Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Praktikum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga terikat
pada plasma sebagai mekanisme transport dalam serum. Lipid dapat
diekstraksi dengan pelarut eter, benzene, kloroform, dan tetraklorometana.
Lipid penting karena memiliki energi yang tinggi, bahan isolasi dan pelindung
yang terdapat pada jaringan-jaringan dibawah kulit dan mengelilingi organ-
organ tertentu misalnya jaringan syaraf (Riawan, 2010).

Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting
pada kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi
negatif terhadap kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai
sumber energi, bagian dari membran sel, mediator aktivitas-aktivitas biologi
antar sel, isolator dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ-
organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E dan K. Didalam tubuh, lemak
menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan protein dan
karbohidrat, yaitu 9 kkal/gram lemak yang dikonsumsi (Sartika, 2008).

Adapun uji-uji kualitatif lipid diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Uji Noda Lemak


Dalam pengujian ini minyak lemak dapat diidentifikasi melalui sifatnya
yang memberikan noda jernih pada kertas saring. Bila minyak atsiri dan
minyak lemak diteteskan pada selembar kertas maka akan meninggalkan
suatu noda transparan. Setelah beberapa saat noda minyak atsiri akan
hilang, sedangkan noda minyak lemak yang transparan tetap ada
(Koensoemardiyah, 2010).
b. Uji Kelarutan
Dalam uji kelarutan ini membandingkan tingkat kelarutan beberapa
minyak lemak terhadap suatu penglarut, adapun contoh dari minyak
lemak tersebut adalah :
 Oleum Cocos : larut dalam etanol (95%) pada suhu 60˚, sangat
mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
 Oleum Olivae : Tidak larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak P.
 Oleum Sesame : Sukar larut dalam etanol (95%) P, mudah larut
dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak P.
(Depkes RI, 1979)
c. Uji Pembentukan Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan yang kecil (Depkes RI,2014).
Zat pengemulsi yang dapat digunakan adalah gelatin, gom, akasia,
tragakan, sabun, senyawa ammonium kwartener, senyawa kolesterol, atau
emulgator lain yang cocok (Depkes RI,1979).
Dalam uji emulsi ini diamati apa yang terjadi apabila air dan minyak
lemak di dicampur, dan diamati apa yang terjadi setelah ditambahkan zat
pengemulsi seperti sabun.
d. Pembentukan Sabun (Saponifikasi)
Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas
atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stuck) (Zulfikli
dan Estatiasih, 2014).
Uji penyabunan berlangsung positif. Terjadi melarutnya semua bahan.
Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisi basa kuat (KOH) dan
(NAOH) (Depkes RI, 1995)
e. Uji Ketidak Jenuhan
Dalam reaksi ini digunakan pereaksi Hubl ( 15 g HgCL2 ke dalam 250 ml
etanol 95% dicampur dengan larutan 13 g iodium dalam 250 ml etanol
95%).
Pada asam lemak tidak jenuh saat ditambahkan 5-7 tetes larutan iodium
Hubl warna iodium menjadi hilang. Pada margin saat ditambahkan dua
tetes larutan iodium tidak hilang (Depkes RI, 1995)
f. Uji Gliserol
Gliserol dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidal larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap
(Depkes Ri, 2014).
Identifikasi dapat dilakukan dengan pemanasan dengan kalium disulfat P,
terjadi uap merangsang jika dibakar dengan natrium tetraborat P diatas
nyala api terjadi nyala hijau (Depkes RI, 1979).
g. Penetapan Jarak Beku
Penetapan jarak beku merupakan pengujian kualitatif untk mengetahui
perbedaan titik beku masing-masing minyak lemak. Adapun contoh dari
beberapa minyak lemak yang digunakan adalah :
 Oleum Sesami: titik beku campuran kering asam lemak antara 20˚
dan 25˚ (Depkes RI, 1979)
 Oleeum Cocos: suhu lebur 23˚ sampai 26˚ (Depkes RI, 1979)
 Oleum Oliverium: dibawah 106˚ menjadi kental dan keruh , dan pada
0˚ menjadi benda yang berbutir-butir seperti salep (Depkes RI, 1979).
 Oleum Arachidis: cairan menjadi keruh pada suhu tidak kurang dari
34˚ (Depkes RI, 1979)
h. Penetapan Jarak Lebur
Penetapan jalak lebur dilakukan untuk mengetahui perbedaan titik lebur
masing-masing minyak lemak. Adapun contoh dari minyak lemak
tersebut adalah :
 Oleum Cacao: suhu lebur 31˚-34˚C
 Cera alba: suhu lebur 62˚-64˚C
 Cetacium: suhu lebur 42˚-50˚C
 Adeps lanae : suhu lebur 30˚-42˚C
(Depkes RI, 1979)
i. Uji Adanya Stet asetat Prol Dengan Reaksi Liebermann Burchard
Pada larutan 500 mg dalam 5 ml kloroform P ditambahkan 1 ml anhidrat
P asetat dan dua tetes asam sulfat P, terjadi warna hijau tua (Depkes RI,
1979)
j. Uji Khusu Oleum Lini
Oleum lini memiliki rasa dan bau yang mudah dikenal, berwarna kuning
atau kuning kecoklat-coklatan yang dilapiskan dalam lapisan tipis
menjadi kering dan bening sebagai vernis ( Depkes Ri, 1979)
k. Uji Khusu Oleum Sesami
Identifiksi oleum sesame dilakukan dengan mengocok 1 ml larutan 100
mg gula dalam 10 ml asam klorida P selama 30 menita: Lapisan asam
menjadi merah muda yang jika dibiarkan berubah menjadi merah (
perbedaan dari minyak lemak lain ) (Depkes RI, 1979).
BAB III

