Anda di halaman 1dari 20

JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.

2 DESEMBER 2015

ANALISIS EFEKTIVITAS, EFISIENSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI


DAERAH SERTA KONTRIBUSI TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2009-2014
Ryfal Yoduke*
Sri Ayem
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
*mioevettyoduke@gmail.com

ABSTRACT
The study was conducted in Bantul, for research purposesprovides an overview of (1) the
effectiveness of the tax year dearah to PAD2009-2014; (2) efficiency at local levies to PAD 2009-
2014; (3)Local Tax contribution to PAD for 2009-2014;(4) contribution levies Area to PAD 2009-
2014.The nature of the research include descriptive, population is the report Bantul year's actual
revenue and budget realization report service producer Retribution 2009-2014, also at the same
till. Method Data collection is a method of secondary data, as well as techniques to analyze the
data using the ratio of effectiveness, efficiency ratio, and the ratio of contribution. The study found
that the level of effectiveness of the Local Tax 2009, 2011, 2012, 2013, 2014, very effective, and in
2010 effective. Level Retribution efficiency 2009-2014, entirely exceeded 100% andotherwise very
ineffective. Local Tax contribution in 2009 at the level ofless; In 2010, 2011, 2014 moderate; 2012
and 2013 is quite good. Contributions Retribution 2009 at a very good level, 2010-2013 criteria is
less,2014 is very less.

Keywords: Effectiveness and Efficiency, Contributions, Local Taxes and Levies, PAD

PENDAHULUAN adalah dengan mengeluarkan Undang-undang


Meningkatnya volume pembangunan Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dari tahun ke tahun dan ditambah dengan dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah
naiknya populasi penduduk dan kebutuhan dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
hidup merupakan masalah dan beban dan terakhir diubah dengan Undang-undang
pembangunan yang patut dicermati, upaya Nomor 28 Tahun 2009 (Undang-undang
pemecahan masalah dan beban pembangunan selanjutnya disebut dengan UU dan Nomor
tersebut menuntut peran pemerintah secara disebut dengan No.)
berkesinambungan. Dalam prakteknya, Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang
pemerintah pusat memiliki kemampuan dari sisi Pemerintahan Daerah pada bab 5 paragraf kedua
memobilisasi dana pembangunan melalui pasal 157 menjelaskan tentang Pendapatan,
sumber-sumber penerimaan negara, sedangkan Belanja, dan Pembiayaan. Komponen sumber
pemerintah daerah dihadapkan pada masalah pendapatan keuangan pemerintah daerah adalah
keterbatasan sumber-sumber penerimaan terdiri atas:
sehingga pembiayaan daerah masih bergantung a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya
pada pemerintah pusat. Tekad pemerintah untuk disebut PAD, yaitu:
mewujudkan otonomi yang nyata dan 1) hasil pajak daerah;
bertanggung jawab melalui pemberian 2) hasil retribusi daerah;
kewenangan yang lebih besar terhadap daerah 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
merupakan salah satu cara untuk dipisahkan; dan
memberdayakan potensi daerah di berbagai 4) lain-lain PAD yang sah;
bidang pembangunan, salah satu kebijakan b. dana perimbangan; dan
pemerintah untuk menunjang ekonomi daerah c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

28
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Pada UU No. 33 Tahun 2004 tentang diberikan oleh Pemerintah Daerah


Dana Perimbangan Pemerintah Pusat dan untukkepentingan orang pribadi atau Badan.
Daerah Bab I Pasal 1 ayat 18 Pajak Daerah merupakan salah satu
menyebutkanPendapatan Asli Daerah, adalah sumber pandapatan asli yang lazim didaerah
pendapatan yang diperoleh Daerah kabupaten/kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak
yangdipungut berdasarkan Peraturan Daerah Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam
Selanjutnya pada Bab IV Pasal 5 merinci dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah,
penjelasan tentang sumber penerimaan daerah Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
sebagai berikut : (1) Penerimaan Daerah dalam Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea
pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
Pendapatan Daerah dan Pembiayaan; (2) sedangkan Retribusi Daerah adalah pungutan
Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
ayat (1) bersumber dari: (a). Pendapatan Asli pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
Daerah; (b) Dana Perimbangan; dan (c) Lain- dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah
lain Pendapatan. (3) Pembiayaan sebagaimana untuk kepentingan orang pribadi atau badan
dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: (a) sisa (Yani 2009:63dikutip dari Prameka, 2012).
lebih perhitungan anggaran Daerah; (b) Penjelasan komponen Retribusi Daerah
penerimaan Pinjaman Daerah; (c) Dana berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 adalah
Cadangan Daerah; dan (d) hasil penjualan Retribusi Jasa Umum : Pelayanan kesehatan,
kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pasal 6 ayat Pelayanan kebersihan, Penggantian beban cetak
1 di UU tersebut merinci bagian-bagian yang KTP dan beban cetak akta catatan sipil,
termasuk dalam PAD bersumber dari: (a) Pajak Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat,
Daerah; (b) Retribusi Daerah; (c) hasil Pelayanan parkir ditepi jalan, Pelayanan pasar,
pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; Pengujian kendaraan bermotor, Pemerikasaan
dan (d) lain-lain PAD yang sah. alat pemadam, Penggantian beban cetak peta,
Pemerintah daerah sebagai hasil Penyediaan dan atau penyedotan kakus,
implikasi sistem otonomi daerah menetapkan Pengelolaan limbah cair, Pelayanan tera/tera
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ulang, Pelayanan pendidikan, Pengendalian
(APBD) melalui Peraturan Daerah (Perda). menara telekomunikasi; Retribusi Jasa Usaha :
Perda tentang APBD selalu memuat ringkasan Pemakaian kekayaan daerah, Jasa usaha pasar
tentang PAD beserta target yang harus dicapai grosir atau pertokoan, Jasa usaha tempat
dalam satu tahun berjalan (tahun kalender). pelelangan, Jasa usaha terminal, Jasa usaha
Berdasarkan UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 tempat khusus parkir, Jasa usaha tempat
kemudian di perjelas pada UU No. 28 Tahun penginapan/pesanggrahan/villa, Jasa usaha
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi rumah potong hewan, Jasa usaha pelayanan
Daerah bab 1 pasal 10 menjelaskan bahwa Pajak pelabuhan, Jasa usaha tempat rekreasi dan
Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah olahraga, Penyebrangan di air, Jasa usaha
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang penjualan produksi usaha daerah; Jasa Izin
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat Tertentu : Izin mendirikan bangunan, Izin
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tempat penjualan minuman beralkohol, Izin
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan gangguan Izin trayek, Izin usaha perikanan.
digunakan untuk keperluan Daerah bagi Penetapan tarif retribusi daerah
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; ditentukan sebagai berikut : (1) tarif retribusi
kemudian pada pasal 64 menyebutkan bahwa jasa umum ditetapkan berdasarkan kebijakan
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut daerah dengan mempertimbangkan biaya
Retribusi,adalah pungutan Daerah sebagai penyediaan jasa yang bersangkutan,
pembayaran atas jasaatau pemberian izin kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan;
tertentu yang khusus disediakandan/atau (2) Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 pasal
153, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif

29
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan dipakai pemerintah daerah dalam memberikan
untuk memperoleh keuntungan yang layak; dan pelayanan jasa dengan tujuan mendapatkan
(3) Tarif retribusi perizinan tertentu diterapkan keuntungan layak pada proses pemungutan
berdasarkan pada tujuan untuk menutupi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kemudian dibandingkan dengan jumlah
pemberian izin yang bersangkutan. keuntungan keseluruhan, serta perbandingan
Menurut Mikha (2010) Pajak Daerah bersama target. Kontribusi adalah angka yang
dan Retribusi Daerah merupakan komponen diberikan oleh Pajak Daerah dan Retribusi
PAD, memiliki prospek yang baik untuk Daerah terhadap jumlah keseluruhan pada angka
dikembangkan. Oleh karena itu Pajak Daerah PAD yang dicapai maupun angka pada target
dan Retribusi Daerah harus dikelola secara yang ditetapkan.
profesional dan transparan dan dalam rangka Analisis efektivitas pajak daerah yaitu
optimalisasi serta usaha meningkatkan analisis yang menggambarkan kemampuan
kontribusinya terhadap PAD. Sidik (2002) pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD
melalui penelitian tentang optimalisasi Pajak yang direncanakan dibandingkan dengan target
Daerah dan Retribusi Daerah dalam rangka yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah
meningkatkan kemampuan keuangan daerah (Halim, 2004: 135 dalam Octovido dkk, 2014).
mengemukakan bahwa Pajak Daerah dan Rasio Efektivitas menurut Handoko (2013)
Retribusi Daerah merupakan komponen PAD adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
yang seharusnya menjadi komponen pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD
penerimaan utama bagi daerah, sehingga yang didapatkan dibandingkan dengan anggaran
ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah,
(Dana Perimbangan) semakin berkurang dan semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin
daerah diharapkan memiliki akuntabilitas yang baik kinerja pemerintah. Analisis kontribusi
tinggi kepada masyarakat lokal. merupakan rasio PAD dalam t tahun dengan
Dari penguraian beberapa kutipan penerimaan daerah pada tahun yang sama.
penelitian sebelumnya, dapat simpulkan bahwa Analisis kontribusi digunakan untuk mengetahui
Pajak Daerah adalah komponen PAD yang seberapa besar peranan seluruh penerimaan
diperoleh daerah dari masyarakat sebagai suatu daerah (Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
kewajiban tanpa adanya janji penerimaan dalam meningkatkan PAD, sehingga dengan
(pengembalian) manfaat kembali secara adanya data tersebut dapat memberikan
langsung oleh masyarakat dari daerah. Retribusi gambaran yang jelas mengenai tindakan atau
Daerah menurut simpulan penulis adalah kebijakan yang harus dilakukan pemerintah
kewenangan daerah untuk menarik imbalan dari daerah dalam usaha meingkatkan peran seluruh
masyarakat atau orang pribadi atau badan yang penerimaan daerah tersebut (Mikha, 2010).
memerlukan palayanan dan memperoleh serta Kabupaten Bantul adalah salah satu pemerintah
menerima jasa dan/atau prestasi dan/atau daerah yang menyelenggarakan UU No. 28
manfaat tertentu sebagai hasil timbal-balik dari Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
imbalan yang dibayarkan masyarakat atau orang Daerah sebagai sumber PAD untuk membiayai
pribadi atau badan oleh daerah. proses operasional pemerintahan di daerah,
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dimana proses tersebut membutuhkan dukungan
tidak lepas dari efektivitas dan efisiensi serta sumber daya finansial yang cukup besar.
kontribusi terhadap PAD. Efektivitas adalah Sumber daya finansial tersebut dapat diperoleh
tingkat angka pencapaian pemerintah dalam melalui PAD yang tergolong dalam empat
memungut atau menarik Pajak Daerah dan komponen besar yaitu (1) Pajak Daerah, (2)
Retribusi Daerah yang dibandingkan dengan Retribusi Daerah, (3) Hasil pengelolaan
target yang telah ditentukan sebelumnya. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan (4) Lain-
Efektivitas adalah keberhasilan atau kegagalan lain PAD yang sah. Kaitannya dengan
dari organisasi dalam mencapai tujuannya perumusan dan penerapan komponen PAD
(Puspitasari, 2014). Efisiensi adalah biaya yang dalam hal ini Pajak Daerah dan Retribusi

30
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Daerah sebagai komponen dengan potensi yang di Kabupaten Bantul tahun 2009-2014
cukup besar diharapkan mampu memberikan sudah efisien?
kontribusi yang optimal. 3. Tingkat kontribusi Pajak Daerah terhadap
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
merupakan hal yang menarik untuk diteliti Bantul tahun 2009-2014?
karena pajak daerah dan retribusi daerah 4. Tingkat kontribusi Retribusi Daerah
cenderung menunjukan hasil fluktuatif, selain terhadap Pendapatan Asli Daerah di
itu juga merupakan sumber pendapatan daerah Kabupaten Bantul tahun 2009-2014?
yang penting guna membiayai penyelenggaraan
daerah dan pembangunan daerah untuk METODOLOGI PENELITIAN
menjalankan Otonomi Daerah. Sebagai salah Jenis Penelitian
kawasan pembentuk kota “besar” Yogyakarta, Jenis penelitian yang akan digunakan
Kabupaten Bantul bersama Kota Yogyakarta dalam penelitian ini adalah metode penelitian
dan Kabupaten Sleman bersama-sama deskriptif dengan menerapkan perhitungan rasio
membangun serta mengembangkan daerahnya efektivitas dan rasio efisiensi serta rasio
masing-masing, namun demikan terlihat secara kontribusi. Metode deskriptif ialah metode bagi
jelas bahwa Kabupaten Bantul lamban dalam peneliti untuk mendeskripsikan,
pembangunan dari Kota Yogyakarta dan menggambarkan, setra melukiskan penemuan
Kabupaten Sleman sehingga terjadi yang terjadi dari penelitian yang dilakukan
ketimpangan dalam hal pembangunan tersebut. (Ardhiansyah dkk, 2014), penemuan tersebut
Kelambanan yang mengakibatkan ketimpangan dapat berupa perbandingan dominan antara
pembangunan tersebut menjadi satu hal yang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
menarik bagi penulis untuk meneliti kondisi PAD. Secara keseluruhan dari penguraian teori
keuangan pemerintah daerah Kabupaten bantul diatas dapat dikatakan bahwa pelitian deskriptif
dari segi PAD (Pajak Daerah dan Retribusi adalah penelitian yang bertujuan untuk
Daerah), menganalisis efektivitas dan efisiensi memetakan penerapan unsur/sumber untuk
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di memperoleh informasi tentang proses dan hasil
Kabupaten Bantul, kemudian seberapa besar dari penerapan tersebut.
kontribusinya terhadap PAD Kabupaten Bantul
itu sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah Definisi Operasional Variabel
yang telah diuraikan tersebut serta merujuk pada Pendapatan Asli Daerah
penelitian oleh Julastiana dan Suartana (2013), Sari (2014) menyatakan bahwa PAD
Rosa (2012), Aryani (2015), Tope dan merupakan pendapatan yang diperoleh daerah
Darmawan (2014), Safitri (2008), Hakim yang dipungut berdasarkan peratuan daerah
(2013),Puspitasari (2014), Bahri F(2011), dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
Doru (2014),dengan melakukan penyesuaian PAD merupakan salah satu indikator yang
yang dibutuhkan, maka peneliti tertarik untuk menentukan kemadirian suatu daerah.
mengangkat kedalam penelitian yang berjudul Lalityasari dkk (2013) menyimpulkan semakin
“Analisis Efektivitas, Efisiensi Pajak Daerah besar pendapatan suatu daerah maka semakin
Dan Retribusi Daerah Serta Kontribusi besar pula kampuan daerah untuk
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di menyelenggarakan usaha-usahanya atau dengan
Kabupaten Bantul Tahun 2009-2014” dengan kata lain pemerintah mampu memberikan
menganalisa hal berikut : pelayanan umum kepada masyarakat. Secara
1. Bagaimana tingkat efektivitasdan efisiensi Keseluruhan PAD bisa disimpulkan sebagai
pencapaian pemerolehan Pajak Dearah di salah satu sumber finansial daerah yang
Kabupaten Bantul tahun 2009-2014 sudah dibutuhkan pemerintah daerah dalam
efektif? melaksanakan pembangunan dan pelayanan
2. Bagaimana tingkat efektivitas dan efisien yang diperoleh dari pemanfaatan potensi atau
pencapaian pemerolehan Retribusi Dearah kekayaan dan sumber daya dari daerah itu
sendiri.

