KIMIA ORGANIK
ACARA VI
(LIPIDA)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti ester, kloroform,
aseton, benzene, dan karbon tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid
dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan. Sifat kelarutan
ini membedakan lipid dari tiga golongan utama lain dari produk alam lainnya,
yaitu karbohidrat, protein, dan asam nukleat, yang pada umumnya tidak larut
dalam pelarut organik.
Lipida tidak mempunyai rumus emperis dan struktur yang sama tetapi
terdiri atas beberapa golongan. Lipida merupakan komponen penting dalam
membrane sel, termasuk diantaranya fosfolipid, glikolipid dan dalam sel hewan
adalah kolesterol. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain yang
disintesis dalam tubuh. Steroid adalah hormon-hormon yang penting seperti
hormone korteks, adrenal, hormone seks, vitamin D, dan asam empedu.
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan
gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik
dari tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, kacang-kacangan, biji-bijian, maupun
dari hewan. Karena sumber lemak beraneka macamnya, maka setiap jenis lemak
berbeda sifat fisik dan kimianya. Dengan menganalisis sifat fisika dan kimianya
dapat ditentukan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap lemak dan minyak
tersebut sebelum digunakan untuk keperluan manusia.
Asam lemak pada lipid memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor
hidrokarbon nonpolar yang panjang yang membuat kebanyakan lipid bersifat
tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak.
B. Tujuan
Lipid adalah senyawa ester asam lemak dengan gliserol yang mempunyai
komponen atas atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Lipid dapat dihasilkan dari
nabati maupun hewani. Ketika dihidrolisis, lipid akan menghasilkan asam lemak
dan gliserol (Hart, 2003). Lipida berdasarkan wujudnya dibagi menjadi dua
bagian yang terdiri dari lemak (berupa padatan) dan minyak (berupa cair).
Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan karena perbedaan jumlah ikatan
rangkap, rantai karbon, bentuk cis atau trans yang terkandung di dalam asam
lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid/UFA) (Sartika, 2008). Contoh asam lemak
dengan konfigurasi posisi cis adalah minyak kelapa sawit, kedelai, jagung, canola,
dan kelapa.
Lipid bersifat tidak larut dalam air, sedikit larut pada alkohol, dan larut
sempurna dalam pelarut organik (seperti kloroform dan eter). Uji kelarutan lipid
ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Semakin polar, maka lipid akan tidak
larut. Karena lipid merupakan senyawa non-polar sehingga hanya larut pada
senyawa non-polar. Sedangkan untuk uji ketidakjenuhan biasanya digunakan
pereaksi I2 sebagai indikator untuk menentukan perubahan yang terjadi. Warna
dan ikatan rangkap yang dihasilkan dari larutan tersebut akan membantu untuk
mengidentifikasi lemak tersebut.
Dari rantai asam lemak dapat dilihat bahwa asam lemak jenuh memiliki
rantai karbon tinggi dan titik lebur yang rendah. Dari rantai tersebut pula dapat
dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu golongan lipid sederhana dan golongan
lipid kompleks. Golongan lipid sederhana adalah senyawa yang tidak memiliki
gugus ester dan tidak dapat dihidrolisis. Contoh steroid. Sedangkan pada golongan
lipid kompleks tersusun atas senyawa yang memiliki gugus ester dan dapat
dihidrolisis. Contoh minyak, lemak, dan lain-lain.
b. Denyut jantung
d. Pembekuan darah
Lipid memiliki nilai sumber energi yang tinggi bagi tubuh yang disimpan
dalam jaringan adiposa berbentuk lipoprotein fosfalipid yang mempunyai fungsi
sebagai pengangkut zat - zat yang melewati membran sel. Beberapa senyawa
steroid memiliki beberapa fungsi seperti kolesterol untuk mengangkut lemak
dalam tubuh. Estrogen dan testosteron berfungsi sebagai hormon kelamin :
dehidroksikolesterol dan ergastrol berperan sebagai provitamin D (Sutresna,
2009). Dalam bidang pangan, kandungan lipid seperti lemak dan minyak sangat
penting diketahui karena berhubungan dengan nilai gizi dan nilai ekonomi suatu
bahan yang akan menjadi penentu sebuah bahan tersebut dapat dijadiikan sebuah
produk yang layak jual dan aman dikonsumsi oleh masyarakat (Sobari, 2018).
Sebagai senyawa organik yang memegang peranan penting, lipid terdapat pada
tumbuhan, hewan, dan manusia. Jenis lipid yang paling banyak terdapat di alam
adalah lemak atau triasilgliserol yang bersifat hidrofobik non-polar (Sakinah,
2011).
III. METODE PRAKTIKUM
Alat :
● Tabung reaksi
● Penjepit tabung
● Pipet ukur
● Pipet tetes
● Cawan porselen
Bahan :
● Minyak goreng
● Alkohol 96%
● Kloroform
● HCl 10%
● Kertas pH
B. Prosedur Kerja
Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut - turut diisi
dengan air suling, alkohol 96%, HCl 10%, kloroform, dan larutan
A. Hasil Pengamatan
Aquades 1ml
Kloroform 1ml
Na2CO3 1ml
Kocok Tabung
B. Pembahasan
A. Kesimpulan
– Minyak goreng larut sempurna pada pelarut organik seperti kloroform. Tidak
larut pada aquades, alkohol 96%, dan eter atau senyawa non-polar.
Sedangkan untuk Na2CO3 0,5%, antara minyak dan air membentuk emulsi
stabil. Karena asam lemak dalam larutan bereaksi dengan soda yang
membentuk sabun.
– Minyak atau lemak terbagi menjadi 2 (dua) berdasarkan ikatan yang dimiliki
pada strukturnya yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Menurut literatur
yang didapatkan, minyak goreng bersifat lemak jenuh karena tidak mudah
hilang saat bereaksi dengan pelarut non organik. Dilain itu pula, minyak
goreng tidak memiliki ikatan rangkap pada struktur kimianya. Pengujian
ketidakjenuhan lemak dapat diketahui dengan menambahkan I2 sebagai
indikator pengujian.
B. Saran
Aminah, Siti. 2010. “Bilangan Peroksida Minyak Goreng Curah dan Sifat
Organoleptik Tempe pada Pengulangan Penggorengan”. Jurnal Pangan
dan Gizi 1(1) : 7-14.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. “Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan
Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan”. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional 2(4).
Suroso, Asri Sulistijowati. 2013. “Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau
dari Bilangan Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air.” Indonesia
Pharmaceutical Journal. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan,
Badan Litbangkes, Kemenkes RI. Hal.77-88.
Susanti, Wulan; Nur Wal Jiniana, Dessy Rositasari, Nur Fitri, dan Nuri Purnama.
2011. “Kelarutan Lipid serta Pengaruh Emulgator Terhadap Kelarutan
Lipid”. Jurnal Biokimia Praktikum ke-3.
No Gambar Keterangan
Hasil percobaan :
Kloroform dipipet
22
menggunakan pipet ukur
Indikator pH dimasukkan ke
31
dalam minyak goreng
- Tinjauan Pustaka
- Metode Praktikum
- Penutup
- Daftar Pustaka
- Pendahuluan
- Lampiran
- Daftar Pustaka