CARA KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas objek
- Gelas arloji
- Gelas ukur
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Lampu spiritus
- Penangas es
- Penangas air
- Kertas saring
Bahan
- Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini (minyak
cat), minyak wijen, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak
jagung)
- Biji- bijian yang mengandung lemak (kacang tanah dan biji kemiri)
- Eter
- Etanol 95%
- Petrodeum eter
- Kloroform
- Air
- Sabun
- Minyak parafin
- Larutan NaOH 2N, larutan HCL 2N, larutan CaCl2 2% dan larutan
MgSO4 2%.
- 15 mL raksa (II) klorida
- 250 mL etanol 90%
- HCl pekat
- Larutan sakarosa 10%
- Asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat.
- Lemak padat (oleum cacao, cera alba, cetaceum, adeps lanae).
- Amilum
- Gliserol
- Kalium Hidrogen sulfat
- Larutan iodium dalam 250 mL etanol 95%.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Uji Noda Lemak
 Untuk minyak lemak
Diteteskan minyak lemak pada pada kertas saring,
Ditunggu hingga kering beberapa saat, Diamati pada lemak yang
jenuh atau transparan
 Untuk bahan nabati
Kacang tanah yang sudah dibersihkan dan dipisahkan dari
kulitnya digerus pada mortir sampai halus, Letakkan hasil gerusan
pada tabung reaksi, Tetesi dengan larutan heksena, Diambil sari
heksena yang jernih dengan pipet tetes, Teteskan pada kertas
saring, Diamati pada lemak yang jernih, Dipilih biji yg kering dan
sari heksena yg jernih, Hasil pengamatan diamati dan dicatat pada
tabel pengamatan, Lakukan langkah yang sama pada biji kemiri.

