Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HUMAN IMUNO DEFICIENCY VIRUS (HIV)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1 Defenisi
Human Immunodeficiency Virus ( H I V ) adalah virus yang menumpang hidup dan merusak
sistem imun tubuh. Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome ( A I D S ) adalah
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus

Human Immunodeficiency Virus ( H I V ), (Brunner&Suddarth; edisi 8)

Human Immunodeficiency Virus atau di sering di singkat dengan ( H I V ) merupakan virus yang
dapat menyebabkan penyakit AIDS. H I V menyerang manusia dan menyerang sistem imun
( kekebalan ) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi yang menyebabkan
kekurangan (defisiensi) sistem imun.

Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu
yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh

Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Sylvia, 2005)

2 Etiologi

Penyakit ini di sebabkan oleh golongan virus


retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.
Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV.

infeksi transmisi dari HIV dan AIDS terdiri


dari lima fase yaitu :
Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6
bulan setelah terinfeksi. Tidak ada gejala.

a. Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (

HIV) primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
b. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
c. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
d. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi
neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena.
c. Partner seks dari penderita AIDS.
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi

3 Manifestasi Klinis

Pasien dengan penyakit AIDS mempunyai riwayat tanda dan gejala penyakit. Pada infeksi H I V
primer akut yang lamanya 1 sampai 2 minggu, pasien mulai merasakan sakit seperti influenza. pada
saat fase supresi imun simtomatik ( tiga tahun ) pasian akan mengalami demam, berkeringat di
malam hari, berat badan menurun, diare, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan
kognitif, dan lesi oral.

Pada saat HIV menjadi AIDS ( 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS). akan terjadi gejala
oportunistik yang paling umum adalah pneumocystic carini, Pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial,
atipikal.

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala
penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.

a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
b. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

Sejak tanggal 1 januari 1993, masyarakat dengan keadaan indicator AIDS ( kategori C, A3 dan B3)
di anggap menderita Acquired Immune Deficiency.
Beberapa klasifikasi tanda klinis sesorang yang di duga menderita AIDS yaitu :

a. Kategori Klinis A

Kategori ini mecakup satu atau lebih keadaan di bawah ini pada dewasa atau remaja dengan infeksi
HIV yang sudah di pastikan tampa keadaan dalam kategori B klinis dan C klinis yaitu :

1. Infeksi HIV yang simtomatik


2. Persistent Generalized Limpanodenophaty

3. Infeks primer akut HIV dengan rasa sakit yang menyertai

b. Kategori Klinis B

Contoh - contoh dari keadaan kategori B klinis yaitu :


1. Angiomatosis Baksilaris
2. Vulvavaginal atau Kandidiasis orofaring
3. Gejala konstitusional seperti panas ( 38, 5 C )
4. Diplasia serviks
5. herpes zoster yang meliputi dua kejadian yang berbeda atau terjadi lebih dari satu dermaton saraf
6. penyakit inflamasi pelvis
c. Kategori Klinis C
contoh contoh dari keadaan kategori Klinis C yaitu

1.kadidiasis bronkus, paru paru atau trakea, esophagus


2. kanker servik inpansif
3. koksidiomikosis diseminata atau ekstra pulmoner
4. kriptokokosis ekstrapulmoner
5. cytomegalovirus
6. Revenitis cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
7. herpes simplek
8. sarkoma kopasi
9. M. Tubercolusis pada tiap lokasi
10. Pneumonia Pneumocystic Cranii
11. Toksoplamosis otak

.
4 Patofisiologi

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang.
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer
CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
5
5 Pemeriksaan penunjang

a. ELISA
b. Western blot
c. P24 antigen test
d. Kultur HIV
Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :
a. Hematokrit
b. LED
c. Rasio CD4 / CD Limposit
d. Serum mikroglobulin B2
e. Hemoglobin
.
6 Penatalaksanaan

Penyakit AIDS belum di temukan cara penyembuhanya, yang perlu di lakukan adalah pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
a. melakukan hubungan kelamin/sex dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
b. Melakukan pemeriksaan 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
c. Menggunakan alat kontrasepsi atau pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak
jelas status HIV nya.
d. Tidak melakukan pertukaran jarum suntik,jaru tato,dan sebagainya.
e. Melakukan pencegahan infeksi ke bayi baru lahir atau janin..
Jika terinfeksi HIV, maka pengendaliannya yaitu :
a. Terapi Infeksi Opurtunistik

terapi ini bertujuan menghilangkan, pemulihan pengendalian infeksi , nasokomial, sepsis


atau opurtunistik. Melakukan pengendalian inveksi yang aman untuk pencegahan kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan
kritis.

b. Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang,
AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan
sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi
virus
/ memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini
adalah : d. Didanosine
e. Ribavirin
f. Diedoxycytidine
g. Recombinant CD 4 dapat larut
h. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
i. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi
imun.
j. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

