Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan metoda wave
analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan sifat pengujiannya yang
melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi tiang yang diuji.
PDA Test pelaksanaannya mengacu pada ASTM D-4945 (Standard Test Method for High-Strain
Dynamic Testing of Deep Foundations) :
"This test method is used to provide data on strain or force and acceleration, velocity or
displacement of a pile under impact force. The data are used to estimate the bearing capacity
and the integrity of the pile, as well as hammer performance, pile stresses, and soil dynamic
characteristics, such as soil damping coefficients and quake values. This test method is not
intended to replace Test Method D 1143."
Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method, yang meliputi pengukuran data
kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan pengujian (re-strike) dan perhitungan
variabel dinamik secara real time untuk mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi
tiang tunggal.
Dari PDA Test dengan menggunakan "Case Method" kita akan dapat mengetahui :
Analisa ini menggunakan data yang diperoleh dari pengujian PDA untuk memberikan hasil
analisa yang lebih detail.
Dari analisa CAPWAP kita akan mengetahui lebih rinci data yang diperoleh dari pengujian PDA
Test, dengan tambahan informasi :
Yang diperhatikan pada waktu pemasangan instrumen strain transducer dan accelerometer
(minimal masing-masing 2 buah) adalah posisinya harus sedemikian rupa sehingga pengaruh
lentur (kelentingan) tiang dapat diminimalkan.
Karena jika terjadi lenturan (bending) selama pelaksanaan re-strike, maka data yang
diperoleh akan mengalami distorsi sehingga analisa yang dilakukan tidak akan akurat.
Penghentian re-strike dan perekaman data dilakukan setelah penguji yakin bahwa hammer telah
memberikan energi transfer maksimum yang mampu dilakukannya
Refusal dan Ultimate
Pada pengujian dengan PDA Test akan diperoleh hasil daya dukung yang bersifat salah satu dari
dua kondisi berikut :
refusal
ultimate
Pengertian daya dukung yang bersifat refusal adalah daya dukung yang terdeteksi/terdata dan
dianalisa merupakan daya dukung yang diperoleh dari kondisi pondasi tiang yang belum
sepenuhnya termobilisasi.
Kondisi belum sepenuhnya termobilisasi adalah kondisi di mana pondasi tiang belum mencapai
kapasitas tertinggi atau ultimate-nya
Kondisi ini dapat disebabkan karena pada saat pengujian/re-strike dilakukan, energi yang
ditransfer tidak cukup besar untuk memobilisasi seluruh kemampuan tahanan atau daya dukung
pondasi tiang yang diuji.
Pengertian daya dukung yang bersifat ultimate adalah daya dukung yang diperoleh dari kondisi
pondasi tiang yang sudah termobilisasi sepenuhnya.
Dengan demikian angka daya dukung yang dihasilkan dari analisa PDA dan CAPWAP pada
kondisi ini adalah benar-benar daya dukung ultimate atau batas yang dimiliki oleh pondasi tiang
yang diuji.
telah bergeraknya tiang pancang akibat beban tertentu (beban ultimate) yang berarti
terlampauinya tahanan friksi dan ujung dari pondasi tiang
telah terlampauinya kemampuan material tiang pancang itu sendiri yang jika diteruskan
dengan beban yang lebih berat akan mengakibatkan kegagalan pada bahan/material tiang
pancang
Fungsi dari pile cap adalah untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus
disebarkan ke tiang pancang dimana masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom
dan harus ≤ daya dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban
maksimum yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton). Pile
cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya.
Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak
menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu,
seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan
yang ada.
Selain itu, bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang.
Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang
akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah
pondasi yang diikat menjadi satu.
1. Tahap pertama, dilakukan pengecoran dengan bucket dan pipa tremie untuk daerah stage
1, lalu diratakan dengan menggunakan vibrator.
2. Tahap keduan beton di curing dan besi tulanagan dibersihkan dari kotoran dan debu.
3. Tahap ketiga, beton stage 1 yang telah kering diberikan bonding agent pada
pemukaannya untuk pengecoran stage 2 yaitu pengecoran pelat basement. Bonding agent
in berfungsi sebagai pengikat beton lama dengan beton baru.
4. Tahap Keempat, pengecoran stage 2 dengan menggunakan concrete pump untuk pelat
basement. Pada pengecoran ini menggunakan beton yang dicampur dengan
waterproofing intergral (Conplast X421M)