Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL REVIEW

PERBEDAAN ANTARA KELOMPOK KEPENTINGAN & CIVIL SOCIETY

Nama : Reza Ar Rozaq



NPM : 18011865039

Mata Kuliah : Kekuatan - kekuatan Politik
Indonesia
Dosen : Dr. Diana Fawzia, MA
PENDAHULUAN

Interest Group (Kelompok Kepentingan) dan New Social Movement (Gerakan Sosial
Baru) tentu akan berbicara bagaimana sebuah kelompok organisasi berpengaruh sebagai
sebuah kelompok yang terorganisir dan sistematis yang mana kelompok ini senantiasa
memiliki tujuan secara kolektif untuk mempengaruhi dari setiap kebijakan-kebijkan yang
akan dibuat atau yang sedang dijalankan dari sebuah state atau government. Dewasa ini
peran dari sebuah kelompok kepentingan dan sebuah gerakan semakin meningkat dan
memiliki pengaruh yang cukup luas dalam implementasinya pada sebuah negara. Dalam
sebuah jalannya system demokrasi, kelompok kepentingan dan gerakan merupakan
sebuah katalisator penghubung antara yang memerintah dan yang di perintah
(masyarakat). (Buechler, 1995) merincikan kembali dengan mendifinisikan sebuah gerakan
sosial sebagai usaha dan upaya agar perubahan dalam sebuah distribusi dapat terorganisir
sehingga terintegrasi agar dapat bermanfaat secara sosial Sedangkan (Charles Tilly, 2017)
mengemukakan bentuk perselisihan atau sebuah bentuk perlawanan interaksi gerakan
sosial dan beberapa lawannya di definisikan sebagai gerakan sosial yang mengupayakan
perubahan berkelanjutan di antara masyarakat dan setiap warga negara.”

Dalam (Culture & Singh, 2011) lebih bersifat teori-teori pergerakan sosial sehingga
menjelaskan golongan sayap kanan di Amerika latin, yang ingin menghilangkan sebuah
demokrasi yang berkembang pesat. Secara konspetual berbeda pada kelompok maupun
komunitas-komunitas kepentingan yang tidak akan bermanfaat pada empirik, sehingga
organisasi dibagi dalam dua jenis berbeda dilihat dari segi tindakan untuk mencoba
mempengaruhi perkembangan-perkembangan politik dan hasil akhir dari sebuah
pencapainnya. Seperti organisasi-organisasi kepentingan, pergerakan sosial menjalankan
dua fungsi politik :

1. agregasi kepentingan, yakni membentuk pada program kebijakan yang


mendasarakan pada serangkaian pandangan dan kepentingan yang tidak sama,

2. artikulasi kepentingan, yakni mengeksplor dan berekspresi serta


mempublikasikan berbagai aturan (kebijakan) yang dimaksud untuk mempengaruhi
peran-peran pemerintah.

Organisasi-organisasi kepentingan dan pergerakan-pergerakan sosial juga


memanfaatkan beragam corak yang sama dalam mengartikulasikan kepentingan,
seperti melobi para birokrat, politisi, membuat dan riset dan petisi serta
mengoordinasikan gerakan-gerakan dan aksi-aksi kekerasan tertentu. maka dari itu
dalam tulisan ini penulis akan membahas terkait kelompok, kepentingan, dan gerakan
khususnya dalam kaitannya dengan dampak dan pengaruh mereka dalam proses
demokrasi.

Bentuk dari sebuah kekuatan tertentu yang dimiliki daya dukung adalah sesuatu
kekuatan yang didalamnya berisi dua orang maupun lebih orang yang berkerjasama untuk
mencapai tujuan Bersama. Corak dan bentuk kekuatan disbut juga sebagai suatu
organisasi. Organisasi yang terbentuk dari dan mengupayakan mengatasnamakan dirinya
sebagai organiasasi kepentingan merupakan sebuah Lembaga swadaya masyarakat (LSM),
Non Government Organitation (NGO), Organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan organisasi
sosial lainnya. Hal lain di latarbelakangi oleh lahirnya kelompok kepentingan ini adalah
adanya dominasi individu masyarakat, negara, maupun negara lain, baik yang telah
berkembang maupun yang terbelakang dapat membahayakan kelangsungan hidup dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan bernegara. Secara umum kelompok
kepentingan hampir sama dengan sebuah partai politik yang sama merupakan sebuah
katalisator penghubung utama antara pemerintah dan yang di perintah. Kelompk
kepentingan lebih kepada sekelompok individu yang mengadakan suatu persekutuan yang
didorong oleh sebuah kepentingan-kepentingan yang dapat mempengaruhi suatu
kelompok tertentu. Kepentingan dapat berupa kepentingan umum, masyarakat luas dan
sekelompok kepentingan tertentu. Contoh dari persekutuan merupakan kelompok
kepentingan yaitu seperti sebuah organisasi massa.

DEFINISI KELOMPOK KEPENTINGAN

Kelompok kepentingan dan gerakan adalah sebuah kelompok organisasi


berpengaruh sebagai sebuah asosiasi yang terorganisir dan sistematis yang mana
kelompok ini senantiasa memiliki tujuan untuk mempengaruhi dari setiap kebijakan-
kebijkan yang akan dibuat atau yang sedang dijalankan dari sebuah state atau
government. Saat ini peran dari sebuah kelompok kepentingan dan sebuah gerakan
semakin meningkat dan memiliki pengaruh yang cukup luas dalam implementasinya dalam
sebuah negara. Dalam sebuah jalannya system demokrasi, kelompok kepentingan dan
gerakan merupakan sebuah katalisator penghubung antara yang memerintah dan yang di
perintah (masyarakat). Secara komprehensip, kelompok kepentingan dan gerakan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam seperti kelompok komunal, kelompok institusional,
kelompok asosiasional, adapun strategi masyarakat sipil sebagai kelompok kepentingan
dan gerakan dalam mempengaruhi kebijakan dengan sejumlah instrumen yaitu: advising,
advocasi, lobbying dan activism. Masing-masing instrumen ini memiliki karakter gerakan
yang berbeda-beda. Namun, dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan pilihan-pilihan
yang dikehendaki. Masing-masing instrumen dan pilihan-pilihan gerakan tersebut menjadi
penentu warna hubungan masyarakat sipil sebagai kelompok kepentingan dan gerakan
dengan pemerintah.

Kelompok kepentingan dapat didefinisikan sebagai :

association of individual or organisations that on the basis of one or more shared concerns, attempt
to influence public policy in its favour usually by lobbying members of the government.

Kelompok kepentingan dapat diklasifikasi berdasarkan pada motivasi kelompok


tersebut, yaitu :

1. ekonomi, mencakup individu, perusahaan dan organisasi bisnis

2. profesional, mencakup kelompok profesional seperti persatuan perdagangan dan


petani, dan
3. kepentingan publik, mencakup kelompok HAM, kelompok lingkungan

Tipe-tipe Kelompok Kepentingan

Menurut Gabriel Almond, terdapat 4 jenis kelompok kepentingan, yaitu:

1. Kelompok kepentingan kelembagaan (institutional interest groups).

Yang termasuk ke dalam kategori ini yakni lembaga legislatif, lembaga eksekutif,
militer, birokrasi, dan organisasi agama. organisasi-organisasi dalam kategori ini
menjalankan fungsi sosial dan politik, tetapi baik sebagai badan hukum atau sebagai
kelompok-kelompok lebih kecil di dalam badan hukum itu (seperti fraksi- fraksi di
lembaga legislatif kelompok-kelompok peaba, departe kelompok kelompok ahli, dan
kelompok ideologi di birokrasi) dapat mengartikulasikan kepentingan mereka atau
mewakili kepentingan lain di dalam masyarakat.
2. Kelompok kepentingan nonasosiasional (nonassociational interest groups).

