Anda di halaman 1dari 26

INTERAKSI OBAT DENGAN

MAKANAN
“Efek Makanan Terhadap Terapi Obat”

OLEH :

Anugraini Ayu Pertiwi : PO.62.31.3.16.223

Dwi Pupita Wulandari : PO.62.31.3.16.228

Erni Susanti : PO.62.31.3.16.231

Irma Kenanti : PO.62.31.3.16.239

Wanda Lestari : PO.62.31.3.16.258

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PNGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan kuasa-Nya, sehingga dapat diselesaikannya makalah dengan judul
“Efek Makanan Terhadap Terapi Obat “ untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Interaksi Obat dan Makanan.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas ini. Penulis sadar makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak
terima kasih.

Palangka Raya, 16 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul .....….......................................................................................................i

KATA PENGANTAR .....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian ..........................................................................................................3
2.2 Mekanisme Interaksi Obat.................................................................................4
2.3 Interaski Obat dengan Makanan........................................................................5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan ......................... 6
2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan ...........................................9
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat
Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan .........................................................15
2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien…………………………………………16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran ................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA…..................................................................................................23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.................9

Tabel 2. Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat....................10

Tabel 3. Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh .................................11

Tabel 4. Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan .......................................13

Tabel 5. Beberapa obat yang diminum bersama makanan...............................................14

Tabel 6. Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat,
yaitu meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak
diinginkan atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan
makanan serta obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena
kemungkinan hasil yang buruk atau tidak terduga. Interaksi obat tidak hanya terjadi
antar obat. Namun juga dapat terjadi antar obat dengan makanan. Banyak orang yang
menganggap remah terhadap hal ini padahal, hal ini sangat perlu diperhatikan. Ada
obat-obat tertentu yang jika berinteraksi dengan makanan, akan meningkatkan
kinerja obat namun ada jugajenis obat yang jika bereaksi dengan makanan tertentu
dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh, bahkan dapat meningkatkan toksisitas
bagi tubuh. Dalam dunia veteriner ataupun peternakan, tentu ilmu farmakologi
dan ilmu pakan hewan sangat berkaitan dan penting karena kedua ilmu ini
mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang
diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan akan sangat berbahaya
jika kedua bidang ilmu ini tidak berjalan seimbang atau berat sebelah. Karena akan
menetukan kelanjutan hidup dari hewan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu diketahui
dan dipahami dengan benar hal tentang interaksi obat dengan makanan agar dapat
terwujudkan keserasian antara pakan dan kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas
hidup hewan serta kesehatan masyarakat veteriner untuk kedepannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut:
1. Apa itu interaksi obat beserta mekanismenya?
2. Apa itu interaksi obat dengan makanan?
3. Fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan?
4. Obat apa sajakah yang memberikan efek positif bagi tubuh?
5. Obat apa sajakah yang dapat menurunkan kinerja tubuh?

1
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.
2. Mengetahui dan memahani apa itu interaksi obat dengan makanan.
3. Mengetahui fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.
5. Mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.

D. Manfaat

Manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:


1. Dapat menjelaskan pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.
2. Dapat memahami dan menjelaskan apa itu interaksi obat dengan makanan.
3. Dapat mengetahui dan memahami fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat
dengan makanan.
4. Dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif
bagi tubuh.
5. Dapat mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja
tubuh.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi
obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di
Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah
sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan
hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang
dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat)
karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi
interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida
jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat
yang biasa digunakan bersama-sama.
Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :
a. Dokumentasinya masih sangat kurang
b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan
kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa
peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,
sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah
parahnya penyakit pasien
c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana
populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa
juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor
penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor
lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).

