Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH STUDY LITERATUR DEMAM CHIKUNGUNYA

STUDY OF TROPICAL DISEASE

Disusun Oleh :
Jufita Indriani Noha (462015044)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
I. PENDAHULUAN
Disamping kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia
dan penderitanya semakin banyak, masyarakat direpotkan pula dengan kasus
Chikungunya. Demam Chikungunya banyak ditemukan di daerah – daerah beriklim
tropis dan subtropis. Penyakit ini tidak menimbulkan kematian tetapi apabila mewabah
dapat menimbulkan kerugian karena akan menurunkan produktivitas individu
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Firdaus, 2012).
Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian penyakit
menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi oleh faktor
lingkungan serta perilaku hidup masyarakat.Terlebih dalam kondisi sosial ekonomi
yang kurang mendukung, tentu saja kejadian kasus penyakit menular ini memerlukan
penanganan yang lebih vital, profesional dan berkualitas (MDG, keenam). Manusia
sangat erat hubungannya dengan lingkungan, karena lingkungan merupakan daya
dukung manusia untuk kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangan ilmu
epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa lingkungan sejak lama
mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau wabah. Chikungunya misalnya, penyakit
ini dikenal dengan penyakit flu tulang, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang vektor penular penyakitnya sama dengan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cara penanggulangan telah dikenal oleh
masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007).
Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease atau penyakit lama yang
merebak kembali. Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus chikungunya yang dikenal dengan nama Alphavirus dari famili Togaviridae dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus. Penyakit ini termasuk
“Self Limiting Disease” atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Penyakit ini
memiliki asal bahasa dari Swahili yang memiliki arti yaitu gejala penderita yang
memiliki posisi melengkung atau meliuk dan juga penyebab postur tubuh yang
demikian karena nyeri yang sangat hebat pada bagian sendi. Nyeri yang dirasakan
menurut penelitian dari Kantor Keamanan Laboratorium Kanada (MSDS) terjadi pada
lutut, persendian kaki dan tangan.

II. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah study litratur ini adalah untuk memenuhi tugas study
of tropical disease yang di dalamnya menjelaskan tentang epidemiologi penyakit
chikungunya termasuk penyebaran, tanda dan gejala, manifestasi klinik, pencegahan
berbasis lingkungan dan kearifan lokal.
III. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan adalah studi literatur, cara mendapatkan jurnal
dari Google, kata kunci yang dipakai untuk mendapatkan jurnal (jurnal tentang
penyakit chikungunya pdf ).

IV. PEMBAHASAN

Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang


termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, pada jurnal yang saya baca di jelas kan bahwa virus
chikungunya terjadi pertama kali di negara Afrika dan selanjutnya menyebar ke Asia,
Chikungunya telah menyebar ke beberapa daerah seperti wilayah Afrika dan Asia,
termasuk India, Srilanka, Myanmar, Tailand, Indonesia, dan Malaysia. Demam
Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian berjangkit
di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya berkembang ke
wilayah-wilayah lain, Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari
2003 mencapai 9318 tanpa kematian.

Kemenkes RI, 2018 menjelas kan bahwa kejadian demam chikungunya


mengalami penurunan kasus yang sangat signifikan pada tahun 2010 tercatat sebesar
52,703 kasus, 2011 2,998, dan 2012 1,831 kasun, namun kembali meningkat cukup
tinggi pada tahun 2013 sebesar 15,324 kasus dan turun kembali cukup signifikan mulai
tahun 2014 7,341, 2015 2,282, 2016 1,702 da pada tahun 2017 126. Hingga saat ini
belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat chikungunya. Faktor penyebab
turunnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relatif kering dengan curah hujan yang
rendah, adanya imunitas pada daerah yang pernah terjangkit, sebagian daerah tidak
melaporkan kasus chikungunya dan lain-lain.