31
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Efektivitas Pajak Daerah Efisiensi Retribusi Daerah


Efektivitas adalah keberhasilan atau Kata efisien berasal dari bahasa latin
kegagalan dari organisasi dalam mencapai efficere yang berarti menghasilkan,
tujuannya. Efektivitas Pajak Daerah mengadakan, menjadikan. Efisiensi Retribusi
menunjukkan kemampuan pemerintah Daerah mengukur besarnya biaya pemungutan
daerahdalam mengumpulkan pajak daerah yang digunakan terhadap realisasi penerimaan
sesuai dengan jumlah penerimaan pajak daerah retribusi itu sendiri (Puspitasari, 2014). Efisiensi
yang ditargetkan(Puspitasari, 2014). Julastiana Retribusi Daerah digunakan untuk mengukur
dan Suartana (2013), mengatakan upaya yang bagian dari hasil Retribusiyang digunakan untuk
dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
meningkatkan PAD yaitu dengan meningkatkan rangka pengelolaan Retribusi Daerah, apabila
efisiensi dan efektivitas sumber-sumber perhitungan angka efisiensi menghasilkan angka
pendapatan yang berpotensi meningkatkan yang kecil dari suatu pokok target/pencapaian
PAD, seperti Pajak Daerah dan Retribusi maka suatu komponen dari terget/pencapaian
Daerah. (Pajak Daerah/Retribusi Daerah) yang diperoleh
memiliki nilai efesiensi yang baik.
Efisiensi Pajak Daerah
Efisiensi pajak daerah adalah nilai yang Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
dihitung berdasarkan presentase biaya Daerah
pemungutan pajak dibagi realisasi penerimaan Kontribusi menurut Handoko (2013)
pajak daerah (Puspitasari, 2014). Analisis bahwa kontribusi adalah analisi yang digunakan
pertumbuhan serta efektivitas dan efisiensi untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
Pajak Daerah oleh Aryani (2015) menyatakan yang dapat disumbangkan dari penerimaan
dalam kaitannya dengang pemungutan sumber Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
pendapatan daerah khususnya pajak daerah, PAD, maka dibandingkan dengan realisasi
efisiensi biaya pengeluaran dapat diartikan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
efisien yang ukuran masukannya sudah tertentu terhadap PAD. Kontribusi Pajak Daerah dan
yaitu biaya atau pengeluaran untuk pemungutan Retribusi Daerah adalah kemampuan dua unsur
Pajak Daerah sedangkan keluarannya dapat tersebut yang mampu dipungut dan ditarik dari
diukur dengan keberhasilan penerimaan Pajak masyarakat oleh pemerintah daerah sebagai
Daerah. sumberdaya pembiayaan finansial dalam
operasional pemerintahan daerah melaui PAD.
Efektivitas Retribusi Daerah
Efektivitas retribusi daerah merupakan Populasi dan Sampel
perbandingan antara realisasi dan target Populasi adalah wilayah generalisasi
penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan
melakukan pungutan (Puspitasari, 2014). Untuk oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
menganalisis kinerja administrasi Retribusi ditarik kesimpulannya (Sugiono dalam
Daerah, perlu dihitung efektivitas pemungutan Nugroho, 2014). Populasi yang ditetapkan
efektivitas Retribusi Daerah, dimana secara dalam penelitian ini adalah Laporan Daftar
umum efektivitas memperlihatkan seberapa Target dan Realisasi Pendapatan, Rincian
besar pendapatan retribusi dibandingkan dengan Laporan Realisasi Anggaran Menurut Urusan
potensi Retribusi Daerah sebenarnya. Target Pemerintahan Daerah, Organisasi Pendapatan
retribusi yaitu suatu jumlah yang telah dan Belanja Daerah, tahun 2009-2014.
ditentukan dan harus dicapai selama setahun Sampel penelitian adalah sebagian atau
anggaran dan potensi penerimaan retribusi yaitu seluruh dari jumlah populasi yang diambil untuk
usaha untuk menaikan retribusi untuk mencapai diuji guna menemukan dan menyimpulkan
target (Rosa, 2012). penelitian. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah metode sensus sampling

32
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

(Sampel jenuh) yaitu semua populasi digunakan analisi kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
segabai sampel (Nugroho, 2014). Sampel yang Daerah digunakan untuk mengetahui jumlah
digunakan adalah seluruh populasi yang kontribsui yang berikan terhadap PAD. Rumus
ditetapkan oleh peneliti yaitu Laporan Daftar yang digunakan untuk mengetahui kontribusi
Target dan Realisasi Pendapatan, Rincian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Laporan Realisasi Anggaran Menurut Urusan PAD Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut
Pemerintahan Daerah, Organisasi Pendapatan (Hakim, 2013) :
dan Belanja Daerah, tahun 2009-2014. Kontribusi Realisasi Pajak Daerah
Pajak Daerah = x 100%
Sumber Data dan Metode Pengumpulan Realisasi PAD
Data
Sumber data yang digunakan adalah Kontirbusi Retribusi Daerah
sumber data sekunder, pengumpulan data Retribusi Daerah = x 100%
menggunakan metedo runtun waktu (time Realisasi PAD
series). Metode runtun waktu adalah melihat
pengukuran dari waktu ke waktu tertentu,
pengukuran dapat dilihat dari berbagai cara Tabel 1. Kriteria Kontribusi per Pajak
frekuensi, presentase, atau dengan cara melihat Daerah Dan Retribusi Daerah per PAD
pusat kecenderungan dari suatu gejala atau Presentase Kontribusi Kriteria
kejadian (Riduansyah, 2003). Pengertian dari 0,00%-10% Sangat Kurang
Mikha (2010) data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk sudah dipublikasikan, 10,10%-20% Kurang
dapat berupa catatan atau laporan keuangan
pemerintah daerah serta data terkait dengan 20,10%-30% Sedang
penelitian. Data yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah yaitu Laporan Realisasi 30,10%-40% Cukup Baik
Anggaran atau Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Kabupaten Bantul atau 40,10%-50% Baik
laporan lain yang dianggap berkaitan dengan
variabel yang diteliti dan dapat memberikan >50% Sangat Baik
informasi yang dibutuhkan dengan rentang
waktu 2009-2014. Sumber : (Hakim, 2013)

Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini, peneliti akan Rasio Efektivitas Pendapatan Daerah
dengan menerapkan perhitungan rasio Rasio efektivitas menggambarkan
efektivitas Pajak Daerah untuk menghitung kemampuan pemerintah daerah dalam
tingkat efektivitas, rasio efisiensi untuk merealisasikan PAD dalam hal ini Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah yang direncanakan
menghitung tingkat efisiensi Retribusi Daerah,
dibandingkan dengan target yang ditetapkan
dan rasio kontribusi untuk menghitung
berdasarkan potensi rill daerah. Rasio tersebut
kontribusi Pajak Pajak Daerah dan Retribusi
dituliskan sebagai berikut (Hakim, 2013) :
Daerah.
Rasio Realisasi Pajak Daerah
Rasio Kontribusi
Efektivitas Pajak = x 100%
Menurut Halim dalam Fauziah dkk Target Penerimaan
(2014) mengatakan bahwa kontribusi adalah Pajak Daerah
sumbangan atau sesuatu kegiatan yang
diberikan terhadap suatu kegiatan sehingga
memberikan dampak yang bisa dirasakan.
Mulyanto dalam Mikha (2010) mengatakan

