Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Revisi Mata Kuliah Ulumul Hadits
Disusun Oleh:
SALATIGA
2015
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberika
rahmat dan hidayah – Nya sehingga tugas pembuatan makalah yang membahas
tentang Shalat Jama’ dan Shalat Qashar dapat terelesaikan tepat pada waktunya.
Pemakalah
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ......................................................................................... 13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran hadits menjadi sumber hukum islam yang kedua
merupakan suatu kabar gembira bagi umat islam. Karena kita bisa
mengetahui lebih banyak hal mengenai agama selain dari yang tercantum
didalam Al – Qur’an. Akan tetapi, sebelum menggunakannya sebagai
sumber hukum yang kedua kita harus mengetahui apakah hadits yang akan
kita gunakan layak atau tidak. Kita harus tahu seperti apa kedudukan
hadits tersebut jika dilihat dari berbagai segi.
Sesuai dengan perjalanan hadits ternyata tidak semua yang disebut
hadits itu benar – benar berasal dari nabi. Tidak semua hadits dapat kita
gunakan, karena ada hadits tertentu yang lemah kedudukannya. Ada pula
hadits yang mempunyai masalah dengan sanadnya, rowinya dan lain
sebagainya. Mengamalkan hadits yang tidak seharusnya diamalkan dapat
berakibat buruk bagi kehidupan
Mengingat akan kehati – hatian dalam memakai hadits sebagai
sumber hukum yang kedua itu penting, maka kita harus mengetahui seperti
apa syarat – syarat hadits yang dapat kita pergunakan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian dari hadits shahih?
2. Bagaimanakah syarat sebuah hadist sehingga dapat disebut sebagai
hadits shahih?
3. Bagaimana pembagian dari hadis shahih?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari hadits shahih
2. Mengetahui syarat sebuah hadist sehingga dapat disebut sebagai hadits
shahih
3. Mengetahui pembagian hadis shahih
BAB II
PEMBAHASAN
1
http://www.islam2u.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=102:pengertian-hadits&catid=20:fatwa&Itemid=65
2
Muh Zuhri, Hadis Nabi (Sejarah dan Metodologinya), (Yogyakarta: PT Tiara Wacana,
1997), hlm. 1.
3
Hasbi ash – shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang,
1988), hlm. 23.
4
http://ad-dai.blogspot.co.id/2011/03/apa-itu-hadits-shahih-hasan-dan-dhaif.html
5
Hasbi Ash – Shiddieqy, Pokok – Pokok Ilmu Dirayah Hadits. (Jakarta: Bulan Bintang,
1981), hlm. 109.
6
Hasbi Ash – Shiddieqy, Pokok – Pokok Ilmu Dirayah Hadits. (Jakarta: Bulan Bintang,
1981), hlm. 110.
15
Syahudi Ismail, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm.
134 – 135.
16
Hasbi Ash – Shiddieqy, Pokok – Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 2, cet 4, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1967), hlm. 19.
17
Ibid., hlm. 134 – 135.
نعسسبن الندببسسىى ص ع نحددثنننا شمنسدددد نقانل نحددثنننا يننحنيى نعنن ششسسنعبنةن نعسسنن قنتنسساندةن نعسسنن أنننسس س
س
س نعبن الندببىى صلى ا عليه وسلم نقانل نونعنن شحنسنيسن انلشمنعلىبم نقانل نحددثنننا قننتاندةش نعنن أننن س:
ِب لنبخيبه نما يشبح ب
(ب لبنننفبسبه )رواه البخارى ل يشنؤبمشن أننحشدشكنم نحدتى يشبح د
2. Shahih lighayrih adalah hadis yang tidak menetapi persyaratan hadis
shahih secara sempurna, misalnya, rawi kurang memiliki ingatan
hafalan yang kuat sehingga digolongkan sebagai hadis hasan, namun
karena didukung oleh hadis lain yang satu tema dan kualitasnya
seimbang atau bahkan lebih tinggi maka hadis tersebut dinamakan
shahih lighayrih. Contoh hadis ini adalah sebagai berikut:
Hadis dari Muhammad bin Amr dari Abi Salamah dari Abi Hurairah
bahwa Nabi bersabda:
23
Ibid,. hlm. 147.
24
Muh Zuhri, Hadis Nabi (Sejarah dan Metodologinya), (Yogyakarta: PT Tiara Wacana,
1997), hlm. 89.
لننمنرتشهشنم ببالىسنوُا ب
ك بعننند شكىل ن
(صلنسة )رواه الترمذى
Hadis ini termasuk kategori shahih lighayrih menurut Ibn Shalah,
karena Muhammad bin Amr bin Alqamah adalah orang yang lemah
dalam hafalan dan kecerdasannya. Namun demikian, hadis di atas
dikuatkan oleh jalur lain, yaitu oleh al-A'raj bin Hurmuz dan Sa'id al
Maqbari maka bisa dikategorikan shahih lighayrih.25
Para ulama ahli hadits dan sebagian ulama ahli ushul serta ahli fiqh
sepakat menjadikan hadits shahih sebagai hujjah yang wajib beramal
dengannya. Kesepakatan ini terjadi dalam soal-soal yang berkaitan dengan
penetapan halal atau haramnya sesuatu, tidak dalam hal-hal yang
berhubungan dengan aqidah (keyaqinan).
Perlu diketahui bahwa martabat hadits shahih ini tergantung kepada ke-
dhabit-an dan keadilan para perawinya. Semakin ‘dhabit dan ‘adil si
perawi, makin tinggi pula tingkatan kualitas hadits yang
diriwayatkannya.26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
http://wildanesia.blogspot.co.id/2012/12/pengertianhaditsshahihpembagiandanc
ontohnya.html
26
http://ediichwanun.blogspot.co.id/
DAFTAR PUSTAKA
Ash – Shiddieqy, Hasbi. 1981. Pokok – Pokok Ilmu Dirayah Hadits. Jakarta:
Bulan Bintang
Ash – Shiddieqy, Hasbi . 1967. Pokok – Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid 2.
Jakarta: Bulan Bintang.
Ash – shidieqy, Hasbi.1988. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan Bintang.
Ismail, Syahudi. 1995. Kaedah Keshahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang.
Zuhri, Muh. 1997. Hadis Nabi (Sejarah dan Metodologinya). Yogyakarta: PT
Tiara Wacana.
http://ad-dai.blogspot.co.id/2011/03/apa-itu-hadits-shahih-hasan-dan-dhaif.html
http://www.artikata.com/arti-341583-mumayiz.html
http://ediichwanun.blogspot.co.id/
https://id.wikipedia.org/wiki/Adil
http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-keadilan-macam-macam-
keadilan.html#_
http://wildanesia.blogspot.co.id/2012/12/pengertianhaditsshahihpembagiandancon
tohnya.html