
instrumen penelitian yang digunakan.
e. Menentukan dimana butir soal diletakkan.
Setelah butir-butir pernyataan telah disusun kemudian
dimasukkan kedalam kuesioner. Setiap butir sebaiknya diletakkan pada
nomor-nomor yang berjauhan guna menghindari pola tertentu.
f. Melakukan uji coba instrumen
Instrumen penelitian yang telah disusun tidak serta merta dapat
digunakan untuk pengumpulan data, namun terlebih dahulu harus diuji
validitas dan reliabilitasnya.
g. Menggunakan instrumen untuk Mengumpulkan Data
Setelah validitas dan reliabilitas terpenuhi baru instrumen
penelitian dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
7. Pre-testing Instrumen
Setelah draft kuesioner disiapkan dan peneliti yakin bahwa
pertanyaan akan memperoleh informasi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian, sebelum melakukan penetilian survei penting bagi peneliti
untuk melakukan pretest instrumen. Selama pretest intrumen, pertanyaan

18
yang kurang baik akan diidentifikasi dan kualitas keseluruhan instrumen
survei disempurnakan. Berdasarkan pengalaman pretest, kuesioner akan
disesuaikan untuk digunakan dalam proses survei yang sebenarnya.
8. Memilih dan Melatih Pewawancara
Survei melalui telfon dan tatap muka membutuhkan pewawancara
yang terlatih. Peneliti memilih pewawancara sesuai dengan tujuan survei
dan karakteristik responden sampel. Calon pewawancara harus dilatih secara
menyeluruh oleh para peneliti untuk menggunakan kuesioner. Jika
pewawancara memiliki intrumen survei mereka lebih mampu menghasilkan
dan mempertahankan minat responden dalam proses pelaksanaan survei.
Sebelum melaksanakan penelitian survei pewawancara harus diberikan
pedoman untuk menangani responden yang tidak kooperatif. Pewawancara
harus mempraktikkan implementasi survei berkali-kali sebelum terlibat
dalam penelitian lapangan.
9. Melaksanakan Survei
Implementasi pelaksanaan penelitian survei adalah fase kritis dari
proses penelitian. Harus diperhatikan bahwa prosedur pengambilan sampel
acak yang sudah direncanakan dipatuhi dan jadwal pelaksanaan penelitian
dijaga dengan ketat. Memastikan privasi dan meminimalkan ketidak
nyamanan calon responden harus menjadi perhatian utama. Selain itu
peneliti harus mematuhi sejumlah standar etika dalam melakukan proses
penelitian survei.
10. Pengkodean Kuesioner yang Sudah Selesai dan Komputerisasi Data
Kuesioner harus diformat sedemikian rupa sehingga tanggapan
dapat dimasukkan langsung ke komputer untuk pemrosesan data, untuk
survei melalui surat. tidak ada pewawancara yang hadir untuk memastikan
bahwa instruksi diikuti. peniliti perlu memastikan bahwa jumlah entri yang
masuk telah ditandai untuk setiap pertanyaan, memastikan bahwa tidak ada
respons yang asing, dan memastikan bahwa cukup banyak pertanyaan
telah dijawab untuk memvalidasi kuesioner. Semua jawaban harus
dikategorikan dan diberi kode pada intrumen tersebut untuk siap entri
komputer.
11. Menganalisis Data dan Menyiapkan Laporan Akhir

