Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB ) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab utama
kematian diseluruh dunia dan perinkat tdiatas penyakit HIV. Pada tahun 2017
sebanyak 10 juta orang di dunia menderita penyakit tuberkulosis dan 1,6 juta
kematian terkait dengan tuberculosis(WHO,2018). Penyakit tuberkulosis
menyerang diberbagai kelompok usia namun secara keseluruhan lebih sering
terjadi pada orang dewasa dengan usia ≥ 15 tahun dan sebanyak 64% berjenis
kelamin laki-laki selain itu sebanyak 9% tuberkulosis menyerang pada orang
dengan HIV. Kasus tuberkulosis terbanyak di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik
Barat dengan 62% kasus baru diikuti oleh wilayah Afrika sebanyak 25% kasus
baru. Sebanyak 95% kasus dan kematian karena tuberculosis terjadi dinegara
berkembang. Indonesia termasuk kedalam 30 negara dengan tingginya angka
kejadian tuberkulosis. Indonesia menyumbang kasus tuberkulosis sebanyak 8%
(Global tuberkulosis Report, 2018).
Pada tahun 2017 jumlah kasus baru tuberkulosisi di Indonesia sebanyak
420.994 dengan angka kematian 42/100.000 penduduk dan mengalami peningkatan
dari tahun sbeelumnya sebesar 360.565 kasus. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki
1,4 kali sebesar kebih banyak terkena tuberkulosis dibandingkan dengan
perempuan yaitu 245.298 kasus (Infodatin,2018). Sedangkan untuk kelompok
umur tuberkulosis lebih banyak di derita pada usia 25-34 tahun (17,2%) kemudian
diiukuti kelompok usia 45 – 54 tahun (17,1%). Jumlah kasus tuberkulosis terdapat
di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Kausus tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 43% dari
jumlah seluruh kasus tuberkulosisi di Indonesia (Profil Kesehatan Indonesia,2017).
Tuberkulosis di Jawa Barat menempati urutan ke enam tingginya kasus TB
sebanyak 53,2%. Provinsi jawa barat mengalami peningkatan 13,6% pada tahun
2017 dan terdapat kabupaten dengan TB tertinggi yaitu Kota Bandung (459 kasus),
Kota Sukabumi (400 kasus) dan Kota Cirebon (396 kasus). Secara umum, angka
notifikasi kasus tuberkulosis per 100.00 penduduk dari tahun 2003-2017 cenderung
meningkat, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2017 yaitu 171 per
100.000 penduduk dibandingkan tahun 2016 sebesar 149 per 100.000 penduduk
Tingginya angka kejaidna tuberkulosisi karena seseornag yang menderita
tuberkulosis tidak melakuakn pengoabtan secara rutin dan kurang penegtahuan
terhadap penyakit tuberkulosis (Dinkes Jabar,2017).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebebkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dimana kuman ini dikenal dengan sebagai bakteri tahan
asam (Infodatin,2018). Tuberkulosis paru – paru merupakan penyakit yang menyeram
parenkim paru – paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis penyakit ini
dapat menebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dna nodus limfe
(ASKEP GG.NAFAS, )
Penularan penyakit ini melalui udara atau yang biasa dikenal dengan air – bore
infection ketika seorang klien TB paru batu, bersin atau berbicara maka secara tidka
sengaja kana mengeluarkan droplet nuclei dan jatuh ketanah. Akibat terkena matahari
maka dirplet tersebut akan menguap sehingga droplet bakteri ke udara apabila terhirup
oleh orang sehat maka orang tersebut akan berpotensi terkena infeksi tuberkulosis
(Mutaqin,2015). Bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh baik maka kuman TB
yang ada di tubuhnya tidak aktif atau berada dalam keadaan tidur(dorman). Maka
orang tersebut menderita infeksi TB laten dan tidak dapat menularkan ke orang lian
tetapi apabila orang tersebut daya tahan tubuh menurun maka kuman TB akan menjadi
katif (Carolus, 2016)
2.2 Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis
kuman berbentuk batang berukurang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6mm Kuman ini tahan
terhadap asam , zat kimia dan faktor fisik. Mikrooranisme ini adalah bersifat aerob
yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Sehingga mikrobakteri ini senang
tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi (Somantri,2007)
.
2.3 Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya tuberkulosis(Sejati,
Liena,2015:Mertaniasih, 2013)
a. Imunitas :
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh menurun.
Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil
interaksi antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan
(environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Pada sisi
pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS
atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan
terjangkit TBC (Infodatin,2017)
b. Faktor Sosial Ekonomi :
Faktor sosial dan ekonomi juga mempengaruhi pada penyebaran penyakit
tuberkulosis. Hasil penelitian menunjukkan angka kesakitan tuberkulosis 10
kali lipat lebih besar dikalangan orang yang miskin di bandingkan dnegan
dengan orang kaya. Selain itu perumahan yang kumuh berpengaruh pada
kejaidnan penyakit tuberkulosis.
c. Usia
Insidensi tertinggi penyakit tuberkulosis adalah pada kelompok usia poduktif
yaiitu dewasa muda.
d. Jenis Kelamin
TBC lebih banayak mneyerang pada laki – laki dibandingakan denggan wanita
karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Merokok dapat
menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah untuk terserang penaykit.
e. Kepadatan hunian
kepadatan hunian merupakan faktor lingkungan terutama pada penderita
tuberkulosis yaitu kuman M. tuberculosis dapat masuk pada rumah yang
memiliki bangunan yang gelap dan tidak ada sinar matahari yang masuk.
f. Pekerjaan
pekerjaan yang merupakan faktor risiko kontak langsung dengan penderita.
Risiko penularan tuberkulosis pada suatu pekerjaan adalah seorang tenaga
kesehatan yang secara kontak langsung dengan pasien walaupun masih ada
beberapa pekerjaan yang dapat menjadi faktor risiko yaitu seorang tenaga
pabrik
2.4 Tanda dan Gejala
Keluhan yang serimh muncul antara lain :
- Demam : Subfebris, Febrid (40-41 0C)
- Batuk biasanya dari batuk kering sampai dengan batuk purulens
(Menghasilakn sputum) dan batuk batuk selama 3 minggu dapat siertai
dengan darah
- Sesak nafas
- Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun dan berat
badan menurun
- penurunan nafsu makan dan berat badan
- Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus yakni saluran yang mneuju paru –
paru maka akan menimbulkan suara mengi suara nafas yang melemah disertai
dengan sesak
- Bila ada cairan di rongga pleura amka pederita kan mengalami kleuhan sakit
data.
- Muncul benjolan di darah leher, ketika dan lipatan paha
2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan penderita TB paru ini bertujuan untuk menyembuhkan penderita,
mencegah kematian dan menurunkan resiko penularan. OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) yang diberikan bukanlah obat tunggal, tetapi merupakan kombinasi
dari beberapa jenis obat yaitu
1. Fase intensif
obat yang diberikan yaitu Isoniazid (INH), Rifampisin, Pirasinamid dan Etambutol
yang mana obat ini harus di minum setiap hari selama 2 bulan. Bila pengobatan
pada tahap intensif ini penderita menelan obat secara tepat penderita menular akan
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Setelah pengobatan tahap
intensif kemudian dilanjutkan ke fase lanjutan.
2. Fase lanjutan
Fase lanjut obat yang diberikan yaitu isoniasid dan rifampisin pada tahap lanjutan
ini obat yang harus diminum adalah 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan.

