Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN TEKNIK

Disusun Oleh :
Achmad Rifaldi(16.08.0.039)
Gilang Rangga Abadi(16.08.0.045)
Ade Surya S.(16.08.0.035)
Yopi saputra(16.08.0.013)
Fikri Nurhidayat(16.08.0.069)
Gonopi H.(16.08.0.071)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN BATAM
TUJUAN
Praktikum bahan teknik dilakukan untuk menunjang teoiru yang telah atau sedang diberikan pada
kuliah bahan teknik, Tujuan utamanya adalah :

 Untuk mengenal alat pengujian,mengetahui bagaimana cara menggunakannya ,serta bagaimana


mengetahui kemampuan dan sifat-sifat alat.
 Untuk mengetahui paramater-parameter pengujian,cara pengambilan data dan menganalisa data.
 Dengan melakukan percobaan ini diharapkan setiap mahasiswa menyadari pentingnya suatu
pengujian material yang dikaitkan penggunaannya dalam praktek.

1. UJI TARIK

Pengujian tarik yaitu pengujian bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sifat-sifat dan
keadaan dari suatu logam.pnegujian tarik dilakukan dengan penambahan beban secara perlahan-lahan,
kemudian akan terjadi pertambahan panjang yang sebanding dengan gaya bekerja.

Tujuan uju tarik adalah mengetahui sifat mekanik dari material atau weld. Sifat mekanik itu
adalah : - Kekuatan : kuat tarik,kat luluh

- Keuletan : %Elongation(ε),%Reduction Area (RA).


Alat yang di gunakan : - Micrometer

- Jangka Sorong (Caliper)

- Mesin Uji Tarik

- Specimen (Benda Uji)

Prosedur Pengujian Menggunakan ASTM A370.

Data Percobaan

Jenis Material : EH36 To API 5lx52 Direction : Transfersal

 Data Awal
Lo(Panjang Awal) : 70.00 mm
Wo(Lebar Awal) : 20.16 mm
To (Tebal Awal) : 38.62 mm
Ao(Luas Penampang Awal) *[ Wo.To] : 778.58 mm²

 Data Hasil Pengujian


Lu(Panjang Akhir) : 92.40 mm
Wu(Lebar Akhir) : 10.61 mm
Tu (Tebal Akhir) : 25.57 mm
Au(Luas Penampang Akhir)*[Wu.Tu] : 271.30 mm²
Fmax :
Fy :

