Esai Pengkajian Primer dan Sekunder pada pasien Trauma Cedera Kepala
Dosen pengajar: Ns. Bintari Ratih K., M.Kep. (BRK)
Penjelasan diatas merupakan sistem pelayanan Gawat Darurat di Indonesia, khususnya pada
pre Hospital. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas terkait pengkajian pre-Hospital pasien.
Pengkajian ini membantu tenaga kesehatan dalam mendata pasien kegawatan lebih akurat. Terkait
contoh kasus yang digunakan penulis adalah kasus trauma cedera kepala. Semoga bermanfaat.
Pengkajian Prehospital adalah pengkajian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pre hospital
(perawat ambulan/PSC) bertujuan membantu dalam mengetahui kondisi, penyebab, dan intervesi
segera yang bisa diberikan kepada pasien. Prinsip dari pengkajian Pre Hospital adalah cepat dan tepat
(berfokus pada pasien). Diketahui Pengkajian Pre Hospital memiliki empat pokok macam, diantaranya
yaitu: Scene assessment, Primary assessment, secondary assessment dan reassessment (pengkajian
ulang). Semua pengkajian ini saling berhubungan dan melengkapi.
Pengkajian lingkungan (Scene assessment), merupakan langkah awal bagi tenaga kesehatan
prehospital/perawat ambulan yang akan melakukan pertolongan ke lokasi kejadian. Adapun kegiatan
scene assessment secara berurutan yaitu:
Dilanjutkan oleh pengkajian selanjutnya yaitu pengkajian primer. Pengkajian Primer dilakukan
setelah tindakan ekstrikasi jika pasien terjebak didalam kendaraan. Pengkajian primer berfokus pada
kondisi pasien yang mengancam nyawa (menggunakan prioritas ABCDE). Prioritas ABC dapat berubah
menjadi CAB jika pasien menunjukkan gejala tidak ada nadi dan tidak bernyawa.
Selain pengkajian ABC, pada pengkajian Primer terdapat beberapa pengkajian yang perlu
dilakukan. Pengkajian ini dapat diamati melalui inspeksi dan palpasi, diantaranya yaitu: pendekatan
secara umum, pengkajian status mental (kecemasan), dan temuan trauma yang tampak pada pasien.
Ketika pasien menunjukkan tanda-tanda tidak bernyawa (seperti tidak teraba nadi), berikan resusitasi
langsung dengan kompresi CPR, kemudian siapkan AED secepatnya. Meskipun masih dalam tahap
pengkajian, perawat ambulan dapat sekaligus memberikan pertolongan atau intervensi kegawatan
diwaktu yang sama, tergantung kondisi dari pasien kegawatan. Kemudian pengkajian primer yang
selanjutnya adalah prioritas Disability / ketidakmampuan fisik dan prioritas Exposure menggunting
pakaian untuk melihat jejas dan memberikan kenyamanan pada pasien seperti beri selimut.
Setelah pengkajian primer selesai, dilanjutkan dengan pengkajian Sekunder. Pengkajian ini
lebih difokuskan pada penyebab dari permasalahan yang terjadi. Berikut beberapa langkah pada
pengkajian sekunder yaitu: pemeriksaan status fisik, riwayat pasien, keluhan utama, dan pemeriksaan
(fisik head to toe). Terakhir adalah reassessment atau pengkajian ulang. Jika ada pengkajian-
pengkajian yang terlewat. (118, 2015; Ratih, 2018).
Cedera kepala adalah salah satu cedera yang cukup sering dialami oleh pasien trauma. Pada
hasil statistik di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat 1,4 juta orang mengalami cedera kepala.
Selain menjadi kasus trauma yang frekuensi orangnya paling sering, cedera kepala juga merupakan
salah satu cedera yang cukup berbahaya. Penyebabnya adalah cedera kepala membutuhkan
penanganan cepat dan waktu lama untuk menyembuhkan dan merehabilitasi kondisi pasien seperti
semula (Nayduch, 2014).
Adapun rangkaian pengkajian primer yang diperlukan untuk memeriksa pasien trauma cedera
kepala pada ranah Prehospital, yaitu
Pemeriksaan Inspeksi pada luka laserasi kepala. Jika tampak ada laserasi pada kulit kepala
maka sebaiknya dikaji dan diintervensi. Adanya laserasi kulit kepala dapat menyebabkan
perdarahan hebat, terutama pada pasien anak-anak. Intervensi balut tekan diperlukan jika
terjadi perdarahan.
