Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Desinfeksi dan Antiseptik


Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh
mikroorganisme patogen.Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada
benda mati.Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan
"tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat
dipakai satu dari tiga desinfektan diatas.Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat
menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
 Kriteria desinfeksi yang ideal:
1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu
kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis.
Variabel dalam desinfektan

1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan
pada organisme yang akan dihancurkan.

2. Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.

3. Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.

4. Keadaan Medium Sekeliling


pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat mempengaruhi proses disinfeksi.

Antiseptik

Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan
sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Antiseptik adalah substansi kimia yang dipakai pada kulit atau selaput lendir untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi atau merusakkannya. Sedangkan
desinfektan, pada dasarnya sama, namun istilah ini disediakan untuk digunakan pada benda-
benda mati. Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan
ada pula yang hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibakterial
adalah antiseptik hanya dapat dipakai melawan bakteri.
B. Jenis - Jenis Desinfektan Dan Antiseptik

1. Garam Logam Berat

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu
eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang
terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia
lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.

2. Zat Perwarna

Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini
biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah
dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat
pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain
violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai
bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.

3. Klor dan senyawa klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau
dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan
minum.

4. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis

Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya
daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih
banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk
fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi
menarik.
5. Kresol

Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa
yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak
dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada
jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati.
Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi
yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.

6. Alkohol

Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga
antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai
pengawet).

7. Formaldehida

Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat
efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%,
formaldehida dikenal sebgai formalin.

8. Etilen Oksida

Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora,
jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida
yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya
substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan
secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut.
Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya
dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.

9. Hidogen Peroksida

Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi.
Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang
dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10. Betapropiolakton

Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan
spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan
bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair
mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa
jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.

11. Senyawa Amonium Kuaterner

Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon,
terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau
bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini
jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.

12. Sabun dan Detergen

Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan.


Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring
dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.

13. Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai


penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa
kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan
Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.

14. Antibiotik

Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang
sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
D. Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a
patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme
dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Steralisasi
juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta
spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat,
sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan

Mikrobiologi kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994

http://signaterdadie.wordpress.com/2009/10/08/desinfektan/

Anda mungkin juga menyukai