Yang termasuk ke dalam kelompok adalah kepentingan kelomp kelompok keluarga


atau berbasis kelas Kelomp satu garis keturunan, etnis, dan wilayah, keagamaan,
status kecil, kepentingan jenis ini individu, kelompok secara informal melalui individu,
kelompok kecil, keluarga dan pemuka agama, dan lainnya. Contoh untuk kelompok
kepentingan ini yaitu keluhan pemimpin suku terhadap pemimpin tertinggi mengenai
penegakan identitas dan hukum yang memengaruhi kelompok keluarganyai
sebuah pemerintahan yang di buat oleh seorang tuan tanah kepada seorang birokrat
di sebuah klub sosial mengenai kebijakan pajak, atau masalah tanaman pertanian,
atau keluhan dari delegasi informal dari kelompok bahasa berdasarkan instruksi
bahasa di sekolah.
3. Kelompok kepentingan anomik (anomic interest groups).

Kelompok kepentingan anomik memiliki ciri khas terbentuk di antara unsur-unsur di


dalam masyarakat secara spontan dan tidak memiliki nilai-nilai dan norma- norma
yang mengatur. Kelompok ini sering tumpang tindih dengan partisipasi politik
nonkonvensional, seperti kerusuhan dan demonstrasi, tindak kekerasan politik, dan
sebagainya. Karakteristik khusus kelompok ini adalah struktur dan fungsi yang bersifat
relatif. Istilah relatif digunakan karena kerusuhan dan demonstrasi dapat diorganisasi
dan dikontrol, sehingga keduanya berpotensi untuk melewati batas dan norma atau
bahkan mengganggu sistem politik.
4. Kelompok kepentingan asosiasional (associational interest groups).

Kelompok kepentingan asosiasiona meliputi khususnya organisasi artikulasi


(penyampaian) kepentingan-kamar dagang, organisasi pebisnis atau asosiasi industri,
asosiasi etnis, asosiasi yang diusung oleh umat beragama, kelompok paguyuban, dan
lain sebagainyar Karakteristik khusus kelompok ini ialah perwakilan kepentingan dari
sebuah kelompok tertentu secara eksplisit, memiliki prosedur penyusunan kepentingan
tuntutan, dan penyampaian tuntutan ini kepada lembaga-lembaga politik seperti partai
politik, lembaga legislatif, dan birokrasi.

CIVIL SOCIETY

Masyarakat sipil, sesuai namanya tentunya lebih memusatkan fokus utamanya pada
tujuan-tujuan publik (non privat). Mekipun fokus utama dari masyarakat sipil adalah
kepentingan publik, seperti contoh mengkritik kebijakan yang dianggap merugikan publik
akan tetapi eran dari masyarakat sipil hanya sebatas mengkritik saja tidak sampai
mengembil alih kekuasaan agar bisa membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan
publik. Cakupan dari masyarakt sipil tidak hanya dalam beberapa kelompok atau golongan
saja melainkan mencakup pluralisme serta menjunjung tinggi nilai-nilai keragaman dan
juga tidak hanya mengedepankan kepentingan kelompoknya sendiri melainkan tetap
mengedepankan kepentingan publik sesuai dengan definisi dari masyarakat sipil.
Masyarakat sipil harus memiliki nilai, norma dan intensitas kehidupan perkumpulan secara
umum seperti modal sosial.