masa inkubasi saat virus berada di tubuh atau kelenjar nyamuk adaah 8-10 hari
sebelum dapat ditularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya, demam
Chikungunya mempunyai masa inkubasi (periode sejak digigit nyamuk pembawa virus
hingga menimbulkan gejala) sekitar 2 hingga 4 hari Pada saat virus masuk ke dalam sel
secara endositosis virus tersebut menuju sitoplasma dan reticulum endoplasma di dalam
sitoplasma terjadi proses sisntesis DNA dan sisntsesis RNA virussedangkan di dalam
reticulum endoplasma terjai proses sintesis protein virus, Setetahmasa inkubasi tersebut
virion matang di sel endothelial di limfonodi, sumsum tulang ,limfa dan sel kuffer, lalu
virus tersebut di keluarkan melewati sel membrane maka virus beredar dalam darah.
Demam chikungunya salah satunya dapat menginfekasi sel hati sehingga sel hati
mengalami degenerasi dan dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati tersebut yang
akan mempengaruhi metabolisme pada sel hati yang mempengaruhi peningkatan
bilirubin sehingga seseorang yang mengalami demam ini biasanya terdapat ikterus.
Gejala yang paling menonjol pada kasus ini adalah nyeri pada setiap persendian
(poliarthralgia) terutama pada sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan, serta sendi-
sendi tulang punggung, radang sendi yang terjadi menyebabkan sendi susah untuk
digerakkan, bengkak dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur tubuh penderita
menjadi seperti membungkuk dengan jari-jari tangan dan kaki menjadi tertekuk Gejala
lain adalah munculnya bintik-bintik kemerahan pada sebagian kecil anggota badan,
serta bercak-bercak merah gatal di daerah dada dan perut, muka penderita bisa menjadi
kemerahan dan disertai rasa nyeri pada bagian belakang bola mata, meskipun gejala
penyakit itu bisa berlangsung 3-10 hari (kemudian sembuh dengan sendirinya), tetapi
tidak dengan nyeri sendinya yang bisa berlangsung berminggu-minggu bahkan
berbulan- bulan.

 Tanda dan Gejala


Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus ini berupa demam mendadak
disertai menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya timbul mendadak secara
tiba-tiba dengan derajat tinggi ( 40ºC). Demam kemudian menurun setelah 2-3 hari
dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya. Demam juga sentiasa berhubungan
dengan gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mual dan nyeri abdomen (Swaroop,
A., Jain, A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007).
Nyeri sendi (arthralgia) dan otot(myalgia) bisa muncul pada penderita
chikungunya. Keluhan arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita
chikungunya dan biasanya sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut,siku,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. Pada posisi berbaring
biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan
membatasi gerakan. Gejala ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan
ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid
Artritis. Nyeri otot pula bisa terjadi pada seluruh otot terutama pada otot penyangga
berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu dan anggota gerak (Ng, K.W.,
et al 2009). Pada kebanyakan penderita , gejala peradangan sendi biasanya diikuti
dengan adanya bercak kemerahan makulopapuler yang bersifat non-pruritic. Bercak
kemerahan ini sering ditemukan pada bagian tubuh dan anggota gerak tangan dan
kaki. Bercak ini akan menghilang setelah 7-10 hari dan kemudiannya diikuti dengan
deskuamasi (Yulfi, H., 2006). Gejala-gejala lain yang bisa ditemukan termasuk sakit
kepala, pembesaran kelenjar getah bening di leher dan kolaps pembuluh darah kapiler
(Oktikasari, F.Y., Susanna, D., dan Djaja, I.M., 2008).
 Manifestasi Klinik
 Demam ( demam ini timbul mendadak tinggi, biasanya sampai 39 oC - 40 oC,
disertai menggigil intermiten)
 Nyeri sendi (artralgia) Nyeri sendi biasanya berat, dapat menetap, mengenai
banyak sendi (poliartikular), berpindah-pindah, terutama pada sendi-sendi kecil
tangan (metakarpofalangeal), pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan
kaki dengan gejala yang lebih ringan pada sendi-sendi yang lebih besar. Karena
rasa nyeri yang hebat, penderita seolah sampai tidak dapat berjalan Persendian
yang terkena kadang-kadang menjadi bengkak dan nyeri saat disentuh, akan
tetapi biasanya tanpa disertai efusi. Gejala-gejala akut nyeri sendi umumnya
berlangsung tidak lebih dari 10 hari. Pasien dengan manifestasi artikuler yang
lebih ringan biasanya bebas gejala dalam beberapa minggu, tetapi pada kasus-
kasus yang lebih berat memerlukan waktu beberapa bulan untuk menghilang
seluruhnya. Dalam proporsi yang kecil, kasus nyeri sendi dapat menetap selama
bertahun-tahun dan menyerupai artritis reumatoid. Biasanya keadaan demikian
terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang
dan otot. Nyeri sendi yang memanjang biasanya tidak dijumpai pada infeksi
dengue. Mialgia generalisata seperti nyeri pada punggung dan bahu biasa
dijumpai. Karena gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga
timbul rasa sakit pada tulang-tulang, maka ada yang menamainya sebagai demam
tulang atau flu tulang
 Nyeri otot (fibromyalgia) bisa pada seluruh otot terutama pada otot penyangga
berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu, dan anggota gerak.
Kadang-kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki atau sekitar
pergelangan kaki (achilles).
 Bercak Kemerahan Pada Kulit, Kemerahan pada kulit bisa terjadi pada seluruh
tubuh berbentuk makulopopular (viral rash), sentrifugal (mengarah ke bagian
anggota gerak, telapak tangan dan telapak kaki). Bercak kemerahan ini terjadi
pada hari pertama demam. Lokasi kemerahan biasanya pada daerah muka, badan,
tangan, dan kaki.
 Sakit Kepala (Keluhan sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui.
Biasanya sakit kepala tidak terlalu berat)
 Kejang dan Penurunan (Kesadaran Kejang biasanya pada anak karena panas
yang terlalu tinggi jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya. Kadang-kadang
kejang disertai penurunan kesadaran. Pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal)
tidak ditemukan kelainan biokimia dan jumlah sel)
 Infeksi Saluran Pernapasan, Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas juga
bisa dijumpai.
 Pencegahan Berbasis Lingkungan dan Kearifan Lokal
Cara yang utama adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan
tindakan 3M Plus. 3M yang dimaksud meliputi:

 Menutup rapat tempat penyimpanan air.


 Menguras tempat penampungan air.
 Mengubur barang bekas yang bisa menampung air

Sedangkan tindakan Plus (tambahan) yang dapat dilakukan untuk membantu 3M,
yaitu:

 Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air.


 Memasang kawat anti-nyamuk di ventilasi rumah.
 Menggunakan kelambu saat tidur.
 Menanam tumbuhan pengusir nyamuk.
 Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian.
 penyemprotan (pengasapan = fogging)
VI. DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Depkes RI.

Firdaus. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM.

Kamath, S., Das, A.K., and Parikh, F.S., 2006. Chikungunya. Journal of Association
of Physician of India vol.54: 725-726

Mackenzie JS, Chua KB, Daniels PW, Eaton BT, Field HE, Hall RA, et al. Emerging
viral diseases of Southeast Asia and the Western Pacific. Emerg Infect Dis 2001; 7(suppl):
s497-s504.

Kunthi D dan Taliah. 2011. Analisis Faktor Lingkungan dan Sosisodemografi dengan
Teradinya Demam Chikungunya di Desa Sukasari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten
Bandung 2011. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes Jendral Ahmad Yani.

Kumar, C.J., Baboo, C.A., Krishnan, B.U., Kumar, A., Joy, S., Jose, T., Philip, A.,
Sambasivaiah, K. and Hedge, B.M. 2007. The Socioeconomic Impact of the Chikungunya
Viral Epidemic in India. Open Medicine, Vol. 1, No. 3.

Oktisari, Sussana D dan Djaja IM. 2008. Faktor Sosisodemografi dan Lingkungan
yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Kelurahan Cinere Kecamatan
Limo Kota Depok . Makara Kesehatan Vol 12 No 1 Juni 2008

Ng, K.W., et al 2009. Clinical Features and Epidemiology of Chikungunya Infection


in Singapore. Singapore med J; 50(8): 785-790

Yulfi, H., 2006. Chikungunya Virus and Vectors . USU Repository. Available from:
http://library.usu.ac.id/download/fk/06001190.pdf

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Anda mungkin juga menyukai