19
Input data yang direkam harus dirangkum, ditempatkan dalam
bentuk tabel atau grafik, kemudian disiapkan untuk analisis statistik yang
akan menjelaskan masalah penelitian yang ada, penggunakan uji
signifikansi statistik, penentuan variabilitas, dan korelasi antar variabel.
Statistik formal dan ringkasan data menjadi data awal untuk menyusun
laporan penelitian survei.
Untuk penelitian korelasional, ketika variabel dikorelasikan dan
koefisien korelasi dihasilkan. Koefisien ini akan menjadi desimal, di antara
0,00 dan 11,00 atau 21,00. Semakin dekat koefisien ke 11.00 atau 21.00,
semakin kuat hubungannya. Jika tandanya positif, hubungannya positif,
menunjukkan bahwa skor tinggi pada satu variabel cenderung pergi
dengan skor tinggi pada variabel lainnya. Jika tanda negatif, hubungannya
negatif, yang menunjukkan bahwa skor tinggi pada satu variabel
cenderung pergi dengan skor rendah pada variabel lainnya. Koefisien yang
berada pada atau dekat 0,00 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara variabel yang terlibat. (Frankel, J & Wallen, N 1993)
F. Pelaporan metode penelitian survei dan korelasional
Pada tahap ini peneliti menulis laporan sesuai dengan data yang telah di
dapatkan. Langkah awal penulisan laporan adalah membuat kerangka laporan,
dengan tujuan untuk membantu penulis menghindari kesalahan. Laporan adalah
salah satu alat untuk menyampaikan informasi yang isinya memberikan gambaran
tentang, apa, dimana, bilamana, mengapa dan siapa yang bertanggung jawab
terhadap kejadian-kejadian tersebut. Dengan demikian laporan mempunyai fungsi
yang cukup penting, sehingga laporan perlu mempunyai syarat-syarat benar dan
obyektif, jelas, dan cermat, langsung mengenai persoalan, tegas, dan konsisten,
tepat waktu, dan tepat penerimanya.
1. Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Bentuk, isi, dan cara melaporkan akan menentukan bagaimana proses
penyebaran pengalaman penelitian dan hasil-hasilnya itu dapat berlangsung
dengan semestinya di dalam masyarakat. Untuk berhasilnya proses
penyebaran hasil-hasil penelitian itu perlu adanya cara-cara khusus yang
harus diikuti. Pertama kali harus dipertimbangkan siapa yang akan menjadi
penerima laporan hasil penelitian. Begitu pula bentuk, bahasa, dan cara

20
melaporkan harus diarahkan untuk memudahkan dimengertinya laporan
tersebut. Dalam membuat laporan hasil penelitian, tabel dan diagram sangat
berguna untuk menyajikan data yang dikumpulkan. Selanjutnya penelitian itu
akan dianggap penting tergantung pada cara inprestasi dari penemuan-
penemuannya.
2. Isi dan Bentuk Laporan Hasil Penelitian
Dalam membuat laporan hasil suatu penelitian perlu diperhatikan
beberapa hal yang berkaitandengan laporan hasil penelitian, yaitu:
a. Laporan adalah suatu usaha yang untuk menceritakan proses dan
pengalaman penelitian. Hendaknya data dianalisis dipilih dan
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan cerita yang teratur
dan berjalan lancer
b. Tujuan utama dari suatu laporan adalah komunikasi dengan pihak
pembaca. Oleh karena itu, harus diingat pengetahuan dan kemampuan
pembaca. Haruslah diketahui terlebih dahulu tentang apa yang ingin
diketahui pembaca mengenai penelitian itu. Dengan demikian dapatlah
kita mengorganisasikan bahan-bahan yang ada sehingga cerita yang kita
tulis itu jelas dan berhubungan satu sama lain.
c. Laporan harus menceritakan apa yang diharapkan akan terjadi. Sedapat
mungkin diceritakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam rencana
penelitian demikian pula sebab-sebab adanya perubahan tersebut.
(Asra, Puguh & Agus, 2015)
3. Format Laporan Hasil Penelitian
Format penulisan laporan penelitian survei dan korelasi secara
berurutan sebagai berikut: 1) Judul; 2) Kata Pengantar, pada umumnya kata
pengantar merrupakan uraian singkat terhadap permasalahan utama, tujuan,
lembaga yang mensponsori dan lain-lain. 3) Pengesahan 4) Daftar Isi,
Membantu dan memudahkan para pembaca laporan mengidentifikasi bagian-
bagian laporan dan juga melihat hubungan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lain secara cepat. Hal-hal penting/ pokok di dalam laporan terdiri
dari 5 bab, yaitu:

21
a. Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang masalah yaitu menjelaskan rasional arti
penting pemilihan permasalahan topik yang akan diteliti. Identifikasi
masalah, yaitu berisi kajian berbagai masalah yang relevan dengan ruang
lingkup dan ke dalam topik penelitian.Batasan masalah, yaitu penetapan
masalah (dari berbagai masalah yang telah diidentifikasi) yang akan diteliti
dengan mempertimbangkan aspek metodologis, kelayakan lapangan, dan
keterbatasan yang ada pada penulis untuk melakukannya.Rumusan
masalah, yaitu menegaskan permasalahan yang akan diteliti yang
dinyatakan dalam kalimat tanya yang lugas dan jelas. Tujuan penelitian,
menyatakan target yang akan dicapai melalui penelitian yang akan
dilakukan. Manfaat penelitian, menjelaskan manfaat temuan penelitian.
b. Kajian Teori
Bab ini berisi kajian (telaah) teori (dari literatur daan hasil
penelitian) yang relevan dengan permasalahan penelitian. Kajian teori
dilakukan dalam menelaah aspek (konsep-konsep) atau variabel yang akan
diteliti, untuk menemukan jawaban teoritik terhadap permasalahan
penelitian yang dirumuskan. Pada umumnya kajian pustaka mencakup:
1) Deskripsi teori dan hasil penelitian relevan yang menguraikan teor-
teori dan hasil penelitian yang berupa konsep-konsep dan variabel
serta definisinya, asumsi-asumsi, hubungan antar variabel sesuai
dengan judul penelitian yang dapat memperjelas apa yang akan
diteliti.
2) Kerangka berpikir yang berisikan gambaran logis bagaimana variabel-
variabel saling berhubungan (berkorelasi).
3) Hipotesis penelitian merupakan hasil sintesis (simpulan) kajian teori.
Hipotesis dirumuskan secara singkat, lugas, dan jelas dan dinyatakan
dalam kalimat pernyataan mengenai hubungan antar variabel.
c. Metode Penelitian
Metode penelitian memuat jenis penelitian, waktu dan tempat
penelitian, subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan
instrumen pengumpulan data, teknik sampling serta teknik analisis data.

22
d. Pembahasan
Peneliti mulai melakukan pengolahan data yang didapat dan
menganalisis hasil olahan tersebut sesuai dengan permasalahan, tujuan,
dan hipotesis yang telah diajukan. Pembahasan dan analisis data hasil
penelitian harus dapat menjelaskan apa yang menjadi permasalahan,
tujuan, dan hipotesis penelitian yang diajukan sesuai dengan kaidah-kaidah
keilmuan bagaimana prosedur alat statistik digunakan.
e. Penutup
1) Kesimpulan
Rangkuman dari jawaban penelitian dan pemecahan permasalahan
pada rumusan masalah.
2) Saran
Rekomendasi yang ditujukan kepada berbagai pihak, bisa pihak
peneliti, pihak instansi yang terkait dalam penelitian. Saran harus
bersifat operasional atau konkret, yakni menyebutkan apa-apa kegiatan
atau tindakan yang harus dilakukan oleh pihak yang diberi saran.
f. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat sumber referensi yang digunakan dalam
penulisan laporan hasil penelitian. Sumber referensi yang tertulis di
kajian pustaka, harus dicantumkan pada daftar pustaka. Daftar pustaka
disusun berdasarkan abjad, dan ditulis berdasarkan standar penulisann
daftar pustaka.
g. Lampiran
Lampiran Instrumen penelitian, lampiran data mentah, lampiran
analisis data termasuk perhitungan pengujian hipotesis dan lampiran
lain-lain (Faisal, 2008).

