Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik

pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia

pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh

dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan

tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga

sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah

merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-

muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya

dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka

lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena

dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.

Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai

lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi

transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk

lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa

ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat.

Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak

terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya

1
sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru

telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok.

Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif.

Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksaan metode

kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling

menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang

pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil

kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan

mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru

bisa berakhir dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan. Bukan hanya guru dan

siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok,

bahkan kadang-kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka

dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang

seimbang.

Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok

tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak

waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja

kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning

bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem

pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok

yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok

(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab

individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

2
Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara

individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa

dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara

sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar

mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong

royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu

kelompok melaksanakan taanggung jawab pribadinya karena ada sistem

akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah

rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin

perbaikannya.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis merasa terdorong

untuk meyampaikan pentingynya pembelajaran kooperatif model Numbered Head

Together terhadap Kemampuan Memahami Bacaan Teks Report Pada pelajaran

bahasa Inggris.

B. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Membantu pendidik memahami konsep dasar Bacaan Teks Report

dan pembelajatran kooperatif model Numbered Head Together.

2. Menyampaikan pentingnya penggunaan model Numbered Head

Together untuk Memahami Bacaan Teks Report.

3
3. Memberi panduan pada pendidik dalam penggunaan model

Numbered Head Together untuk Memahami Bacaan Teks Report dalam

pembelajaran bahasa Inggris.

C. BATASAN MASALAH

Dengan pertimbangan beberapa hal; Pertama, agar pembahasan lebih focus

pada sasaran tertentu; Kedua, menghindari ulasan yang menyimpang dari topic;

Ketiga, terbatasnya waktu dan ruang pembahasan, maka dirumuskan batasan

masalah sebagai berikut: “pentinya penerapan model numbered head together

untuk memahami bacaan teks report pada mata pelajaran bahasa inggris.”

4
BAB II

BACAAN TEKS REPORT

A. BACAAN TEKS REPORT.

1. Pengertian Teks Report

Istilah teks report (report text) sering juga dikenal dengan

sebutan informational report. Report, dalam Concise Oxford Dictionary Edisi

10, diartikan sebagai 1) an account given of a matter after investigation or

consideration. 2) a piece of information about an event or situation. Jika

disimpulkan, secara bahasa report text adalah teks yang berfungsi untuk

memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau situasi, setelah diadakannya

investigasi dan melalui berbagai pertimbangan.

Report text adalah sebuah genre atau jenis teks yang berusaha

menggambarkan sesuatu seperti benda, manusia, tumbuhan, hewan dan lain

sebagainya yang masih sangat umum. Jadi tidak fokus pada satu benda melainkan

semua benda yang masuk dalam satu kategori. Misalnya kita sedang

membicarakan gajah, maka kita akan membahas sifat, bentuk, karakter gajah pada

umumnya. Report text adalah salah jenis genre of text yang masuk kategori

descriptive.

Definisi report text ini juga hampir mirip dengan apa yang sering

disebutkan dalam berbagai buku bahasa Inggris di tingkat menengah, "Report is a

text which present information about something, as it is. It is as a result of

systematic observation and analyses." (Report adalah sebuah teks yang

5
menghadirkan informasi tentang suatu hal secara apa adanya. Teks ini adalah

sebagai hasil dari observasi dan analisa secara sistematis.)

2. Membaca teks report

Kegiatan membaca adalah proses menangkap gagasan yang terdapat

dalam bacaan, selain merupakan pengalihan lambang bahasa tulis ke dalam

bentuk bunyi. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, membaca merupakan salah

satu dari keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan bahasa tulis. Bahasa tulis

tidaklah selalu dalam wujud teks yang terdiri dari kalimat-kalimat yang panjang

dan banyak. Bahasa tulis memiliki karakteristik; yaitu banyak diwarnai oleh

padatnya leksikon, banyaknya dan rumitnya susunan frasa nomina.

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, bahasa tulis erat kaitannya dengan

teks. Sebuah teks adalah suatu bentuk tulisan yang memiliki makna tertentu.