3.2.2 Uji Kelarutan


Diambil satu tetes minyak lemak (minyak kelapa sawit, minyak
jagung, minyak kedelai, minyak wijen, minyak kelapa, dan minyak
zaitun). Ditambahkan salah satu pelarut yaitu kloroform, diteteskan
sampai minyak tepat larut. Kemudian dicatat berapa tetes pelarut
yang digunakan.
3.2.3 Uji Pembentukan Emulsi
Satu tetes minya kelapa ditambahkan 5ml air dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian, dikocok dan diamati apa yang terjadi.
Satu tetes minyak ditambahkan 5 ml air dimasukkan dalam tabung
reaksi dan tambahkan sabun yang telah dilarutkan dalam air.
Dikocok dan diamati apa yang terjadi. Kemudian hasil pengamatan
dicatat pada tabel hasil pengamatan
3.2.4 Uji Pembentukan Sabun (Saponifikasi)
Didihkan 1 mL minyak lemak (minyak kelapa) dalam 2 mL larutan
NaOH 2N, kemudian tambahkan air 3 mL. Amati sabun yang
terjadi! Bagi larutan sabun menjadi bagian yang sama, kemudian
satu bagian dinetralkan dengan larutan HCl 2N, satu bagian yang
lain ditambahkan larutan CaCl2 dan sisanya tambahkan larutan
MgSO4. Amati apa yang terjadi! Lakukan hal yang serupa untuk
minyak parafin. Amati apa yang terjadi.
3.2.5 Uji Ketidak Jenuhan
Kedalam dua buah tabung reaksi masing-masing dimasukkan 0.2
mL minyak beserta pasangannya , tambahkan kloroform 10 mL
lalu teteskan pereaksi Hubl sampai warna iodium dalam iodioform
tetap yaitu ungu. Catat volume pereaksi Hubl yang digunakan.
3.2.6 Uji Gliserol
Serbuk Kalium Hidrogen Sulfat (KHSO4) dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang tahan panas setinggi 5 mm. Lalu tambahkan 5
tetes gliserol. Tambahkan sedikit demi sedikit serbuk Kalium
Hidrogen Sulfat (KHSO4). Kemudian panaskan secara perlahan
pada nyala lampu spiritus sampai tercium bau yang merangsang air
mata. Setelah itu catat apa yang terjadi pada hasil pengamatan.
Lakukan langkah kerja yang sama pada minyak kelapa dan
amilum.
3.2.7 Uji Penetapan Jarak Beku
Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak wijen,
minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak jagung) diambil
sebanyak 2 mL. Kemudian dinginkan secara perlahan pada
penangas es. Diamati suhunya mulai terjadi kekeruhan sampai
membeku. Kemudian dicatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan.
3.2.8 Uji Penetapan Jarak Lebur
Lemak padat (Oleum cacao, cera alba, cetacium, adeps lanae)
dipanaskan hati – hati dalam penangas air, diusahakan kenaikan
suhu 2°C/menit. Dicatat suhunya mulai meleleh sampai meleleh
sempurna.
3.2.9 Uji Sterol Dengan reaksi Liebermann Burchard
Sepuluh tetes minyak kelapa atau 0,5 gram adeps lanae dilarutkan
dalam 5 mL kloroform, tambahkan asam asetat anhidrida 1 mL dan
asam sulfat pekat 2 tetes dengan hati – hati. Campur dan amati
warna yang terjadi! Reaksi positif bila terjadi warna hijau zambrud.
3.2.10 Uji Khusus Oleum Lini
Satu tetes minyak diratakan pada gelas obyek, biarkan mongering di
udara. Lapisan vernis yang keras akibat oksidasi terhadap asam
lemak tak jenuh oleh oksigen di udara.
3.2.11 Uji Khsus Oleum Sesamol
Minyak wijen 2 mL dicampur dengan larutan sakarosa 10% dalam
HCl pekat. Amati warna yang terjadi.
BAB IV
HASIL
Hasil jurnal terlampir.
BAB V
PEMBAHASAN
5.2 Identifikasi Minyak Lemak, Lemak, dan Lilin
5.2.1 UJI NODA LEMAK
A Hasil pengamatan dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan minyak kelapa, minyak zaitun, minyak wijen,
minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak jagung dan bahan
nabatai (kacang tanah dan biji kemiri) yang diakukan metode
penyarian biji dengan larutan heksena ketika diteteskan pada kertas
saring dan ditunggu sampai kering menghasilkan noda yang jernih dan
transparan. Noda yang jernih dan transparan tersebut merupakan ciri
khas dari minyak lemak yang membedakan dengan minyak atsiri.
Noda lemak dihasilkan karena terdapat minyak yang terkandung dalam
larutan. Sedangkan minyak atsiri memiliki karakteristik yang tidak
meninggalkan bekas noda pada kertas saring.
5.2.2 UJI KELARUTAN
Dari hasil pengamatan pada minyak lemak, minyak jagung,
minyak kedelai, minyak wijen, minyak kelapa serta minyak zaitun
yang dilakukan dengan menambahkan salah satu pelarut beberapa
tetes hingga minyak tepat larut, didapatkan minyak kelapa sawit yang
ditambahkan dengan kloroform hingga minyak tepat larut adalah
sebanyak 9 tetes. Minyak jagung ditambahkan dengan kloroform
hingga minyak tepat larut adalah sebanyak 22 tetes. Minyak kedelai
ditambahkan dengan kloroform hingga minyak tepat larut adalah
sebanyak 9 tetes. Minyak wijen ditambahkan dengan kloroform
hingga minyak tepat larut adalah sebanyak 20 tetes. Minyak kelapa
ditambahkan dengan kloroform hingga minyak tepat larut adalah
sebanyak 4 tetes. Serta minyak zaitun ditambahkan dengan kloroform
hingga minyak tepat larut adalah sebanyak 10 tetes.
Kesimpulan :
Yang paling mudah larut sampai yang paling susah larut
dalam kloroform adalah minyak kelapa, minyak kedelai, minyak
kelapa sawit, minyak zaitun, minyak wijen, dan minyak jagung.