3
2.2 Mekanisme Interaksi Obat

Interaksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmakokinetik


maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar
plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paro dsb. Interaksi
farmakokinetik diakibatkan oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi. Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan
kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat
farmakokinetiknya. Interaksi farmakodinamik meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B
= 1, efek kombinasi keduanya =
2), potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A = 1,
efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek
kombinasi A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah
perubahan efek pada jaringan atau reseptor.
Mekanisme interaksi obat:
1.Interaksi Farmakokinetika

Dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme, atau
ekskresi.
a. Absorbsi saluran pencernaan meliputi kecepatan dan jumlah.
Dipengaruhi oleh formulasi farmasetik termasuk bentuk sediaan, pKa dan kelarutan
obat dalam lemak disamping pH, flora bakteri, dan aliran darah dalam organ
pencernaan (meliputi usus besar, usus halus, usus 12 jari dan lambung).
Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan mengalami proses –
proses sebagai berikut :
1.Obat disimpan dalam depo jaringan.
2.Obat terikat oleh protein plasma terutama albumin.
3.Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel khas dan
menimbulkan respon biologis.
4.Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur kemungkinan yaitu :
a. Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami metabolisme akan
menghasilkan senyawa aktif, kemudian berinteraksi dengan reseptor dan
menimbulkan respon biologis ( bioaktivasi).
b. Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang lebih polar dan tidak aktif,
kemudian diekskresikan (bioinaktivasi).

4
c. Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit yang bersifat toksik

(biotoksifikasi).
5.Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.
a. Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas/ aktif dan obat
terikat /tidak aktif.
b. Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan
inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat).
c. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan
penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat).
Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung gugus
fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat khas, yang
dapat berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang mengandung gugus
fungsional khas, menghasilkan respon biologis tertentu.
2.Interaksi Farmakodinamika
Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor tidak
langsung, gangguan cairan dan elektrolit.
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :
a. Individu usia lanjut
b. Minum lebih dari 1 macam obat
c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
d. Mempunyai penyakit akut
e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil
f. Memiliki karakteristik genetik tertentu
g. Ditangani lebih dari 1 dokter.

2.3 Interaksi Obat Dengan Makanan

Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan
tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi.
Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya
dipengaruhi oleh makanan- makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi
dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan
suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada
kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan
menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan tubuh.
5
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering,
zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan lain dapat
disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara makanan tersebut
disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan mempengaruhi efek obat
adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh
tubuh. Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Beberapa
makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik
dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh.
Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh
dan dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan
berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak
dikehendaki.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi
obat dengan makanan adalah :
1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan
lambung dari saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan.


Ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan antara lain:
a). Pengosongan lambung
Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan
preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup besar.
Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya makanan
masuk ke dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang
diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar di sini. Jika makanan yang
dimakan mengandung komposisi 40% karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka
walaupun pengosongan lambung akan mulai terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses
pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam.

6
Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya
proses- proses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh
pada kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat
hangat atau amat dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula
peneliti yang menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan
lambung yang lebih lambat daripada pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya
migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti antikolinergika (missal atropin,
propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin, imipramin) dan opioida (misal
petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung. Sedangkan percepatan
pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah besar, jika tidur
pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek sebaliknya,) atau pada
penggunaan obat seperti metokiopramida atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa
makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung, maka adanya gangguan
pada absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.
b). Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1. Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada
penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali
dengan baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein
tinggi (Harknoss, 1989)
2. Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa
apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari
fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk
memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak
tidak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism obat
(Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang
terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya
dimakan pada saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue,
selada ayam, dan kentang goreng (Harkness, 1989).

7
3. Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat,
walaupun banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat
metabolism barbiturate, dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur.
Kelebihan glukosa ternyata juga mengakibatkan berkurangnya kandungan
sitokrom P-450 hati dan memperendah aktivitas bifenil-4-hidroksilase
(Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lain- lain
(Harkness, 1989).
4. Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk
sintesis protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system
enzim yang memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa
perubahan dalam level vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan
dalam kapasitas memetabolisasi obat. Contohnya :
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin
berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989)
5. Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk
menjaga kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti
mempengaruhi metabolisme obat ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium,
zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan yang tidak mengandung
magnesium juga secara nyata mengurangi kandungan lisofosfatidilkolin,
suatu efek yang juga berhubungan dengan berkurangnya kapasitas
memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan dapat
juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan tembaga mempunyai
efek yang sama seperti defisiensi tembaga, yakni berkurangnya
kemampuan untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi ada level
optimum dalam tembaga yang ada pada makanan untuk memelihara
metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1999).

8
c). Ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan
perlambatan absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan
hayati obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika dalam
menangani reumatik, jika digunakan segera setelah makan, ketersediaan hayatinya jauh
lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung
kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat
(Gibson, 1991).

2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan


Ada beberapa fase dalam interaksi obat dengan makanan yaitu:
a. Fase farmasetis
Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat.
Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat. Maka
dari itu, keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-
obat tertentu. Salah satu obat yang dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir,
inhibitor protease pada perawatan HIV. Ketersediaan hayatinya meningkat
akibat solubilisasi yang diinduksi oleh perubahan pH lambung. Makanan dapat
meningkatkan pH lambung, disisi lain juga dapat mencegah disolusi beberapa
obat seperti isoniazid (INH).
b. Fase farmakokinetik
Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam
proses absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting
dalam absorbsi obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas obat
untuk menahan sistem karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan dan
tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat
meningkatkan atau menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan
hayati obat.

9
Tabel 1: Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.
No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Carbamazepin Meningkatkan produksi empedu, Diminum bersama
meningkatkan disolusi & absorbsi. makanan

2 Diazepam Meningkatkan enterohepatik, disolusi Tidak ada


sekunder pada sekresi asam lambung.

3 Erythromycin Tidak diketahui Diminum saat makan

Tabel 2: Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat .


No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum
1 Acetaminophen Terutama makanan mengandung Diminum saat perut
pectin bersifat absorben dan pelindung.
kosong
2 Ampicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

3 Amoxicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

4 Acetosal Mengubah pH lambung. Diminum saat perut


kosong

5 Captopril Tidak diketahui (ACE inhibitor). Diminum sebelum


makan

6 Digoxin Obat terikat makanan tinggi serat Diminum saat makan

10
Tabel 3: Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh.
No Nama obat Mekanisme solusi Keterangan
1 Isoniazid (INH) Makanan akan meningkatkan Diminum saat perut kosong
pH lambung mencegah disolusi pagi sebelum makan
& absorbsi.
2 Lincomycin Tidak diketahui. Diminum saat perut kosong,
karena makanan menghambat
absorbsi.
Menghindari pemberian
bersama makanan yang
mengandung protein tinggi.

3 Methyldopa Absorbsi kompetitif. Menghindari pemberian


bersama makanan kaya besi atau
suplemen.
4 Penicillamine Dapat membentuk khelat Diminum saat perut kosong
dengan
kalsium atau besi.
5 Penicillin G Menunda pengosongan Diminum 1 jam sebelum
lambung; atau 2 jam setelah makan
degradasi asam lambung;
menghambat disolusi.
6 Tetracycline Berikatan dengan garam besi tidak boleh diminum bersama
lemak. atau ion kalsium membentuk susu
senyawa khelat yang tidak larut.

Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau


reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya
pada reaksi pembentukan khelat pada :

a. Kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau


antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.

b. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik


fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari
itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52 dan
64 % akibat adanya besi.

c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga


menurunkan absorbsi obat (b).
Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhikomposisi
makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat mengubah
ketersediaan hayati obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui
secara normal menunda waktu pengosongan lambung. Beberapa obat seperti
nitrofurantoin dan hidralazin lebih baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena
tekanan pH rendah di lambung. Obat lain seperti L-dopa,Penicillin G dan digoxin,
mengalami degradasi dan menjadi inaktif saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam
waktu lama. Obat dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau sebagai metabolit primer
oleh ginjal, paru-paru, atau saluran gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat
juga dapat dipengaruhi oleh diet nutrien seperti protein dan serat, atau nutrien yang
mempengaruhi pH urin.
c. Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap obat.
Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana akan
meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh
manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin
dapat menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama.
Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat vitamin B, hal ini dapat
memperparah defisiensi folat.
Tabel 4: Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan.
No Nama obat Tipe nutrien Efek dari interaksi Rekomendasi
1 Azithromycin Makanan Absorbsi Azithromycin berselang 2 jam
(Zithromax) berkurang, ketersediaan Diminum saat
hayatinya berkurang perut kosong
43%, konsentrasi maksimal / konsisten
52%. pada saat
yang sama
2 Captopril Makanan Absorbsi Captopril
setiap hari.
(Capoten) berkurang.