Anderson & Anderson (2003: 1) memaknai teks sebagai kumpulan kata-kata yang

memiliki makna untuk berkomunikasi. Secara spesifik, Depdiknas memberikan

penjelasan tentang teks pada pelajaran Bahasa Inggris untuk SMP dan MTs

dengan satuan makna. Dengan artian bahwa sekumpulan kata atau bunyi pun juga

dapat disebut teks apabila memiliki makna. Dalam hal ini, teks dilihat sebagai

sebuah produk komunikasi. Produk ini dapat dihasilkan dari kegiatan berbicara

ataupun dari kegiatan menulis.

Dalam ragam bahasa tulis, dikenal juga berbagai macam bentuk tulisan

dengan karakteristk yang berbeda-beda pula. Salah satu dari tipe teks dalam

Bahasa Ingris adalah teks report. Teks jenis ini termasuk dalam kelompok factual

6
text (Anderson & Anderson, 2003: 86). Teks report adalah suatu teks yang

menyajikan informasi tentang sesuatu hal berdasarkan kenyataan yang ada.

Berdasarkan pengertian istilah-istilah di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengertian “membaca teks report” adalah suatu proses

menangkap makna yang terdapat pada teks yang menyajikan informasi mengenai

suatu objek tertentu.

Dalam teks report pembaca harus mengerti tujuan teks, bagian-bagian

teks, dan juga ciri kebahasaannya untuk menangkap pesan yang disampaikan.

Dengan mengerti tujuan, bagian-bagian, dan ciri kebahasaan teks pembaca juga

akan lebih mudah mengenali jenis teks, sehingga akan lebih mudah merespon

makna yang ada dalam teks tersebut.

3. Fungsi/ Tujuan Teks Report

Teks jenis report adalah teks yang pada prinsipnya memuat

penggambaran tentang suatu pokok pembahasan. Hammond, dkk (1992: 90)

dalam bukunya yang berjudul “English for Social Purposes” mengungkapkan

bahwa fungsi teks jenis report adalah to provide information about natural and

non-natural phenomena. Secara sederhana dapat dimengerti bahwa teks

jenis reportada lah teks yang menyajikan informasi tentang hal yang alami dan

bukan alami. Secara lebih detail, seperti yang diungkapkan oleh Macken (1991:

14) bahwa teks jenis report dapat dimengerti dengan factual text which describes

the way things are, with reference to a whole range of phenomena, natural,

cultural, and social in our environment. Dari pernyataan ini diperjelas bahwa yang

7
dapat diungkapkan dengan teks jenis report dapat berupa pembahasan tentang

segala fenomena; baik alami, budaya, dan social yang ada di lingkungan.

Anderson & Anderson dalam bukunya “Text Types in English 2”

menggunakan istilahinformation report untuk membahas teks dengan

jenis report. Dengan istilah information report, mereka mengungkapkan bahwa

teks jenis report memiliki scope pembahasan yang luas. Menurut Anderson &

Anderson (2003: 86) information report is a piece of text that presents

information about a subject. Dari ungkapan ini, dengan sederhana Anderson &

Anderson menyatakan bahwa teks report adalah teks yang menyajikan informasi

tentang suatu pokok pembahasan.

4. Generic Structure Teks Report

Dalam memahami suatu teks, setelah mengenali tujuan dari teks, maka

pembaca juga harus mengerti bagian-bagian teks. Sehingga makna yang

tertangkap dari jenis teks dapat dipahami dengan tepat. Untuk memahami teks

berjenis report, pembaca harus mengenali bagian-bagian dari teks itu. Bagian-

bagian teks yang disebut generic structure dalam teks yang berjenis report secara

umum terdiri dari dua bagian; yaitu general classification dan description. Secara

lebih detail, masing-masing bagian akan di jelaskan pada paragraph berikut.

Sesuai dengan pendapat Macken (1991: 14) yang menyatakan bahwa teks

dengan genre report terdiri dari general classification dan description. Pada

bagian general classification, terdapat informasi tentang pengenalan hal yang

menjadi pokok pembahasan dalam teks report. Bagian ini dapat berupa

pengenalan singkat, dan dapat pula berupa definisi secara singkat. Sedangkan

8
pada bagian description, dapat ditemukan informasi tentang penggambaran hal

yang menjadi pokok pembahasan. Penggambaran itu dapat berupa bagian-bagian,

kualitas, kebiasaan atau tingkah laku apabila yang menjadi pokok pembahasan

adalah makhluk hidup, dan kegunaan apabila yang menjadi pokok pembahasan

bukan merupakan makhluk hidup.

Perhatikanlah analisa generic structure dari teks report berikut ini!


