Anda di halaman 1dari 21

“FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN”

ROGER

Dosen : Ns. Sarwan, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 7

1. Andriyanto Monoarfa(1901067)
2. Sri Wahyuni Misaala(1901083)
3. Nur Ainie Rabiasa(1901074)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH MANADO
2019/2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah “TEORI KEPERAWATAN ROGER”. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai”TEORI KEPERAWATAN ROGER”.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat


kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun.

Manado, Oktober 2019

Penulis

KELOMPOK VII

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan penulisan ..........................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Biografi martha E. Rogers ............................................................................3
2.2 Teori dan konsep keperawatan menurut martha E.Rogers ...........................3
1.1 definisi keperawatan menurut marthaE.Rogers................................3
1.2 asumsi dasar.................................................................................... .3
1.3 prinsip homeodinamika................................................................... .4
1.3.1 integral................................................................................. ....5
1.3.2 resonasi.............................................................................. ......5
1.3.3 helicy............................................................................ ...........5
2.3 perbandingan dengan teori lain..................................................... ..............6
2.4 Teori Rogers dan Metaparadigma Lansia.................................... ...............7
2.5 Kegunaan prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan.................. ..............7
2.6 Teori Rogers dan karakteristik Teori...................................... ....................8
2.7 hubungan teori keperawatan martha E.Rogers dengan
riset keperawatan.........................................................................................9
2.8 Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan
Praktik Keperawatan........................................................................ ...........9
2.9 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan
Pendidikan Keperawatan.............................................. ............................10
BAB III PENUTUP ............. ................................................................................11
3.1 Kesimpulam ............. ................................................................................11
3.2 Saran ......................... ................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori-teori keperawatan berpengaruh secara signifikan dalam memperbaiki


praktek keperawatan, melalui riset keperawatan, dan praktik keperawatan
memberikan fenomena yang perlu dilakukan riset untuk dapat memperkokoh teori
keperawatan. Teori-teori keperawatan yang disusun secara jelas meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang ada dan mengarahkan
perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek keperawatan itu sendiri.
Teori keperawatan berkembang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
perkembangan pemikiran dan ide-ide yang dituangkan ahli keperawatan
berdasarkan filosofi, paradigma, serta latar belakang pendidikan dan kehidupan
para ahli tersebut, sehingga masing-masing teori mempunyai perbedaan asumsi
terhadap praktek keperawatan.
Akan tetapi pada dasarnya semua teori keperawatan yang ada mempunyai
apresiasi yang sama yaitu terhadap proses pemberian asuhan keperawatan, dimana
klien diberikan kesempatan dan ruang untuk dapat berkembang secara mandiri
dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya selama rentang kehidupan.
Penerapan teori keperawatan dalam praktek layanan keperawatan
memberikan dasar kerja dan memberikan kerangka kerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Biografi martha E. Rogers?


2. Apa- apa saja Teori dan konsep keperawatan menurut martha E.Rogers?
3. Bagaimana perbandingan dengan teori lain?
4. Apa- apa saja Teori Rogers dan Metaparadigma Lansia ?
5. Apa-apa saja Kegunaan prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan?
6. Apa Teori Rogers dan karakteristik Teori?
7. Bagaimana hubungan teori keperawatan martha E.Rogers dengan riset
keperawatan?
8. Bagaiamana Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan
Praktik Keperawatan?
9. Bagaimana Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan
Pendidikan Keperawatan?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan Biografi martha E. Rogers


2. Menjelaskan Teori dan konsep keperawatan menurut martha E.Rogers
3. Mengetahui perbandingan dengan teori lain
4. Menjelaskan Teori Rogers dan Metaparadigma Lansia
5. Mengetahui Kegunaan prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan
6. Menjelaskan Teori Rogers dan karakteristik Teori
7. Mengetahui hubungan teori keperawatan martha E.Rogers dengan riset
keperawatan
8. Mengetahui Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan
Praktik Keperawatan
9. Mengetahui Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan
Pendidikan Keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Martha E. Rogers


Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas,
Texas.Beliau memulai karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas
Tennessee diKnoxville pada tahun 1931.Beliau masuk sekolah keperawatan di
RSU Knoxvillepada September 1933.Beliau menerima gelar Diploma
Keperawatan pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari George Peabody
College di Masville pada tahun 1937.Pada tahun 1945 beliau mendapat gelar MA
dalam bidang pengawasan kesehatan masyarakat dari Fakultas Keguruan
Universitas Columbia, New York. Beliau menjadi Eksekutif Direktur dari
pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ. Beliau meninggalkan Arizona pada
tahun 1951 dan kembali melanjutkan sekolah diUniversitas Johns Hopkins,
Baltimre MD dengan memperoleh gelar MPH tahun 1952 dan Sc.D tahun
1954.
Beliau di tetapkan menjadi Kepala Bagian Keperawatan di NewYork
University pada tahun 1954. Secara resmi beliau mengundurkan diri sebagai
Professor dan Kepala Bagian Keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun
dalam pelayanan. Pada tahun 1979 beliau pensiun dengan hormat dengan
memakai gelar Professornya dan terus aktif mengembangkan dunia
keperawatan sampai beliau meninggal pada 13 maret 1994.

2
Dalam teorinya, Martha Rogers (1970), mempertimbangkan manusia
(kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu dengan alam semesta. Manusia
berada dalam interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (lutjens,1995).
Selain itu, manusia merupakan satu kesatuan utuh memiliki integritas diri dan
menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar gabungan dari beberapa
bagian (Rogers 1970).Manusia yang utuh merupakan ” Empat sumber dimensi
energi yang diidentifikasi oleh pola dan manisfestasi karakteristik spesifik
yang menunjukkan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian
pembentuknya” (Maminer – Toey,1994).
Keempat dimensi yang di gunakan oleh Martha E. Rogers antara lain yaitu
sumber energi, keterbukaan, keteraturan dan pengorganisasian, dan empat
dimensionalitas manusia digunakan untuk menentukan prinsip mengenai
bagaimana berkembang.
2.2 Teori dan konsep keperawatan menurut Martha E. Rogers
1.1 Definisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers
Keperawatan adalah ilmu humanistis atau humanitarian yang
menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan
dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip-
prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis.Ilmu keperawatan adalah ilmu
kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan perkembangan
manusia.
Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang didasari prinsip – prinsip
kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers
merupakan aktifitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran
intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah
disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan
teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan
rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep pemahaman manusia atau individu
seutuhnya.
1.2 Asumsi Dasar
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam
semesta seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan

2
mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh. Ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan perkembangan
manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Rogers
(1970) ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu:
1. Manusia adalah satu kesatuan
proses integritas individu dan mewujudkan karakteristik yang lebih
dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia kelihatan seperti
bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena kesatuan
ini menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik,
antara satu dan lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan
mempunyai sifat-sifat yang khusus jika semuanya jika dilihat secara
bagian perbagian ilmu pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila
seseorang memperhatikan sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia.
Manusia akan terlihat saat bagiannya tidak dijumpai.
2. Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi.
Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan
material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan
sebagai faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan
yang utuh dari semua hal.
3. Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan
tidak dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu.
Individu tidak pernah dapat mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia
sebelumnya. Bahwa proses kehidupan manusia merupakan hal yang tetap dan
saling bergantung dalam satu kesatuan ruang waktu secara terus menerus.
Akibatnya seorang individu tidak akan pernah kembali atau menjadi seperti
yang diharapkan semula.
4. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang inovatif.
Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif,
pola teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh

2
energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu
alam semesta yang kreatif dan dinamis.
5. Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan
berpikir, sensasi dan emosi.
Hanya manusia yang mampu untuk berfikir menjadi siapa dan
keluasan dari alam semesta ini. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia
hanya manusia yang mampu berfikir dan menerima dan
mempertimbangkan luasnya dunia.

Berdasarkan pada asumsi-asumsi tersebut, terdapat 4 batasan


utamayang ditunjukkan oleh Martha E. Roger :
1. Sumber energi
2. Keterbukaan
3. Pola-pola perilaku
4. Ukuran-ukuran 4 dimensi
Disini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah
manusia dan lingkungannya.Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu
mampu mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan
energi dan informasi untuk lingkungan.Karena pertukaran ini individu adalah
sistem terbuka yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi utama Martha E.
Roger.
Terdapat persamaan kekuatan antara anggapan dasar Roger dan sistem teori
umum lainnya. Menurut von Bertalanffy (1968), sebuah sistem adalah kumpulan
dari elemen-elemen yang dihubungkan, wujud manusia dan lingkungannya.
Seperti sebuah sistem hidup dan energi dasar, individu memiliki kecakapan dalam
memanfaatkan energi dan informasi dari lingkungan dan energi bebas dan
informasi kepada lingkungan.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar tersebut dan
menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu
yang individu utuh.Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi. Proses
yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan berhubungan satu

