Anda di halaman 1dari 4

Nama : mukhlis syarif hidayatulloh

Kelas : 2B BTP
NIM : 4201823011

Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik
di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok
bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis mempelajari
strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses
pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi
pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan
pengelolaan hasil pertanian. (sjarkowi dan sufri 2004)
Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti
luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan
dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan
penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang
kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. . Downey and
Erickson (1987) dalam Saragih(1998)
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil,
pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian
Peranan agribisnis di Indonesia diharapkan dapat membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
kesempatan kerja dan dapat memperbaiki kondisi kesenjangan yang ada. Keunggulan komparatif
sector agribisnis yang dimiliki Indonesia seperti sumber daya alam, iklim, luas lahan,
keaneragaman hayati dan pangsa pasar yang besar hendaknya menjadi keunggulan kompetitif
bangsa Indonesia melalui pengembangan agribisnis spesifik lokasi.
Menurut Limbong dan Sitorus (2006), tataniaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha
yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian
dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen,
termasuk di dalamnya kegiatan - kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk
dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan
kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Kegiatan pemasaran dapat dikatakan efisien
apabila telah tercipta keadaan di mana pihak produsen, lembaga pemasaran, dan
konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran tersebut.
Sistem Saluran Tataniaga Jengkol
Hasil penelitian mengenai saluran tataniaga jengkol yang dilakukan di Pasar Induk Lau Cih,
Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Memperlihatkan bahwa terdapat 3 pola saluran
tataniaga jengkol, yaitu :
Saluran I : Petani, Pedagang Pengumpul ,Pedagang Besar, Pedagang Pengecer, Konsumen Akhir.
Saluran II : Petani, Pedagang Besar Pedagang Pengecer, Konsumen Akhir.
Saluran III : Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Besar Konsumen Akhir

Fungsi-Fungsi Tataniaga Jengkol


Dalam melaksanakan kegiatan tataniaga, lembaga tataniaga melakukan fungsinya masing-
masing. Fungsi-fungsi ini dilakukan untuk memperlancar penyampaian jengkol ke tangan
konsumen akhir.
Diketahui bahwa pada saluran tataniaga I petani sebagai produsen jengkol tidak melakukan fungsi
transportasi dan fungsi pendistribusian terhadap jengkol, dikarenakan para pedagang pengumpul
yang menjemput langsung hasil panen jengkol dari lahan atau rumah petani. Petani sebagai
produsen memperoleh informasi pasar mengenai harga jengkol melalui pedagang pengumpul
langganannya dan dari petani lain, hal ini dikarenakan lokasi yang cukup jauh dan menyulitkan
petani untuk memperoleh informasi mengenai harga jengkol di Kota Medan.
Pada Saluran II diketahui bahwa petani sebagai produsen jengkol tidak melakukan fungsi
transportasi dan fungsi pendistribusian terhadap jengkol, dikarenakan 9 pedagang besar yang
menjemput langsung hasil panen jengkol dari rumah petani. Umumnya petani sebelum melakukan
pemanen, telah terlebih dahulu menghubungi pedagang besar sehingga setelah jengkol di panen,
pedagang besar dapat datang ke rumah petani pada hari itu untuk membeli jengkol dari petani
tersebut.
Diketahui bahwa pada saluran tataniaga III petani sebagai produsen jengkol tidak melakukan
fungsi transportasi dan fungsi pendistribusian terhadap jengkol, dikarenakan para pedagang
pengumpul yang menjemput langsung hasil panen jengkol dari lahan atau rumah petani.
Struktur Pasar
Hasil penelitian mengenai struktur pasar memperlihatkan bahwa petani, lembaga tataniaga dan
konsumen yang terlibat dalam proses tataniaga jengkol menghadapi struktur pasar yang berbeda-
beda dan mempengaruhi perilaku masing-masing lembaga dalam melakukan transaksi pembelian
dan penjualan.
Struktur Pasar di Tingkat Petani
Struktur pasar yang dihadapi oleh para petani komoditi jengkol di daerah penelitian cenderung
mendekati pasar monopsoni. Hal ini berdasarkan jumlah petani yang banyak sedangkan jumlah
pedagang pengumpul sedikit, serta petani tidak dapat mempengaruhi harga dan petani bebas untuk
keluar masuk pasar.
Struktur Pasar di Tingkat Pengumpul
Pedagang pengumpul di daerah penelitian menghadapi struktur pasar persaingan sempurna. Hal
ini disebabkan oleh jumlah pedagang pengumpul jumlahnya sama dengan pedagang besar Pembeli
dan penjual bebas keluar masuk pasar, selain itu juga pedagang pengumpul bebas menentukan
pasar tujuannya.
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Besar
Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang besar adalah mendekati pasar oligopoli. Hal ini
berdasarkan jumlah penjual lebih sedikit dibandingkan pedag pengecer dan konsumen akhir.
Pedagang besar memilki ikatan yang erat antara sesama pedagang besar, saling melakukan
kerjasama
Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer menghadapi struktur pasar yang lebih cenderung bersifat pasar oligopoli,
karena berdasarkan pada jumlah pedagang pengecer yang lebih sedikit dibandingkan jumlah
konsumen yang banyak sehingga pedagang pengecer mampu mempengaruhi harga yang berlaku
Kendala agribisnis jengkol
Kendala agribisnis jengkol di pasar induk lau cih yaitu pada sistem saluran tataiaga yang kurang
efesiaen seperti saluran 1 dan 2 sebaiknya lebih diterapkannya sauran nomor 3, yaitu peran
pedagang pengecer di ambil oleh pedagang besar sehingga dalam hal ini pedagang besar dapat
lebih mandiri. Selain itu untuk mempermudah hal ini maka lembaga tata niaga harus meningkatkan
akses pasar, modal serta akses informasi pasar.
Upaya petani dan pemerintah
upaya yang dilakukan petani belum ada, keterbatasan akses pasar dan juga informasi
mengakibatkan mereka hanya ketergantungan kepada para pengepul.
Sedangkan upaya yang di lakukan pemerintah juga belum jelas, seharusnya pemerintah
memberikan akses ke pasar secara langsung atau langsung kepada konsumen, pemerintah juga
dapat membuat aplikasi yang meemudahkan para petani menjual hasil tani nya.
Daftar pustaka
(sjarkowi dan sufri 2004), (dawney and Erickson 1987), (saragih 1998), (limbo dan sitorus 2006)
Dinas Pertanian Sumut. 2016. Hutauruk, J. E., 2010. Isolasi Senyawa Flavonoida dari Kulit Buah
Tumbuhan Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth.). [Skripsi]. FMIPA, USU. Limbong, W .H &
P. Sitorus. 2006. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jakarta : Penebar Swadaya. Sugiarto, dkk. 2001.
Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
622/Kpts-II/1995

Anda mungkin juga menyukai