General A tornado is powerful, twisting wind storm. It is one of
classification the most destructive storms on earth. A tornado is also called
a waterspout.
Description A tornado is a long cloud which comes down from the
sky. It is shaped like a funnel and consists of wind which
whirls around and around extremely fast. In fact, the wind
can reach a speed of more than 900 km per hour.
Most tornadoes form a long a front (boundary) between
cool, dry air and warm, humid air. Weather scientists are
unable to know exactly when tornados will occur.
Fortunately, the tornado is not usually very big and it does
not last long.

Pendapat yang lain mengungkapkan bahwa teks jenis report terdiri dari

tiga bagian. Generic structure teks report menurut Hammond, dkk (1992: 90)

meliputi titile, general statement, dandescription. Pada bagian tittle adalah judul

yang dapat menunjukkan indikasi topic report yang akan dibahas. Jadi

dengan tittle pembaca dapat menangkap pokok pembahasan yang ada dalam suatu

teks report. Pada bagian general statement memuat pengenalan tentang topik yang

manjadi pembahasan dalam teks report. Pengenalan ini dapat juga berupa definisi

singkat tentang pokok pembahasan atau topic yang menjadi pembahasan dalam

teks report. Sedangkan pada bagiandescription menyajikan penggambaran dari

pokok pembahasan secara detail. Penggambaran ini meliputi penggambaran

tampilan fisik, tingkah laku, tampilan alam, dan kegunaan.

9
Perhatikanlah analisa generic structure dari teks report berikut ini!
Tittle Insect
General statement Insect are small creatures.
Description They have no bones, but have six legs. Insects live
everywhere, in the house, in our gardens, in the fields and in
many other places. Insects are not always bad as sometimes
people think. Bad insects are for instance flies, cockroaches,
and mosquitoes. Such insects are not only bad but sometimes
also dangerous. Flies like to live on rubbish and other dirty
places. They may cause disease such as typhus, cholera, etc. A
certain type of mosquito brings malaria.
Some insects are very useful to people. For example,
bees which produce honey. Bees like to fly from one flower to
other flowers. When a bee moves from one flower to other
flower, this may cause the flowers produce seeds.
Bees are not usually dangerous, except you make them angry.
If you disturb bees they will be angry. And if they are angry
they will fly to attack you wherever you go. This is a very
dangerous.

Sedangkan menurut Anderson & Anderson (2003: 88) yang

menggunakan istilahinformation report untuk teks jenis report menyatakan

bahwa generic structure nya terdiri dari tiga bagian. Bagian-bagian tersebut

adalah general opening statement, series of paragraphs about the

subject, dan conclusion. Pada pendapat ini, pengenalan tentang hal yang menjadi

pokok pembahasan dapat ditemukan pada bagian general opening

statement. Sebenarnya, bagian ini memiliki fungsi yang sama dengan general

classification ataupun general statement, yaitu untuk memberikan pengenalan

tentang hal yang menjadi pokok pembahasan dalam teks report.Sedangkan

penggambarannya secara detail dapat ditemukan pada series of paragraphs about

the subject. Anderson & Anderson menjelaskan bahwa bagian ini describes one

feature of the subject and begins with topic sentence. Dengan demikian dapat

dipahami bahwa penggambaran pokok pembahasan dapat ditemukan pada lebih

10
dari satu paragraf. Dan masing-masing paragraf memiliki kalimat utama yang

menunjukkan penggambaran pada paragraf tersebut. Bagian-bagian teks belum

berakhir sampai pada description. Pendapat Anderson & Anderson menyatakan

bahwa teks jenis report diakhiri dengan conclusion. Bagian conclusion memuat

ringkasan informasi yang disampaikan dan sekaligus menandai akhis dari suatu

teks jenis report.

Perhatikanlah analisa generic structure dari teks report berikut ini!


General opening Skin
statement Skin is an important organ of the human body. It covers all
of the body and performs many special functions.
Series of Skin is the largest organ in the human body. It weighs
paragraphs between two and three kilograms and is either glabrous or hairy.
about the Glabrous skin is that found on the palms of the hands and the
subject soula of the feet. It is smooth and hairless. Hairy skin covers the
rest of the body and this varies in texture, thickness and amount
hair.
Skin is made up of two layers. The outer layer is the
epidermis. This is mainly desd or dying skin cells. Beneath the
epidermis is the dermis. The dermis is made from tougher fibres
and is thicker than the epidermis. Within the dermis are nerves,
blood vessels and glands. Skin does a number of important
things for the body. It provides a protective covering for the
body, helps to prevent the body from drying out, holds the body
organs in place and regulates the body’s temperature.
Conlusion The skin, therefore, is a complex part of the human body.

