Anda di halaman 1dari 3

1. Mahasiswa mampu mengetahui proses terjadinya halusinasi (Karin).

Jawaban: Icha
Menurut (jurnal Volume 1 Nomor 1 April 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Whitfield, Dubeb, Felitti, dan Anda (2005) di San
Diego dengan melakukan survei terhadap 50.000 penderita psikotik menemukan bahwa
halusinasi yang dialami seseorang erat kaitannya dengan masalah yang menjadi
pengalaman traumatis bagi dirinya. Menurut Garcelan (2004) ketika suatu proses
halusinasi telah terjadi, maka pengalaman halusinasi berikutnya dicetuskan bukan oleh
stres yang tinggi tetapi oleh kejadian pribadi tertentu dalam kehidupan individu yang
menjadi fokus bagi dirinya. Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan pada tahun
2006, diperoleh hasil karekteristik halusinasi dari penderita skizofrenia. Jenis halusinasi
terbanyak yang dialami penderita adalah halusinasi pendengaran (74,13%). Penyebab
halusinasi yang paling dominan adalah stres berat (56,89%) dan umumnya terjadi pada
saat penderita sedang sendiri atau menyendiri (87,93%).

2. Terapi yang tepat diberikan pada pasien halusinasi (Icha)


Jawaban : Icha

jurnal : Pengaruh Terapi Tought Stopping Terhadap Kemampuan Mengontrol


Halusina Pada Pasien Skizofrenia.
Retno Twistiandayani, Amila Widati

Menurut Stuart and Laraia (2005) intervensi yang diberikan pada pasien halusinasi
bertujuan menolong mereka meningkatkan kesadaran tentang gejala yang mereka alami
dan mereka bisa membedakan halusinasi dengan dunia nyata dan mampu
mengendalikan atau mengontrol halusinasi yang dialami. Thought stopping
(penghentian pikiran) merupakan salah satu contoh dari teknik psikoterapi kognitif
behavior yang dapat digunakan untuk membantu klien mengubah proses berpikir (Tang
& DeRubeis, 1999). Setelah dilakukan terapi, pasien skizofrenia mengalami
peningkatan kemampuan dalam mengontrol halusinasinya, hampir seluruh responden
bisa mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, mengatakan stop dan
mengusir halusinasi tersebut. Dasar dari teknik ini adalah secara sadar memerintah diri
sendiri, “stop!”, saat mengalami pemikiran negatif berulang, tidak penting, dan
distorted. Kemudian mengganti pikiran negatif tersebut dengan pikiran lain yang lebih
positif dan realistis. Dalam penelitian ini sering terjadi kesulitan, karena kesulitan
pasien untuk berkonsentrasi pada kegiatan terapi ini. Hasil penelitian Simon T.M tahun
2004 di RSJ. DR. Radjiman Widyodiningrat Lawang didapatkan perubahan yang
signifikan terhadap kemampuan mengenal realita pada pasien halusinasi yang diberikan
TAK stimulasi persepsi halusinasi.
3. Rentang respon halusinasi. (Henbay)

Jawaban : Icha
Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis. a. Proses pikir a. Waham,


b. Persepsi akurat. terganggu. Halusinasi.
c. Emosi konsistensi b. Ilusi. b. Kerusakan proses
dengan c. Emosi berlebihan. emosi.
pengalaman. d. Perilaku yang tidak c. Prilaku tidak
d. Prilaku cocok. biasa. terorganisasi.
e. Hubungan social e. Menarik diri. d. Isolasi social.
humoris.

1. Respon Adaptif.
Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki &
Hanik, 2015) Meliputi:
a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang sesuatu peristiwa
secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa kemantapan perasaan jiwa yang
timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
d. Prilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujutkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral.
e. Hubungan sosisl dapat diketahui melalui hubungan seseorang dengan orang lain
dalam pergaulan di tengah masyarakat.

2. Respon Maladaptif.
Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf, Rizki &
Hanik, 2015) Meliputi:

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun


tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah
terhadap rangsangan.
c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidak mampuan atau menurunnya
kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban, dan
kedekatan.
d. Ketidak teraturan prilaku berupa ketidak selarasan antara prilaku dan gerakan
yang di timbulkan.
e. Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu karena
orang lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam.

4. Penatalaksanaan Sp yang tepat pada pasien Halusinasi (liza)

Jawaban : Icha

Sumber : academia.edu (Lp dan Askep Halusinasi).

Menurut keliat (2011) dalam pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa
dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasinya, meliputi:

1. Menghardik Halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih
untuk mengatakan, “tidak mau lihat” tidak mau dengar” .ini di anjurkan untuk
dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat.

2. Menggunakan obat.
a. Chlorpromazine (CPZ, Largactile), warna : Orange.
b. Haloperidol (Haldol, Serenace), warna : Putih besar.
c. Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin), warna : Putih kecil.

3. Berinteraksi dengan orang lain.


4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.

Anda mungkin juga menyukai