33
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Tabel 2. Kriteria Rasio Efektivitas per Pajak Tabel 4. Laporan Realisasi Pajak Daerah
Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Bantul 2009-2014
Rasio Efektivitas Kriteria Terget Pajak
Tahun Realisasi
>100% Sangat Efektif Daerah
2009 14.036.000.000 14.108.451.478
>90%-100% Efektif
2010 16.679.578.000 16.541.249.955
>80%-90% Cukup Efektif
2011 30.802.000.000 35.068.591.776
>60%-80% Kurang efektif
2012 39.922.684.800 51.768.352.231
<60% Tidak Efektif
2013 64.487.000.000 83.232.017.500
Sumber : Hakim (2013)
2014 77.892.200.000 99.558.470.705
Rasio Efisiensi Pendapatan Daerah
Rasio Efisiensi menggambarkan efisiensi Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
pengeluaran biaya dalam merealisasikan PAD
yang direncanakan dibandingkan dengan target HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
yang ditetapkan berdasarkan potensi rill. Data Penelitian
Perhitungan rasio ini akan diterapkan dalam Data penelitian adalah data yang
perhitungan terhadap Pajak Daerah dan diperoleh dari dinas pendapatan, pengelolaan
Retribusi Daerah. Rasio efektivitas dan rasio keuangan dan aset daerah Kabupaten Bantul
efisiensi dirumuskan sebagai berikut (Hakim, yang kemudian dihitung menggunakan rasio
2013) : efektivitas dan rasio kontribusi Pajak Daerah
terhadap PAD, rasio efektivitas dan rasio
B. Pen. Retribusi Daerah* kontribusi Retribusi Daerah PAD, serta efisiensi
Rasio Efisiensi = x 100% terhadap penerimaan Retribusi Daerah
Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Bantul untuk menjawab rumusan
masalah. Perhitungan efisiensi menggukan data
*Biaya Penerimaan Retribusi Daerah belanja langsung, belanja tidak langsung, dan
belanja operasional dinas-dinas penghasil
Tabel 3. Kriteria Rasio Efisiensi per Pajak Retribusi Daerah Kabupaten Bantul.
Daerah dan Retribusi Daerah
Rasio Efisiensi Kriteria Analisis Data Rasio Efektivitas Pajak Daerah
>100% Tidak Efisien Analisis Efektivitas adalah tingkat angka
pencapaian pemerintah dalam memungut atau
>90%-100% Kurang Efisien menarik Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
yang dibandingkan dengan target yang telah
>80%-90% Cukup Efisien
ditentukan sebelumnya. Efektivitas adalah
>60%-80% Efisien keberhasilan atau kegagalan dari organisasi
dalam mencapai tujuannya(Puspitasari, 2014).
<60% Sangat Efisien Data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Sumber : (Hakim, 2013) Kabupaten Bantul dengan rentang waktu yang
diteliti adalah 2009-2014, dengan menerapkan
perhitungan rumus rasio efektivitas maka
diperoleh gambaran tentang tingkat kefektivan
pemungutan pajak daerah, perhitungan rasio
tersebut adalah sebagai berikut :

34
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Tabel 5. Target dan Realisasi Pajak Daerah 2013 64.487.000.000 83.232.017.500


Kabupaten Bantul(dalam rupiah)
Tahun Target Reaslisasi 2014 77.892.200.000 99.558.470.705
2009 14.036.000.000 14.108.451.478
Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah
2010 16.679.578.000 16.541.249.955

2011 30.802.000.000 35.068.591.776

2012 39.922.684.800 51.768.352.231

Rumus :
Realisasi Pajak Daerah
Rasio Efektivitas Pajak = x 100%
Target Penerimaan Pajak Daerah

Tabel 6. Perhitungan Efektivitas Pajak Daerah Kabupaten BantulPeriode 2009-2014


(dalam rupiah)
Tahun Target Reaslisasi Efektivitas Kriteria
2009 14.036.000.000 14.108.451.478 100,56% Sangat Efektif

2010 16.679.578.000 16.541.249.955 99,17% Efektif

2011 30.802.000.000 35.068.591.776 113,85% Sangat Efektif

2012 39.922.684.800 51.768.352.231 129,67% SangatEfektif

2013 64.487.000.000 83.232.017.500 129,06% Sangat Efektif

2014 77.892.200.000 99.558.470.705 127,81% Sangat Efektif

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Perhitungan rasio atas target dan realisasi memenuhi kriteria sangat efektif; dan pada
serta penjelasan tabel 5 dan tabel 6 tahun 2014, tingkat perolehan Pajak Daerah
memperlihatkan tren pencapaian pemungutan oleh pemerintah daerah kembali mengalami
pajak. Tingkat efektivitas diatas dapat penurunan sebesar 1,25% ke angka 127,81%
menjelaskan bahwa pada tahun 2009 tingkat namun tetap berada di kriteria sangat efektif.
perolehan Pajak Daerah memenuhi kriteria Peningkatan perolehan Pajak Daerah oleh
sangat efektif dengan angka 100,56%; pada pemerintah daerah dengan rentang waktu 2009-
tahun 2010 menjelaskan keadaan yang menurun 2014 menunjukan posisi yang cenderung
yakni hanya memenuhi tingkat kriteria efektif fluktuatif dengan pencapaian tingkat efektivitas
sebesar 99,17%; tahun 2011 kembali terbesar berada pada tahun 2012 dengan angka
menunjukan tren positif dengan meningkatnya 129,67%. Analisis dan perhitungan rasio diatas
tingkat efektivitas dari tahun sebelumnya ke mendukung dan membuktikan asumsi tentang
angka 113,85% dengan kriteria sangat efektif; konidisi pencapaian Pajak Daerah yang
tahun 2012 memberikan informasi pencapaian cenderung fluktuatif (naik dan turun) serta
yang naik sebesar 15,82% yakni sebesar ketertarikan peneliti yang ingin mengetahui
129,67% memenuhi kriteria sangat efektif; tingkat efektivitasnya dan memberikan
tahun 2013 mengalami penurunan 0,61% dari gambaran kepada masyarakat khususnya
angka 129,67% ke angka 129,06% tetapi tetap masyarakat Kabupaten Bantul untuk
35
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

mengetahui kondisi PAD dalam hal ini Pajak *Biaya Penerimaan Pajak Daerah
Daerah.
Kriteria yang digunakan dalam menilai
Analisis Data Efisiensi Pajak Daerah efisiensi Pajak Daerah adalah pengelolaan pajak
Efisiensi pajak daerah adalah nilai yang daerah dikatakan efisien apabila rasio efisiensi
dihitung berdasarkan presentase biaya atau rasio biaya pungut tidak melebihi 5%
pemungutan pajak dibagi realisasi penerimaan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 35 Tahun
Pajak Daerah. 2002 dikutip dalam Puspitasari (2014). Bahri F
(2011) mangatakan untuk mengukur tingkat
Rasio Efisiensi Pajak Daerah: efisiensi pemungutan Pajak Daerah adalah
dengan membandingkan biaya untuk
memperoleh Pajak Daerah dengan hasil
perolehan Pajak Daerah.

Tabel 7. Realisasi Pajak Daerah dan Biaya/Belanja


DPPKAD Kabupaten Bantul periode 2009-2014
(dalam rupiah)
Tahun Realisasi Biaya/Belanja
2009 14.108.451.478 43.319.634.903

2010 16.541.249.955 16.529.292.901

2011 35.068.591.776 29.964.757.202

2012 51.768.352.231 32.634.465.618

2013 83.232.017.500 41.968.267.212

2014 99.558.470.705 58.532.516.393

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

X 100%

Tabel 8. Perhitungan Efisiensi Pajak Daerah DPPKADKabupaten Bantul periode 2009-


2014(dalam rupiah)
Tahun Reaslisasi Biaya/Belanja Persentase Kriteria

2009 14.108.451.478 43.319.634.903 307,04% Tidak Efisien

2010 16.541.249.955 16.529.292.901 99,92% Kurang Efisien

2011 35.068.591.776 29.964.757.202 85,44% Cukup Efisien

2012 51.768.352.231 32.634.465.618 63,03% Efisien

36
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

2013 83.232.017.500 41.968.267.212 50,42% Sangat Efisien

2014 99.558.470.705 58.532.516.393 58,79% Sangat Efisien

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Tabel 8 menunjukan tingkat pencapaian Secara keseluruhan, efisiensi


pemerolehan Pajak Daerah dengan tingkat pemerolehan Pajak Daerah Kabupaten Bantul
efisiensi tahun 2009 adalah yang teringgi dalam berkinerja baik dengan hasil tren yang terus
tahun 2009-2014 yakni dengan tingkat turun di periode 2009-2014, dari besaran angka
persentase sebesar 307,04% atau dalam kata lain 300,04% pada tahun 2009 turun ke angka
biaya pemerolehan Pajak Daerah tahun ini 58,79% pada tahun 2014 yang mana angka
menggunakan anggaran 30,704 kali lipat dari tersebut memenuhi kriteria/kategori sangat
Pajak Daerah yang dihasilkan, tidak efisien. efisien.
Tahun 2010 tingkat efisiensi di angka 99,92%
dengan kategori kurang efisien, turun sebesar Analisis Data Efektivitas Retribusi Daerah
207,12%. Tingkat persentase efisiensi Untuk menganalisis kinerja administrasi
pemerolehan Pajak Daerah tahun 2011 masuk Retribusi Daerah, perlu dihitung efektivitas
kategori cukup efisien mencapai angka 85,44% pemungutan efektivitas Retribusi Daerah,
turun dari persentase sebelumnya sebesar dimana secara umum efektivitas
14,48%. Untuk tahun 2012 dinyatakan efisien, memperlihatkan seberapa besar pendapatan
angka persentase efisiensi Pajak Daerah sebesar retribusi dibandingkan dengan potensi Retribusi
63,03%, selisih turun dari tahun sebelumnya Daerah sebenarnya. Target retribusi yaitu suatu
22,41%. Efisiensi pencapaian pemerolehan jumlah yang telah ditentukan dan harus dicapai
Pajak Daerah tahun 2013 dengan efisiensi selama setahun anggaran dan potensi
50,42%, angka ini adalah yang terendah dalam penerimaan retribusi yaitu usaha untuk
periode 2009-2014, dan dinyatakan sangat menaikan retribusi untuk mencapai target (Rosa,
efisien, persentasenya turun sebesar 12,61% dari 2012). Efektivitas retribusi daerah merupakan
tahun sebelumnya. Sedangkan efisiensi perbandingan antara realisasi dan target
perolehan Pajak Daerah tahun 2014 kembali penerimaan retribusi daerah, sehingga dapat
naik dari tahun sebelumnya sebesar 8,37% di digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam
angka 58,79%. namun tetap dalam kategori melakukan pungutan (Puspitasari, 2014).
sangat efisien.
Tabel 9. Realisasi Retribusi Daerah dan TargetKabupaten Bantul
Periode 2009-2014
(dalam rupiah)
Tahun Terget Retribusi Daerah Realisasi
2009 48.219.832.144 58.205.951.445

2010 14.676.656.244 15.978.422.097

2011 18.791.093.190 17.798.603.458

2012 19.821.987.200 20.595.098.751

c2013 26.671.104.494 27.116.286.436


26.004.713.221
2014 26.490.454.741

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

37
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Tabel 10.Perhitungan Efektivitas Retribusi DaerahKabupaten Bantul


Periode 2009-2014
(dalam rupiah)
Tahun Terget Realisasii Efektivitas Ktriteria
2009 48.219.832.144 58.205.951.445 120,70% SangatEfektif

2010 14.676.656.244 15.978.422.097 108,86% Sangat Efektif

2011 18.791.093.190 17.798.603.458 94,71% Efektif

2012 19.821.987.200 20.595.098.751 103,90% Sangat Efektif

2013 26.671.104.494 27.116.286.436 101,66% Sangat Efektif

2014 26.490.454.741 26.004.713.221 98,16% Efektif

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Pada tabel 9 dan tabel 10, berdasarkan sebesar 3,5% dari tahun 2013. Hasil dinyatakan
rasio efektivitas diperoleh hasil efektivitas bedasarkan kriteria pada tabel kriteria
pemerolehan Retribusi Daerah tahun 2009- efektivitas.
2014. Tahun 2009 hasil perolehan Retribusi
Daerah dinyatakan sangat efektif dengan angka Analisis Data Efisiensi Retribusi Daerah
persentase sebesar 120,70%, naik 20,70% dari Efisiensi retribusi daerah mengukur
target. Tahun 2010 kriteria sanget efektif besarnya biaya perolehan yang digunakan
dengan angka persentase 108,86%, namun turun terhadap realisasi penerimaan retribusi itu
sebesar 11,84% dari tahun 2009. Tahun 2011 sendiri (Puspitasari, 2014). Rasio Efisiensi
dinyatakan efektif karena perolehan hanya pada menggambarkan efisiensi pengeluaran biaya
angka 94,71%, selisih 14,15% dari tahun dalam merealisasikan PAD yang direncanakan
sebelumnya. Tahun 2012 sangat efektif dengan dibandingkan dengan target yang ditetapkan
perolehan kembali naik ke angka 103,90%, berdasarkan potensi rill. Pengujian efisiensi ini
selisih naik 9,19% dari tahun 2011. Perolehan bertujuan untuk mengetahui dan memberikan
Retribusi Daerah tahun 2013 kembali turun gambaran tentang kondisi pemungutan Retribusi
sebesar 2,22% dari tahun 2012 103,90% ke Daerah di Kabupaten Bantul. Perbandingan
angka 101,66% namun tetap dinyatakan sangat antara realisasi penerimaan Retribusi Daerah
efektif. Tahun 2014 hanya mampu terealisasi di dengan total biaya/belanja langsung dan tidak
angka efektivitas 98,16%, pencapaian ini masuk langsung dari dinas, kantor, dan badan
kriteria efektif. Perolehan tahun 2014 turun penghasil retribusi di Kabupaten Bantul.

Tabel 11. Realisasi Retribusi Daerah dan Total


BelanjaDinas PenghasilKabupaten Bantul Periode 2009-2014(dalam rupiah)
Realisasi Retribusi Total Belanja Dinas
Tahun
Daerah Penghasil
2009 58.205.951.445 116.929.275.568

2010 15.978.422.097 210.413.329.069

2011 17.798.603.458 280.332.123.549

2012 20.595.098.751 356.518.564.583

38
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

2013 27.116.286.436 429.549.545.642

2014 26.004.713.221 441.073.706.510

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Tabel 12.Perhitungan Efisiensi Retribusi Daerah


Kabupaten Bantul Periode 2009-2014
(dalam rupiah)
Total Belanja
Tahun Reaslisasi Efisiensi
Dinas Penghasil
2009 58.205.951.445 116.929.275.568 200,88%

2010 15.978.422.097 210.413.329.069 1.316,85%

2011 17.798.603.458 280.332.123.549 1.575,02%

2012 20.595.098.751 356.518.564.583 1.731,08%

2013 27.116.286.436 429.549.545.642 1.584,10%

2014 26.004.713.221 441.073.706.510 1.696,12%

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Dari tabel 11 dan penerapan rumus angka 1.696,12% untuk tahun 2014. Tahun
efisiensi serta tabel 12 menjelaskan tentang 2012 adalah tahun tertinggi tingkat sangat
tingkat yang sangat kurang efisiensi, data tahun kurang efisien untuk perolehan Retribusi Daerah
2009-2014 secara keseluruhan melebihi angka dilingkungan Kabupaten Bantul. Secara
100% dimulai dari 200,88% di tahun 2009, keseluruhan pemerolehan Retribusi Daerah
1.316,85% untuk tahun 2010, 1.575,02% di dinyatakan sangat tidak efisien, karena berada
tahun 2011, 1.731,08% di tahun 2012, pada angak di atas 100% sesuai dengan tabel
1.584,10% untuk perbandingan biaya/belanja kriteria.
pada dinas penghasil untuk tahun 2013, dan

Tabel 13. Selisih Total Anggaran


Periode 2009-2014
(dalam rupiah)
Total Belanja Dinas
Tahun Selisih Anggaran
Penghasil
2009 116.929.275.568 93.484.053.501

2010 210.413.329.069 69.918.794.480

2011 280.332.123.549 76.186.441.034

2012 356.518.564.583 73.030.981.059

39
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

2013 429.549.545.642 11.524.160.868

2014 441.073.706.510 324.144.430.942

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Lebih lanjut, tabel 13 menunjukan selisih pribadi atau badan yang mendapatkan suatu
anggaran belanja langsung dan tidak langsung keistimewaan yang diberikan pemerintah
dari tahun 2010 ke 2009 sebesar daerah, kedua besaran anggaran tersebut adalah
93.484.053.501; tahun 2011 ke 2010 sebesar bentuk investasi pemerintah Kabupaten Bantul
69.918.794.480; 2012 ke 2011 selisih dengan untuk meningkatkan sumber-sumber
jumlah 76.186.441.034; sementara tahun 2013 penerimaan daerah di masa mendatang.
ke 2012 meningkat sebesar 73.030.981.059;
kemudian tahun 2014 ke 2013 sebesar Analisis Data Kontribusi Pajak Daerah
11.524.160.868; dan tahun 2014 ke 2009 terhadap PAD
memiliki selisih angka dengan jumlah besar Analisis kontribusi digunakan untuk
yakni 324.144.430.942. mengetahui seberapa besar peranan seluruh
Peningkatan biaya/belanja yang penerimaan daerah (Pajak Daerah dan Retribusi
dikeluarkan pemerintah daerah dalam upaya dan Daerah) dalam meningkatkan PAD, sehingga
usaha memperoleh Retribusi Daerah. Tingkat dengan adanya data tersebut dapat memberikan
persentase efisiensi Retribusi Daerah yang besar gambaran yang jelas mengenai tindakan atau
disebabkan penerapan perbandingan kebijakan yang harus dilakukan pemerintah
biaya/belanja yang terintegrasi antara langsung daerah dalam usaha meingkatkan peran seluruh
dan tidak langsung. Meningkatnya angka selisih penerimaan daerah tersebut (Mikha, 2010).
(naik) anggaran biaya/belanja dapat diartikan Analisis data kontribusi Pajak Daerah
dua hal, pertama adalah sebagai bentuk diterapkan dengan tujuan menjawab rumusan
ketidakefisienan pemerintah Kabupaten Bantul masalah serta untuk mengetahui besaran
dalam melakukan fungsi daerah untuk kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD
memungut Retribusi Daerah yang tidak Kabupaten bantul, adapun penerapan tersebut
menutup biaya pemerintah untuk sebagai berikut :
menyelenggarakan pemberian jasa kepada orang