23
Contoh permasalahan yang dapat dipecahkan melalui metode penelitian survei dan
korelasional

CONTOH PERMASALAHAN PENELITIAN SURVEI

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif keterampilan proses
sains siswa SMA Negeri di Kota Yogyakarta dalam Mata Pelajaran Biologi ditinjau
dari jenjang kelas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan
metode penelitian survei yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 hingga Maret
2015. Populasi penelitian ini yakni siswa kelas X dan XI di sebelas SMA Negeri se-
Kota Yogyakarta. Sampel diambil menggunakan teknik cluster random sampling dan
diperoleh 22 kelas dengan jumlah sampel 644 siswa. Variabel tergayut dalam
penelitian ini adalah tingkat berpikir kreatif keterampilan proses sains dalam Mata
Pelajaran Biologi dan variabel bebas yakni jenjang kelas serta aspek gender dan
kefavoritan sekolah sebagai variabel penjelas. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif keterampilan proses sains. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan program Quest dan statistika deskriptif.
Kemampuan berpikir kreatif keterampilan proses sains pada siswa SMA menunjukkan
adanya perbedaan yakni secara keseluruhan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
XI lebih baik dibandingkan siswa kelas X. Hasil analisis menunjukkan bahwa
keterampilan yang tergolong sulit oleh siswa X adalah keterampilan membuat
inferensi, keterampilan menyeleksi prosedur, keterampilan melaksanakan investigasi,
dan keterampilan melaporkan hasil investigasi, sedangkan siswa XI kesulitan dalam
keterampilan melakukan pengamatan, keterampilan merekam data, keterampilan
mengimplementasikan prosedur, keterampilan membuat prediksi keterampilan
membuat inferensi, keterampilan merancang investigasi, dan keterampilan
melaporkan hasil investigasi. Hasil rata-rata skor logit dan simpangan baku yang
diperoleh siswa kelas X yakni -0,37 + 0,32 dan kelas XI yakni -0,33 + 0,30. Maka
dapat disimpulkan tingkat berpikir kreatif keterampilan proses sains siswa kelas X dan
kelas XI masih tergolong rendah.

Kata kunci: Berpikir kreatif, keterampilan proses sains, jenjang kelas.

24
Judul :
Kemampuan Berpikir kreatif keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri Di Kota
Yogyakarta dalam Mata Pelajaran Biologi Ditinjau dari Kefavoritan Sekolah
Permasalahan:
Tingkat berpikir kreatif keterampilan proses sains siswa SMA Negeri di Kota
Yogyakarta dalam mata pelajaran Biologi ditinjau dari kefavoritan sekolah?
Metode :
Survei
Teknik sampling :
Teknik cluster sampling dengan 22 kelas sebagai cluster yang terdiri ats 11 kelas pada
jenjang kelas X dan 11 kelas pada jenjang kelas XI
Instrumen :
Instrumen penelitian berupa alat ukur kemampuan berpikir kreatif keterampilan proses
sains (KBKKPS) dalam mata pelajaran Biologi
Teknik Analisis Data:
Program Quest dan statistika deskriptif
Hasil :
Tingkat berpikir kritis keterampilan proses sains siswa kelas X dan XI pada SMA
Negeri favorit dan non favorit terkategorikan kurang kreatif dengan rata-rata skor
aktual berada pada rentang (37,5) ≤ M < (7,5). Bila dibandingkan antara kedua
kategori testi pada siswa kelas X, kemampuan berpikir kreatif keterampilan proses
sains siswa kelas X SMA Negeri favorit lebih tinggi daripada siswa kelas X SMA
Negeri non favorit di Kota Yogyakarta. Pada siswa kelas XI, kemampuan berpikir
kreatif keterampilan proses sains siswa SMA Non favorit lebih tinggi daripada siswa
SMA Negeri favorit di Kota Yogyakarta.

25
CONTOH PERMASALAHAN PENELITIAN KORELASI

Hubungan Kecemasan dan Perilaku terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa


Pendidikan Biologi Angkatan 2013 UIN Alauddin Makassar

Penelitian ini membahas tentang Hubungan Kecemasan dan Perilaku terhadap


PrestasiBelajar Mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2013 UIN Alauddin Makassar.
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan mahasiswa pendidikan
biologiangkatan 2013 UIN Alauddin Makassar, untuk mengetahui gambaran perilaku
belajarmahasiswa pendidikan biologi angkatan 2013 UIN Alauddin Makassar, untuk
mengetahuigambaran prestasi belajar mahasiswa pendidikan biologi angkatan 2013 UIN
AlauddinMakassar, untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan prestasi belajar
mahasiswapendidikan biologi angkatan 2013 UIN Alauddin Makassar, untuk mengetahui
hubunganperilaku dengan prestasi belajar mahasiswa pendidikan biologi angkatan 2013
UIN AlauddinMakassar, untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara
kecemasan dan perilakuterhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan biologi angkatan
2013 UIN AlauddinMakassar.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif bersifat korelasional. Populasi dalam
penelitianini adalah seluruh mahasiswa pendidikan biologi angkatan 2013 yang
berjumlah 119mahasiswa sedangkan sampelnya sebanyak 60 mahasiswa melalui teknik
simple randomsampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
dan dokumentasi.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis
inferensial.Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kecemasan dan
perilakuterhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan biologi 2013 UIN Alauddin
Makassar.Berdasarkan hasil analisis data menggunakan deskriptif untuk kecemasan
mahasiswa pendidkan biologi angkatan 2013 diperoleh rata-rata skor 56,63 dan secara
umummahasiswa mengatakan bahwa kecemasan berada pada kategori sedang, dan pada
perilakubelajar mahasiswa diperoleh nilai rata-rata 36,9. Secara umum berada kategori
sedang.
Selanjutnnya, hasil anlisis deskriptif pada prestasi belajar diperoleh 66,7% maka
dapatdisimpulkan berada pada kategori memuaskan.Adapun hasil analisis statistics
product moment diperoleh nilai sign. 3,097 > 2,0017),jadi Ho ditolak. Ini berarti Ha
diterima. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapathubungan kecemasan dan
perilaku terhadap prestasi belajar mahasiswa pendidikan biologiangkatan 2013 UIN
Alauddin Makassar.
26
Judul :
Hubungan Kecemasan dan Perilaku terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan
Biologi Angkatan 2013 UIN Alauddin Makassar

Permasalahan :
Mahasiswa masih menghadapi masalah dalam prestasi belajar. Hal ini ditandai pada saat
menghadapi Ujian Semester,masalah tersebut kemungkinan disebabkan oleh kecemasan
dan perilaku belajar atau kebiasaan belajar yang kurang baik. Dimana pada saat
menghadapi ujian timbul perasaan takut dan kekhawatiran didalam dirinya yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar mereka.
Metode :
Penelitian Kuantitatif Deskriptif bersifat korelasional

Populasi:
Seluruh mahasiswa pendidikan biologi angkatan 2013 yang berjumlah 119 mahasiswa

Sampel:
Sebanyak 60 mahasiswa melalui teknik simple random sampling

Instrumen Penelitian:
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data:


Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial.

Hasil Penelitian:
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kecemasan dan perilakuterhadap
prestasi belajar mahasiswa pendidikan biologi 2013 UIN Alauddin Makassar.Berdasarkan
hasil analisis data menggunakan deskriptif untuk kecemasan mahasiswa pendidikan
biologi angkatan 2013 diperoleh rata-rata skor 56,63 dan secara umummahasiswa
mengatakan bahwa kecemasan berada pada kategori sedang, dan pada perilakubelajar
mahasiswa diperoleh nilai rata-rata 36,9. Secara umum berada kategori sedang.