5.2.3 UJI PEMBENTUKAN EMULSI


1. Minyak dna air
Pada saat minyak kelapa ditambahkan 5 ml air dan
dikocok tampak adanya minyak kelapa yang terkumpul di
bagian atas dan tidak menyatu dengan air.
2. Minyak kelapa dalam 5 ml air + sabun
Pada saat minyak kelapa yang ditambahkan air
ditambahkan sabun dan dikocok komponen minyak yang
terkumpul dibagian atas menjadi hilang dan minyak dapat
menyatu dengan air dan tampak larutan menjadi keruh.

Kesimpulan :
Dapat disimpulkan dari pengamatan tersebut, sabun
merupakan emulgator minyak dan air.

5.2.4 UJI PEMBENTUKAN SABUN (SAPONIFIKASI)


a. Minyak kelapa
Sebelum dididihkan, minyak kelapa berwarna kekuningan
berada di bawah dari larutan NaOH dalam tabung reaksi. Setelah
dididihkan, ditambahkan 3 mL air. Setelah ditambahkan air,
larutan dibagi tiga lalu masing – masing ditambahkan HCl 2N,
CaCl2, dan MgSO4. Larutan sabun yang ditetesi HCl 2N
menyebabkan minyak mengapung di atas, dan di bawah keruh
berwarna putih (endapan garam), dan bila dicampur, minyak tidak
bercampur. Larutan sabun yang ditetesi CaCl2 menyebabkan
larutan sabun berwarna putih, dan bila dikocok tidak berbusa.
Larutan sabun yang ditetesi MgSO4 menyebabkan larutan sabun
berwarna putih, dan bila dikocok tidak berbusa.
b. Minyak parafin
Sebelum dididihkan, minyak parafin berwarna bening
berada di bawah dari larutan NaOH dalam tabung reaksi. Setelah
dididihkan, ditambahkan air 3 mL dan warnanya menjadi putih
keruh. Selanjutnya, larutan dibagi tiga lalu masing – masing
ditambahkan HCl 2N, CaCl2, dan MgSO4. Larutan sabun yang
ditetesi HCl 2N terdapat endapan putih keruh di bagian bawah
(endapan garam). Larutan sabun yang ditetesi CaCl2 terdapat
endapan putih dan tidak berbusa. Larutan sabun yang ditetesi
MgSO4 menyebabkan larutan berwarna putih keruh dan tidak
berbusa.
Kesimpulan :
Sabun yang terbentuk pada reaksi saponifikasi antara
minyak lemak dan basa kuat akan membentuk busa sabun dengan
adanya pengocokan. Sabun yang terbentuk akan berkurang
kemampuannya dalam menghasilkan busa karena direaksikan
dengan CaCl2 dan MgSO4 serta akan membentuk endapan garam
yang direaksikan dengan HCl 2N.

5.2.5 UJI KETIDAK-JENUHAN


Hasil pengamatan
Pada minyak kelapa dan minyak jagung ditetesi pereaksi
Hubl terjadi perubahan warna pada tetes ke 3, dan pada minyak
kedelai dan minyak kelapa sawit terjadi perubahan warna pada
tetes ke 3.