Tabel 14. Realisasi Pajak Daerah dan Total PAD Kabupaten Bantul
Periode 2009-2014
(dalam rupiah)
Tahun Reaslisasi Total PAD
2009 14.108.451.478 88.691.362.690

2010 16.541.249.955 81.646.839.293

2011 35.068.591.776 128.896.456.173

2012 51.768.352.231 166.597.778.028

2013 83.232.017.500 224.197.857.443

2014 99.558.470.705 357.271.829.724

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

40
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Tabel 15. Realisasi Pajak Daerah, Total PAD, dan KontribusiKabupaten Bantul
Periode 2009-2014
(dalam rupiah)
Tahun Reaslisasi Total PAD Kontribusi Kriteria
2009 14.108.451.478 88.691.362.690 15,90% Kurang

2010 16.541.249.955 81.646.839.293 20,25% Sedang

2011 35.068.591.776 128.896.456.173 27,20% Sedang

2012 51.768.352.231 166.597.778.028 31,07% Cukup Baik

2013 83.232.017.500 224.197.857.443 37,12% Cukup Baik

2014 99.558.470.705 357.271.829.724 27,86% Sedang

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Realisasi pemungutan Pajak Daerah tahun 2014 mengalami penurunan sebesar


tahun 2009 oleh pemerintah daerah Kabupaten 9,26% dari 37,12% ke 27,86%, selaras dengan
Bantul dengan jumlah 14.108.451.478 penurunan, kriteria kontribusi pajak periode ini
berkontribusi sebesar 15,90% terhadap PAD, turun ke predikat sedang. Tahun 2013 adalah
periode ini kriteria kurang; tahun 2010, jumlah tahun dengan tingkat kontribusi Pajak Daerah
realisasi 16.541.249.955 berkontribusi sebesar yang tertinggi dalam kurun waktu 2009-2014.
20,25% dari 81.646.839.293, mengalami
kenaikan sebesar 4,35%, dan masuk kriteria Analisis Data Kontribusi Retribusi Daerah
sedang; tahun 2011, total perolehan Pajak terhadap PAD
Daerah menyumbang porsi sebesar Kontribusi dapat diartikan sebagai
35.068.591.776 atau 27,20% dari angka total sumbangan yang dibeikan oleh retribusi
PAD 128.896.456.173, naik 6,95% dari tahun terhadap penerimaan PAD (Supriadi dkk, 2015).
sebelumnya, kriteria sedang; 2012 juga Mulyanto dalam Mikha (2010) mengatakan
mengalami kenaikan besaran jumlah Pajak analisi kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah yang terpungut yaitu 51.768.352.231 Daerah digunakan untuk mengetahui jumlah
atau 31,07% dari 166.597.778.028, naik 3,87%, kontribsui yang berikan terhadap PAD, Mikha
periode tahun ini masuk kriteria cukup baik; sendiri mengatakan kontribusi Retribusi Daerah
tahun 2013, angka realisasi Pajak Daerah merupakan rasio antara realisasi penerimaan
83.232.017.500 menyumbang 37,12% dari dari Retribusi Daerah dalam t tahun dengan
224.197.857.443 total PAD, naik 6,05%, angka realisasi penerimaan PAD pada tahun yang
sumbangan Pajak Daerah ini masih memenuhi sama, analisis kontribusi Retribusi Daerah
kriteria cukup baik; tahun 2014 tetap mengalami digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kenaikan dalam angka jumlah total perolehan peranan penerimaan Retribusi Daerah dalam
Pajak Daerah dengan kontribusi sebesar meningkatkan PAD. Rumus dan pembahasan,
99.558.470.705 dari total angka jumlah total sebagai berikut :
PAD 357.271.829.724, dalam hal Persentase,

41
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Tabel 16.Realisasi Retribusi Daerah dan Total PAD Kabupaten Bantul


Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Tahun Reaslisasi Total PAD
2009 58.205.951.445 88.691.362.690

2010 15.978.422.097 81.646.839.293

2011 17.798.603.458 128.896.456.173

2012 20.595.098.751 166.597.778.028

2013 27.116.286.436 224.197.857.443

2014 26.004.713.221 357.271.829.724

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Tabel 17.Perhitungan Kontribusi Retribusi DaerahKabupaten Bantul


Periode 2009-2014 (dalam rupiah)
Tahun Reaslisasi TotalPAD Kontribusi Kriteria
2009 58.205.951.445 88.691.362.690 65,62% Sangat Baik

2010 15.978.422.097 81.646.839.293 19,57% Kurang

2011 17.798.603.458 128.896.456.173 13,80% Kurang

2012 20.595.098.751 166.597.778.028 12,36% Kurang

2013 27.116.286.436 224.197.857.443 12,09% Kurang

2014 26.004.713.221 357.271.829.724 7,27% Sangat Kurang

Sumber : DPPKAD Kab. Bantul, data diolah

Perolehan Retribusi Daerah tahun 2009 sebelumnya, kriteria kurang; 2012 juga
oleh pemerintah daerah Kabupaten Bantul mengalami penurunan, besaran jumlah Retribusi
dengan jumlah 58.205.951.445 berkontribusi Daerah yang terpungut yaitu 20.595.098.751
sebesar 65,62% terhadap PAD, sangat baik; atau 12,36% dari 166.597.778.028, turun lagi
tahun 2010, jumlah realisasi 15.978.422.097 sebesar 1,44%, masih dengan kriteria kurang.
berkontribusi sebesar 19,57% dari Tahun 2013, angka realisasi Retribusi
81.646.839.293, mengalami penurunan drastis Daerah 27.116.286.436 menyumbang 12,09%
sebesar 46,05%, merupakan penurunan terbesar dari 224.197.857.443 total PAD, kembali turun
dari tahun 2009-2014, dengan kriteria kontribusi sebesar 0,27%, kontribusi dengan kriteria
kurang; tahun 2011, total perolehan Retribusi kurang; tahun 2014 mengalami penurunan
Daerah menyumbang porsi sebesar dalam angka jumlah total perolehan Retribusi
17.798.603.458 atau 13,80% dari angka total Daerah dengan kontribusi sebesar
PAD 128.896.456.173, turun 5,77% dari tahun 26.004.713.221 dari total angka jumlah total

42
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

PAD 357.271.829.724, dengan Persentase tertinggi dan tidak efisien dengan


angka 7,27% atau turun sebesar 4,97%, perolehan307,04% dan terendah serta sangat
penurunan kontribusi periode ini masuk kriteria efisien adahal tahun 2013 dengan angka
sangat kurang. Secara keseluruhan, dalam 50,42%.
rentang waktu 2009-2014, perolehan Retribusi 2. Berdasarkan pengujian rasio efektivitas,
Daerah oleh pemerintah Kabupaten Bantul tingkat pemerolehan Retribusi Daerah secara
mengalami penurunan dengan sifat penurunan keseluruhan cenderung baik, tahun 2009
pendapatan dari tahun 2009 sebesar 65,62% ke (120,70%), 2010 (108,86%), 2012
tahun 2010 dan terus turun hingga ke 7,27% (103,90%), dan 2013 (101,66%) dinyatakan
pada tahun 2014 yang merupakan kontribusi sangat efektif dengan angka pemerolehan
terendah dalam kurun waktu tersebut. diatas 100%, sedangkan tahun 2011
Efektivitas dan kontribusi Pajak serta (94,71%) dan 2014 (98,16%) dinyatakan
Retribusi Daerah kiranya dapat ditingkatkan efektif. Berdasarkan penelitian dengan rasio
untuk mendukung kemandirian pemerintah efisiensi, tingkat efisiensi perolehan Retribusi
daerah dalam hal finansial. Khusus efisiensi, Daerah berbanding biaya/belanja dalam
merujuk pada transparansi keuangan instansi upaya mendapatan Retribusi Daerah oleh
pemerintah maka perlu dilakukan pembukuan dinas penghasil di Kabupaten Bantul dengan
yang memisahkan antara kegiatan produktif mengacu pada besaran belanja langsung dan
retribusi dan kegiatan pembangunan oleh tidak langsung dalam kurun waktu 2009-
pemerintah daerah. 2014 dinyatakan sangat tidak efisien, masing
masing besarannya diatas 100% yakni 2009
PENUTUP 200,88%, 2010 1.316,85%, 2011 1.575,02%,
Kesimpulan 2012 1.731,08%, 2013 1.584,10%, dan 2014
Berdasarkan hasil penelitian dan sebesar 1.696,12%. Tahun 2009 adalah yang
pembahasan Efektivitas Pajak Daerah, Efisiensi terendah dan 2012 adalah yang tertinggi.
Retribusi Daerah, Kontribusi Pajak Daerah, dan 3. Berdasarkan penelitian dengan rasio
Kontribusi Retribusi Daerah terhadap kontribusi, tingkat kontribusi Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten terhadap PAD Kabupaten Bantul cenderung
Bantul 2009-2014 (studi kasus pada DPPKAD fluktuatif (naik dan turun), pada tahun 2009
Kabupaten Bantul) di bagian sebelumnya yang dinyatakan kurang dengan berada di posisi
disesuaikan dengan Undang-undang dan 15,90%, tahun 2010, 2011, 2011, dan 2014
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul yang berada pada posisi sedang dengan besaran
berlaku serta memperhatikan kebutuhan penulis, masing-masing 20,25%, 27,20%, dan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 27,86%. Tahun 2012 serta 2013 berada pada
1. Berdasarkan penelitian dengan rasio posisi 31,07% dan 37,12%. Tahun 2013
efektivitas, tingkat perolehan Pajak Daerah adalah yang terbesar dan 2009 terendah.
pada Kabupaten Bantul tahun 2009, 4. Berdasarkan penelitian dengan rasio
2011,2012,2013, dan 2014 dinyatakan sangat kontribusi, tingkat kontribusi Retribusi
efektif meskipun cenderung fluktuatif (naik Daerah Terhadap PAD Kabupaten Bantul
dan turun), masing-masing besaran relatif mengalami penurunan dari tahun 2009
persentase 100,56%, 113, 85%, 129,67%, sebesar 65,62% ke tahun 2014 sebesar
129,06%, 127,81%, serta tahun 2010, 7,27%, kedua tahun ini dinyatakan yang
ditingkat efektif sebesar 99,17%. Tahun 2012 tertinggi dan terendah. Tahun 2010
adalah yang tertinggi dan 2010 adalah kontribusi hanya sebesar 19,57%, kembali
terendah.Berdasarkan rasio efisiensi, tingkat penurunan tahun 2011 di posisi 13,80%,
pemerolehan Pajak Daerah Kabupaten Bantul 2011 12,36%, tahun 2013 sebesar 12,09%.
periode 2009-2014 cenderung naik turun
(fluktuatif) per tahunnya namun keseluruhan Implikasi Penelitian
mengalami penurunan antara biaya dan pajak Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
yang dihasilkan, tahun 2009 adalah yang yang telah dikemukakan tersebut,implikasi dari

43
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

hasil penelitian adalah sebagai berikut: Pajak Saran


Daerah adalah Pungutan dan/atau sumbangan Berdasarkan hasil pembahasan
wajib yang tidak berimbal atas penyerahannya, penelitian dan kesimpulan di atasmaka dapat
Pajak Daerah dilaksanakan oleh pemerintah diberikan saran-saran sebagai berikut:
daerah kepada masyarakatnya sebagai sumber 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
keuangan untuk operasional pemerintahan dan a. Tingkat pecapaian Pajak Daerah atas
pembangunan daerah serta untuk kemakmuran target yang selalu meningkat sudah
penduduk diwilayahnya. Retribusi Daerah bisa sangat baik/efektif, namun tetap
disebut juga sebagai imbalan yang ditarik oleh memperhatikan konsistensi yang selaras
pemerintah daerah atas penyediaan, pemberian dengan tren persentesenya karena
layanan jasa kepada orang pribadi atau badan terlihat naik dan turun (fluktuatif), serta
(pembayar/pengguna jasa) yang memberikan kontribusinya perlu ditingkatkan. Perlu
nilai dan manfaat lebih bagi pihak pembayar. diadakan upaya-upaya untuk
Bagi pemerintah, adanya penelitian meningkatkan hasil PAD khususnya
diharapkan mampu memberikan acuan untuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
meningkatkan efektivitas perolehan Pajak Penurunan perolehan PAD dari sektor
Daerah dan Retribusi Daerah dengan tetap Retribusi Daerah kiranya mendapatkan
memperhatikan asas-asas pemungutan Pajak perhatian serius, evaluasi, dan
serta tingkat efisiensi untuk upaya permerolehan ditingkatkan semaksimal mungkin
Retribusi Daerah. karena tren kontribusi yang terus turun.
b. Dengan adanya penelitian ini,
Keterbatasan Penelitian pemerintah daerah diharapkan
Penyusunan penelitian ini menemui melakukan pengadministrasian terpisah
beberapa kendala yang menyebabkan pengaruh dan terperinci untuk kegiatan belanja
besar pada hasil dan pembahasan. Ada pun pemerintah daerah dalam upaya untuk
kendala-kendala tersebut adalah pertama, memperoleh pendapatan dengan
penelitian di lakukan bersamaan dengan periode kegiatan lainnya yang tidak berhubungan
pemerintah daerah untuk mempersiapkan dengan upaya tersebut. Pemisahan
laporan keuangan dan keperluan lain untuk tersebut berujuan untuk memudahkan
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan, hal proses evaluasi dan memberikan fungsi
ini mengakibatkan peneliti mengalami sedikit kontrol serta membantu pemerintah
kendala dalam usaha mengumpulkan data. daerah khususnya Dinas Pendapatan,
Kedua, tidak adanya pengadministrasian yang Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
secara rinci atau terpisah untuk kegiatan belanja Kabupaten Bantul untuk mencapai
pemerintah daerah baik itu pegawai, peralatan, sasaran huruf (a) Meningkatnya
dan perlengkapan kantor yang secara langsung efisiensi, eketifitas dan responsibilitas
berhubungan dengan usaha pemerintah daerah pelayanan publik.
dalam meningkatkan pendapatan asli darah dari
kegiatan pemerintah dalam melakukan 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
kewajiban lain dalam pelayanan masyrakat dan Penelitian ini membahas secara umum
kegiatan pembangunan daerah di Kabupaten gambaran tentang efektivitas Pajak Daerah,
Bantul. Karena keadaan tersebut, maka peneliti Efisiensi Retribusi Daerah, Kontribusi
melakukan penelitian dengan menggunakan Pajak Daerah, dan Kontribusi Retribusi
belanja langsung dan tidak langsung dari setiap Daerah terhadap PAD. Adanya keterbatasan
dinas penghasil PAD dalam hal ini Retribusi dalam penelitian ini, maka diharapkan
Daerah. Namun, meskipun sebagai sumber kepada peneliti selanjutnya untuk dapat
keuangan yang sah pada Kabupaten Bantul, melakukan penelitian secara mendalam dan
Retribusi tidak terlalu memberikan kontribusi berfokus pada upaya dan hasil serta belanja
yang lebih baik dari Pajak Daerah dan relatif pemerintah daerah dalam usaha
menurun. memperoleh pendapatan dari Retribusi