3 Erythromycin Makanan Absorbsi Erythromycin base


atau obat dengan makanan.

Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk beberapa obat
karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran oesophagus. Petunjuk pada
pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus
ditelan dengan segelas air oleh pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat seperti
analgesik (contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone,
indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin
(terutamaDoxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam saluran
gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa makanan dapat
berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan;
makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat mengubah first- pass
metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan makanan dapat meningkatkan aliran empedu
yang mampu meningkatkan absorbsi beberapa obat yang larut lemak.

Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah denganmeminum obat
dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin
(kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin,
pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin
oral optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus
diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang
kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong.
Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada doxycyclin
dan minocyclin. Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum
obat tanpa mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan
tidak memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi pada nilai t-max.
Beberapa obat yang diminum bersama susu atau makanan berlemak antara lain alafosfalin,
griseofulvin dan vitamin Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain
bisacodyl (dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).

2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan.
Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan
dapat meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan
mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.
A. Obat dan penurunan nafsu makan
Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu
makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat
yang berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan
untuk makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.
B. Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman
Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan/
dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui. Gejala-gejala
tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan
dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril),
antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin.
C. Obat dan gangguan gastrointestinal
Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat berdampak
pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan morfin
dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak
pada penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi.
D. Absorbsi
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-
obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik,
antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut.
Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat
gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan
beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung seperti pada antacid
dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi; serta
dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk ke
dinding usus.
E. Metabolisme
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan
hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan
untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada
pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan
folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat.
F. Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan mengganggu
reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah

2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien.


Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat tertentu
dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.
Berikut Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien:
↓ Kalsium
Aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop
diuretics ; amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin,
colchicines, digoxin, doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate,
minocycline, oxcarbazepine, oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital, phenytoin,
primidone, Na phosphate, sucralfate, zelodronic acid, zonisamide.
↑ Kalsium
Antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication,
aminoiphylline, Ca carbonate, lithium
↓ Magnesium
Aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral
contraceptives, tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine,
cisplatin, cyclosporine, digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate,
penicillamine, raloxifene, Na phosphate, tacrolimus, zoledronic acid.
↑ Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.
↓ Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine,
digoxin, foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline, zoledronic
acid.
↑ Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.
↓ Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide,
amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin, foscarnet,
hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate & phosphates.
↑ Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium
sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium, pentamidine,
succinylcholine.
↓ Natrium
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics,
salicylates ; acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet.
↑ Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas.
↓ Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor
antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol, hydralazine,
penicillamin
↓ Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics.
↑ Klorida
Spironolactone, triamterene
Tabel 6: Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.
No Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin
1 Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi
dengan susu dan produk susu

2 Siprofloksasin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dengan susu dan produk susu

3 Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dg makanan

4 Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati Mungkin Gagal terapi


dg makanan

5 Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati Gagal terapi


dg makanan

6 Didanosin Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

7 Indinavir Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

8 Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi Aktivitas antiviral berkurang


ketersediaanhayati
9 Atiovaquone Makanan meningkatkan Khasiat bertambah bila bersama
ketersediaanhayati makan

10 Lovodopa Protein mengurangi transpor Menurunkan khasiat


ke otak
11 Teofilin Makanan lemak meningkatkan Kemungkinan toksisitas
penyerapan

12 Warfarin Makanan kaya Vitamin K menurunkan efek antikoagulasi


melawan efek antikoagulans
13 Siklosporin Makanan dan sari grapefruit mungkin toksisitas
meningkatkan kadar plasma

14 Alendronate Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati Penghambat MAO
Meningkatkan kadar tiramin
Krisis hipertensi
15 Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan Kadar plasma bertahan lebih lama
ketersediaanhayati

