Anda di halaman 1dari 9

UJI PERMIABILITAS MEMBRAN SEL DAN PLASMOLISIS PADA HEWAN

POIKILOTERMIK DAN HOMOIOTERMIK


(Test Permiability Of Cell Members And Plasmolysis In Poicilotermic And Homoiotermic
Animals)
Dwi Ikmalul Wahyuni
170210103111
Kelas C
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember: Jl. Kalimantan No. 37, Kampus Tegal Boto, Kraja Timur, Sumbersari, Kabupaten
Jember, Jawa Timur, 68121.
Email: ikmalwahyu05@gmail.com
ABSTRAK
Larutan isotonik adalah larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut sama (tekanan
osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan hipotonik
adalah larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada
yang lain, sehingga air bergerak ke dalam sel. Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke luar sel. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh bagian luar. suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan
berubahnya suhu lingkungan. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Hewan
homoioterm sering disebut hewan berdarah panas. Homoioterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm
dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu
tubuh. suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu lingkungannya selalu berubah-ubah.
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor
kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi
berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan.

Kata kunci : isotonik, hipertonik, hipotonik, poikilotermik, homoiotermik

PENDAHULUAN lipid. Lapisan luar membrane kaya akan


glikolipid, fosfolipid, kalin, dan lapisan dalam
Darah merupakan organ cair yang kaya dengan amino fosfolipid. Komposisi
berperan penting dalam hidup. Komponen biokimia dari membrane eritrosit yaitu 52%
darah terdiri dari plasma, trombosit, leukosit protein, 40% lipid and 8%
dan eritrosit(Basu, Debdatta., et. al. 2014). karbohidrat(Kartini., et al. 2017).
Eritrosit adalah sel darah merah dengan Membran eritrosit bersifat selektif
diameter 6-8 um. Ketebalan 1,5-2,5 un.bentk permiabel yang dapat ditembus oleh air dan
bulat pipihteoi, dan bikoncav menyerupai zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus
cakram. Sitoplasma berwarna merah dengan oleh zat-zat lain juga. Membran eritrosit
bagian tengah terlihat pucat yang menandakan mengalami kerusakan dapat disebabkan oleh
tidak memiliki inti sel. Membrane eritrosit penambahan larutan hipotonis/hipertonis ke
memiliki protein semipermiabel dan lapisan dalam darah, masuknya zat/unsur kimia
tertentu, umur sel yang tua, pemanasan atau lingkungan isotonik, volume sel hewan
pendinginan, tekanan osmotik yang ditentukan stabil(Chang. 2010).
oleh konsentrasi zat terlarut dari Larutan hipotonik adalah larutan
kompartemen(Ayu., et al. 2018). dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah
Terdapat beberapa faktor yang (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang
memengaruhi fragilitas eritrosit antara lain lain, sehingga air bergerak ke dalam sel.
spesies hewan, nutrisi, tempat tinggal hewan, Menempatkan sel dalam lingkungan
penyakit, penyimpanan darah, antikoagulan hipotonik, tekanan osmotik akan
dan lain-lain. Hewan yang berada di menyebabkan air mengalir ke dalam sel,
lingkungan yang lebih panas mempunyai sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak
fragilitas eritrosit lebih rendah dari pada berfungsi. Jika sel hewan direndam dalam
hewan yang hidup di daerah basah. Status larutan yang hipotonik terhadap sel, air akan
nutrisi mempengaruhi komposisi penyusun masuk ke dalam sel lebih cepat daripada keluar
membran eritrosit. Eritrosit tersusun dari dari sel, dan sel akan membengkak serta sel
komponen fosfolipid, glikolipid, kolesterol, mengalami lisis. Lisis adalah hancurnya sel
dan protein (glikoprotein), yang sangat karena rusaknya membran plasma. Peristiwa