44
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Daerah untuk dapat digeneralisasikan pada ____________, 2016. Sumber Data Daftar
wilayah lain yang lebih luas. Target dan Realisasi Pendapatan
Daerah Tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Ardhiansyah, Diaz., Rahayu, Sri Mangesti., dan Aset Kabupaten Bantul.
Husaini, Achmad. 2014. Analisis http://dppkad.bantulkab.go.id –
Potensi Pajak Hotel dan Pajak Copyright 2016 © Kantor PDT
Restoran dan Kontribusinya Terhadap Pemerintah Kabupaten Bantul (Di
Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi akses pada tanggal 4 Januari 2016
Kasus pada Dinas Pendapatan Daerah sebagai sumber acuan data dan
Kota Batu Tahun 2011-2013) Fakultas informasi tentang Dinas Pendapatan,
Ilmu Administrasi Universitas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Brawijaya Malang. Jurnal Administrasi Daerah Kabupaten Bantul)
Bisnis (JAB)|Vol. 14 No. 1 September
2014. Doru, Yakobus. 2014. Analisis Kontribusi
Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan Lain-lain Pendapatan Asli
Aryani, Farida. 2015. Analisis Pertumbuhan Daerah yang Sah Terhadap
serta Efektivitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah. Skripsi Strata
Pemungutan Pajak Daerah Kabupaten Satu Fakultas Ekonomi Jurusan
Musi Banyuasin.Dosen PNS Kopertis Akuntansi Universitas Sarjanawiyata
Wilayah II dpk pada STIE Rahmaniyah Tamansiswa Yogyakarta.
Sekayu. Fauziah, Isfatul., Husaini, Achmad.,
Bahri F, M Samsul. 2011. Efisiensi dan Shobaruddin, M. 2014. Analisis
Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah Kontribusi Penerimaan Pajak Daerah
Kota Surakarta Tahun 2004-2009. sebagai Salah Satu Sumber
Skripsi Strata Satu Fakultas Keguruan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Ilmu Pendidikan Universitas Kabupaten Malang (Studi Pada Dinas
Sebelas Maret. Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kabupaten Malang). Jurnal
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
PerPajakan | Vol. 3 No. 1 Desember
Aset Daerah Kabupaten Bantul, 2016.
2014| Universitas Brawijaya Malang.
Sumber Data Daftar Target dan
Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Hakim, Vita Amaliah. 2013. Analisis Efektivitas
2009. dan Efisiensi Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan
____________, 2016. Sumber Data Daftar
Asli Daerah Kota Tasikmalaya (Studi
Target dan Realisasi Pendapatan Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota
Daerah Tahun 2010. Tasikmalaya) Program Studi Akuntansi
____________, 2016. Sumber Data Daftar Fakultas Ekonomi. Universitas Siliwangi
Target dan Realisasi Pendapatan Handoko, Sri P, SE. 2013. Analisis Tingkat
Daerah Tahun 2011. Efektivitas Pajak Daerah Sebagai
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Sumber Pendapatan Daerah Kota
Aset Daerah Kabupaten Bantul, 2016. Pontianak. Jurnal Ilmiah Program
Sumber Data Daftar Target dan Magister Ilmu Ekonomi Universitas
Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Tanjungpura, Pontianak 2013.
2012. Julastiana, Yaneka., Suartana, Iwayan. 2013.
____________, 2016. Sumber Data Daftar Analisis Efisiensi dan Efektivitas
Target dan Realisasi Pendapatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Daerah Tahun 2013. Kabupaten Klungkung. Fakultas
45
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Puspitasari, Elfayang Rizky Ayu. 2014. Analisis
Bali, Indonesia. Efektivitas, Efisiensi, dan Kontribusi
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Lalityasari, Ayu Rahajeng., Suhadak., Zahroh,
terhadap PAD Kabupaten Blora Tahun
Z.A. 2013. Efek Pajak Hotel dan
2009-2013. Skripsi Strata satu (S1)
Pajak Restroran Sebagai Sumber
pada Program Sarajana Fakultas
Pendapatan Pajak Daerah Kota Batu
Ekonomi Universitas Diponegoro
(Studi Pada Dinas Pendapatan Kota
Semarang.
Batu). PS PerPajakan, Jurusan
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Riduansyah, Mohammad. 2003. Kontribusi
Administrasi, Universitas Brawijaya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Malang. terhdapa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Anggaran Pendapatan dan
Mikha, Danied. 2010. Analisis Kontribusi Pajak
Belanja Daerah (APBD) guna
dan Retribusi Daerah terhadap
Mendukung Pelaksanaan Otonomi
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Daerah (Studi Kasus Pemerintah
Sleman. Alumni UPN “Veteran”
Daerah Kota Bogor). Makara, Sosial
Yogyakarta. Kajian Akuntansi, Volume
Humaniora, Vol. 7 No. 2, Desember
5, Nomor 1, Juni 2010.
2003.
Nugroho, Adi. 2014. Analisis Pengaruh Pajak
Rosa, Yenni Del., 2012. Analisis Efektifitas dan
Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Efisiensi Penerimaan Retribusi Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Pesisir Selatan. Dosen
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tetap STIE Dharma Andalas.
Tengah Periode 2010-2012.
Universitas Dian Nuswantoro. Safitri, Dian. 2008. Analisis efektivitas, efisiensi
dan kontribusi pajak Daerah dalam
Octovido, Irsandy., Sudjana, Nengah., Azizah,
Upaya Peningkatan Pendapatan Asli
Devi Farah. 2014. Analisis Efektivitas
Daerah (Studi Kasus pada KPPD Kota
dan Kontribusi Pajak Daerah Sebagai
Yogyakarta. STIE Nusa
Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota
Negarakencana.
Batu (Studi Pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Batu Tahun 2009-2013). Sidik, DR. Machfud Msc. 2002. Optimalisasi
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Brawijaya Malang | Jurnal Dalam Rangka Meningkatkan
Administrasi Bisnis (JAB) | Vol. 15 Kemampuan Keuangan Daerah. Orasi
No. 1 Oktober 2014. Ilmiah wisuda XXI STIA LAN
Bandung, April Tahun 2002.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten
Bantul.www.jdih.setjen.kemendagri.go. Sari, Manasha Rosatia. 2014. Analisis Tingkat
id/files(Di akses pada tanggal 4 Efektivitas Pajak Hiburan di
Januari 2016 sebagai referensi acuan Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-
sumber hukum tentang Pajak Daerah 2013. Universitas Negeri Surabaya.
dan Retribusi Daerah Kabupaten Supriadi, Dara Rizky., Dwiatmanto., Karjo,
Bantul) Suhartini. 2015. Kontribusi Pajak
Prameka, Adelia Shabrina dkk. 2012. Kontribusi Hiburan Dalam Meningkatkan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Malang (Stidu Kasus Dinas
(PAD) Kabupaten Malang (Studi Pada Pendapatan Daerah Kota Malang. PS
Dinas Pendapatan Pengelolaan PerPajakan, Jurusan Administrasi
Keuangan dan Aset Kabupaten Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi,
Malang). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Jurnal
Universitas Brawijaya Malang.
46
JURNAL AKUNTANSI VOL.3 NO.2 DESEMBER 2015

PerPajakan (JEJAK) | Vol. 1 No. 1


Tahun 2015.
Tope, Patta., dan Darman. 2014. Efektivitas dan
Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
untuk Menjamin Ketercukupan
Kapasitas Fiskal Daerah Otonom Baru
Kabupaten Mamuju Utara Provinsi
Sulawesi Barat. Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako Palu. Jurnal
Aplikasi Manajemen | Volume 12 |
Nomor 1 | Maret 2014.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.
Hukumonline.comhttp://www.hukumon
line.com/pusatdata/detail/(diakses
tanggal 9 Januari 2016 sebagai
referensi Undang-undang).
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004.
Hukumonline.comhttp://www.hukumon
line.com/pusatdata/detail/(diakses
tanggal 9 Januari 2016 sebagai
referensi Undang-undang).
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Hukumonline.comhttp://www.hukumon
line.com/pusatdata/detail/(diakses
tanggal 9 Januari 2016 sebagai
referensi Undang-undang).
Undang-undang No. 28 Tahun 2009.
http://www.kemendagri.go.id/produk-
hukum/2009/09/15/undang-undang-no-
28-tahun-2009(diakses tanggal 9
Januari 2016 sebagai referensi).

47

Anda mungkin juga menyukai