Tentunya, keberadaan masyarakat sipil memiliki karakteristik tersendiri seperti


dapat mengelola urusan internalnya secara mandiri dan formal karena masyarakat sipil
tidak boleh diselami oleh negara dalam urusan internalnya. Sebuah organisasi masyarakat
sipil memiliki tujuan dan metode yang terorganisir sehingga sanggup menahan godaan
dari kelompok-kelompok kepentingan yang hanya menginginkan kekuasaan di negara
ataupun menolak rule of law. Masyarakat sipil memiliki tingkatan kelembagaan
sebagaimana halnya seperti pada partai-partai politik sehingga memiliki sumber daya
untuk penyelenggaraan stabilitas serta pernyelenggaraan demokrasi. Seperti yang sudah
saya katakan di paragrap sebelumnya bahwa, salah satu karatersitik masyarakat sipil yatu
pluraslisme, walaupun anggotanya berasal dari golongan yang berbeda-beda yang
tentunya memiliki kepentingan yang berbeda pula, akan tetapi tidak lah semua
kepentingan dari anggotanya dapat terwakili. Karakteristik masyarakat sipil yang terakhir
(kelima) yaitu memiliki ke-solid-an antar anggotanya, hal ini sangat diperlukan dalam
sebuah organisasi terkhususnya masyarakat sipil dalam menjalankan kepentingan-
kepentingan nya demi tujuan bersama seluruh anggota serta publik yang merasa terwakili.

Jika dikaitkan dengan transisi demokrasi, peran masyarakat sipil dapat dibagi
menjadi dua yaitu pertama, membantu melaksanakan transisi dari pemerintahan yang
otoriter ke pemerintahan yang lebih demokratis. sedangkan peran yang kedua, sebagai
aktor yang membantu dalam proses konsolidaasi demokrasi. Banyak rujukan dari realita
sejarah yang membuktikan betapa pentingnya peran masyarakat sipil dalam
mengkonsolidasi serta memobilisasi ‘publik’ dalam gelombang demokratisasi ketiga. Dalam
melaksanakan perannya, masyarakat sipil juga memiliki fusngsi-fungsi khusus yang
mendorong untuk melaksanakan peran dari masyarakat sipil sebagai pengembang serta
pengkonsolidasian demokrasi.

Fungsi yang paling awal berguna dalam masa transisi demokrasi yaitu fungsi
pengawasan serta pembatasan kekuasaan negara, hal ini perlu dilaksanakan oleh
masyarakat sipil karena keinginan masyarakat untuk mencegah dan mengontrol kasus-
kasus seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tidak hanya berhenti pada mencegah dan
mengontrol praktik KKN yang rawan dilakukan oleh para politisi maupun birokrat,
masyarakat sipil juga mengembangkan sayapnya hingga ke penilaian kinerja para pejabat
negara seperti menteri, birokrat, hingga wakil rakyat yang dinilai secara individu. Hal ini
dilakukan oleh masyarakat sipil untuk mengawasi penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan yang rawan terjadi.

Selain sebagai pengawas dan pembatas kekuasaan negara, masyarakt sipil juga
memiliki fungsi sebagai pembangun demokrasi, maksudnya yaitu membantu kinerja partai
politik untuk merangsang partisipasi publik dalam misi menggiring warga negara menuju
demokratis yang kreatif dan paham hak serta kewajibannya. Fungsi selanjutnya yaitu
memberikan pendidikan demokrasi terhadap warga negara, agar warga negara tidak
hanya menjalankan fungsinya yang mengawasi, mengkritisi, hingga menolak negara tetapi
juga masyarakat sipil dalam fungsi ini diharapkan mampu memberikan pendidikan politik
kepada warga negara agar berani memperbaiki negara serta meningkatkan legitimasi
demokrasi daln efektivitasnya.