2
sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebutmerupakan pola
kehidupan.Pada akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi,
membayangkan dan memisahkan.
Manusia mempunyai empat dimensi, medan energi negentropik dapat diketahui
dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-ciri dan tingkah laku yang berbeda
satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan,
keperawatan dan kesehatan.
1.3 Prinsip Homeodinamika
Prinsip homeodinamika terdiri dari 3 pemisahan prinsip, yaitu integral,
resonansi dan helicy (Roger (1970,1988, 1992)). Dengan kombinasi prinsip
homeodinamika dan konsep manusia dari definisi perawat, sebuah teori
menyatakan dapat dijadikan dalil.Sebuah teori yang tepat mungkin menyatakan
jika perawat menggunakan prinsip homeodinamika untuk melayani umat manusia.
1.3.1 Integral
Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya tidak
dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi
pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya saling
berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan keduanya
ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral adalah kelanjutan proses
interaksi antara manusia dan lingkungan.
1.3.2 Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam
antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran adalah pola manusia dan
bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang
yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari
frekuensi yang lebih tinggi.
Proses kehidupan dalam badan manusia adalah simfoni dari ritme yang
bergerak dalam frekuensi tertentu.Pengalaman manusia di lingkungannya seperti
segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi mereka dengan dunia istirahat.
1.3.3 Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran langsung
pada manusia- lingkungan.Manusia dan lingkungan adalah dinamis, sistem

2
terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang konstan
antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran ini juga mengalami
pembaharuan.Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi.Akhirnya, pertukaran
langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya
tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan
kesatuan bidang lingkungan hidup manusia.Arah perubahan yang terjadi antara
manusia dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan
ritme yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah
cara melihat manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses kehidupan
manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan menyajikan
keragaman pola tumbuh.
2.3 Perbandingan Dengan Teori Lain
Prinsip-prinsip yang homeodinamik erat keterkaitannya dengan prinsip
teoriterpilih.Sistem prinsip umum homeodinamik dari helicy dapat dibedakan
menjadiequifinaliti dan negenytropi.Equifinality berarti bahwa sistem terbuka
dapatmencapai keadaan waktu kemandirian kondisi awal dan ditentukan hanya
olehparameter tujuan sistem itu. Prinsip negentropic mengatur bahwa sistem
terbukamemiliki mekanisme yang dapat memperlambat proses gerakan menuju
kurangefisiensi. Pertukaran lingkungan dapat memberikan dukungan untuk
mekanisme tersebut.
Misalnya, kasus Susie kembar identik dan Joanie.Setelah ulang
tahunmereka dua bulan, salah satu kembar, Susi, menghabiskan enam minggu di
kakibilateral untuk mengobati cacat bawaan.Akibatnya Susie dipertahankan di
datarantinggi, dan Joanie terus mengembangkan sepanjang sumbu sekuensial.
Susiemengalami pola perubahan perkembangan, perbedaan perkembangan antara
sikembar substansial, sedangkan pada bulan kedelapan perbedaan telah sangat
berkurang.Bagian equifinal dari perkembangan ini akan tercapai meskipun lama.
Perkembanganteori telah menunjukkan bahwa kompetensi bawaan bayi
berkembang melalui waktu.Sebagai contoh, Erikson (1963) tahapan
perkembangan psikososial, dimulai dengankepercayaan versus ketidakpercayaan
dan otonomi versus keraguan malu, melalui generativity versus penyerapan diri

