PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
bidang kesehatan seperti penggunaan antiboitk sudah cukup maju dan beredar luas
bakteri Escherichia coli yang melakukan invasi secara asending ke saluran kemih
oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, kelainan pada saluran kemih,
saat ini telah memudahkan diagnosis dan terapi infeksi saluran kemih sehingga
dengan deteksi dini faktor predisposisi dan pengobatan yang adekuat dengan
antibiotik yang sesuai maka pasien dapat sembuh sempurna tanpa komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra.
System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh. Ginjal
berfungsi untuk membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih lainnya
memproduksi zat-zat sisa seperti urea, kreatinin dan ammonia yang harus
tubuh. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk regulasi volume darah tubuh, regulasi
elekterolit yang terkandung dalam darah, regulasi keseimbangan asam basa, dan
regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran kemih bagian atas adalah ginjal,
sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra merupakan saluran
renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di
sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung
ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis
renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor,
kemih.
cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin
mengalir dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar
(peritonium).
kemih denganluar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita.
Pada laki- laki, sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-
laki merupakan tuba dengan panjang kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari
prostatika, uretra membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih
pendek daripada pria, karena hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari
kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah
belakang klitoris.
.
2.2 Definisi
dari 105 colony forming units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa
lekosituria.
klinik
urin > 105, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi
klinik. ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi
2.3 Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada
meningkat mencapai
predisposisi.
tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda
yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun. Insiden
ISK pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan
Tabel 2.1 Epidemiologi infeksi saluran kemih berdasarkan umur dan jenis kelamin
2.4 Etiologi
ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan
koagulase negatif
Gambar. 4 gambaran bakteri E.coli, berbentuk basil dan adanya fimbrae atau pili
Tabel 2.2 Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih
2.5 Patogenesis
patogenitas bakteri sebagai agent, status pasien sebagai host dan cara bakteri
Tidak semua bakteri dapat menginfeksi dan melekat pada jaringan saluran kemih.
Bakteri tersering yang menginfeksi saluran kemih adalah E.coli yang bersifat
uropathogen.
Strain bakteri E. coli hidup atau berkoloni di usus besar atau kolon
manusia. Beberapa strain bakteri E. coli dapat berkoloni di daerah periuretra dan
masuk ke vesika urinaria. Strain E. coli yang masuk ke saluran kemih dan tidak
memberikan gejala klinis memiliki strain yang sama dengan strain E. coli pada
usus (fecal E.coli), sedangkan strain E. coli yang masuk ke saluran kemih
bakteri E. coli yang bersifat uropatogenik dan berbeda dari sebagian besar E.coli
di usus manusia (fecal E.coli). Strain bakteri E.coli ini merupakan uropatogenik
Virulence determinalis.
Kelasi besi
Antibiotika resisten
Membran protein Kemungkinan
lainnya perlengketan
pada perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi faktor virulensi.
berikatan dengan reseptor glikoprotein dan glikolipid pada permukaan membran sel
dan tipe sugar yang berada pada permukaan sel. Pada umumnya P fimbriae yang
dapat menaglutinasi darah, berikatan dengan reseptor glikolipid antigen pada sel
uroepithelial, eritrosit (antigen terhadap P blood group) dan sel-sel tubulus renalis.
Sedangkan fimbriae tipe 1 berikatan dengan sisa mannoside pada sel uroepithelial.
menyebabkan pyelonefritis dan hanya < 20% strain E.coli yang menyebabkan
ISK bawah. Sedangkan fimbriae tipe 1 lebih berperan dalam membantu bakteri
Setelah fimbrae atau pili berhasil melekat pada sel uroepithelial (sel epitel
saluran kemih), maka proses selanjutnya dilakukan oleh faktor virulensi lainnya.
untuk menginisiasi invasi UPEC pada jaringan dan mengaktivasi ion besi bagi
kuman patogen (sekuestrasi besi). Keberadaan kaspsul K antigen dan O antigen
pada bakteri yang menginvasi jaringan saluran kemih melindungi bakteri dari
proses fagositosis oleh neutrofil. Keadaan ini mengakibatkan UPEC dapat lolos dari
Sifat patogenitas lain dari strain E.coli yaitu toksin, dikenal beberapa
uptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampr 95% sifat α-haemolysin ini
terikat pada kromosom dan berhubungan dengan phatogenicity island (PAIS) dan
bergantung dari respon faktor luar. Konsep variasi MO ini menunjukkan peranan
beberapa penentu virulensi yang bervariasi di antara individu dan lokasi saluran
kemih. Oleh karena itu ketahanan hidup bakteri berbeda dalam vesika urinaria dan
ginjal.
Menurut penelitian, status saluran kemih merupakan faktor risiko pencetus ISK.
faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk
Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat
menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi.
Selain itu urin juga memiliki karakter spesifik (osmolalitas urin, konsentrasi
urin, konsentrasi asam organik dan pH) yang dapat menghambat pertumbuhan dan
kolonisasi bakteri pada mukosa saluran kemih. Menurut penelitian urin juga
meningkat pada defisit THG. THG membantu mengeliminasi infeksi bakteri pada
saluran kemih dan berperan sebagai salah satu mekanisme pertahanan tubuh.
Retensi urin, stasis, dan refluks urin ke saluran cerna bagian atas juga dapat
dan fungsional saluran kemih yang dapat menganggu aliran urin dapat
adanya batu, kateter, stent dapat membantu bakteri untuk bersembunyi dari
Litiasis
Obstruksi
saluran kemih
Penyakit ginjal
polikistik Nekrosis papilar
DM pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik Penyakit Sickle-cell Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesterone
Kateterisasi
Lapisan epitel pada dinding saluran kemih mengandung membran yang melindungi
jaringan dari infeksi dan berkapasitas untuk mengenali bakteri dan mengaktivasi
receptors (TLRs) yang dapat mengikat komponen spesifik dari bakteri sehingga
terinvasi. Selain itu, ginjal juga memproduksi antibodi untuk opsonisasi dan
imunitas seluler dan humoral ini berperan dalam pencegahan ISK, oleh karena
itu imunitas host berperan penting dalam kejadian ISK. Penelitian laboratorium
dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan
disebabkan oleh naiknya bakteri dari kandung kemih, melalui ureter dan masuk
ke parenkim ginjal. Kejadian ISK oleh karena invasi MO secara ascending juga
laki-laki.
Selain itu, invasi langsung bakteri dari organ yang berdekatan ke dalam saluran
(PNK). Istilah pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh
ditemukan kelainan radiologik. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis
kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-
bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai
kelainan- kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase
inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari
pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari
pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak
mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan
anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi
bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Pada PNK juga sering ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim.
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis,
uretritis, serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada
perempuan biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah
radang selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak,
biasanya ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai
penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana
urinary tract infection) termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK
kelainan atau penyulit dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik
sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal seperti
disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada hampr 90% pasien rawat
Lokal Sistemik
Disuria Panas badan sampai
Polakisuria Stranguria menggigil
Tenesmus Septikemia dan syok
Nokturia
Enuresis nocturnal Perubahan Urinalis
Prostatismus Hematuria
Inkontinesia Piuria
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran
kemih bawah pada pasien dewasa dapat dilihat pada gambar berikut :
40,5°C), disertai menggigil dan sakit pinggang1. Pada pemeriksaan fisik diagnostik
tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan takikardia. Frekuensi
nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit, sedangkan infeksi oleh kuman
staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia lebih dari 140 kali
per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi abdomen sangat
nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini menunjukkan
adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe sederhana
(uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat ISKB kronik
disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan muntah. Pada
ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obastruksi, refluks vesiko ureter,
sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok, kesadaran
keluhan- keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada
asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK).
seperti polakisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang
kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan sistitis.
Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih
segar dan pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per 24
jam.
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x)
dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan
mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml.
untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit,
44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge
gram negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 %
untuk 1 PMN atau mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi
nitrit dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya
sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat
2.8.3 Mikrobiologi
urin. Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak
lanjut selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring
harus dibiakan lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari
pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin tengah kencing (UTK), aspirasi
suprapubik selektif.
>105 (2x) berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai
lekositouria > 10 per ml tanpa putar, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai
gejala klinis ISK, atau CFU per ml >105 dari aspirasi supra pubik. Menurut
kriteria Kunin yakni CFU per ml >105 (3x) berturut-turut dari UTK.
predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen, pielografi
boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien laki-laki,
mikroorganisme jarang (Pseudomonas spp dan Proteus spp), serta ISK berulang
2.9 Terapi
inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48
jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam
sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi
tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam,
sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida
dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida.
pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk
efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin
bakteriogram.
2.10 Komplikasi
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak
pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan
dan infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis
emfisematosa disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp, dan
klostridium tidak jarang dijumpai pada pasien DM. Pembentukan gas sangant
intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang luas.
Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut vasomotor.
Bayi prematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
Cerebral palsy
ISK trimester III
Fetal death
2.11 Prognosis
yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui
atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK.
Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi
kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila
Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta
KESIMPULAN
per mL CFU/ ml urin > 105 disertai manifestasi klinik. ISK lebih sering terjadi
Sebagian besar ISK disebabkan oleh invasi bakteri Escherichia coli secara
(perlekatan mukosa dan faktor virulensi), faktor tuan rumah (host) dan bacterial
entry.
ISK terbagi menjadi infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut dan
pielonefritis kronik) serta infeksi saluran kemih bawah (sistitis akut, sistitis
kronik, sindrom uretra akut, uretritis, epididimitis). ISK akut belum menimbulkan
kelainan struktural atau radiologis dengan gejala awitan akut seperti demam, nyeri
ISK kronik sudah menimbulkan kelainan struktural atau radiologis dan biasanya
kurang bergejala. Pilihan terapi untuk pasien ISK adalah antibiotik yang sensitif
terhadap kuman patogen penyebab. Penanganan yang dini dan sesuai dapat
Ilmu Penyakit
Tanagho E. & McAninch J.W. ed. Smith’s General urology 17th edition.
4. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal.
7. Ronald A.R & Nicollé L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In
Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th
1687
8. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense
Press. 2004:183-189
731
2012).
31