tergantung pada status nutrisi yang dikonsumsi ini terjadi karena proses osmosis. Sel yang
oleh hewan. mempunyai sitoplasma pekat bila berada
Osmosis merupakan transportasi dalam kondisi hipotonik akan kemasukan air
molekul pelarut antara dua larutan dengan hingga tekanan osmosis dalam sel menjadi
konsentrasi yang berbeda di pisahkan oleh tinggi. Keadaan demikian akan memecah sel
membrane semipermiabel terhadap mlekul tersebut(Chang. 2010).
pelarut yang relative lebih kecil tetapi tidak Larutan hipertonik adalah suatu
dapat di tembus oleh molekul atau ion terlarut larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
yang lebih besar(Horne., et al. 2009). Tekanan tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari
osmotic suatu larutan adalah tekanan yang di pada yang lain sehingga air bergerak ke luar
perlukan untuk menghentikan osmosis. Jika sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan
kedua larutan memiliki konsentrasi sama dan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel.
tekanan osmotic yang sama juga, maka Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini,
keduanya disebut isotonic. Jika kedua larutan sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air
memiliki tekanan osmotic tidak sama, larutan yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
yang lebih pekat disebut larutan hipertonik, Sel hewan yang dimasukkan ke dalam larutan
dan larutan yang lebih encer disebut larutan hipertonik, sel akan kehilangan air ke
hipotnik(Chang. 2010). lingkungan, mengerut dan mungkin mati atau
Kata hemolisis juga dikenal sebagai krenasi(Chang. 2010).
haemolisis, berasal dari kata Yunani yaitu Pemberian larutan Nacl yang isotonic
Hemo yangberarti darah dan lisis yaitu tidak akan mengubah bentuk sel karena
kerusakan. Hemolisis adalah proses patologis konsentrasi yang ada didalam sel dengan
yang ditandai oleh pemecahan sel darah konsentrasi diluar sel sama. Jadi lingkungan
merah, dengan hasil pelepasan hemoglobin ini memiliki keadaan yang seimbang akan
dan intraseluler lainnya(Lippi., et al. 2012). menyebabkan ukuran sel tidak berubah.
Hemolisis dapat di periksa langsung dengan Pemberian larutan Nacl yang hipotonik,
analisis hemoglobin dibawah kondisi dimana larutan tersebut memiliki konsentrasi
psikologis(Acton. 2012). rendah dibandingkan dengan sel darah merah.
Larutan isotonik adalah larutan yang Hal ini menghasilkan peningkatan
mempunyai konsentrasi zat terlarut sama perpindahan air ke dalam sel melalui osmosis.
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan Ukurans el akan meningkat dan mengalami
yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. hemolisis(Goodhead., et al. 2017).
Jika terdapat sel yang tidak memiliki dinding Pemberian larutan Nacl yang
sel, yaitu sel hewan direndam dalam hipertonik, dimana larutan tersebut memiliki
lingkungan yang isotonik terhadap sel, maka konsentrasi lebih tinggi dari konsentrasi
tidak akan ada pergerakan air yang acak di didalam sel. Hal ini menyebabkan cairan
dalam sel yang melintasi membran plasma. Air dalam sel keluar melalui osmosis. Oleh karena
mengalir melintasi membran, namun dengan itu sel-sel darah merah akan kehilangan bentuk
laju yang sama dalam kedua arah. Dalam bikonkaf normalnya dan menyusut atau
mengalami krenasi. Pemberian larutan darah. Salah satu peranan penting peredaran
aquades pada sel darah merah menyebabkan darah yaitu mengangkut oksigen (O2) dari
hemlisis karena aquades merupakan larutan paru-paru ke seluruh jaringan(Merta et al.,
hipotonik, dimana aquades konsentrasinya 2016).
lebih rendah dibandingakn dengan konsentrasi Secara struktur/anatomi jantung katak
sel darah merah. Ha ini menyebabkan cairan di (Rana sp.) berbeda dengan jantung Tikus
luar sel masuk ke dalam sel sehingga (Rattus rattus). Jantung katak terdiri dari 3
menyebabkan sel mengalami hemolysis ruangan yaitu 2 atrium yang terbagi dengan
(Goodhead., et al. 2017). sempurna oleh septum inter-uariculum
Sel dalam media hipotonik akan menjadi atrium kiri dan kanan dan 1 ventrikel
mengubah bentuk sel menjadi menjadi bentuk (Merta et al., 2016). Sedangkan jantung pada
bulatyang menyeimbangkan tekanan osmotic tikus terdiri dari 4 ruangan yaitu 2 atrium dan
sel interior dengan tekanan osmotic eksternal 2 ventrikel yang telah dipisahkan oleh suatu
yang lebih rendah. Sel dalam isotonic Nacl septum sehingga terdapat ruang yang terpisah
tetap berbentuk bikonkaf. Dalam larutan secara sempurna(Merta et al., 2016).
hipertonik sel darah merah kehilangan air,
mengecil dan menunjukkan karakteristik METODOLOGI PENELITIAN
bentuk kreasi dari bentuk bikonkaf ke noktah
bulat(A., et al. 2014). 2.1 Waktu dan Tempat
Poikiloterm suhu tubuhnya Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin
dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh tanggal 16 September 2019 di Laboratorium
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan zoologi Program Studi Pendidikan Biologi
dengan suhu tubuh bagian luar. suhu tubuhnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
selalu berubah seiring dengan berubahnya Universitas Jember.
suhu lingkungan. Hewan seperti ini juga
disebut hewan berdarah dingin. Hewan 2.2 Alat dan Bahan
homoiterm sering disebut hewan berdarah Alat yang digunakan selama praktikum
panas. Homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini toleransi osmotik eritrosit hewan poikiloterm
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya dan homoioterm terhadap berbagai tingkat
sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan kepekatan medium yaitu mikroskop yang
homoiterm dapat melakukan aktifitas pada digunakan untuk mengamati sel darah. Kaca
suhu lingkungan yang berbeda akibat dari benda untuk meletakkan darah yang akan
kemampuan mengatur suhu tubuh. suhu diamati. Kaca penutup berfungsi sebagai
tubuhnya selalu konstan/tidak berubah penutup darah yang diamati. Pipet tetes
sekalipun suhu lingkungannya selalu berubah- berfungsi untuk mengambil darah pada
ubah. Hewan homoiterm mempunyai variasi pembuluh darah hewan yang digunakan.
temperatur normal yang dipengaruhi oleh Papan dan alat seksio digunakan untuk
faktor umur, faktor kelamin, faktor membedah hewan. Bahan yang digunakan
lingkungan, faktor panjang waktu siang dan yaitu Nacl, aquades, Katak (Rana sp.), dan
malam, faktor makanan yang dikonsumsi. tikus (Rattus rattus).
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi,
berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui 2.3 Prosedur Kerja
evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar 2.3.1 Hewan poikilotermik
tetap konstan. Membius katak dengan kloroform. Katak di
Mamalia merupakan hewan dari singlipet, kemudian di bedah sehingga nampak
subfilum vertebrata yang memiliki sifat jantungnya dengan pembuluh-pembuluh
berdarah panas atau disebut juga dengan besar. Menusuk salah sati pembuluh darah
homoiterm(Nasir., et al. 2017). Tingkat sehingga darahnya keluar, mengamatai bentuk
resistensi sel darah merah untuk lisis sebagai (keadaan sel) darahnya keluar. Selanjutnya
akibat dari penurunan konsentrasi Nacl adalah mengamati sel darah merah pada medium yang
dasar dari uji kerapuhan osmotic(Walski et al. lebih encer dari Nacl 0,7% ; 0,9% ; 1% sampai
2014). aquades.
Sistem peredaran darah adalah sistem
tempat darah mengalir dari satu tempat ke
tempat lain di dalam tubuh melalui pembuluh
2.3.2 Hewan Homoiotermik
Membius hewan dengan kloroform. Membuka
bagian dada, sehingga Nampak jantung dan
pembuluh-pembuluh darah besar. Menusuk
pembuluh darahnya dengan jarum sehingga
darahnya keluar. Mengamati bentu/keadaan
sel darah merah pada medium yang lebih pekat
dari 0,7% ; 0,9% ; 1%; sampai aquades. (c ) (d)
Gambar 3. Kelompok 2 (a) isotonis
HASIL PENGAMATAN
(b) Isotonis (c )Krenasi (d) Isotonis
Perbesaran 40 x 10

Gambar 1. Tabel Pengamatan a b

(a) (b)
c d

Gambar 4. Kelompok 3 (a) Hemolisis


(c )Isotonis (c ) Krenasi (d) Isotonis
Perbesaran 100 x 10

( c) (d)
Gambar 2. Kelompok 1 (a) Hemolisis (b)
Krenasi (c) Isotonik (d) Hemolisis
Perbesaran 10x10

(a) (b)

(a) (b)

( C) (d)
Gambar 5. Kelompk 4 (a) Krenasi
(b) Isotonis(c ) Isotonis (d) Isotonis
Perbesaran 100 x 10

(a ) (b)

(a) (b)

(c ) (d)
Gambar 8. Kelompk 7 (a) Krenasi
(b) Krenasi (c ) Hemolisis (d) Hemolisis
Perbesaran 40x10
PEMBAHASAN
(c ) (d) Poikiloterm suhu tubuhnya
Gambar 6. Kelompk 5 (a) Hemolisis dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan
(b) Hemolisis(c ) Krenasi (d) Krenasi dengan suhu tubuh luar. suhu tubuhnya selalu
berubah seiring dengan berubahnya suhu
Perbesaran 100 x 10 lingkungan. Hewan seperti ini juga disebut
hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm
sering disebut hewan berdarah panas.
Homoioterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya
sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan
homoioterm dapat melakukan aktifitas pada
suhu lingkungan yang berbeda akibat dari
kemampuan mengatur suhu tubuh. suhu
(a) (b) tubuhnya selalu konstan/tidak berubah
sekalipun suhu lingkungannya sanga. Hewan
homoiterm mempunyai variasi temperatur
normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor
panjang waktu siang dan malam, faktor
makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh
pencernaan air berubah. Sebagian panas hilang
melalui proses radiasi, berkeringat yang
(c ) (d) menyejukkan badan. Melalui evaporasi
berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
Gambar 7. Kelompk 6 (a) Krenasi konstan.
Osmosis merupakan transportasi
(b) Krenasi (c ) Hemolisis (d) Hemolisis
molekul pelarut antara dua larutan dengan
Perbesaran 100 x 10 konsentrasi yang berbeda di pisahkan oleh
membran semipermiabel terhadap mlekul
pelarut yang relative lebih kecil tetapi tidak
dapat di tembus oleh molekul atau ion terlarut Larutan hipertonik adalah suatu
yang lebih besar(Horne., dkk. 2009). larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
Tekanan osmotik suatu larutan adalah tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari
tekanan yang di perlukan untuk menghentikan pada yang lain sehingga air bergerak ke luar
osmosis. Jika kedua larutan memiliki sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan
konsentrasi sama dan tekanan osmotik yang osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel.
sama juga, maka keduanya disebut isotonik. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini,
Jika kedua larutan memiliki tekanan osmotik sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air
tidak sama, larutan yang lebih pekat disebut yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
larutan hipertonik, dan larutan yang lebih Sel hewan yang dimasukkan ke dalam larutan
encer disebut larutan hipotnik(Chang. 2010). hipertonik, sel akan kehilangan air ke
Praktikum kali ini yaitu mengetahui lingkungan, mengerut dan mungkin mati atau
toleransi osmotik eritrosit hewan poikiloterm krenasi(Chang. 2010).
dan homoioterm, jadi menggunakan katak Krenasi adalah kontraksi atau
karena darah katak mampu menyesuaikan pembentukan noktah tidak normal di sekitar
suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan sekitar membran sel setelah dimasukkan ke dalam
yang termasuk hewan poikilotermik atau larutan hipertonik, karena kehilangan air
hewan berdarah dingin. Sedangkan melalui osmosis. Krenasi terjadi karena
menggunakan tikus karena pada tikus dapat lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan
menjaga suhu tubuhnya pada suhu-suhu yang dengan konsentrasi yang lebih rendah
konstan yang termasuk hewan homoiotermik dibandingkan larutan di luar sel), osmosis
atau hewan berdarah panas. (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar
Larutan isotonik adalah larutan yang dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang
mempunyai konsentrasi zat terlarut sama volumenya. Sebagai akibatnya sel akan
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan mengecil dan mengerut.
yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Variabel bebas pada praktikum ini
Jika terdapat sel yang tidak memiliki dinding yaitu hasil dari eritrosit hewan yaitu lisis,
sel, yaitu sel hewan direndam dalam krenasi, dan isotonic, variabel terikat yaitu
lingkungan yang isotonik terhadap sel, maka Hewan poikiloterm yang pada praktikum ini
tidak akan ada pergerakan air yang acak di menggunakan katak, sedangkan hewan
dalam sel yang melintasi membran plasma. Air homoikiloterm menggunakan tikus. Variabel
mengalir melintasi membran, namun dengan kontrol yang digunakan adalah Nacl dengan
laju yang sama dalam kedua arah. Dalam konsentrasi yang berbeda yaitu Nacl 0,7%,
lingkungan isotonik, volume sel hewan Nacl 0,9% dan Nacl 1%.
stabil(Chang. 2010). Aquades merupakan larutan hipotonis, pada
Larutan hipotonik adalah larutan preparat darah yang ditambahakan aquades
dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah akan mengalami hemolysis karena adanya
(tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang perbedaan konsentrasi konsentrasi darah lebih
lain, sehingga air bergerak ke dalam sel. tinggi dari aquades, sehingga larutan aquades
Menempatkan sel dalam lingkungan akan masuk kedalam sel eritrosit tersebut
hipotonik, tekanan osmotik akan sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi
menyebabkan air mengalir ke dalam sel, membran atau lapisan yang dimiliki eritrosit
sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak tidak kuat untuk menampung larutan aquades