2
dan integritas ego versus putus asa, mengakuipertumbuhan ke depan dari seorang
individu yang semakin kompleks.
Pembangunanadalah proses yang berkelanjutan dari mempelajari tugas-
tugas dasar pertamaberjalan, makan, dan berbicara untuk mengontrol fungsi tubuh
untuk menyesuaikandiri dengan pensiun, dan / atau kematian pasangan.Contoh
lain adalah Piaget (Piaget & Inhelder, 1969) konsep pengembanganintelektual.
Kohlberg (1973) memvalidasi kerja Piaget menemukan bahwaperkembangan
moral dimulai ketika proses berpikir bergeser dari sebelum operasipada operasi
konkret.
Kohlberg menemukan bahwa laki-laki berkembang melaluiserangkaian
tahapan, dari hukuman premoral dan orientasi ketaatan pada moralitasyang
berprinsip dan orientasi prinsip universal etika.Giligan (1982) telah
menantangteori perkembangan dan pengecualian mereka pemikiran perempuan
danpembangunan di presentasi pekerjaan mereka. Pengamatan Gilligan,
pemikiran yangmendukung model konseptual Roger keunikan manusia kesatuan.
Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991) model adaptasi mungkin dapatdiperlihatkan
dengan kekonsistennya dengan sistem abstrak Roger.Model postulatRoy
menyatakan bahwa tingkat adaptasi individu merupakan fungsi dari
interaksiantara mekanisme adaptasi dan lingkungan.
Adaptasi psikologi terhadap stimuluslingkungan mengalami perubahan
kedudukan seperti yang dialami oleh pendakigunung menunjukkan interaksi
timbal balik antara individu dan lingkungan.Perubahan stimultan pendaki gunung
dan kenaikannya konsisten dengan prinsipintegral.
Menurut Roy (Roy & Adrews, 1991), adaptasi individu dari konsep
diridipengaruhi oleh pengalaman sosial, yang mencerminkan stimulus eksternal
yangmengelilingi orang tersebut dan proses dari persepsi dan pembelajaran sosial.
PrinsipRogers tentang dalil helicy, setiap interaksi timbal balik yang baru
meningkatkanperubahan inovatif. Sebagai contoh, seorang wanita yang menjadi
seorang istrisekaligus ibu mengembangkan diri konsep diri yang konsisten dengan
presepsiinteraksi dengan suaminya dan anak-anaknya.
Ketika wanita itu menjadi mahasiswa,interaksinya dengan dosen,
mahasiswa, dan lingkungan kampus meningkatkan perubahan dan adaptasi dalam

2
konsep-diri-nya.Menjadi seorang ibu, istri sekaligus mahasiswa membuatnya
mengalamiperubahan di lingkungannya.Ini adalah perwakilan dari
perkembangan.Pada titik tertentu dalam waktu perubahan disebabkan oleh
lingkungan baru yang menciptakanperubahan dalam pola hidup di mana wanita
itu telah berfungsi.Perubahan ini mempengaruhi kebiasaan yang berhubungan
dengan gaya hidupnya dahulu.
Sebelum kuliah, ibu akan memasak untuk keluarganya, setelah ia
kuliah,tidak ada anggota keluarga yang berperan memasak, sehingga fungsi
keluargaberubah. Sesuai dengan prinsip Roger, (helicy) perubahan kebiasaan
terjadi karena perubahan lingkungan. Resonancy menguji variasi yang terjadi
selama proseskehidupan dari orang yang "utuh".
2.4 Teori Rogers dan Metaparadigma Lansia
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia
menyajikan lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan sebagai
kesatuan yang dengan individualitas.Manusia secara kontinyu mengalami
pertukaran energi dengan lingkungan.Manusia mampu abstraksi, citra, bahasa,
pikiran, sensasi, dan emosi.
Manusia diidentifikasi dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan
perilaku yang berbeda dari bagian dan yang tidak dapat diprediksi dengan
pengetahuan tentangbagian - bagiannya.Lingkungan terdiri dari semua pola yang
ada di luar individu.Keduanya, individu dan lingkungan dianggap sistem
terbuka.Lingkungan merupakan, tereduksi terpisahkan, energi lapangan
pandimensional diidentifikasi dengan pola dan integraldengan bidang
manusia.Perawatan utamanya adalah seni dan ilmu dan humanistik
kemanusiaan.Ditujukan terhadap semua manusia dan berkaitan dengan sifat dan
arah pembangunan manusia.
Tujuannya untuk berpartisipasi dalam proses perubahan sehingga orang
dapat mengambil manfaat (Rogers, 1992). Kesehatan tidak secara khusus diatur,
Malinski (1986) dikutip dari komunikasi pribadi dengan Rogers di mana di negara
bagian Rogers bahwa ia memandang kesehatan sebagai sebuah nilai. Komunikasi
ini menegaskan kesimpulan sebelumnya bahwa penyakit, patologi dan kesehatan
adalah sebuah nilai.

2
2.5 Kegunaan prinsip Rogers dalam Proses Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat
manusia, prinsip-prinsip homeodynamics memberikan pedoman untuk
memprediksi sifat dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap
masalah kesehatan. Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan
meningkatkan dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat
hubungan dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang
manusia dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan.
Tujuan ini akan tercermin dalam proses keperawatan. Untuk berhasil
menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat
dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau
seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan
menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi,
serta bersedia maju dalam proses keperawatan.
Akibatnya, hasil keperawatan mandiri, yang Rogers (1992),
mempertahankan diperlukan jika klien berusaha mencapai potensi maksimal
dengan cara yang positif. Keperawatan, adalah bekerja dengan klien, bukan
kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini dalam proses keperawatan oleh perawat
menunjukkan kepedulian terhadap semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah,
atau segmen terbatas pemenuhan kebutuhan. Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan
opini tentang klien dan lingkungan dikumpulkan.Karena keterbatasan kita dalam
mengukur dan alat pengumpulan data, informasi yang dikumpulkan sesering
mungkin dari suatu pemisahan diri atau bagian lainnya.
Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus dalam keadaan
yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan menanyakan beberapa
pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada. Pertanyaan seri pertama
mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya akan mencerminkan prinsip
resonancy. Seri terakhir dari pertanyaan akan dipengaruhi oleh prinsip
helicy.Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkan beberapa
pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan.
Harus diingat bahwa tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik
tertentu dalam ruang-waktu.Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis

2
tetapi terus berubah, mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan
pengalaman masa lalu. Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua,
tetapi menggunakan mereka sebagai referensi akan membantu memberikan
perawat dengan melihat klien seutuhnya.
Ini akanmengidentifikasi perbedaan individu dan pola pertukaran bagian-
bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian keperawatan, adalah
penilaian dariseluruh keadaan manusia dan bukan penilaian yang hanya
berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi sehat dan
sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau proses penyakit.
Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan
penyakitnya.
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang
kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua
dalamproses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodynamik.
Irama,pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat
dengan jelas.Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola pertukaran
bagian-bagiantersebut dalam proses kehidupan yang mencakup hubungan
manusia-lingkungan(Roger, 1970).
Meskipun tidak sempurna, diagnosa keperawatan berdasarkan
polakesehatan fungsional Gordon memiliki potensi yang lebih besar kegunaannya
dengankerangka Roger karena cenderung mencerminkan pandangan yang lebih
tentangkeutuhan individu.Mengingat bersifat statis dan kehilangan tradisi
sepanjangdiagnosa, sehingga penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis
bahkan mungkintidak tepat (Smith, 1988).
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat
memberikanasuhan keperawatan.Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan
implementasi dalam lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa
perubahan yang satuini akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena
integrasi individu denganlingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan
dari penyakit sosial di dunia.Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani
dengan efektif dengan cara yangumumnya diterima secara umum, transisi,
tindakan penyakit berorientasi (Rogers,1992).

2
Dibutuhkan daya imajinasi dan kreatifitas.Resonansi mensyaratkan bahwa
rencana keperawatan diarahkan untuk mendukung atau memodifikasi variasi proses
kehidupan seluruh manusia. karenaproses kehidupan manusia merupakan
fenomena searah, sehingga tidak bias mengembalikan individu ke tingkat mantan
keberadaan, melainkan perawatmembantu individu bergerak maju ke tingkat yang
lebih tinggi lebih beragameksistensi.Program keperawatan di bidang helicy
membutuhkan penerimaan perbedaanindividu sebagai ungkapan munculnya
evolusi, untuk mendukung atau memodifikasiirama dan tujuan hidup.
Untuk melakukan ini membutuhkan partisipasi dan aktif dariklien dalam
asuhan keperawatannya.Kesehatan tidak hanya tercapai denganmempromosikan
homeostasis dan keseimbangan, melainkan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan dinamika dan keragaman dalam individu.
2.6 Teori Rogers dan karakteristik Teori
Teori dapat saling berhubungan menciptakan perbedaan pandangan suatu fenomena
tertentu. Teori keperawatan utamanya digunakan dalam prinsip homeodynamic
untuk pelayanan kemanusiaan memaksa untuk melihat keperawatan dengan cara
berbeda.
Teori harus murni logis. Pasti ada perkembangan logis dalam konstruksi
utama. Hasil perkembangan logis ini di proses dari identifikasi anggapan, melalui
blok bangunan, dengan prinsip homeodynamic.
Teori harus relatif sederhana namun umum. Telah dinyatakan bahwa
konsepsi Rogers manusia yang elegan di dalamnya terdapat kesederhanaan
(Fawcert,1989). Namun, teori jauh lebih sederhana dalam tingkat abstraksi dan
berkontribusi pada kesulitan pemahaman. Serta didasarkan pada penggunaan
sistem terbuka yang kompleks.
Teori dapat menjadi dasar untuk hipotesis yang dapat diuji
untuk memperluas teori.
Teori berkontribusi dan membantu meningkatkan pengetahuan umum
tubuh dalam tanpa menghilangkan kedisiplinan melalui penelitian yang dilakukan
untuk memvalidasi mereka. Teori ini dirancang untuk meminimalkan masalah
penelitian, kurangnya kesederhanaan, definisi operasional, dan instrumen yang