B. ASUHAN KEPERAWATAN HIV

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang positif mengidap
HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindung, seks anal,
homoseksual, penggunaan kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan
(meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan
kekeringan/friabilitas vagina), pemakai obat-obatan IV dengan jarum suntik yang bergantian, riwayat
menjalani transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, sulit tidur,
merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terus-menerus yang disertai/tanpa kram
abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri
retrosternal saat menelan, pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat sesuatu, konsentrasi
menurun, tidak merasakan perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatan
menurun, kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis,
nafas pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat malam, takut
mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya
libido dan terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan HIV/AIDS, keluarga pengguna
obat-obatan terlarang.
b. Pengkajian Fisik
Aktivitas dan
a. istirahat :
Massa otot menurun, terjadi respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan pada tekanan
darah, frekuensi denyut jantung, dan pernafasan.
b. Sirkulasi :
Takikardi, perubahan tekanan darah postural, penurunan volume nadi perifer, pucat/sianosis,
kapillary refill time meningkat.
c. Integritas ego :
Perilaku menarik diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
d. Eliminasi :
Diare intermitten, terus menerus dengan/tanpa nyeri tekan abdomen, lesi/abses rektal/perianal,
feses encer dan/tanpa disertai mukus atau darah, diare pekat, perubahan jumlah, warna, dan
karakteristik urine.
e. Makanan/cairan :
Adanya bising usus hiperaktif; penurunan berat badan: parawakan kurus, menurunnya lemak
subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan
perubahan warna; kurangnya kebersihan gigi, adanya gigi yang tanggal; edema.
f. Higiene
Penampilan tidak rapi, kekurangan dalam aktivitas perawatan diri.

g. Neurosensori

Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi
buruk, kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon melambat. Ide paranoid, ansietas
berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis, hemiparase, kejang
Hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h. Nyeri/kenyamanan :
Pembengkakan sendi, nyeri tekan, penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak
otot melindungi yang sakit.
i. Pernapasan :
Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisius, batuk (mulai sedang
sampai parah) produktif/nonproduktif, sputum kuning (pada pneumonia yang menghasilkan
sputum). j. Keamanan :
Perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis. Ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna,
ukuran/warna mola, mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Rektum luka, luka-luka perianal atau abses.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua/lebih area tubuh (leher, ketiak,
paha) Penurunan kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan. k. Seksualitas :
Herpes, kutil atau rabas pada kulit genitalia

l. Interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, aktivitas yang tak terorganisasi, perobahan
penyusunan tujuan.
2. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan responimun , kerusakan
kulit.
3. Intervensi

No Diagnosa Noc Nic

1 Bersihan jalan nafas tidak a. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /


efektif berhubungan Ventilation trachealsuctioning.
dengan adanya secret b. Respiratory status : 2. Berikan O2
yang mengental Airway patency 3. Anjurkan pasien untuk
c. Aspiration Control istirahat dan napas dalam
kriteria hasil : 4. Posisikan pasien untuk
a. Mendemonstrasika memaksimalkanVentilasi
b. batuk efektif dan 5. Keluarkan sekret dengan
c. suara nafas yang batuk atau suction
bersih,tidak ada sianosis 6. Auskultasi suara nafas,
dan dyspneu catat adanya suara tambahan
d. Menunjukkan jalan nafas 7. Monitor status
yang paten hemodinamik
e. 8. Berikan pelembab udara
Mampu mengidentifikasikan Kassa basah NaCl Lembab
dan mencegah faktor 9. Atur intake untuk cairan
yang penyebab. mengoptimalkan keseimbangan.
f. Saturasi O2 dalam 10. Monitor respirasi dan status
g. batas normal O2
11. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
2 Gangguan pemenuhan a. Nutritional status: 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan berhubungan b. Nutritional Status : untuk menentukan jumlah
dengan nafsu makan food and Fluid Intake kalori dan nutrisi yang
menurun c. Weight Control dibutuhkan pasien
Kriteria hasil 3. Yakinkan diet yang
a. Albumin serum dimakan mengandung tinggi
b. Pre albumin serum serat untuk mencegah
c. Hematokrit konstipasi
d. Hemoglobin 4. Monitor adanya
e. Total iron binding penurunan BB dan gula darah
f. capacity 5. Monitor turgor kulit
g. Jumlah limfosit 6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
8. Monitor intake nuntrisi
9. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
3 Risiko tinggi terhadap NOC : NIC :
infeksi berhubungan a. Immune Status Infection Control (Kontrol
dengan faktor :Penurunan b. Knowledge : Infection infeksi)
responimun , kerusakan control
kulit c. Risk control 1 Bersihkan lingkungan
Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien lain
a. Klien bebas dari tanda dan 2 Pertahankan teknik isolasi
gejala infeksi 3 Batasi pengunjung bila perlu
b. Mendeskripsikan proses 4 Instruksikan pada
penularan penyakit, factor pengunjung untuk mencuci
yang mempengaruhi penularan tangan saat berkunjung dan
serta penatalaksanaannya, setelah berkunjung
c. Menunjukkan kemampuan meninggalkan pasien
untuk mencegah timbulnya 5 Gunakan sabun antimikrobia
infeksi untuk cuci tangan
d. Jumlah leukosit dalam 6 Cuci tangan setiap sebelum
batas normal dan sesudah tindakan
e. Menunjukkan perilaku kperawtan
hidup sehat 7 Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
8 Tingktkan intake nutrisi
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
1 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2 Monitor hitung granulosit,
WBC
3 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4 Batasi pengunjung
5 Pertahankan teknik isolasi
k/p
6 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
7 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
8 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
9 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
10 Dorong masukan cairan
11 Dorong istirahat
12 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
13 Ajarkan cara menghindari
infeksi
14 Laporkan kecurigaan infeksi
C. Daftar Pustaka
Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta

Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan suddart, Edisi 8,
Jakarta, EGC

Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta : EGC

"

Anda mungkin juga menyukai