5. Linguistic Feature Teks Report

Untuk mengenali sebuah teks sesuai dengan genre nya, kita dapat melihat

pada ciri kebahasaannya. Ciri kebahasaan atau yang lebih dikenal

dengan linguistic feature adalah petunjuk yang dapat dikenali dengan kasat mata

tentang suatu teks sesuai dengan genre nya. Menurut Macken (1991:

14), linguistic feature dari teks report adalah focus on generic participants, use of

present simple tense, no temporal sequence, dan use of ‘being’ and ‘having’

11
clause. Pada ciri kebahasaan yang disampaikan oleh Macken ini, dapat dimengerti

bahwa teks jenis reportmenggunakan partisipan atau pokok pembahasan yang

umum (generic). Hal ini dapat dimengerti karena untuk memberikan

penggambaran yang detail, terlebih dahulu ada hal yang secara umum dapat

dipahami oleh pembaca. Ciri kebahasaan yang kedua adalah adanya use of present

simple tense. Ini berarti bahwa dalam teks jenis report menggunakan tense dengan

keterangan waktupresent karena dalam penggambaran mengungkapkan hal-hal

yang nyata adanya. Sehingga sesuai dengan kegunaan simple present tense yang

digunakan untuk mengungkapkan general truth. Ciri yang lainnya adalah bahwa

dalam teks jenis report no temporal sequence. Sehingga, dalam penggambaran

tidak ditemukan urutan waktu yang menunjukkan pada urutan kejadian. Hal ini

karena memang teks jenis report hanya mengungkapkan penggambaran dari

pokok pembahasan dan bukan menceritakan urutan urutan kejadian. Ciri kalimat

yang digunakan dalam teks report terdapat use of ‘being’ and ‘having’

clause. Klausa yang menunjukkan ‘being’ dan ‘having’ dapat mempertegas

penggambaran yang diungkapkan pada bagian description.

Ciri-ciri kebahasaan yang dapat menjadi pengenal teks jenis report juga

diungkapkan oleh Hammond, dkk (1992: 90). Linguistic feature teks report

meliputi focus on generic participants, use of present simple tense to indicate

‘timeless’ nature of information, some technical vocabulary, use of long nominal

groups to compact information, dan principally the use of verbs of being and

having rather than action verbs. Pada ciri focus on generic participants adalah

sama dengan ciri yang diungkapkan pada pendapat sebelumnya; yaitu bahwa

12
teks report menggunakan partisipan yang umum. Sehingga pada

penggambarannya akan secara detail diungkapkan. Pada ciri use of present simple

tense dijelaskan bahwa tense jenis ini berfungsi to indicate ‘timeless’ nature of

information. Hal ini berarti bahwa penggunaan simple present tense digunakan

untuk mempertegas bahwa informasi yang disampaikan adalah berdasarkan

pada general truth yang tidak terbatas oleh keterangan waktu. Ciri kebahasaan

yang digunakan juga terdapat some technical vocabulary. Kosakata teknis juga

dapat ditemui dalam teks jenis report karena teks ini memberikan penggambaran

tentang sesuatu hal. Sehingga istilah-istilah teknis juga akan memiliki arti sesuai

dengan pokok pembahasannya. Ciri use of long nominal groups to compact

information. Pada ciri ini menunjukkan bahwa penggunaan kelompok kata yang

panjang memberikan penggambaran yang lebih jelas. Dengan demikian informasi

yang diterima oleh pembaca juga semakin lengkap. Rangkaian kalimat dalam

teks report lebih menggunakan kata kerja yang menunjukkan ‘being’ dan ‘having’

bukannya kata kerja yang menunjukkan kegiatan (action verbs).