Waktu yang diperlukan penderita TBC dalam menjalani pengobatan sampai dinyatakan
sembuh adalah selama 6-8 bulan. Apabila hal ini tidak tidak dilakukan (tidak teratur minum
obat), maka akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kuman penyakit TBC kebal sehingga penyakit lebih sulit diobati.

2. Kuman berkembang lebih banyak dan dapat menyerang organ lain.

3. Penderita akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh.

4. Masa produkstif yang hilang akan semakin banyak, karena masa


pengobatan yang semakin panjang.
Menurut WHO,1996 perjalanan alamiah TBC yang tidak diobati yaitu TBC tanpa
pengobatan, setelah 5 tahun, 50% dari penderita TBC akan meninggal. 25% akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi dan 25% sebagai kasus kronik
yang tetap menular (Anggraeni, 2011).
2.6 Pencegahan
Pencegahan dan pengendalian Faktor Resiko TBC dilakukan dengan cara
(Infodatin,2017) :
1. Membudidayakan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Membudidayakan perilaku etika berbatuk
3. Melakuakn pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungan
sesuaid engan standar rumah sehat
4. Peningkatan daya tahan tubuh
5. Penanganan penyaki t penyerta TBC
6. Penerapan pencegagahan dan pengendalian infeksi TBC di fasilitas pelayanan
kesehatan dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan

Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC.:
a. Diagnosis TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan
penapisan TBC secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi berisiko
tinggi.
b. Pengobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita resistan
obat dengan disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-
centred support).
c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain. d.
Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan
berisiko tinggi serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Data Anggota Keluarga


a. Nama anggota keluarga
b. Usia : faktor usia merupakan salah satu penyebab terjadinya TB paru. Pada
usia 15-55 tahun adalah kelompok usia yang mempunyai mobilitas yang tinggi
sehingga kemungkinan terpapar dengan kuman mikobakterium tuberkulosis
paru lebih (Paramani N, 2013).
c. Jenis kelamin : Banyak kejadian TB paru yang terjadi pada laki-laki yang
disebabkan karena kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol dapat
memudahkan terinfeksi. Dalam hasil penelitian (Jendra F.D, 2015) didapat
bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko dari terjadinya TB
paru.
d. Hubungan dalam keluarga : Penderita TB paru dengan BTA (+) dapat
menularkan pada orang sekelilingnya terutama dengan orang yang dekat
dengannya atau memiliki hubungan seperti suami, istri, anak. Setiap penderita
TB (+) dapat menularkan 10-15 orang dalam setahun (Aldrige & Zenner,
2016).
e. Suku/ras/bangsa
WHO juga pada tahun 2012 indonesia masuk dalam 10 negara dengan kasus
TB tertinggi dan wilayah paling banyak terpapar adalah di jawa barat, jawa
timur dan jawa tengah pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2016
mengatakan indonesia adalah negara dengan urutan ke dua tertinggi di dunia
dengan TB paru.
f. Agama
g. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang seperti mengetahui syarat rumah sehat, tentang TB sehingga
seseorang itu memiliki perilaku hidup bersih. Pengetahuan seseorang yang
dimiliki dapat mempengaruhi periku seseorang terhadap sesuatu dan juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor (Notoatmojo S, 2007).
h. Pekerjaan
i. Status Imunisasi
j. Riwayat penyakit dalam 3 bulan terakhir
k. Melakukan aktifitas fisik minima;l 3-5x dalam seminggu selama 30 menit
l. Tanda-tanda vital
m. Merokok didalam rumah
2. Pengkajian Individu yang Sakit
1) Penampilan umum
2) Status kesehatan saat ini
Tanyakan berapa lama pasien merasa sesak napas, Kapan pasien merasa sesak
napas, saat istirahatkah atau tidur, apa yang dilakukan pasien sebelum merasa
sulit bernapas, Berapa jauh pasien dapat berjalan, Apakah pasien batuk dan
terdapat sputum, berapa banyak dan apa warnanya, Apakah terdapat mengi
dan kapan pasien mengalaminya, Berapa lama pasien mengalami hal seburuk
ini, Kira-kira apa penyebabnya. Apakah pasien mengalami nyeri dada atau
sesak napas saat berbaring, Pernahkan pasien mendapat ventilasi dan jika
pernah di rumah sakit mana Jika pernah berapa hasil spirometri dan gas darah
awal, Apakah pasien mengalami penurunan berat badan dalam waktu dekat
ini.
3) Riwayat penyakit/alergi
Tanyakan kondisi pernapasan terdahulu (misalnya asma, TB,
karsinoma bronkus, bronkiektasis atau emfisema. Cari tahu adanya kondisi
jantung atau pernafasan lain, pernahkah pasien mengalami pneumonia.
Apakah pasien mengalami apneu saat tidur ( mengantuk disiang hari dan
mendengkur).
Bagaimanakah riwayat kesehatan pasien, apakah ada riwayat masalah
pernapasan kronis di keluarga, bagaimana tingkat disabilitas pasien, apakah
pasien suka berolahraga atau tidak, apakah pasien mampu keluar rumah atau
hanya diam saja dirumah, dimana kamar tidur dan kamar mandi pasien apakah
dekat atau jauh.
4) Pemeriksaan fisik :
1. Mata :Kaji gerakan bola mata, kesimetrisan, konjungtiva, sklera, pupil
2. Hidung : kaji bentuk, masalah pada sinus, trauma epistaksis, hidung
tersumbat
3. Telinga : kaji bentuk canalis bersih/tidak, adanya tinitus atau tidak,
kehilangan pendengaran atau tidak.
4. Mulut dan tenggorokan : Kaji warna bibir, kelembapan, apakah mukosa
mulut kering, kemampuan mengunyah, warna gigi, peradangan sekret
5. Leher : Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe, nyeri tekan atau pun kaku
pada leher.
6. Dada: kaji adanya batuk, lama batuk, warna dahak, suara nafas, sesak
nafas, edema.
7. Abdomen : kaji adanya kembung, mual, muntah, nyeri tekan, warna BAB,
perdarahan rektal.
8. Perkemihan : kaji warna urine, poli uria, nokturia, nyeri tekan.
9. Genetalia : Kaji kebersihannya, apakah ada benjolan atau ruam
10. Ekstremitas : Kaji kesimetrisan, adanya nyeri sendi atau otot
3. Data Penunang Keluarga
1. Rumah dan sanitasi lingkungan
a. Kaji luas tanah
b. Kepadatan hunian : berapa orang dalam satu rumah, apakah
mencukupi lebih dari 8m2/orang atau dengan hunian padat kurang dari
8m2/orang.
c. Kepemilikan rumah :apakah rumah milik sendiri ataukah menyewa
pada orang lain, menumpang dengan ibu mertua, atau rumah dinas
d. Kondisi rumah :apakah rumahnya permanen atau tidak, terbuat dari
tembok atau papan
e. Ventilasi rumah
Ada berapa jendela yang terdapat dirumah tersebut apakah lebih dari
10% luas lantai
f. Lantai : Tanahnya terbuat dari semen, ubin, papan atau tanah
g. Vektor disekitar rumah dan membahayakan kesehatan
Apakah disekitar rumah terdapat tikus, kecoa atau hewan lainnya
h. Kelembapan: Liat adakah temboknya berjamur, lembab atau tidak
i. Kebersihan rumah : Berdebu atau tidak
j. Pencahayaan sinar matahari :apakah cahaya sinar matahari masuk ke
rumah, terang atau tidak
k. Apakah ada genangan air didalam rumah
l. Lubang asap dapur
m. Apakah ada tempat cuci tangan didalam rumah
n. Kebisingan
Kondisi lingkungan dalam rumah seperti sinar matahari, ventilasi kamar,
kelembapan kamar, dan kepadatan pengisian kamar yang tidak baik akan menjadi
tempat bertemu dan berikatnya penyakit (Versitaria, 2015). Kepadatan penghuni rumah
juga dapat mempengaruhi kesehatan ataupun dapat mengakibatkan penyakit , karena
jika didalam keluarga ada salah seorang yang mengalami TB paru memungkinkan
terjadinya penularan penyakit dirumah atau disuatu ruangan itu dan juga berpengaruh
terhadap perkembangan penyakit menurut (Juslan, 2014).
2. PHBS di rumah tangga
a. Kaji adanya ibu hamil, anak, bayi dalam keluarga
b. Kaji air apa yang digunakan dalam sehari-hari
c. Apakah suka mencuci tangan dengan baik dan benar
d. Apakah menempatkan sampah pada tempatnya
e. Laki Lingkungan rumah bersih atau tidak
f. Kaji asupan makan
4. Sosial dan Kultur
1) Berapa penghasilan keluarga tiap bulan?
Lebih dari UMR atau kurang dari UMR
2) Apakah jumlah pendapatan dan pengeluaran keluarga seimbang?
3) Jika salah satu keluarga sakit, apakah keluarga mempunyai tabungan untuk
berobat ?