16 Felodipin Makanan meningkatkan Efek samping lebih besar


ketersediaanhayati

17 Diuretik Makanan mengurangi Gagal terapi


ketersediaanhayati

18 Spironolakton Makanan mengurangi Khasiat bertambah bila bersama


ketersediaanhayati makan

19 Propranolol Makanan menambah Efek samping bertambah


ketersediaanhayati
Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat
bisa
berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat, selalu ikuti
petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa
ditambahkan ke pemberian “piggy back”; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di
antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian,
seperti pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan
fenitoin ke dalam infus jaga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin
B dengan normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit
(misal. kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback.
Jika ingin mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini
kompatibel di dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak
apoteker. Umumnya apoteker memiliki akses untuk informasi kompatibilitas ini.More.
Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila
berkontak dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin),
heparin, midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV.
Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida). Di samping kompatibilitas obat-
obat IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah bisa timbul bila menggunakan
PVC sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl Klorida (PVC) merupakan
bahan polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan yang terkait. Di
bidang kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong penyimpan darah, selang
transfusi, hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat,
terutama di- (2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di
bidang kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada
kemungkinan memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam larutan
sudah bertahun- tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan PVC telah
mencetuskan pertanyaan serius mengapa produk ini masih digunakan. Pemisahan DEHP
dari PVC disebut leaching. Leaching terjadi bila beberapa obat seperti paclitaxel atau
tamoxifen diberikan dalam kantong PVC.

Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau


“hilang”nya obat dari kantong PVC :
1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus
Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding lurus
dengan konsentrasi obat.
2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di
bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.
Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah ini perlu
dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula
pereduksi. Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan
bentuk diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif
dari gula bereaksi dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk
berbagai molekul yang menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi
bila asam amino dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan
glukosa intravena perlu diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah
menghasilkan kantong dengan dua kamar di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam
amino dan glukosa dicampur dulu sebelum diberikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
1. Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis,
fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah
diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis), kemudian
obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh
(merupakan fase farmakokinetik), setelah melewati fase farmakokinetik maka obat
tersebut dapat direspon secara fisiologis dan psikologis (merupakan fase
farmakodinamik).
2. E f e k samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI
(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada
pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut
dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek
samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika
pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan yang
memperngaruhi status gizi dapat terjadi.
3. Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-
kekurangan PVC (polivinilklorida),Reaksi Maillard.
3.2 Saran
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya
1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
dengan dokter yang meresepkan.
2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan
pakai yang disarankan.
3. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk
dokter.
4. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum bersamaan dengan obat
karna terdapat beberapa jenis vitamin dan mineral tertentu yang dapat berinteraksi
dengan obat
5. Jangan pernah memberi obat bersamaan dengan makanan yang mengandung
alcohol
DAFTAR PUSTAKA
Erza,Febri Laila.2 November 2011.Interaksi Obat dan
Makanan.Google.http://erzafebri.blogspot.com/2011/11/interaksi-obat-makanan.html
diakses tanggal 27 Agustus 2019

Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan


Mathilda
B.Widianto.(1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB.
http://afdalgizi1c.blogspot.com/2013/01/interaksi-obat-dan-makanan.html diakses
tanggal 27 Agustus 2019
http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.html
diakses tanggal 27 Agustus 2019

http://kamuskesehatan.com/arti/interaksi-obat/ diakses pada tanggal 27 Agustus


2019 http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2011/12/interaksi-obat.html
diakses tanggal
30 Agustus 2019.
http://medicafarma.blogspot.com/2010/11/interaksi-obat.html diakses tanggal 30
Agustus 2019.
.
http://puskesmastulakanpacitan.wordpress.com/interaksi-obat-makanan/ diakses
tanggal 30 Agustus 2019.

http://www.drugs.com/drug_information.html diakses tanggal 30 Agustus 2019.

Muttschler,Ernest, 1999, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi,


Penerbit ITB: Bandung.

Wanamaker ,Boyce P., Kathy, Lockett Massey. (2009). Applied Pharmacology for
Veterinary
Technicians, 4th Edition. Canada,USA: Saunders Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai