Anda di halaman 1dari 2

Pohon dan Manusia

Oleh Hani Ristiawan

“Pohon adalah syair yang ditulis bumi pada langit. Kita tebang pohon itu
dan menjadikannya kertas, dan di atasnya kita tulis kehampaan kita.”
(Kahlil Gibran)

Pernahkah kita membayangkan apa andil pohon untuk kehidupan manusia


selain pengasil oksigen, tempat berteduh, bahan baku tisu toilet, atau dahan-
dahannya menjadi tempat asyik untuk bermain di masa kecil kita? Pohon melekat
erat dengan kehidupan manusia. Bahkan pemaknaan manusia terhadap pohon
sebagai salah satu penunjang kehidupan yang penting telah membentuk peradaban
manusia.
Pemaknaan pohon menjadi bagian dari banyak budaya, kepercayaan, dan
inspirasi manusia sejak dahulu kala. Kita sebut Sidharta Gautama yang
memperoleh pencerahan dan kebijaksanaan di bawah pohon budha (Ficus
religiosa), legenda Hindu memunculkan adanya Kalpataru atau Pohon Kehidupan,
pohon pengetahuan atau pohon kuldi turut mewarnai drama kosmik diturunkannya
Adam dan Hawa dari Eden, penggambaran surga dipenuhi oleh pepohonan dan
bebuahan dalam agama-agama Samawi, suku Orang Rimba menanam pohon di
setiap kelahiran baru, Issaac Newton merumuskan gravitasi setelah melihat buah
apel yang jatuh dari pohonnya, hingga Soekarno yang terinspirasi menulis butir-
butir Pancasila di bawah teduhnya tajuk pohon sukun ketika diasingkan di Ende.
Bisa dibilang peradaban manusia secara romantis tumbuh bersama dengan
bertumbuhnya pepohonan.
Sebenarnya hubungan kita dengan alam tidak melulu baik. Kita pernah
menebang pepohonan dengan membabi buta dan itu menjadi dosa masa lalu kita.
Waktu itu kita hanya menebang tanpa kembali menanam. Lalu alam mencoba
menyeimbangkan gunung-gunung gundul dan dataran yang tandus, hingga
sabdanya dianggap bencana yang meluluhkan manusia. Perlu beberapa kelahiran
dan kematian generasi-generasi manusia hingga akhirnya kita sadar bahwa kita
kurang menanam pohon, kita mengambil diluar kemampuan alam memberi, dan
terlalu banyak pohon dan nyawa manusia saudara kita sendiri yang kita renggut.
Lalu manusia mencoba memperbaiki hubungannya dengan alam, dengan
pepohonan, dan merasakan kembali kesejukan yang dihadirkannya dan kembali
menjadi sumber inspirasi.
Pohon semakin tidak bisa lepas dari kehidupan manusia kita semakin
menempatkan pohon sebagai unsur penting dalam khidupan manusia. Seiring
perkembangan manusia pohon tidak hanya menjadi bagian usaha konservasi tetapi
juga elemen estetika spasial. Di kampung kita, pohon menghasilkan buah-buahan
dan daunnya bisa untuk pakan ternak. Pohon tidak hanya menjadi sumber kayu
dan selulosa, tetapi juga obat dan energi. Pohon tidak lagi dianggap sebagai
seonggok kayu dengan daun lebat dan tempat hantu beranak pinak tetapi menjadi
lambang atau ikon kelestarian hubungan manusia dengan alam.
Kiranya tidak perlu lagi panjang lebar menguraikan manfaat dan fungsi
pohon terhadap manusia dan lingkungan di sini karena kita semua sudah paham
begitu banyak manfaat positifnya. Mari di Hari Sejuta Pohon Sedunia ini kita terus
menanam, merawat, dan memaknai kembali manfaat pohon untuk kita, untuk
kemanusiaan. Karena ketika manusia menanam dan merawat pohon, manusia juga
menanam dan merawat benih-benih kemanusiaan.
Selamat Hari Sejuta Pohon Sedunia.[HR]

Anda mungkin juga menyukai