5. UPAYA PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN


1) Bila ada anggota keluarga yang sakit berobat kemana?
Apakah pergi ke puskesmas, diobati tradisional atau ke rumah sakit
2) Berapa KM jarak rumah ke lokasi pelayanan kesehatan?
Kurang dari 5 km atau lebih dari 5 km
3) Apakah sudah mempunyai jaminan kesehatan?

6. SKIRING GEJALA TUERKULOSIS :


NO Pertanyaan ya tidak
Apakah anda memiliki gejala-gejala dibawah ini
dalam setahun terakhir ?
1 Batuk produktif lebih dari 3 minggu ?
2 Batuk berdahak?
3 Penurunan BB yang tidak direncaanakan
4 Demam, kedinginan atau keringat malan untuk
alasan yang jelas
5 Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
6 Nyeri dada?
7 Apakah anda pernah kontak dengan penderita
tuberkulosis setahun terakhir ?
8 Apakah anda memiliki masalah medis ? atau sedang
minum obat yang menekan system imun ?
9 Apakah sebelumnya anda pernah melakukan
pemeriksaan dahak?
10 Apakah anda mempunyai riwayat perorok ?
Apakah anda mempunyai riwayat kencing manis
Apakah anda mempunyai riwayat TB ?
Apakah anda mempunyai riwayat pemeriksaan tes
HIV ?
Apakah anda berusia lanjut(>60 tahun) dan pernah
kontak dengan penderita TB ?
Apakah anda berusia lanjut(<14 tahun) dan
pernah kontak dengan penderita TB ?

11 Apakah anda pernah mengalami pengobatan TB?


12 Nafas pendek yang terus-menerus ?

7. Rencana Asuhan Keperawatan dengan Kleuarga yang Menderita


Tuberkulosis.
Maslah Keperawatan yang mungkin muncul
a. Ketikdaefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurangnya pengetahuan
terhadap penyakit.
b. Ketidakmampuan koping keluarga
c. Gangguan jalan nafas tidak efektif b.d Ketidaktauan keluarga mengenal
penyakit
d. Ketidak seimbnagan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan
keluara merawat anggota keluarga dengan masalah tuberkulosis.
8. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Kriteria Intervensi
1. Ketidakefektifan pemeliharan kesehatan Keluarga mampu mengenal masalah: - Keluarga mampu mengenal
pengetahuan Manajemen penyakit kronis masalah: penkes proses
pengetahuan tentang proses penyakit. penyakit.
- Keluarga mampu
memutuskan restrukrisasi
kognitif
- Dukungan membuat
keputusan membangun
Keluarga mampu memutuskan berpartisifasi harapan.
dalam memutuskan perawatan kesehatan
Keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang mengalami TBC.
Keluarga mampu merawat anggota keluarga - Manajemen jalan nafas
yang mengalami TBC - Fisioterapi dada
- Status kardiopulmonal - Latihan batuk
- Status sirkulasi - Terapi oksigen
- Status respirasi: kepatenan jalan napas - Monitoring pernafasan
- Status respirasi pertukaran gas - Terapi relaksasi
- Vital sign - Mangemen pengobatan.
- Perilaku kepatuhan
- Perilaku meningkatkan kesehatan
- Perilaku kepatuhan penggunaan obat Keluarga mampu memodifikasi
- Penampilan keluarga dalam lingkungan
memberikan perawatan langsung. - Identifikasi faktor risiko
- Pencegaham infeksi
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan: - Manajemen lingkungan
- Pengendalian faktor risiko lingkungan keamanan.
rumah yang aman
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni,D.S., (2011), Stop Tubekulosis, Bogor Publishing House, Bogor.


Budi,I.S.,Ardilllah,Y.,Sari,I.P.,& Septiawati,D.(2018). Analisis Faktor Risiko
Kejadian Penyakit Tuberkulosis Bagi Masyarakat Daerah Kumuh Kota
Palembang. Jurnal kesehatan lingkungan indonesia,17(2),87-94.
Carolus.2016.Tuberkulosis Bisa Disembuhkan.Jakarta:Salemba Medika
Datulong,J.,Sapulete,M.R.,&Kandou,G.D.(2015). Hubungan Faktor Risiko Umur
Dinas Kesehatan Jawa Barat.2017.Profil Kesehatan Jawa Barat.Bandung.
diskes.jabarprov.go.id/.../01b3018430a412a520e2b4a4b9d9864f.pdf
Global Tuberculosis Report.2018. TB Statistics - Incidence, prevalence, high
burdenwww.who.int/tb/publications/global_report/en/
Infodatin.2018. Tuberkulosis.Jakarta Selatan.Kemetrian Kesehatan RI pusat Data dan
Informasi.www.depkes.go.id/download.php?.../infodatin/infodatin%20tube
rkulosis%..
Jenis Kelamin Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit TB Paru Di Desa
Wori Kecamatan Wori.
Mutaqqin.2015.Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan sisitem pernafasan.
Jakarta:Salambea Medika.
Mertaniasih, Eko dan Deby.2013.Buku ajar Tuberkulosis Diagnostik
Mikrobiologis.Surabaya:Airlangga University Press.
Notoatmodjo,S,Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, PT rhineka Cipta Jakarta 2007.
Profil Kesehatan Indoensia.2017.Health Statistics.Kementerian Kesehatan Republik
Indoneisa:Jakarta
Somantri,Irman.Keperawatan Medikal Bedah . Asuhan Keperawtan pada Pasien
dengan Ganguan Sistem Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika
Sejati Dan Liena.2015.Faktor- fktor terjadinya Tuberkulosis.Jurnal Kesehatan
Masyarakathttps://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/3372/3
284
WHO.2018. Tuberculosis. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/tuberculosis
World Health Goverment (WHO), Global Tuberculosis Report 2013.

Anda mungkin juga menyukai