Anda di halaman 1dari 6

Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat karunia- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Agama dengan judul : “Tren Hijrah Sebagai Gaya Hidup
Modern”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, September 2019

Oktovhyanus
Patintingan
DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar............................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

BAB I............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................................3

B. Tujuan...........................................................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.............................................................................................................................4

A. Tren Hijrah...................................................................................................................4

B. Hijrah Identitas............................................................................................................5

BAB III..........................................................................................................................................6

PENUTUP.....................................................................................................................................6

A. Kesimpulan...................................................................................................................6

B. Saran.............................................................................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir, muncul fenomena arus “hijrah” yang luar biasa dari kalangan
generasi melenial. Puluhan komunitas hijrah mulai bermunculan dan disambut antusiasme
para pemuda pemudi milenial. Entah bagaimana dan kapan sebenarnya fenomena ini terjadi.
Tren hijrah ini, menurut Dr. Munirul Ikhwan yang merupakan dosen pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, adalah konsep yang menyatakan menjadi muslim saja tidaklah cukup.
Doktrin hijrah gampang menjangkiti kelas menengah dan atas urban yang frustrasi dan haus
inspirasi kesalehan. Mungkin karna itu pula fenomena hijrah pun menjadi sangat cepat ketika
para selebriti tanah air mulai berbondong-bondong memilih jalan kerohanian dan “seakan”
meninggalkan segala aktivitas mereka di dunia industri hiburan.

Kata hijrah secara umum yang disampaikan oleh Yanuardi Syukur, dimaknai dalam
beberapa hal, seperti: perubahan pemikiran, perubahan penampilan, menjadi muallaf (yang
sebelumnya non-muslim), mengagumi, ulama, menghadiri pengajian (online dan offline),
mengikuti komunitas, hadir dalam gathering dan ikut dalam solidaritas keislaman. Generasi
milenial memperlihatkan keterbukaan ketika memilih berhijrah, yang juga dipengaruhi
perkembangan pesat teknologi dan informasi. Dimana mereka bebas berekspresi
menggunakan akun-akun media sosial yang tersedia.

Tampak di sini bahwa kesadaran spiritual generasi meilenial semakin meningkat.


Mereka berbagi video pengajian, membuat video ajakan, bahkan membuat berbagai event
yang berkaitan dengan agama. Ada semacam kerinduan untuk menjadi religious di
masyarakat urba.

B. Tujuan
Penyusunan makalah ini, tujuan utamanya untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah
pendidikan agama dan menuntaskan tugas dari kajian materi bertemakan “hijrah”. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk memahami serta mempelajari kehidupan sosial keagamaan
masyarakat Indonesia yang notabene memiliki ragam agama dimana Islam merupakan
mayoritas dan mendalami toleransi dalam beragama ditengah hiruk pikuk rasisme yang
sedang terjadi kehidupan masyarakat modern saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Tren Hijrah

Fenomena hijrah di Indonesia sangat erat kaitannya dengan agama Islam. Apabila
dicermati lagi, di Amerika pada tahun 1960 an hingga 1970 an juga pernah mengalami
fenomena serupa, yaitu “born again protestanism”, dimana banyak orang-orang yang tadinya
hippies, sekuler dan tidak beragama, menemukan kembali Yesus, menemukan kembali
Tuhan, sehingga mengubah gaya hidup mereka untuk kembali taat dalam beragama. Hal
tersebut menimbulkan perubahan besar pada kehidupan beragama di Amerika, muncullah
konfrensi ke agamaan, festival keaagamaan, musik rohani, dll.

Di Indonesia, gaya hidup hijrah ini mulai digandrungi oleh selebriti hingga public
figure. Bagi mereka, hijrah memiliki tiga kemungkinan. Pertama, mendapatkan ketenangan
spiritual dan semacam kepastian hidup; kedua, mendapatkan komunitas baru dan ketiga,
membuka peluang kapitalisasi hijrah itu untuk kepentingan finansial.

Pertama, kehidupan masyarakat urban memang kurang segi spiritual. Tak jarang orang
kota yang menjadi pecandu narkoba, pergaulan bebas dan tidak bahagia. Salah satu cara
untuk bahagia adalah dengan mereguk air spiritualitas. Kedua, mendapatkan komunitas baru
adalah salah satu kebaikan bagi mereka yang berhijrah karena dengan begitu mereka tidak
merasa sendirian dalam kehidupannya. Ketiga, tak jarang orang yang berhijrah kemudian
menjadi fashion icon (atau jadi designer), tampil di fashion week, membuka toko/resto/travel
islami dan pada akhirnya mendapatkan uang.

Bagi orang biasa (selain public figure), hijrah juga digunakan untuk mendapatkan
ketenangan dan kepastian hidup. Nyaris tidak ada sesuatu yang dapat membuat orang jadi
tenang, mantap dan pastis elain agama. Karena, agama dapat memberikan penjelasan yang
meyakinkan terkait tiga pernyataan substansial manusia: darimana kita berasal? Dimana kita
sekarang? Dan mau kemana kita nanti?

Sehingga, urusan profan (dunia) dan sacral (spiritual), mengutip Emile Durkheim,
sudah ada paket komplit dalam agama. Pada penjelasan Guru Besar Antropologi Universitas
Michigan C.P. Kottak, agama itu dapat menjelaskan soal manusia sebagai makhluk spiritual
(spiritual beings), kekuasaan dan kekuatan (powers and forces), ritus-ritus peralihan (rites of
passage), hingga penjelasan soal ketidakpastian (uncertainty), kegelisahan (anxiety) dan
penghiburan (solace).

B. Hijrah Identitas
Bagi sebagian orang, agama pastilah menjadi jawaban dalam setiap kegelisahan yang
dia miliki. Tak jarang kita menemukan jawaban serta tuntunan kehidupan di dalam beragama.
Tidak ada yang salah ketika seseorang mencoba kembali memiliki kepercayaan kepada
agama setelah dia tersesat, namun, apabilah hijrah dipilih hanya mengikuti tren dan sekedar
ikut-ikutan, hal tersebut merupakan pilihan yang kurang tepat.

Hijrah yang sekedar ikut-ikutan ini, menurut Zaky Yamani dalam artikelnya Hijrah:
Ambiguitas antara identitas dan kekuasaan, menyatakan bahwa orang tersebut pasti sedang
mengalami krisis identitas. Selama ber-hijrah, mereka mendapatkan satu jawaban pasti,
semua alasan dan tujuan hidup kita hanya untuk Tuhan. Lalu selesailah persolan, tak peduli
kualitas pekerjaanmu buruk, tak peduli apa manfaat pekerjaanmu bagi orang lain, selama itu
demi kejayaan Tuhan dan agamamu, hal-hal itu tidak lagi jadi persoalan.

Identitas itulah yang mereka dapatkan, tetapi terdapat miss mindset ketika seseorang
merapatkan identitasnya pada dogma dan agama, bahwa siapa pun yang berbeda adalah salah
dan tidak sejalan dengan aturan Tuhan. Maka tak heran, jika banyak kelompok yang sudah
hijrah itu terlibat aktif dalam memprotes praktik agama orang lain, seakan kelompok mereka
yang paling benar.

Pada titik inilah, identitas akan beriringan dengan keinginan atas kekuasaan. Seperti
diungkap Foulcault terutama teorinya tentang hegemoni dan kekuasaan, bahwa dengan
berhijrah secara sadar atau tidak, mereka ingin mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan dalam
hal ini bukan semata keinginan untuk berkuasa di pemerintahan formal, tapi kekuasaan dalam
tataran informal. Misalnya, mereka bisa mendapatkan legitimasi keagamaan untuk tindak
tanduk mereka, atau untuk mendominasi orang lain secara individu maupun secara kelompok.
Seperti yang kita ketahui, agama bagi mereka adalah nilai-nilai yang tak boleh diperdebatkan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Tren hijrah ini, tanpa diragukan lagi dapat diterima sebagai fenomena yang positif.
Meskipun tak jarang ada sebagian kelompok yang seakan merasa diri mereka paling benar
setelah ber-hijrah. Tak bisa dipungkiri pula bahwasanya hijrah menjadi sebuah gaya hidup
yang juga memiliki banyak dampak yang baik pula bagi kehidupan. Dimana hijrah membuka
kesempatan berwirausaha yang meskipun sangat segmented namun masif. Ditengah susahnya
mencari lapangan pekerjaan, fenomena hijrah membuka sebuah kesempatan dan lapangan
kerja baru. Namun, perlu di tekankan, bahwasanya agama merupakan hak dan privacy
masing-masing orang, dimana yang dapat menilai kedalaman agama seseorang hanyalah
Tuhan itu sendiri. Tidak berhak seseorang melakukan penghakiman kepada orang lain yang
menurut mereka salah.

B. Saran
Kelompok hijrah terbagi menjadi 2 golongan, dimana kelompok A (hijrah identitas)
sangat keras dalam mengajarkan agama dan membuktikan bahwa merekalah yang paling
benar. Sedangkan kelompok B (hijrah rohani) yang bermain sangat cantik, dengan menggelar
diskusi terbuka tentang agama serta menonjolkan sifat-sifat kelembutan dari sisi agama.
Kelompok B ini seakan memberikan tantangan terhadap kelompok A yang mengajarkan nilai
agama hanya dari satu arah. Cara kelompok B inilah yang diperlukan, karena agama sudah
bukan lagi produk yang kaku di era globalisasi ini. Agama harusnya dapat lebih lues
mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan penggunanya.

Anda mungkin juga menyukai