Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan berbentuk seperti lilin yang

diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam liver (hati). Kolesterol terbentuk

secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak

kompleks yang dihasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi, antara lain

untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D, dan untuk

membuat garam empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, bila

kadarnya normal, kolesterol adalah lemak yang berperan penting dalam

tubuh. Namun, jika terlalu banyak, kolesterol dalam aliran darah justru

berbahaya bagi tubuh (Nilawati, 2008).

Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan pemeriksaan kadar glukosa

yang bertujuan untuk dapat terampil dan dapat menentukan kadar koleterol dalam

serum, dapat memahami dan menentukan metode yang dapat digunakan untuk

menentukan kadar kolesterol di dalam serum yaitu berupa metode enzimatik. Kadar

kolesterol dapat ditentukan dengan 3 metode, yaitu metode kolorimetri, enzimatik

dan kromatografi. Pada praktikum ini penentuan kadar kolesterol dilakukan

menggunakan metode enzimatik. Dipilih metode enzimatik karena metode

enzimatik memiliki sifat yang spesifik dibandingkan metode yang lain. Kemudia

tujuan selanjutnya pada praktikum ini yaitu dapat memahami cara menentukan atau

mendiagnosa kolesterol. Prinsip reaksi dari percobaan atau pemeriksaan kadar

kolesterol dengan metode enzimatik ini yaitu:

kolesterol esterase
𝐾oleterol ester + H2 O → Kolesterol + asam − asam lemak

Kolesterol oksidase
𝐾olesterol + O2 → Kolestenon + H2 O2
peroksidase
2H2 O2 + 4 aminoantipirin + fenol → quinoneimine + H2 O

Prinsip pemeriksaan pada metode ini yaitu kolesterol di tentukan setelah

hidrolisis enzimatik dan oksidasi, indikator Quinonimina terbentuk dari hidrogen

peroksidase dan 4-aminoantipirin dengan adanya fenol dan peroksidase. Indikator

quinoneimina terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4 – aminoantipirin dengan

adanya fenol dan peroksida. Peroksida yang dihasilkan bereaksi dengan 4-

aminoantipirin yang dikopling dengan fenol dan menghasilkan senyawa warna

quinoneimina (kromagen). Besarnya intensitas warna yang dihasilkan oleh senyawa

quinoneimina tersebut ekuivalen dengan kadar kolesterol dalam serum darah.

Pemeriksaan kadar kolesterol total pada praktikum dilakukan dengan lima

kali pengujian. Hal tersebut dilakukan agar mempersempit kesalahan data dengan

cara membandingkan hasil pengulangan, dimana pengulangan yang satu dan yang

lain hasil yang diperleh tidak boleh berbeda signifikan. Absorban yang diukur

adalah absorbansi larutan uji, standar, dan blangko.

Hal yang pertama dilakukan adalah melarutkan enzim dengan pelarut

hingga tecampur dengan baik, kemudian disiapkan 3 tabung reaksi. Pada tabung

reaksi pertama diberi label blangko yang berisi larutan kerja dan aquadest, tabung

reaksi kedua diberi label standar yang berisi standar dan larutan kerja, dan pada

tabung reaksi ketiga diberi label uji yang berisi larutan kerja dan serum. Serum

adalah bagian cair darah yang tidak mengandung sel-sel darah dan faktor-faktor

pembentukan darah. Protein-protein koagulasi lainnya dan protein yang tidak

terkait dengan hemostatis, tetap berada dalam serum dengan kadar serupa dengan

plasma. Apabila proses koagulasi berlangsung secara abnormal, serum mungkin


mengandung sisa fibrinogen dan produk pemecahan fibrinogen atau protombin

yang belum di konvensi (Sacher dan McPerson, 2012).

Pada tabung reaksi uji, serum dan larutan kerja dicampur hingga homogen

dan dibiarkan selama 10 menit. Tujuan didiamkan selama 10 menit dimaksudkan

agar enzim-enzim yang digunakan dalam reaksi dapat bekerja secara optimal.

Setelah didiamkan selama 10 menit, warna dari uji berubah dari yang tidak

berwarna menjadi larutan berwarna yaitu warna merah muda, warna merupakan

salah satu indikasi dari suatu reaksi, semakin pekat maka semakin banyak

konsentrasi zat yang bereaksi, selama warna larutan masih berubah berarti dapat

dikatakan reaksi masih berjalan untuk mencapai kesetimbangan. Setelah itu

dilakukan pembacaan absorbansi dari larutan uji dan standar terhadap blangko.

Penggunaan blangko yang berisi larutan kerja dan aquadest bertujuan untuk

menghilangkan pengaruh pelarut, sehingga hasil yang didapat adalah hasil yang

sebenarnya, tidak ada pengaruh dari pelarut yang digunakan. Pengukuran standar

yang berisi larutan kerja dan standar bertujuan untuk memastikan bahwa hasil yang

diperoleh benar-benar senyawa yang dituju (sebagai perbandingan).

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu nilai absorbansi standar dan

absorbansi uji. Pada standar diperoleh absorbansi sebesar 0,479 A dan pada sampel

uji didapatkan hasil absorbansi yang bervariasi dimana dalam uji 1-5 diambil dari

sampel yang sama yaitu uji 1 didapatkan absorbansi sebesar 0,267 A, absorbansi

uji 2 sebesar 0,140 A, absorbansi uji 3 sebesar 0,149 A, absorbansi uji 4 sebesar

0,192 A dan absorbansi uji 5 sebesar 0,420 A. Hasil dari kelima uji berbeda-beda

sedangkan sampel yang diambil atau hasilnya seharusnya bisa berdekatan tetapi
dalam kelima uji tersebut perbedaan nilai absorbansinya sedikit jauh. Hal ini

kemungkinan terjadi karena beberapa faktor, diantaranya pengukuran dilakukan

oleh orang yang berbeda, kurangnya ketelitian saat membuat larutan uji, kondisi

spektrofotometer yang digunakan, dan posisi kuvet.

Kemudian, dilakukan perhitungan kadar kolesterol dalam serum dari nilai

absorbansi uji terhadap nilai absorbansi standar yang dikalikan dengan kadar

standar (200 mg/dL). Diperoleh hasil perhitungan rata-rata kadar kolesterol kelima

uji yaitu 97,536 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kolesterol dalam serum

tersebut masih dalam keadaan normal karena menurut literatur WHO (World

Health Organization) kadar kolesterol total normal adalah <200 mg/dL. Kemudian,

untuk menentukan nilai penyimpangan pada pengujian ini dilakukan perhitungan

standar deviasi (Sd). Dimana, standar deviasi berkorelasi dengan nilai simpangan

baku relatif (Sbr). Hasilnya diperoleh nilai standar deviasi (Sd) sebesar 48,292.

Kemudian, dihitung nilai simpangan baku relatif (Sbr) diperoleh nilainya sebesar

49,512 % dimana menandakan bahwa nilai Sbr yang diperoleh tidak memenuhi

syarat karena nilainya > 2% sedangkan syarat nilai Sbr yang baik adalah <2% hal

ini disebabkan karena terjadi penyimpangan data yang signifikan.

Nilawati, S. (2008). Care Yourself Kolesterol. Jakarta: Penerbit Penebar Plus.

Sacher, Ronald A dan Richard A. McPherson. (2012). Tinjauan Klinis Hasil


Pemeriksaan Laboratorium, e/11, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai