Lingkungan Hidup
Oleh:
Tiara Ayu Lestari, SH., MH
Allah berfirman: “Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”
QS. Ar-Ruum ayat 41
Kesadaran Lingkungan Hidup
Mengacu pada pemaparan Otto Soemarwoto dan
Munadjat Danusaputro, dapat dikemukakan bahwa
konseptual kategoris, kesadaran lingkungan hidup dapat
dibagi dalam 2 kelompok:
1. Antroposentrisme – kesadaran lama
2. Ekosentrisme – kesadaran baru
1. Antroposentrisme – kesadaran lama
Paham ini memandang bahwa manusia yang dikaruniai
kelebihan oleh Pencipta berupa akal budi (dan juga secara
fisik) dititahkan untuk menguasai dan memerintah lain-
lain subsistem.
Memandang bahwa semua makhluk ciptaan Illahi lainnya
adalah untuk kepentingan manusia. Manusia adalah
komponen sentral dan terpenting dalam sistem
kehidupan ini.
2. Ekosentrisme – kesadaran baru
Suatu paham yang memandang bahwa semua komponen ekosistem
ini adalah sama pentingnya.
Ungkapan “sama pentingnya” harus dimaknai sebagai sama
pentingnya menurut wujud dan dalam fungsinya masing-masing.
Kesadaran ini tumbuh dan berkembang sesudah pertengahan abad
ke-20, yang akan memulihkan kembali tata hubungan secara
berimbang dan serasi antara semua subsistem dalam keseluruhan
ekosistem dan lingkungan hidup, khususnya lingkungan hidup
manusia, hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya.
Kesadaran ekosistem inilah yang mendasari tumbuh dan
berkembangnya hukum lingkungan yang menerapkan prinsip-prinsip
dan pendekatan ekologi (holistik) yakni hukum yang berorientasi
kepada lingkungan hidup.
Apa sesungguhnya masalah lingkungan hidup itu???
Contohnya:
Letusan Gunung Tambora (1816) mengakibatkan lebih dari
90.000 orang meninggal, letusan Gunung Krakatau (1883),
tsunami di Aceh, Thailand, Srilangka (2004), gempa bumi di
Bantul, DIY (2006), gempa bumi di Lombok (2018).
Wujud/bentuk masalah lingkungan hidup
1. Pencemaran Lingkungan Hidup
Objeknya adalah SDA tanah, air, dan udara secara substansial.
Masalah ini dominan terjadi pada daerah-daerah padat penduduk,
termasuk daerah industri dan daerah pertanian dengan penggunaan
pupuk pada jenis dan tingkat tertentu.
Faktor penyebabnya:
Limbah industri, limbah domestik, serta transportasi dan sarana
pelayanan umum (pasar, rumah sakit, dsb).
Masalah ini berkaitan langsung dengan masalah daya tampung LH
dan baku mutu LH sebagai salah satu instrumen yuridisnya.
Contoh kasus
Kasus Minamata
Pada 21 April 1956 diawali adanya laporan kasus seorang
anak perempuan berusia 6 tahun, gejala utamanya adalah
neurologik, kesulitan berjalan dan berbicara serta kejang-
kejang. Dan bermunculanlah kasus-kasus penyakit serupa
yang didiagnosa berupa gizi buruk.
Namun diagnosa tsb ternyata keliru, karena penyakit mati
rasa dan semacamnya itu adalah dampak dari merkuri metil
akibat pencemaran yang disebabkan oleh perusahaan Chisso
yang salah satu usahanya adalah pabrik pupuk.
Pabrik pupuk ini selesai dibangun pada tahun 1908, tetapi
dampaknya muncul pada tahun 1956.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup
Objek kerusakan LH:
SDA tanah (dalam arti lahan, seperti lahan pertanian)
SDA hutan dan satwa (dalam arti unsur ekosistem,
misalnya menjadi gundul dan langka), dan
hidrologi yang sangat penting bagi kelangsungan
kehidupan manusia.
Masalah kerusakan ini terutama terjadi di daerah pedesaan dan
di daerah urbanisasi pada pinggiran kota, seperti terjadinya
keadaaan sbb:
o tanah-tanah gundul, tandus, dan rentan longsor;
o tertutupnya kantong-kantong resapan air, tanah menjadi
mampat;
o hilangnya fungsi-fungsi ekologi hutan, langka dan punahnya
tanaman atau satwa tertentu;
o berkurangnya sumber air bersih;
o kekeringan di musim kemarau;
o banjir, dsb.
Sumber Masalah (Indonesia)
Tantangan permasalahan LH yang timbul di Indonesia diakibatkan
atau dipengaruhi oleh 4 faktor pokok yaitu: