Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(a) (b)
c d
( c) (d)
Gambar 2. Kelompok 1 (a) Hemolisis (b)
Krenasi (c) Isotonik (d) Hemolisis
Perbesaran 10x10
(a) (b)
(a) (b)
( C) (d)
Gambar 5. Kelompk 4 (a) Krenasi
(b) Isotonis(c ) Isotonis (d) Isotonis
Perbesaran 100 x 10
(a ) (b)
(a) (b)
(c ) (d)
Gambar 8. Kelompk 7 (a) Krenasi
(b) Krenasi (c ) Hemolisis (d) Hemolisis
Perbesaran 40x10
PEMBAHASAN
(c ) (d) Poikiloterm suhu tubuhnya
Gambar 6. Kelompk 5 (a) Hemolisis dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh
bagian dalam lebih tinggi dibandingkan
(b) Hemolisis(c ) Krenasi (d) Krenasi dengan suhu tubuh luar. suhu tubuhnya selalu
berubah seiring dengan berubahnya suhu
Perbesaran 100 x 10 lingkungan. Hewan seperti ini juga disebut
hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm
sering disebut hewan berdarah panas.
Homoioterm suhunya lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya
sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan
homoioterm dapat melakukan aktifitas pada
suhu lingkungan yang berbeda akibat dari
kemampuan mengatur suhu tubuh. suhu
(a) (b) tubuhnya selalu konstan/tidak berubah
sekalipun suhu lingkungannya sanga. Hewan
homoiterm mempunyai variasi temperatur
normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,
faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor
panjang waktu siang dan malam, faktor
makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh
pencernaan air berubah. Sebagian panas hilang
melalui proses radiasi, berkeringat yang
(c ) (d) menyejukkan badan. Melalui evaporasi
berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap
Gambar 7. Kelompk 6 (a) Krenasi konstan.
Osmosis merupakan transportasi
(b) Krenasi (c ) Hemolisis (d) Hemolisis
molekul pelarut antara dua larutan dengan
Perbesaran 100 x 10 konsentrasi yang berbeda di pisahkan oleh
membran semipermiabel terhadap mlekul
pelarut yang relative lebih kecil tetapi tidak
dapat di tembus oleh molekul atau ion terlarut Larutan hipertonik adalah suatu
yang lebih besar(Horne., dkk. 2009). larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih
Tekanan osmotik suatu larutan adalah tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari
tekanan yang di perlukan untuk menghentikan pada yang lain sehingga air bergerak ke luar
osmosis. Jika kedua larutan memiliki sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan
konsentrasi sama dan tekanan osmotik yang osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel.
sama juga, maka keduanya disebut isotonik. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini,
Jika kedua larutan memiliki tekanan osmotik sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air
tidak sama, larutan yang lebih pekat disebut yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.
larutan hipertonik, dan larutan yang lebih Sel hewan yang dimasukkan ke dalam larutan
encer disebut larutan hipotnik(Chang. 2010). hipertonik, sel akan kehilangan air ke
Praktikum kali ini yaitu mengetahui lingkungan, mengerut dan mungkin mati atau
toleransi osmotik eritrosit hewan poikiloterm krenasi(Chang. 2010).
dan homoioterm, jadi menggunakan katak Krenasi adalah kontraksi atau
karena darah katak mampu menyesuaikan pembentukan noktah tidak normal di sekitar
suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan sekitar membran sel setelah dimasukkan ke dalam
yang termasuk hewan poikilotermik atau larutan hipertonik, karena kehilangan air
hewan berdarah dingin. Sedangkan melalui osmosis. Krenasi terjadi karena
menggunakan tikus karena pada tikus dapat lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan
menjaga suhu tubuhnya pada suhu-suhu yang dengan konsentrasi yang lebih rendah
konstan yang termasuk hewan homoiotermik dibandingkan larutan di luar sel), osmosis
atau hewan berdarah panas. (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar
Larutan isotonik adalah larutan yang dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang
mempunyai konsentrasi zat terlarut sama volumenya. Sebagai akibatnya sel akan
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan mengecil dan mengerut.
yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air. Variabel bebas pada praktikum ini
Jika terdapat sel yang tidak memiliki dinding yaitu hasil dari eritrosit hewan yaitu lisis,
sel, yaitu sel hewan direndam dalam krenasi, dan isotonic, variabel terikat yaitu
lingkungan yang isotonik terhadap sel, maka Hewan poikiloterm yang pada praktikum ini
tidak akan ada pergerakan air yang acak di menggunakan katak, sedangkan hewan
dalam sel yang melintasi membran plasma. Air homoikiloterm menggunakan tikus. Variabel
mengalir melintasi membran, namun dengan kontrol yang digunakan adalah Nacl dengan
laju yang sama dalam kedua arah. Dalam konsentrasi yang berbeda yaitu Nacl 0,7%,
lingkungan isotonik, volume sel hewan Nacl 0,9% dan Nacl 1%.
stabil(Chang. 2010). Aquades merupakan larutan hipotonis, pada
Larutan hipotonik adalah larutan preparat darah yang ditambahakan aquades
dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah akan mengalami hemolysis karena adanya
(tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang perbedaan konsentrasi konsentrasi darah lebih
lain, sehingga air bergerak ke dalam sel. tinggi dari aquades, sehingga larutan aquades
Menempatkan sel dalam lingkungan akan masuk kedalam sel eritrosit tersebut
hipotonik, tekanan osmotik akan sampai konsentrasinya seimbang akan tetapi
menyebabkan air mengalir ke dalam sel, membran atau lapisan yang dimiliki eritrosit
sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak tidak kuat untuk menampung larutan aquades
berfungsi. Jika sel hewan direndam dalam sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel
larutan yang hipotonik terhadap sel, air akan darah merah). Darah yang diberi aquades
masuk ke dalam sel lebih cepat daripada keluar terlihat memudar warna merahnya, karena
dari sel, dan sel akan membengkak serta sel hemoglobin keluar dari eritrositnya.
mengalami lisis. Lisis adalah hancurnya sel Nacl merupakan larutan hipotonis
karena rusaknya membran plasma. Peristiwa pada konsentrasi < 0,9% yaitu Larutan
ini terjadi karena proses osmosis. Sel yang hipotonik adalah suatu larutan dengan
mempunyai sitoplasma pekat bila berada konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan
dalam kondisi hipotonik akan kemasukan air osmotik lebih rendah) dari pada yang lain
hingga tekanan osmosis dalam sel menjadi sehingga air bergerak ke dalam sel, namun
tinggi. Keadaan demikian akan memecah sel Nacl > 0,9% akan bersifat hipertonis yaitu
tersebut(Chang. 2010). Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan larutan garam 1% mengalami krenasi. Hasil
osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain kelompok 6 yaitu pada sel yang ditambahkan
sehingga air bergerak ke luar sel. aquades mengalami krenasi, sel pada larutan
Larutan Nacl 0,9% bersifat isotonic, garam 0,7% mengalami krenasi, sel pada
yaitu larutan isotonik adalah suatu larutan larutan garam 0,9% mengalami hemolisis, dan
yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sel pada larutan garam 1% mengalami
sama (tekanan osmotik yang sama) seperti hemolisis.
larutan yang lain, sehingga tidak ada Hasil kelompok 7 yaitu pada sel yang
pergerakan air. Jadi menggunakan larutan ditambahkan aquades mengalami isotonis, sel
Nacl agar sebagai pembanding dengan larutan pada larutan garam 0,7% mengalami krenasi,
aquades yang bersifat hipotonis juga untuk sel pada larutan garam 0,9% mengalami
mengetahui perbandingan hasil yang terjadi krenasi, dan sel pada larutan garam 1%
pada sel eritrosit. Menggunakan Nacl dengan mengalami krenasi. Hasil dari seluruh
berbagai konsentrasi yang berbeda agar percobaan setiap kelompok terdapat
mengetahui banyaknya konsentrasi yang ketidaksamaan dengan dasar teori yang ada.
dibutuhkan untuk sel eritrosit pada hewan Karena menurut dasar teori cairan eritrosit
poikiloterm dan homoioterm akan mengalami hewan poikilotermik isotonis dengan 0,7%
lisis, krenasi, dan isotonik. Garam dalam Nacl dan cairan eritrosit homoiotermik
larutan osmotik membantu proses osmosis sel isotonis dengan 0,9% Nacl. Bila eritrosit
eritrosit. Penambahan garam mampu dimasukkan kedalam larutan yang hipotonis,
meningkatkan tekanan osmotik sehingga maka zat terlarut masuk kedalam eritrosit dan
kehilangan air akan semakin besar. Garam bila membrane eritrosit tidak mampu lagi
berperan dalam meningkatkan proses menahan tekanan zat pelarut yang masuk maka
dehidrasi. eritrosit akan mengalami lisis. Sebaliknya bila
Praktikum tentang toleransi osmotik eritrosit dimsukkan ke dalam cairan hipertonis,
eritrosit hewan poikilotermik dan maka air akan keluar dari dalam eritrosit dan
homoiotermik terhadap berbagai tingkat eritrosit dapat mengalami krenasi.
kepekatan medium mendapatkan hasil untuk Hal ini dapat terjadi karena kesalahan
masing-masing kelompok berbeda. Adapun dari praktikan. Kesalahan tersebut diantaranya
pada kelompok 1 yaitu untuk sel yang di saat mengambil darah dari pembuluh darah
tambahkan aquades mengalami hemolysis, sel hewan terlalu lama sehingga darah sudah
pada larutan garam 0,7% mengalami krenasi, sedikit menggumpal, kesalahan lainnya yaitu
sel pada larutan garam 0,9% mengalami saat penambahan larutan aquades dan larutan
isotonic, dan larutan garam 1% mengalami garam Nacl terlalu banyak sehingga jumlah
hemolisis. Hasil kelompok 2 yaitu pada sel darah yang di gunakan untuk sampel dan
yang ditambahkan aquades mengalami larutan tidak seimbang, akibatnya sampel yang
isotonis, sel pada larutan garam 0,7% digunakan tidak lagi memberikan hasil yang
mengalami isotonis, sel pada larutan garam akurat.
0,9% mengalami krenasi, dan sel pada larutan KESIMPULAN
garam 1% mengalami isotonis. Hasil Toleransi osmotic eritrosit hewan
kelompok 3 yaitu pada sel yang ditambahkan poikiloterm dan homoioterm dipengaruhi oleh
aquades mengalami hemolisis, sel pada larutan konsentrasi cairan yang diberikan, jika sel
garam 0,7% mengalami isotonis, sel pada eritrosit dimasukkan dalam larutan isotonik
larutan garam 0,9% mengalami krenasi, dan maka tidak akan terjadi perubahan apapun,
sel pada larutan garam 1% mengalami isotonis. namun jika diletakkan pada arutan hipertonik
Hasil kelompok 4 yaitu pada sel yang akan menyebabkan sel mengalami krenasi dan
ditambahkan aquades mengalami krenasi, sel jika diletakkan pada larutan hipotonik akan
pada larutan garam 0,7% mengalami isotonis, menyebabkan sel mengalamai lisis.
sel pada larutan garam 0,9% mengalami
isotonis, dan sel pada larutan garam 1% DAFTAR PUSTAKA
mengalami isotonis. Hasil kelompok 5 yaitu
pada sel yang ditambahkan aquades Acton, Q. A. 2012. Hemolysis: New Insights
mengalami hemolisis, sel pada larutan garam for the Healthcare Professional.
0,7% mengalami hemolisis, sel pada larutan Georgia: Scholarly Editions.
garam 0,9% mengalami krenasi, dan sel pada
An, R., D. O. Wipf., and A. R. Minerick. 2014. Osmotic Fragility Distribution: A
Spatially Variant Red Blood New Parameter for Determination of
CellCrenation in Alternating Current the Osmotic Properties of Human
Non-Uniform Fields. Red Blood Cells. Biomed Res Int.
Biomicrofluidics. 8(3): 1-15. 20(14): 1-6.