berfungsi. Jika sel hewan direndam dalam sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel
larutan yang hipotonik terhadap sel, air akan darah merah). Darah yang diberi aquades
masuk ke dalam sel lebih cepat daripada keluar terlihat memudar warna merahnya, karena
dari sel, dan sel akan membengkak serta sel hemoglobin keluar dari eritrositnya.
mengalami lisis. Lisis adalah hancurnya sel Nacl merupakan larutan hipotonis
karena rusaknya membran plasma. Peristiwa pada konsentrasi < 0,9% yaitu Larutan
ini terjadi karena proses osmosis. Sel yang hipotonik adalah suatu larutan dengan
mempunyai sitoplasma pekat bila berada konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan
dalam kondisi hipotonik akan kemasukan air osmotik lebih rendah) dari pada yang lain
hingga tekanan osmosis dalam sel menjadi sehingga air bergerak ke dalam sel, namun
tinggi. Keadaan demikian akan memecah sel Nacl > 0,9% akan bersifat hipertonis yaitu
tersebut(Chang. 2010). Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan larutan garam 1% mengalami krenasi. Hasil
osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain kelompok 6 yaitu pada sel yang ditambahkan
sehingga air bergerak ke luar sel. aquades mengalami krenasi, sel pada larutan
Larutan Nacl 0,9% bersifat isotonic, garam 0,7% mengalami krenasi, sel pada
yaitu larutan isotonik adalah suatu larutan larutan garam 0,9% mengalami hemolisis, dan
yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sel pada larutan garam 1% mengalami
sama (tekanan osmotik yang sama) seperti hemolisis.
larutan yang lain, sehingga tidak ada Hasil kelompok 7 yaitu pada sel yang
pergerakan air. Jadi menggunakan larutan ditambahkan aquades mengalami isotonis, sel
Nacl agar sebagai pembanding dengan larutan pada larutan garam 0,7% mengalami krenasi,
aquades yang bersifat hipotonis juga untuk sel pada larutan garam 0,9% mengalami
mengetahui perbandingan hasil yang terjadi krenasi, dan sel pada larutan garam 1%
pada sel eritrosit. Menggunakan Nacl dengan mengalami krenasi. Hasil dari seluruh
berbagai konsentrasi yang berbeda agar percobaan setiap kelompok terdapat
mengetahui banyaknya konsentrasi yang ketidaksamaan dengan dasar teori yang ada.
dibutuhkan untuk sel eritrosit pada hewan Karena menurut dasar teori cairan eritrosit
poikiloterm dan homoioterm akan mengalami hewan poikilotermik isotonis dengan 0,7%
lisis, krenasi, dan isotonik. Garam dalam Nacl dan cairan eritrosit homoiotermik
larutan osmotik membantu proses osmosis sel isotonis dengan 0,9% Nacl. Bila eritrosit
eritrosit. Penambahan garam mampu dimasukkan kedalam larutan yang hipotonis,
meningkatkan tekanan osmotik sehingga maka zat terlarut masuk kedalam eritrosit dan
kehilangan air akan semakin besar. Garam bila membrane eritrosit tidak mampu lagi
berperan dalam meningkatkan proses menahan tekanan zat pelarut yang masuk maka
dehidrasi. eritrosit akan mengalami lisis. Sebaliknya bila
Praktikum tentang toleransi osmotik eritrosit dimsukkan ke dalam cairan hipertonis,
eritrosit hewan poikilotermik dan maka air akan keluar dari dalam eritrosit dan
homoiotermik terhadap berbagai tingkat eritrosit dapat mengalami krenasi.
kepekatan medium mendapatkan hasil untuk Hal ini dapat terjadi karena kesalahan
masing-masing kelompok berbeda. Adapun dari praktikan. Kesalahan tersebut diantaranya
pada kelompok 1 yaitu untuk sel yang di saat mengambil darah dari pembuluh darah
tambahkan aquades mengalami hemolysis, sel hewan terlalu lama sehingga darah sudah
pada larutan garam 0,7% mengalami krenasi, sedikit menggumpal, kesalahan lainnya yaitu
sel pada larutan garam 0,9% mengalami saat penambahan larutan aquades dan larutan
isotonic, dan larutan garam 1% mengalami garam Nacl terlalu banyak sehingga jumlah
hemolisis. Hasil kelompok 2 yaitu pada sel darah yang di gunakan untuk sampel dan
yang ditambahkan aquades mengalami larutan tidak seimbang, akibatnya sampel yang
isotonis, sel pada larutan garam 0,7% digunakan tidak lagi memberikan hasil yang
mengalami isotonis, sel pada larutan garam akurat.
0,9% mengalami krenasi, dan sel pada larutan KESIMPULAN
garam 1% mengalami isotonis. Hasil Toleransi osmotic eritrosit hewan
kelompok 3 yaitu pada sel yang ditambahkan poikiloterm dan homoioterm dipengaruhi oleh
aquades mengalami hemolisis, sel pada larutan konsentrasi cairan yang diberikan, jika sel
garam 0,7% mengalami isotonis, sel pada eritrosit dimasukkan dalam larutan isotonik
larutan garam 0,9% mengalami krenasi, dan maka tidak akan terjadi perubahan apapun,
sel pada larutan garam 1% mengalami isotonis. namun jika diletakkan pada arutan hipertonik
Hasil kelompok 4 yaitu pada sel yang akan menyebabkan sel mengalami krenasi dan
ditambahkan aquades mengalami krenasi, sel jika diletakkan pada larutan hipotonik akan
pada larutan garam 0,7% mengalami isotonis, menyebabkan sel mengalamai lisis.
sel pada larutan garam 0,9% mengalami
isotonis, dan sel pada larutan garam 1% DAFTAR PUSTAKA
mengalami isotonis. Hasil kelompok 5 yaitu
pada sel yang ditambahkan aquades Acton, Q. A. 2012. Hemolysis: New Insights
mengalami hemolisis, sel pada larutan garam for the Healthcare Professional.
0,7% mengalami hemolisis, sel pada larutan Georgia: Scholarly Editions.
garam 0,9% mengalami krenasi, dan sel pada
An, R., D. O. Wipf., and A. R. Minerick. 2014. Osmotic Fragility Distribution: A
Spatially Variant Red Blood New Parameter for Determination of
CellCrenation in Alternating Current the Osmotic Properties of Human
Non-Uniform Fields. Red Blood Cells. Biomed Res Int.
Biomicrofluidics. 8(3): 1-15. 20(14): 1-6.

Ayu, M., Wulandari., S. R. Lestari.,dan A.


Gofur. 2018. Ekstrak Tempe Kedelai
Hitam dan Ubi Jalar Ungu Terhadap
Toleransi Darah Tikus Model DMT2.
Biogenesis. 6(1): 28-35.

Basu, Debdatta and R. Kukkarni. 2014.


Overview of Blood Components and
Their Preparation. Indian Journal of
Anaesthesia. 58(5): 529-537.
Chang, R. 2010. Kimia Dasar. Jakarta:
Erlangga.

GoodHead, L. K., and F. M. MacMillan. 2017.


Measuring Osmosis And Hemolysis
Of Red Blood Cells. Adv Physiol
Educ. 4(1): 298–305.
Horne, M.M., P. L. Swearingen. 2009.
Keseimbangan Cairan: Elektrolit &
Asam Basa. Jakarta: EGC.

Kartini, D. S., R. Muhiddin., and M. Arif.


2017. The Morphological Features Of
Erythrocytes In Stored Packed Red
Cells. Clinical Pathology and Medical
Laboratory. 23(2): 103-106.

Lippi, G., G. Cervellin., E. J. Favaloro., and M.


Plebani. 2012. Hemolysis. Italy :
Universitas dipadova.

Merta, I. W., Ar, S., I. Bachtiar., dan


Kusmiyati. 2016. Perbandingan
antara Frekwensi Denyut Jantung
Katak (Rana sp.) dengan Frekwensi
Denyut Jantung Mencit (Mus
musculus) Berdasarkan Ruang
Jantung. Jurnal Biota. 1(3): 126-131.

Nasir, M., L. Hastuti., dan S. Rasnovi. 2017.


Studi populasi mamalia kecil famili
Muridae di Kecamatan Kuta Cot Glie
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Bioleuser. 1(2): 63-69.
Walski, T., L. Chludzinska., M. Komorowska.,
and W. Witkiewicz. 2014. Individual

Anda mungkin juga menyukai