Mesin : UTS : 517


Uyield : 357

𝑭 𝒎𝒂𝒙 402.5
𝑼𝑻𝑺 = 𝑨𝒐
= 778.58
= 𝟓𝟏𝟕 𝒏/𝒎𝟐

𝑭𝒎𝒂𝒙 = 𝑼𝑻𝑺 𝒙 𝑨𝒐 = 517 x 778.58


= 402.5 Kn
𝐅𝐲 277.9
𝑼𝑻𝑺(𝒚𝒊𝒆𝒍𝒅) = = = 𝟑𝟓𝟕 𝒏/𝒎𝟐
𝐀𝐨 778.58
𝑭𝒚𝒊𝒆𝒍𝒅 = 𝑼𝒚𝒊𝒆𝒍𝒅 𝒙 𝑨𝒐 = 357 𝑥 778.58
= 277.9 Kn
𝑳𝒖 − 𝑳𝒐 92.4 − 70
%𝜺 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝑥100% = 𝟑𝟐%
𝑳𝒐 92.4
𝑨𝒐 − 𝑨𝒖 778.58 − 271.3
%𝑹𝑨 = 𝒙𝟏𝟎𝟎% = 𝑥100% = 𝟔𝟓%
𝑨𝒐 778.58
2.Uji Impak
Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap
beban kejut. Inilah yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan
dimana pembebab dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya
untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan
transportasi atau kondisi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan melainkan
datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat terjadi tumbukan
kecelakaan.
Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban
yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda
uji mengalami deformasi.
Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang di serap oleh bahan untuk terjadinya
perpatahan merupakan ukuran kerahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut. Pada gambar
di atas dapat dilihat bahwa setelah benda uji patah akibat deformasi, bandul pendulum
melanjutkan ayunan hingga posisi h’. Bila bahan tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap
energi lebih besar maka makin rendah posisi h’. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki
kemampuan menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau deformasi dengan
mudah.
Pada pengujian impak, energi yang di serapoleh benda uji biasanya dinyatakan dalam
satuan joule dan dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk yang telah dikalibrasi yang terdapat
pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang diuji dengan metode Charpy diberikan
oleh : 𝑯𝑰=𝑬/𝑨 Dimana E adalah energi yang diserap dalam satuan joule dan A luas penampang
Serangkaian uji Charpy pada suatu material umumnya dilakukan pada berbagai
temperature sebagai upaysa untuk mengetahui teperatur transisi. Sementara uji impak dengan
metode izod umumnya dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditunjukkan untuk material-
material yang didisain berfungsi untuk sebagai cantilever.
Takik (noch) dalam benda uji standar ditunjukkan sebagai suatu konsentrasi tegangan sehingga
perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut.
Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi
bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis
perpatahan suatu bahan bila di uji pada temperatur yang berbeda-beda.
Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda –beda maka akan terlihat bahwa pada
temperatur ringgi material kan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material
akan bersifat ra[uh atau getas (brittle).
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang berbeda
darimana pada temperaure kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan
selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperature dinaikkan (energi panas merupakan suatu
driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan.
Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan
dislokasi menjadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan
benda uji. Sebaliknaya pada temperatur di bawah nol derajat celcius, vibrasi atom relatif sedikit
sehingga pada saat bahan dedeformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji
menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.
Pengukuran lain yang bisa dilakukan dalam pengujian impak charpy adalah penelaahan
permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fractografi) yang terjadi. Secara
umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak
digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang
kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat
yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.

2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada


butirbutir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). ditandai dengan permukaan patahan yang
datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).

3. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di
atas.
Data Pengujian Uji Impak
Standart : ASTM
Material : EH 36 A370
Deskripsi
Spesimen Size Sampel Temp Harga patahan
Impact
No (˚C) (Joule/mm²)
75mm x10mmx55mm 1 26 38 Ulet

75mm x10mmx55mm 2 -5 9 Getas

10mmx10mmx55mm 3 -50 139 Ulet


3.Uji Kekerasan

Tujuan Uji kekersan adalah untuk memperoleh angka kekerasan bahan yang
merupakan salah satu sifat mekanik penting dan mengetahui meampuan bahan menahan
deformasi plastis. untuk pengujian uji kekerasan digunakan meteode vickers, yang
menggunakan priamdia intan yang bersudut 136˚ dengan perbandigan panjang diagonal
adalah 1:1.

Untuk mengetahui VHN digunakan rumus sebagai berikut :

1.8544𝐹
𝑉𝐻𝑁 =
𝑑2
Untuk menentukan d(diagonal) adalah:

1.8544𝑃
𝑑= √
𝑉𝐻𝑁

Dimana : F = Beban/Load (kgf)


d = Diagonal rata-rata indentasi (mm)
VHN = Vickers Hardness Number
Data Pengujian Uji Kekerasan Untuk Root
 Maximum Requirement : 325 VHN

Material Point
No. Load(gf) VHN d1(µmm) d2(µmm)
EH 36 1 10 kgt 211 296.2 297.4
EH 36 3 10 kgt 211 293.8 298.6
EH 36 5 10 kgt 210 300.9 293.8
EH 36 4 10 kgt 211 296.2 296.2
EH 36 8 10 kgt 206 293.8 306.9

4. Uji Bengkok
Tujuan uji bengkok adalah untuk mengetahui keuletan meterial dan soundness(kemulusan)
Weld.

Metode yang digunakan :


A.Type 1-Free Bend -180˚ Bend
Gaya yang di berikan pada spesiman uji bengkok adalah satu lebar jarak dengan ujung
spesimen dan jika material terlalu kaku(stiff) maka gaya yang diberikan pada kedua kaki
spesimen uji sampai kedua kakinya sejajar seperti di gambar .
Data Hasil Pengujian Uji Bengkok

Type
Material spesimen w t Jig Visual

(mm) (mm) Former(mm) Tumpuan(mm) Inspection

EH Side No
36 Bend 10 12.5 40 60 Defect

Anda mungkin juga menyukai