Linguistic structure teks jenis report yang diungkapkan oleh Anderson &

Anderson (2003: 88) hanya ada tiga hal; yaitu technical language related to the

subject, generalised terms, dan use of the timeless present tense. Pada ciri

kebahasaan yang pertama disebutkan bahwa dalam teks

jenisreport terdapat technical language related to the subject. Hal ini berarti bahwa

istilah-istilah teknis yang terdapat pada suatu teks report hanya berkaitan dengan

pokok pembahasan yang ada dalam teks tersebut. Pada ciri generalised

terms berarti bahwa dalam teks report menggunakan istilah-istilah umum yang

13
dapat dimengerti oleh orang kebanyakan. Ciri bentuk kalimat yang digunakan

dalam teks report adalah use of the timeless present tense. Kalimatnya

menggunakan bentuk simple present tense yang tidak terikat oleh keterangan

waktu. Untuk pemahaman yang lebih lanjut, cobalah memperhatikan contoh

analisa teks reportberdasarkan linguistic feature nya berikut ini!

Example:
Skin
Skin is an important organ of the human body. It covers all of the body and performs
many special functions.
Skin is the largest organ in the human body. It weighs between two and three kilograms
and is either glabrous or hairy. Glabrous skin is that found on the palms of the hands and the
soula of the feet. It is smooth and hairless. Hairy skin covers the rest of the body and this varies
in texture, thickness and amount hair.
Skin is made up of two layers. The outer layer is the epidermis. This is mainly dead or
dying skin cells. Beneath the epidermis is the dermis. The dermis is made from tougher fibres
and is thicker than the epidermis. Within the dermis are nerves, blood vessels and glands. Skin
does a number of important things for the body. It provides a protective covering for the body,
helps to prevent the body from drying out, holds the body organs in place and regulates the
body’s temperature.
The skin, therefore, is a complex part of the human body.

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan ini

berkaitan erat dengan bahasa tulis, sering pula disebut teks. Teks merupakan

rangkaian kata yang memiliki makna dalam berkomunikasi. Membaca

teks report merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran bahasa Inggris

yang berkaitan dengan proses menangkap makna dari suatu teks yang berisikan

informasi tentang suatu pokok pembahasan.

Teks jenis report adalah suatu teks yang bertujuan memberikan

penggambaran tentang sesuatu hal. Pokok pembahasan yang digambarkan dapat

14
berupa benda sebagai makhluk hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, manusia,

binatang, dsb dan juga dapat berupa benda mati dan bukan alami.

Teks jenis ini pada dasarnya terdiri dari dua bagian penting; yaitu

pengenalan dan penggambaran. Namun ada juga yang berpendapat bahwa teks

jenis report diakhiri pada bagian conclusion. Yang paling sederhana

teks report terdiri dari dua bagian; yaitu general classification

dan description. Sedangkan yang terdiri dari tiga bagian adalah tittle, general

statement, dandescription. Pendapat yang menyebutkan bahwa teks report diakhiri

dengan conclusion menyatakan bahwa generic structure suatu teks report terdiri

dari general opening statement, series of paragraphs about the

subject, dan conclusion.

Ciri-ciri kebahasaan yang ada dalam suatu teks report secara garis besar

adalah focus on generic participant, use of simple present tense, no temporal

sequences, dan use verbs of ‘being’ and ‘having’ rather than ‘action

verbs’. Dengan bahasa yang mudah dipahami, ciri kebahasaan teksreport meliputi

penggunaan partisipan umum, penggunaan simple present tense, tidak adanya

keterangan waktu yang menunjukkan urutan kejadian, penggunaan kata kerja

yang menunjukkan ‘being’ dan ‘having’ bukan kata kerja yang menunjukkan

kegiatan (action verbs).

B. KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN TEKS REPORT

Kemampuan Memahami Bacaan Teks Report adalah kemampuan

memahami makna teks tulis fungsional dan esai pendek sederhana

15
berbentuk report untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari, yang

akan dijabarkan dalam Kompetensi Dasar: Merespon makna dan langkah retorika

dalam esai pendek sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk

berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk report serta

Membaca nyaring bermakna teks fungsional dan esai pendek berbentuk

report dengan ucapan, tekanan dan intonasi yang berterima untuk berinteraksi

dalam kehidupan sehari-hari,

Standar Kompetensi Bahasa Inggris tingkat SMP tentang Report dapa

dilihat berikut ini:

a. SK: Membaca; Memahami berbagai makna (interpersonal, ideasional,

tekstual) dalam berbagai teks tulis interaksional dan monolog terutama

yang berbentuk report.

b. KD: Menjelaskan membaca teks report

c. Indikator kemampuan:

1) Mampu mengidentifikasi berbagai informasi dalam teks report

2) Mampu mengidentifikasi fungsi komunikatif teks report

3) Mampu menyebutkan ciri kebahasaan teks report

4) Membaca nyaring teks report dengan baik dan benar

C. HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS

1. Pengertian

Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur

hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar

16
dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai

sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar,

maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pebelajar.

Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan

prestasi belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan pengertian

prestasi belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian

hasil belajar dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih

dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar

berbeda secara prinsipil dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan

kualitas jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan

sebagainya. Sedangkan prestasi belajar menunjukkan kualitas yang lebih

pendek, misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.

Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai berikut:

Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah

pelajaran tertentu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang memberikan

penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga

17
atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978:

143) mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok

yang secara langsung dapat diukur”.

Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi

menjadi tiga macam, yaitu:

a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau

kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas,

termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.

b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu

pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.

c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia,

banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para

pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan

belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang

akan diperoleh.

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a.

18
b.Faktor Internal

Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan

keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau

melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain

pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga

agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan,

kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang

mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.

Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar.

Faktor-faktor tersebut diantaranya:

- Adanya keinginan untuk tahu

- Agar mendapatkan simpati dari orang lain.

- Untuk memperbaiki kegagalan

- Untuk mendapatkan rasa aman.

c. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut

mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan

masyarakat.

1) Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara

mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori,

apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau

19
cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing

mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.

Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan

Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam

mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam.

Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua

akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri

handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan

kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua

juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak

langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan

yang kurang tertib dalam belajar.

Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah Pendidikan

Guru Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, “Di dalam pergaulan di lingkungan

keluarga hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua

memperhatikan anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata,

motivasi, perhatian, dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk

belajar bagi anak.

2) Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran

yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi

penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru,

kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak

20
memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan

nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan,

kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk

membimbing anak dalam belajar.

3) Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan

sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat

bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan

anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut:

a)Minat

Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil

dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah

maka dapat diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagainama seorang

pendidik selektif dalam menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran

yang menarik siswa. Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode

yang menarik. Karena itu pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik

siswa, misalnya latar belakang sosial ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan

lain-lain.

21
b)Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil

tidaknya seserorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang

yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat

antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekalah (Sumadi, 1989: 11).

c)Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih

dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992: 17). Bakat memerlukan

latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang

akan datang. Selain kecerdasan bakat merupakan faktor yang menentukan

berhasil tidaknya seseorang dalam belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada

bidang yang sesuai dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang

untuk berhasil.

d)Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan

sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan

individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 2008: 88). Ada dua macam motivasi

yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah

motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan,

motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau

motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya

angka, ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan

22
dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua

pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa

diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam

mengahadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan

bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya,

maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara tetap

dan cermat merupakan kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai

bidang.

23
BAB III

MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

A. PENGAJARAN KOOPERATIF

Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan

pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2011).

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan

masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih

asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan

interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru

dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain.

Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia

lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk

sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain

saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi

atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar

sesama siswa.

Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat

menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar

24
manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan

interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh

untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78)

mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan

silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

2. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran

kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap

muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan

antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan”

(Abdurrahman & Bintoro, 2000:78-79)

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling

membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk

meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat

dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling

ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan

25
atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan

hadiah.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat

saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya

dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu

memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga

sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena

ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian

secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada

kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok

mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan siapa anggota

kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas

rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota

kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian

kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas

individual.

26
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang

rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk

teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,

mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan

antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi

secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar

pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama

siswa.

3. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Peran guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah

sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.

a. Sebagai fasilitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai

barikut:

1) Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan

menyenangkan

2) Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan

menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual dan

kelompok

3) Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau

peralatan serta membantu kelancaran belajar

27
4) Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber belajar yang

bermanfaat bagi yang lainnya

5) Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur

penyebaran dalam pertukaran pendapat

b. Sebagai mediator guru berperan sebagai penghubung dalam menjebatani

mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran

kooperatif dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Peran ini

sangat penting dalam menciptakan pembelajaran bermakna (meaningful

learning), yaitu istilah yang dikemukakan Ausubel untuk menunjukkan bahan

yang dipelajari memiliki kaitan makna dan wawasan dengan apa yang sudah

dimiliki siswa sehingga mengubah apa yang menjadi milik siswa

c. Sebagai director-motivator guru berperan dalam membimbing serta

mengerahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak

memberikan jawaban. Selain itu juga menjadi pemberi semangat pada siswa

untuk aktif berpartisipasi. Peran ini sangat penting dalam rangka memberikan

semangat dan mendorong belajar kepada siswa dalam mengembangkan

keberanian siswa baik dalam mengembangkan keahlian dalam bekerjasama

yang meliputi mendengarkan dengan seksama, mengembangkan rasa empati,

maupun berkomunikasi saat bertanya, mengemukakan pendapat atau

menyampaikan permasalahannya.