Dibeberapa negara, demokrasi masih belum dirasakan secara merata oleh seluruh
warga negara karena masih banyak kepentingan-kepentingan warga negara yang belum
terpenuhi secara menyeluruh, seperti yang kita kenal dengan istilah kaum marginal atau
kaum pinggiran yang biasanya dihuni oleh kelompok ras tertentu, minoritas, dan tidak
mampu, kepentingan-kepentingan kelompok minoritas seperti ini biasanya masih belum
bisa terpenuhi dengan baik oleh negara. Dalam kasus demikian, masyarakat sipil berfungsi
sebagai penyalur kepentingan-kepentingan mereka agar kepentingan tersebut segera
terealisasikan baik itu dengan melakukannya secara mandiri ataupun bekerja sama
dengan pihak pemerintah. Kelompok-kelompok minoritas ini rawan dengan tindakan
diskriminasi dan juga tekanan-tekanan politik dari para penguasa lokal mereka seperti
tuan tanah, bos, juragan, dll yang men-Tuhan-kan uang sehingga para kelompok minoritas
tersebut seperti petani, ras tertentu, dll diberi imbalan khusus agar mereka patuh dan bisa
dikontrol oleh para penguasa. Menjunjung tinggi nilai-nilai Hak asasi manusia, merupakan
salah satu nilai yang dikantongi oleh masyarakat sipil untuk membebaskan keterikatan
para kelompok minoritas tersebut dengan para penguasanya dengan cara beegerak
menggunakan organisasi-organisasi kepentingan.

Di negara maju, dengan masyarakat yang kaya dan pluralistik masyarakat sipil
berfungsi untuk membawa kepentingan-kepentingan mereka yang tentunya dengan
mendorong rasa toleransi dari segala perbedaan dan juga memiliki pandangan-pandangan
yang modern. Selain berfungsi menghimpun kepentingan-kepentingan warga negara,
masyarakat sipil juga berfungsi untuk merekrut serta melatih para pemimpin politik yang
baru seiring dengan adanya pemerintahan internal yang mandiri. Dalam fungsi ini,
masyarakat sipil diharapkan menjadi produsen yang mampu menerbitkan pemimpin-
pemimpin yang mengerti, dan paham akan kepentingan warga negaranya. Fungsi
kesembilan dari masyarakat sipil adalah menyenyebarluaskan informasi kepada warga
negara perihal aktivitas pemerintah tidak hanya menyampaikan informasi menegnai
program-program kerja pemerintah saja tetapi lebih dari itu seperti hasil investigasi yang
mendalam dan menyeluruh dari apa yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini
sangat dibutuhkan bagi warga negara sebagai salah satu indikator pengawasan kinerja
dari pemerintah itu sendiri. Selanjutnya, fungsi yang dapat dijalankan oleh masyrakat sipil
yaitu berupa mobilisasi informasi dan pemahaman baru yang berguna bagi pencapaian
reformasi ekonomi dalam sebuah negara demokrasi. Mengapa demikian ? karena demi
tercapainya kesuksesan reformasi ekonomi di negara demokrasi, sangat diperlukan
dukungan-dukungan dari berbagai macam koalisi yang dapat digerakkan oleh masyarakat
sipil

PERBEDAAN ANTARA KELOMPOK KEPENTINGAN DAN CIVIL SOCIETY

Adapun tujuan utama dari sebuah partai politik merupakan penyerapan dan
penyaluran aspirasi dari masyarakat maupun civil society. Melakukan Pendidikan politik
kepada masyarakat tentang menjadi warga negara yang baik serta mengajarkan
masyarakat tentang hak dan kewajibannya selaku warga negara yang baik. Dengan itu
melakukan rekrutmen politik secara demokratis sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk mengisi berbagai jabatan-jabatan strategis public di semua
elemen pemerintahan, memformulasi dan menetapakan suatu kebijakan yang bersifat
umum melalui Lembaga institusi legislative dan eksekutif si semua elemen pemerintahan.
Dalam pelaksanaanya kebijakan publik menjadi sebuah penengah dari pemerintah
masyarakat dan tentunya menjadi alat pengontrol sebuah poltisi yang mewakili aspirasi
masyarakat. Jika tidak ada parpol, maka akan sangat sulit mengelola kepentingan pribadi
dan menjaga akuntabilitas para politisi dan pejabat politik, yang tentunya memiliki
beragam kepentingan yang berbeda.

Gambar di bawah ini menjelaskan tentang strategi civil society sebagai kelompok
kepentingan dan gerakan dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Gambar 1. Strategi Kelompok Kepentingan dan Gerakan Dalam Mempengaruhi


Kebijakan Pemerintah.

Dari gambar 1 di atas menjelaskan bahwa, strategi masyarakat sipil sebagai


kelompok kepentingan dan gerakan dalam mempengaruhi kebijakan dengan sejumlah
instrumen yaitu: advising, advocasi, lobbying dan activism. Masing-masing instrumen ini
memiliki karakter gerakan yang berbeda-beda. Namun, dapat dilakukan sesuai dengan
situasi dan pilihan-pilihan yang dikehendaki. Masing-masing instrumen dan pilihan-pilihan
gerakan tersebut menjadi penentu warna hubungan masyarakat sipil sebagai kelompok
kepentingan dan gerakan dengan pemerintah.

Selanjutnya menurut Heywood (2013), secara garis besar ada beberapa faktor
utama yang menentukan pengaruh kelompok, yaitu seperti:

1. Kebudayaan Politik
2. Struktur Kelembagaan

3. Watak dari system partai

4. Watak dan gaya dari kebijakan publik

Dalam pelaksanaannya ada beberapa aspek yang mempengaruhi suatu kelompok


kepentingan dalam memberikan pengaruhnya, terutama dalam watak dan sumber
dayanya, yaitu seperti: simpati publik terhadap kelompok tersebut dan tujuan-tujuannya,
ukuran keanggotaannya dan basis aktivisnya, kekuatan finansial dan kemampuan
organisasionalnya, kemampuan untuk mempengaruhi pemerintah, hubungan- hubungan
personal atau institusional yang mungkin dimilikinnya dengan partai-partai politik atau
badan-badan pemerintahan.

Metoda-metode yang digunakan oleh kelompok-kelompok kepentingan dipengaruhi


oleh saluran-saluran akses yang digunakan untuk memberikan pengaruh. Saluran-saluran
akses tersebut adalah seperti:

• Birokrasi

• Majelis

• Pengadilan-Pengadilan

• Partai-Partai Politik

• Media Massa

• Organisasi-Organisasi Internasional (Heywood, 2013).

KESIMPULAN

Kelompok kepentingan dan gerakan adalah sebuah kelompok organisasi berpengaruh


sebagai sebuah asosiasi yang terorganisir dan sistematis yang mana kelompok ini
senantiasa memiliki tujuan untuk mempengaruhi dari setiap kebijakan-kebijkan yang akan
dibuat atau yang sedang dijalankan dari sebuah state atau government. Saat ini peran
dari sebuah kelompok kepentingan dan sebuah gerakan semakin meningkat dan memiliki
pengaruh yang cukup luas dalam implementasinya dalam sebuah negara. Dalam sebuah
jalannya system demokrasi, kelompok kepentingan dan gerakan merupakan sebuah
katalisator penghubung antara yang memerintah dan yang di perintah (masyarakat).
Secara komprehensip, kelompok kepentingan dan gerakan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam seperti kelompok komunal, kelompok institusional, kelompok
asosiasional, adapun strategi masyarakat sipil sebagai kelompok kepentingan dan gerakan
dalam mempengaruhi kebijakan dengan sejumlah instrumen yaitu: advising, advocasi,
lobbying dan activism. Masing-masing instrumen ini memiliki karakter gerakan yang
berbeda-beda. Namun, dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan pilihan-pilihan yang
dikehendaki. Masing-masing instrumen dan pilihan-pilihan gerakan tersebut menjadi
penentu warna hubungan masyarakat sipil sebagai kelompok kepentingan dan gerakan
dengan pemerintah.