2
valid untuk mengukur hasil sehingga keperawatan benar-benar bisa mendapatkan
keuntungan dari sistem abstrak Roger.
Teori digunakan oleh praktisi untuk membimbing dan meningkatkan
praktek mereka. Ketika ide tersebut diaplikasikan untuk praktek keperawatan,
pemahaman perilaku klien mengambil dimensi baru. Selain itu, intervensi
keperawatan seperti sentuhan terapeutik dan penggunaan cahaya, warna, musik,
dan gerakan telah diturunkan dari ajaran Rogers.
Teori harus konsisten dengan validasi teori lain, hukum, dan prinsip-
prinsip. Sifat abstrak dari sistem menyediakan potensi besar untuk menghasilkan
pertanyaan untuk studi lebih lanjut dan yang berasal intervensi untuk
praktek keperawatan. Sistem Rogersjuga telah berperan dalam pengembangan
teori-teorilainnya. Newman (1994) Parse dan (1992) karya dua contoh tersebut.
2.7 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset
Keperawatan
Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara
langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu
keperawatan.Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas
keilmuan tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya
realita profesi keperawatan.
Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E
Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang seperti apakah
sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam konsepnya Martha
ERoger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah
merupakandasar pengetahuan dalam aktifitas penelitian keperawatan.“Tujuan dari
keperawatan adalah untuk membantu semua orang di manapunmereka berada dan
menunjang kesejahteraan yang maksimal bagi individu, keluargadan kelompok
(Rogers, 1985)”.
2.8 Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik
Keperawatan
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari
konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan.

2
Malinski(1986) mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan,
yangkesemuanya berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers.
1. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
2. Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
3. Penyesuaian terhadap pola
4. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik,
pergerakan dalam proses penyembuhan.
5. Menunjukkan suatu perubahan yang positif
6. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
7. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup.
2.9 Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di
lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan.
Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa
keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh
pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh
pendidikan dalam keperawatan.

2
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada intinya Martha E. Rogers memandang perawat sebagai ilmu dan

mendukungpenelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan mengembangkan

pengetahuandari ilmu– ilmu dasar dan fisiologi, begitu juga dengan ilmu

keperawatan itu sendiri,ilmu keperawatan bertujuan untuk memberikan inti dari

pengetahuan abstrak untuk mengembangkan penelitian ilmiah dan analisis logis

dan kemampuan menerapkannyadalam praktik keperawatan. Inti pengetahuan

ilmiah keperawatan merupakan hasilpenemuan terbaru mengenai keperawatan

secara humanistik.membangun dasar teori yang luas dari berbagai disiplin.

Rogersmengembangkan prinsip-prinsip homeodynamics.

3.2 Saran
Kita dapat mengacu pada teory proses keperawatan oleh roger’s untuk
acuan tindakan proses keperawatan.

2
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Aziz Alimul. A. 2009, pengantar konsep dasar keperawatan edisi 2,


Salemba medika, Jakarta.
Merriner, Ann. 1986. Nursing Theory and Their Work. Masby Company.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2005. Pengantar Keperawatan Komonitas 1. Cv Sagung
Seto. Jakarta.
Perry and Potter. Fundamental Keperawatan. EGC.

2
2

Anda mungkin juga menyukai