Kesimpulan
Pereaksi Hubl akan mengoksidasi asam lemak yang memiliki
ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal berdasarkan uji diatas
memiliki ketidak jenuhan karena tetes hubl yang digunakan sama

5.2.6 UJI GLISEROL


Uji gliserol menggunakan Serbuk Kalium Hidrogen Sulfat
(KHSO4) sebelum dipanaskan berwarna bening dan setelah
dipanaskan akan muncul asap, berwarna keruh, dan bau
menyengat. Bila menggunakan minyak kelapa, sebelum
dipanaskan akan berwarna kuning dan setelah dipanaskan akan
muncul asap, berwarna putih keruh kekuningan, dan menimbulkan
bau tengik. Sedangkan, uji gliserol dengan amilum beras sebelum
dipanaskan berwarna putih dan setelah dipanaskan akan
menimbulkan asap dan berwarna putih.

Kesimpulan :
Pada uji gliserol, bila menggunakan Kalium Hidrogen
Sulfat (KHSO4) akan menimbulkan bau yang menyengat, muncul
asap, dan berwarna keruh. Bila menggunakan minyak kelapa akan
menimbulkan bau yang tengik, muncul asap, dan berwarna putih
keruh kekuningan. Sedangkan bila menggunakan amilum beras
sebelum dipanaskan berwarna putih dan setelah dipanaskan akan
muncul asap dan berwarna putih.

5.2.7 UJI PENETAPAN JARAK BEKU


Penetapan jarak beku dilakukan dalam penangas es yang
dibuat dengan mengisi baskom penuh dengan es batangan
kemudian diletakkan thermometer di antaranya. Lalu, seluruh
sampel minyak lemak (minyak wijen, minyak zaitun, minyak
kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak jagung)
diletakkan dalam penangas es sederhana tersebut. Diukur dan
dicatat kondisi awal sampel (warna, wujudnya), ketika mulai keruh
(waktu, suhu, dan warnanya) serta ketika membeku (waktu, suhu,
warna, serta wujudnya). Dalam penetapan jarak beku, dilakukan
proses penambahan garam setelah penambahan es batu dalam
penangas es. Sesuai dengan sifat koligatif, penambahan garam
dapur dapat menurunkan titik beku dan menaikkan titik didih
(Prayasa dkk, 2019). Hal ini bertujuan agar suhu penangas es
dingin lebih lama sehingga mengoptimalkan proses pembekuan.
Selama proses pengukuran jarak beku, air es yang terdapat di dasar
penangas es dikeluarkan secara berkala agar suhunya tetap dingin.
Hal ini terjadi karena air memiliki suhu yang lebih hangat sehingga
nantinya akan membuat es yang ada di atasnya akan ikut meleleh
sehingga suhu di baskom meningkat.

Berdasarkan pengamatan tersebut, kebanyakan sampel


mulai keruh pada rentang 0,10C-0,0010C. Sementara itu, membeku
pada rentang 0,0050C-0,60C. Namun, ada dua sampel yang sangat
lama menjadi keruh hingga hampir 1 jam, yaitu minyak zaitun,
minyak jagung, dan minyak kedelai. Hal ini dapat terjadi karena
ketika praktikum bahan-bahan tidak ditutup dengan alumunium foil
sehingga uap dari bahan-bahan tersebut banyak yang menguap
sehingga menyulitkan proses pembekuan.

Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum kali ini, urutan bahan yang cepat
mengalami pembekuan yaitu minyak kelapa, minyak wijen, dan
minyak kelapa sawit. Yang tergolong sulit untuk membeku adalah
minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak jagung.

5.2.8 UJI PENETAPAN JARAK LEBUR


Mulai pemanasan pukul 13.57 dengan suhu 33°. Adeps
lanae pada pengamatan pertama masih berupa semi padat,
berwarna kuning muda, dan suhu 33°C. Pada percobaan kedua,
sudah meleleh sedikit, suhu 52°C, dan berwara kuning muda.
Pengamatan ketiga sudah meleleh dengan sempurna, suhu 57°C
pada pukul 14.03, dan berwarna kuning muda. Cera alba pada
pengamatan pertama berupa padatan, berwarna putih, dan suhu
33°C. pada pengamatan kedua, sudah meleleh pada suhu 53°C dan
berwarna putih. Pengamatan ketiga sudah meleleh sempurna, suhu
58°C pada pukul 14.04, dan berwarna putih pucat. Cetaceum pada
pengamatan pertama berupa padatan, berwarna kuning kejinggaan,
dan suhu 35°C. Pada pengamatan kedua, sudah meleleh, berwarna
kuning kejinggaan, dan suhu 54°C. Pengamatan ketiga sudah
meleleh sempurna, berwarna kuning kejinggaan, dan suhu 60°C
pada pukul 14.05.
Kesimpulan :
Lemak padat memiliki titik lebur yang berbeda – beda pada
percobaan ini, titik lebur yang didapatkan memiliki rentang yang
berbeda – beda dengan pustaka. Hal tersebut disebabkan oleh
faktor lingkungan.
5.2.9 UJI ADANYA STEROL DENGAN REAKSI LIEBERMANN
BURCHARD
Terbentuk cincin sterol berwarna hijau muda. Pada saat
ditetesi asam sulfat sebanyak 2 tetes (H2SO4) dengan asam cuka
anhidrida.
Kesimpulan :
Uji akhir terjadi atau didapatkan warna hijau.

5.2.10 UJI KHUSUS OLEUM LINI


Minyak yang telah dibiarkan kering di atas gelas objek terlihat
seperti lapisan vernis, kering dan hening.

Kesimpulan

Lapisan vernis yang keras pada uji khusus oleum lini terjadi
akibat oksidasi terhadap asam lemak tak jenuh oleh oksigen di
udara.

5.2.11 UJI KHUSUS OLEUM SESAMI


Terdapat larutan warna kuning kecokelatan pada atas
tabung reaksi dan terdapat lapisan endapan yang berwarna merah
muda atau kekuningan pada bagian bawah tabung reaksi.
Kesimpulan
Pengujian oleum sesame dengan cara ditambahkan gula
dalam HCl akan diperoleh hasil perubahanwarna menjadi merah
muda atau kekuningan pada bagian bawah (endapan) lama
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Hal 61.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Hal 950.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kemenkes RI.

Zulkifli,M., dan Estatiasih,T. 2014. Sabun dari Salisilat Asam Lemak Minyak
Sawit : Jurnal Pangan dan Argoindustri. 2(4). Hal 170-177.
Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia. Edisi III . Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal 460

Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI. 1979. Farmakope Nederland. Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Prayasa ND, Widia IW, dan Wijaya IMAS. 2019. Perancangan Alat Distribusi
Ikan Segar Menggunakan Media Pendingin Ice Pack untuk Pedagang
Ikan Keliling. Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian). Vol 7(2):
226-235.
LAMPIRAN GAMBAR

1) UJI NODA LEMAK

Sari Biji Kemiri Sari Biji Kacang Tanah Minya Wijen

Minyak Zaitun Minyak Kelapa Sawit Minyak Jagung

Minyak Kedelai Minyak Kelapa

2) UJI KELARUTAN
Minyak zaitun. Minyak kelapa

Minyak wijen minyak kedelai


Minyak kelapa sawit

4) UJI PEMBENTUKAN SABUN (SAPONIFIKASI)

1.Minyak paraffin + HCl 2.Minyak kelapa + NaOH


3.Minyak parafin + NaOH 4.Minyak parafin + HCl 2N

5.Minyak parafin + CaCl2 6.Minyak Parafin + MgSO4


7. Minyak kelapa setelah dibagi menjadi 3 bagian

5) UJI KETIDAK-JENUHAN

Minyak kedelai Minyak Kelapa

Minyak kelapa + Minyak Jagung

7) PENETAPAN JARAK BEKU


Minyak kedelai yang mulai keruh Minyak kelapa sawit membeku

Minyak kelapa yang membeku Minyak wijen yang membeku

10. UJI KHUSUS OLEUM LINI


Terbentuk lapisan vernis pada gelas objek

11. UJI KHUSUS OLEUM SESAMI

Minyak wijen Minyak Wijen + Sakarosa 10% dalam HCl

Anda mungkin juga menyukai