Secara garis besar ada tiga model politik kelompok kepentingan yang paling
berpengaruh, yaitu seperti Pluralisme, Korporatisme, Kanan Baru, dimana faktor utama
yang menentukan pengaruhnya, yaitu seperti Kebudayaan Politik, Struktur Kelembagaan,
Watak dari system partai, Watak dan gaya dari kebijakan publik, dengan menjalankan dua
fungsi politik yang utama:

1. Agregasi kepentingan, yakni dibentuk pada suatu program kebijakan yang


didasarkan atas rangkaian kepentingan dan perspektif yang berbeda-beda.

2. Artikulasi kepentingan, yakni di anulir sebagai ekpresi dan mempublikasikan


berbagai ragam kebijakan yang mampu untuk mempengaruhi tindakan-tindakan
pemerintah.

Menurut AS Hikam (1999), masyarakat sipil sebagaimana dikonsepsikan oleh para


pemikirnya mempunyai tiga ciri khusus yaitu:

• pertama, adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan


kelompok dalam masyarakat, terutama saat berhadapan dengan negara.

• Kedua, adanya ruang publik bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik secara
aktif dari warga negara demi kepentingan publik.

• Ketiga, adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar tidak intervensionis dan
otoriter. Selanjutnya akan kita lihat bagaimana konsep civil society ini diaktualisasikan
dalam konteks Indonesia.
REFERENSI

Buechler, S. M. (1995). New Social Movement Theories Author ( s ): Steven M . Buechler Stable URL :
http://www.jstor.org/stable/4120774 NEW SOCIAL MOVEMENT THEORIES, 36(3), 441–464.

Charles Tilly. (2017). Contentious Repertoires in Great Britain , 1758-1834 Author (s): Charles Tilly
Published by : Cambridge University Press Stable URL : http://www.jstor.org/stable/1171282
Contentious Repertoires, 17(2), 253–280.

Culture, C., & Singh, P. R. (2011). Consumer Culture and Postmodernism Consumer Culture and
Postmodernism, 5(5), 55–88.

Gabriel. (2018). Research Note : A Comparative Study of Interest Groups and the Political Process Author
(s): Gabriel A . Almond Source : The American Political Science Review , Vol . 52 , No . 1 (Mar .,
1958), pp . 270-282 Published by : American Political Science As, 52(1), 270–282.

Gunther, R., & Diamond, L. (2003). Species of Political Parties. Party Politics, 9(2), 167–199. http://
doi.org/10.1177/13540688030092003

Heywood, A. (2013). Politik: Edisi ke-4; terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Locher, K. P., Lee, A. T., Rees, D. C., Locher, K. P., Lee, A. T., & Rees, D. C. (2018). Mechanism Linked
references are available on JSTOR for this article : The E . coli BtuCD Structure : A Framework for
ABC Transporter Architecture and Mechanism, 296(5570), 1091–1098.

Ramdani, R., & Purnomo, E. P. (2015). The success of interest group coalition in influencing the decision
making process in a local government: case studies of constitutional folk coalition (korsi) in subang
regency, indonesia. on Green and Clean Politic (ICGCP).

Start, D., & Hovland, I. (2004). Tools for Policy Impact: Policy, (October).

Sukmana, O. (2013). Konvergensi Antara Resource Oriented Theory Dalam Studi Gerakan. Ilmu
Kesejahteraan Sosial, (1).

The, S., Quarterly, S., Spring, N., & Pichardo, N. A. (2018). Resource Mobilization  : An Analysis of
Conflicting Theoretical Variations Author ( s ): Nelson A . Pichardo Stable URL  : http://
www.jstor.org/stable/4121575 RESOURCE MOBILIZATION : AN ANALYSIS OF CONFLICTING
THEORETICAL VARIATIONS, 29(1), 97–110.

Hikam, Muhammad AS. 1999. Demokasi dan Civil Society. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Raharjo, Dawam. 1999. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial. Jakarta:
LSAF

Anda mungkin juga menyukai