1. Apa faktor harzard lingkungan kerja pada Asbestosis ?
Asbestosl yang tersusun dari partikel-partikel padat yang bukan termasuk
benda hidup. Respons jaringan tubuh seseorang terhadap Asbestos yang terinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisik, kimia dan faktor pejamu. Efek Asbestos terhadap paru dipengaruhi oleh tingkat pajanan debu. Tingkat pajanan asbestos ditentukan oleh kadar asbestos rata-rata di udara dan waktu pajanan terhadap debu tersebut. a. Sifat fisik Beberapa sifat fisik agen/bahan yang terinhalasi sangat mempengaruhi respons jaringan paru. Keadaan fisik seperti bentuk partikel uap atau gas, ukuran dan densitas partikel, bentuk dan kemampuan penetrasi mempengaruhi sifat migrasi dan reaksi tubuh. Sifat kelarutan partikel juga berpengaruh, contohnya partikel tidak larut seperti asbestos menyebabkan reaksi lokal sedangkan zat yang larut seperti mangan dan berrylium mempunyai efek sistemik. Gas dan uap yang relatif tidak larut seperti nitrogen oksida terinhalasi sampai saluran napas kecil sedangkan yang larut seperti amonia dan sulfur dioksida seringkali mengendap di hidung dan nasofaring. Sifat higroskopis partikel meningkatkan ukurannya bila melalui saluran napas bawah. Sifat elek- triksitas partikel juga menentukan letak deposisi di saluran napas. b. Sifat Kimia Beberapa sifat kimia yang penting adalah sifat asam atau basa, interaksi atau ikatan dengan substansi lain, sifat fibrogenisitas dan sifat antigenisitas. Sifat asam atau basa suatu bahan berhubungan dengan efek toksik pada silia, sel-sel dan enzim. Beberapa bahan mempunyai kecen- derungan berinteraksi dengan substansi dalam paru dan jaringan. Karbonmonoksida dan asam sianida mempunyai efek sistemik sedangkan komponen fluorin mungkin mempunyai efek lokal dan sistemik. Sifat fibrogenisitas merupakan sifat suatu bahan menimbulkan fibrosis jaringan. Debu fibrogenik adalah debu yang dapat menimbulkan reaksi jaringan paru (fibrosis) seperti batubara, silika bebas dan asbes. c. Faktor Pejamu (host) Faktor pejamu (host) berperan penting pada respons jaringan terhadap agen/bahan terinhalasi. Gangguan sistem pertahanan paru alami seperti kelainan genetik akan mengganggu kerja silia, kecepatan bersihan dan fungsi makrofag. Kecepatan dan rerata bersihan adalah karakteristik bawaan. Gangguan sistem pertahanan paru didapat contohnya karena obat-obatan, asap rokok, temperatur dan alkohol mempengaruhi fungsi silia dan fungsi makrofag. Kondisi anatomi dan fisiologi saluran napas dan paru mempengaruhi pola pernapasan yang pada akhirnya mempengaruhi deposisi agen/bahan terinhalasi. Keadaan imunologi contohnya alergi atau atopi mempengaruhi respons terhadap suatu agen. 2. Apa faktor harzard lingkungan kerja pada Asbestosis ? Asbestosl yang tersusun dari partikel-partikel padat yang bukan termasuk benda hidup. Respons jaringan tubuh seseorang terhadap Asbestos yang terinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisik, kimia dan faktor pejamu. Efek Asbestos terhadap paru dipengaruhi oleh tingkat pajanan debu. Tingkat pajanan asbestos ditentukan oleh kadar asbestos rata-rata di udara dan waktu pajanan terhadap debu tersebut. d. Sifat fisik Beberapa sifat fisik agen/bahan yang terinhalasi sangat mempengaruhi respons jaringan paru. Keadaan fisik seperti bentuk partikel uap atau gas, ukuran dan densitas partikel, bentuk dan kemampuan penetrasi mempengaruhi sifat migrasi dan reaksi tubuh. Sifat kelarutan partikel juga berpengaruh, contohnya partikel tidak larut seperti asbestos menyebabkan reaksi lokal sedangkan zat yang larut seperti mangan dan berrylium mempunyai efek sistemik. Gas dan uap yang relatif tidak larut seperti nitrogen oksida terinhalasi sampai saluran napas kecil sedangkan yang larut seperti amonia dan sulfur dioksida seringkali mengendap di hidung dan nasofaring. Sifat higroskopis partikel meningkatkan ukurannya bila melalui saluran napas bawah. Sifat elek- triksitas partikel juga menentukan letak deposisi di saluran napas. e. Sifat Kimia Beberapa sifat kimia yang penting adalah sifat asam atau basa, interaksi atau ikatan dengan substansi lain, sifat fibrogenisitas dan sifat antigenisitas. Sifat asam atau basa suatu bahan berhubungan dengan efek toksik pada silia, sel-sel dan enzim. Beberapa bahan mempunyai kecen- derungan berinteraksi dengan substansi dalam paru dan jaringan. Karbonmonoksida dan asam sianida mempunyai efek sistemik sedangkan komponen fluorin mungkin mempunyai efek lokal dan sistemik. Sifat fibrogenisitas merupakan sifat suatu bahan menimbulkan fibrosis jaringan. Debu fibrogenik adalah debu yang dapat menimbulkan reaksi jaringan paru (fibrosis) seperti batubara, silika bebas dan asbes. f. Faktor Pejamu (host) Faktor pejamu (host) berperan penting pada respons jaringan terhadap agen/bahan terinhalasi. Gangguan sistem pertahanan paru alami seperti kelainan genetik akan mengganggu kerja silia, kecepatan bersihan dan fungsi makrofag. Kecepatan dan rerata bersihan adalah karakteristik bawaan. Gangguan sistem pertahanan paru didapat contohnya karena obat-obatan, asap rokok, temperatur dan alkohol mempengaruhi fungsi silia dan fungsi makrofag. Kondisi anatomi dan fisiologi saluran napas dan paru mempengaruhi pola pernapasan yang pada akhirnya mempengaruhi deposisi agen/bahan terinhalasi. Keadaan imunologi contohnya alergi atau atopi mempengaruhi respons terhadap suatu agen.