Inspeksi pada bagian liang telinga dan lubang hidung, yang merupakan tanda dari fraktur
tulang basilar perlu dimonitoring.
Inspeksi pada mata atau wajah (melihat bagian pupil mata rakun eyes dan memar), pada
Hidung (adanya mimisan/ deformitas), Beatle sign beatle sign (warna kehitaman belakang
telinga), Brill Hematom (kondisi dimana keluar darah pada hidung dan kedua mata diserta
lingkar biru pada kedua area mata) dan pada mulut (hilangnya gigi, malloclusion/kelainan
rahang atas dan bawah, jalan nafas/pembengkakan pada lidah).
Pemeriksaan Palpasi pada daerah kepala mungkin dapat memperlihatkan adanya fraktur
tengkorak. Penekanan/ palpasi pada kepala jangan terlalu keras, kemudian pada bagian
gravitasi leher dapat diberikan pemindahan posisi sesuai petunjuknya. (118, 2015; Nayduch,
2014).
Adapun rangkaian pengkajian Sekunder pada pada pasien trauma cedera kepala, yaitu:
1. Pemeriksaan status fisik (TTV) seperti tekanan darah, nadi, suhu, RR, saturasi O2
2. Riwayat pasien ada dua pendekatan yaitu OPQRST (Onset, Provocation, Quality, Radiation,
Severity dan Timing) dan SAMPLE (Sign/symptoms, Allergies, Medication, Past Medical, Last
meal, Event prior) (Ratih, 2018). Menurut BTCLS 118, 2015 bisa menggunakan pendekatan
KOPAK untuk anamnesa riwayat (Keluhan,, Obat, Makan terakhir, Penyakit penyerta, Alergi,
kejadian). Pemeriksaan ini cukup penting untuk intervensi selanjutnya di rumah sakit. Data
riwayat dapat di kaji jika pasien sadar dan kooperatif. Jika tidak maka dapat menanyakan data
riwayat ke orang terdekat yang tinggal serumah dengan klien cukup lama atau keluarga klien.
3. Keluhan utama yang menjadi alasan mengapa EMS dipanggil.
4. Pemeriksaan fisik head to toe (DCAP BTLS)
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari kepala hingga kaki. Wajah (mata, hidung, zygoma,
telinga, rahang atas dan bawah), leher (Pasang cervical collar untuk memfiksasi leher
perhatikan ukuran collar, atur kalung dan atur rambut yang menghalangi), Torak, Abdomen,
Pelvis, Ekstremitas (atas dan bawah), bagian punggung). Bagian-bagian tubuh tersebut
memerlukan pengkajian inspeksi, dan palpasi (perhatikan DCAP BTLS) untuk melihat
permasalahan pasien secara menyeluruh. DCAOP BTLS adalah deformitas, cuntusion,
abrasion, puncture, burns, tenderness, laceration, and swelling. Pemeriksaan auskultasi
dikususkan pada rongga dada dan abdomen (kecurigaan perdarahan interna dan masalah-
masalah lain) (118, 2015; Nayduch, 2014; White, 2015).
Demikian esai terkait pengkajian primer dan sekunder. Mohon maaf jika ada salah kata dari penulis.
Sekian dan terimakasih.
Daftar Pustaka
118, Yayasan Ambulan. (2015). Buku Panduan BT&CLS Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac
Life Support (A. D. Pusponegoro, S. Soedarmo, R. Suhartono & Z. A. Isma Eds.). Tangerang
Selatan: Ambulan Gawat Darurat 118.
Nayduch, D. (2014). Nurse to Nurse Perawatan Trauma. Jakarta: Selemba Medika.
PERMENKES RI § SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU, 19 Stat. 18 (2016).
Ratih, B (2018, 1 Oktober 2018). [Pre Hospital Assessment].
Suryanto. (2017). Prehospital Care in Indonesia: Preparation of the Nursing Workforce to Deliver an
Ambulance Service. Monash University, Australia.
White, T. W (2015). [Do a Primary and Secondary Survey Like a Rockstar].