27
BAB III
KESIMPULAN

1. Penelitian survei mengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan


melengkapinya dengan cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan pemikiran,
pendapat, dan perasaan orang dan bentuk penelitian non-eksperimental lainnya adalah
metode korelasional. Pada metode ini peneliti mengguanakan statistik korelasional
untuk menggambarkan dan mengukur tingkat atau hubungan antara dua atau lebih
variabel.
2. Spesifikasi perancangan metode penelitian survei dan korelasional meliputi,
mengidentifikasi karakteristik metode penelitian survei dan korelasional,
mengidentifikasi tujuan metode penelitian survei dan korelasional, mengidentifikasi
jenis penelitian survei berdasarkan tujuan, yakni eksplorasi/pejajagan; mengeksplorasi
suatu keadaan dalam kondisi tertentu; mencari kejelasan; membuat proyeksi
kedepannya; tujuan operasional; dan mengembangkan indikator social secara berkala.
Ditinjau dari kelompok responden yang di survei dapat digolongkan menjadi 2, yaitu
survei populasi dan survei sampel.
3. Spesifikasi pelaksanaan metode penelitian survei dan korelasional meliputi,
mengidentifikasi masalah, menentukan jadwal dan anggaran penelitian, mengkaji
literasi (mengumpulkan informasi), menentukan kerangka sampling,menentukan
ukuran sampel dan prosedur penelitian sampel (teknik acak dan tidak acak),
merancang instrument (mengidentifikasi variabel yang akan menjadi objek penelitian,
mencari/menentukan indicator, menyusun skor skala, menentukan uji instrument, serta
menggunakan instrument dan menggumpulkan data), pre-testing instrument, memilih
dan melatih pewawancara, melaksanakan survey, pengkodean kuisioner dan di data
computer, menganalisis data dan menyiapkan laporan akhir.
4. Spesifikasi pelaporan metode penelitian survei dan korelasional meliputi, penyusunan
laporan hasil penelitian, isi dan bentuk laporan, dan hasil penelitian. Adapun format
laporan hasil penelitian yakni pendahuluan, kajian teori (survei/korelasional), metode
penelitian (yang digunakan peneliti), hasil dan pembahasan, penutup (saran dan
kesimpulan), daftar pustaka, dan lampiran.

28
DAFTAR PUSTAKA

Asra, Abuzar, Puguh B. I., & Agus P. 2015. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: Penerbit
IN MEDIA.
Bethlehem Jelke. 2009. Applied Survei Methods. Canada: WILEY A John Wiley & Sons, Inc,
Publication.

Cress-well John .2014. Research Design, Kualitative, Kuantitative and Mixed Methods
Approaches. London: SAGE.

Faisal, Sanpiah. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
De Vaus David. 2002. Survei in Social Research 5thEditioin. Australia: British Library
Cataloguing in Publication Data.

E.Lyberg Lars & Paul P. Biemer. 2003. Introduction to Survei Quality. Canada: WILEY A
John Wiley & Sons, Inc, Publication.

Frankel, J. &Wallen, N. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education (Second
Edition). New York: Mc Graw-Hill Inc.

Issacdan Michael. 1979. Handbook in Research and Evaluation. California: EdITSPublihers.

Linn L. Patricia, Howard Adam, Miller Eric. 2004. Handbook for Research in Cooperative
Education and Internships. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Purwanto. 2018. Teknik Penyusunan Instrumen Uji Validitas Dan Reliabilitas Penelitian
Ekonomi Syariah. Magelang: StaiaPress.

Riswanti, Andi. 2015. Hubungan Kecemasan dan Perilaku Terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2013 UIN Alauddin Makassar. Skripsi: UIN
Alauddin Makassar
Rea L. M. and Richard E.P. 2014. Designing and Conducting Survey Research. USA: Jossey
Bass.

Saris W. E. & Irmtraud N. C. 2007. Design, Evaluation, And Quiestionnaries for Survey
Research. Canada: John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved.
Shaughnessy J. J., Zechmeister E. B., & Jeanne S. Z. 2012. Research Methods In Psychology,
Ninth Edition. Newyork: Mc Graw Hill
29
Subali, Bambang. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi dan Pendidikan Sains
pada Umumnya. Yogyakarta: UNY Press.

Sudarsonodkk. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

30

Anda mungkin juga menyukai