d. Sebagai evaluator guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar

yang sedang berlangsung. Penilaian ini tidak hanya pada hasil, tapi lebih

28
ditekankan pada proses pembelajarannya. Penilaian dilakukan baik secara

perorangan maupun kelompok. Alat yang digunakan dalam evaluasi selain

bentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan observasi guru

untuk melihat kegiatan siswa di kelas.

B. MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER

1. Pengertian Numbered Heads Together

Miftahul Huda (2012:130), menyatakan bahwa “pada dasarnya NHT

(Numbered Heads Together) merupakan varian dari diskusi kelompok, teknik

pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi kelompok”. Menurut Robert E.

Slavin (1995) dalam Miftahul Huda (2012:130). “Metode ini cocok untuk

memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok”.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak

peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto,

2009:82). Menurut Miftahul Huda (2012:87) “Pada umumnya NHT

(Numbered Heads Together) digunakan untuk melibatkan peserta didik dalam

penguatan pemahaman pembelajaran atau mengetahui pemahaman peserta

didik erhadap materi pembelajaran”.

Metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan

keaktifan belajar lebih baik, dan sikap tolong menolong dalam beberapa

perilaku sosial. Pada saat belajar guru harus berusaha menanamkan sikap

29
demokrasi untuk siswanya, maksudnya suasana harus diatur sedemikian rupa

sehingga dapat menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan di

harapkan suasana yang terbuka dan kebiasan-kebiasaan kerja sama, terutama

dalam memecahkan kesulitan-kesulitan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dengan

adanya pembentukan kelompok-kelompok kecil sehingga dapat meningkatkan

semangat belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah

NHT (Numbered Heads Together).

2. Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) merupakan strategi yang menempatkan peserta

didik belajar dalam kelompok (4-6) orang dengan tingkat kemampuan atau

jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda-beda. Dalam belajar kelompok

masing-masing anak diberi nomor pin, setelah mereka selesai berdiskusi

dalam menjawab pertanyaan guru, guru akan memanggil salah satu nomor dan

peserta didik yang disebutkan nomornya oleh guru harus mewakili masing-

masing kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusi kepada semua

temannya. Oleh karena itu, dengan metode NHT (Numbered Heads Together)

ini peserta didik lebih aktif karena mereka semua harus benar-benar siap

30
dalam menjawab pertanyaan, karena mereka belum tahu siapa yang kan

mewakili setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya tersebut.

Menurut Miftahul Huda (2012: 245), langkah-langkah yang dilakukan

dalam penerapan metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered

heads together) yaitu :

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan


kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada peserta didik
untuk mendapatkan skor dasar atau awal.
3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 peserta didik, setiap anggota kelompok diberi nomor pin.
4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5) Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan memanggil salah
satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu
peserta didik yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari
kelompok.
6) Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman,
mengarahkan dan memberikan pebegasan pada akhir pembelajaran.
7) Guru memberikan tes/kuis kepada peserta didik seecara individual.
8) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individu dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran bersama merupakan jenis

pembelajaran kooperatif dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Heads

Together pertama kali dikembangkan Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan

31
lebih banyak siswa dalam memahami materi yang tercakup dalam suatu

pembelajaran dan mengetahui pemahaman siswa terhadap isi pelajaran

tersebut. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik, guru

menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT :

Sintaks Model Pemebelajaran Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Fase Kegiatan Guru dan Peserta Didik


Fase 1 Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok
Penomoran 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok
diberi nomor antara 1-5
Fase 2 Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada
Pengajuan Pertanyaan peserta didik. Pertanyaan dapat berfariasi,
Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk
kalimat tanya
Fase 3 Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap
Berpikir Bersama jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap
anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Fase 4 Guru memanggil satu nomor tertentu. Kemudian
Menjawab peserta didik yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
(sumber: Trianto, 2008;82)

C. KERANGKA BERFIKIR

Kegiatan pembelajaran terdiri dari input, proses, dan output. Dilihat dari

segi proses, pada dasarnya adalah siswa aktif, akan tetapi dengan metode

pembelajaran dan cara mengajar yang masih berpusat pada guru (teacher center)

membuat siswa cenderung pasif. Siswa sering hanya menjadi pendengar saja dan

guru berceramah menyampaikan materi. Keadaan tersebut membuat keaktifan

siswa kurang dan pembelajaran berkesan membosankan, sehingga memberi

dampak pada hasil belajar yang kurang maksimal.

32
Pada kondisi yang seperti itu membuat peneliti untuk memecahkan

masalah pada proses pembelajaran Bahasa Inggris memahami bacaan teks report

yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada keaktifan

siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif yaitu

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Heads Together).

Metode NHT (Numbered Heads Together) ini dilaksanakan dengan

kegiatan memberi penomoran atau nomor pin pada siswa, kemudian siswa di bagi

menjadi beberapa kelompok, setelah terbentuk kelompok kemudian guru

memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok, pada kesempatan ini kelompok

menyatukan kepala “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban. Kemudian

guru memanggil setiap anggota kelompok yang mempunyai nomor pin yang sama

untuk mempresentasikan jawaban mereka, hal tersebut terus dilakukan hingga

semua siswa mendapat giliran menjawab pertanyaan. Kelompok lain berhak untuk

bertanya pada kelompok yang mendapat giliran menjawab pertanyaan tersebut.

Kegiatan tersebut akan melibatkan siswa untuk berfikir, menulis, bertanya atau

berbicara.

Metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini

mengedepankan kepada aktivitas peserta didik dalam mencari, mengolah dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan

sehingga membuat peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Dengan pemilihan metode pembelajaran yang menarik maka dapat meningkatkan

kemampuan memahami bacaan teks report pada siswa SMP.

33
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat di tuangkan dalam bagan

diagram alir sebagai berikut:

Proses Pembelajaran

Keadaan pembelajaran pada proses


Tuntutan
pembelajaran
: memahami bacaan teks report mapel bahasa Inggris:
Peserta didik cenderung pasif.Proses pembelajaran menurut Permendiknas No.14 Tahun 2007 adalah pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inovatif, in
Pemahaman peserta didik kurang baik.
Pencapaian kompetensi yang kurang maksimal.

Metode Pembelajaran

Pembelajaran koorperatif dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

NHT(Numbered Heads Together)

Dengan model pembelajaran koorperatif tipe NHT dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik sehingga memenuhi KKM

Gambar 1: Alur Kerangka Berfikir

34
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh penulis, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai

dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

dalam memahami teks report, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang

menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pembelajaran

kooperatif model Numbered Head Together sehingga mereka menjadi

termotivasi untuk belajar.

3. Pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together memiliki

dampak positif terhadap kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya

tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari

temannya yang kurang mampu.

35
B. SARAN

Dari uraian sebelumnya dan hasil penelitian yang pernah ada, agar proses

belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang

optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif model Numbered Head

Together memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus

mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan

dengan pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau

dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Untuk penerapan pembelajaran kooperatif hendaknya dilakukan perbaikan

berkelanjutan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

36
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Bintoro. 2000. Memahami Dan Menangani Siswa Dengan


Problema Belajar. Jakarta : Depdiknas

Anderson, K., and Anderson, M. 2003. Text types in English 2. Malaysia: The
modern art production group

Hammond, dkk (1992: 90) English for social purposes : a handbook for teachers
of adult literacy. Sydney, Australia : National Centre for English Language
Teaching and Research

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:


Alfabeta

Johnson, D. W., Johnson, R. T., & Holubec, E. J. (1993). Cooperation in the


Classroom (6th ed.). Edina, MN: Interaction Book Company.

Macken (1991) Developing Critical Literacy: A Model for Literacy in Subject


Learning. Sidney: Metropolitan East disadvantaged Schools Program

Miftahul Huda. (2012). Coorperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan


Model Terapan. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Nawawi Hadari, (1981), Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung

Sadely, Hasan. 1977. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Angkasa.

Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Trianto. (2009). Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif: konsep


landasan dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Jakarta: Prenada Nadia Group

Utami S.C. 1992. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta.


Jakarta.

37
38

Anda mungkin juga menyukai