Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
kualitas pelayanan terhadap masyarakat secara lebih efektif dan efisien sejalan
layanan publik dan layanan pasar, maka Puskesmas harus dikelola secara
(customer satisfaction).
memberikan angin segar bagi Puskesmas untuk pengelolaan yang lebih baik
ditetapkan pemerintah.
keuangan. Pada bab pendahuluan ini akan dikemukakan hal-hal yang berkenaan
independen.
2007 tentang Pola Tata Kelola yang merupakan peraturan internal SKPD atau
Unit Kerja yang akan menerapkan PPK BLUD. Selanjutnya dalam pasal 31 dan
Pola Tata Kelola atau peraturan internal, yang memuat antara lain:
dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai
organisasi.
yang jelas mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada pemenuhan
Prinsip – prinsip yang digunakan dalam penerapan pola tata kelola pada
undangan
Tujuan Pola Tata Kerja Puskesmas Rende sesuai dengan Permendagri No.
bangsa.
6|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E
tahun 2012
Daerah
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang UPTD dan
Cabang Dinas
Masyarakat.
n. Permenkes no. 21 th 2016 ttg penggunaan dana kapitasi JKN untuk FKTP
472 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Dasar
Pola tata kelola Puskesmas ini akan direvisi apabila terjadi perubahan
BAB II
strata pertama.
organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung Barat. Pada Dinas Daerah dapat
beberapa Kecamatan.
B. Struktur Organisasi
Kepala Puskesmas
Dedeh Rokayah, SKM., MM
Penanggung jawab UKM Esensial dan Penanggung jawab UKM Pengembangan Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Penanggungjawab Jaringan Pelayanan
Perkesmas Drg. Anisa Ulfa Laboratorium Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Devy Ike M.S, S.Kep.,Ners Dr. Fariza Dono Prasetiyo Kesehatan :
Uraian Tugas Kepala UPTD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 12 Tahun 2017 tentang UPTD dan Cabang Dinas :
(1) UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program
kesehatan di lingkup Kecamatan.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mempunyai fungsi:
a. Pengumpulan dan pengolahan bahan dalam penyusunan rencana teknis
operasional pembinaan, pengembangan serta pengendalian terhadap
pelaksanaan program pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di
lingkup Kecamatan;
b. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian terhadap
pelaksanaan program pusat kesehatan masyarakat di lingkup
Kecamatan.
c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi; dan
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian kinerja
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
(3) Uraian tugas Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
adalah sebagai berikut:
a. Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kebijakan umum Dinas
di wilayah kerjanya;
b. Mengumpulkan dan mengolah data basis program kesehatan di lingkup
Kecamatan;
c. Menyiapkan bahan, menyusun dan melaksanakan program kesehatan
di lingkup Kecamatan berdasarkan kebijakan teknis, sasaran dan
program kerja badan serta kondisi dinamis masyarakat di
wilayahkerjanya;
d. Menyiapkan bahan dan mempelajari, menelaah peraturan perundang-
undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
program kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas.
16 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
C. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan pelayanan telah
didokumentasikan dalam Standard Operating Procedure (SOP). SOP merupakan
acuan bagi seluruh insan Puskesmas Rende dalam melaksanakan pekerjaan.
20 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
D. Pelayanan Medis
1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Poliklinik
Poliklinik Rawat Jalan terdiri dari Klinik Umum, Klinik Gigi,
KIA, Prosedur rawat jalan pada poliklinik menguraikan langkah-
langkah pemberian pelayanan kepada pasien rawat jalan mulai dari
pemilahan kelompok pasien, pendaftaran dan pembayaran jasa
layanan, dan pemberian layanan kesehatan pada masing-masing poli,
serta tindakan lanjutan yang diperlukan oleh pasien. Prosedur rawat
jalan melalui Poliklinik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
SOP.
b. Unit Gawat Darurat
Puskesmas Rende belum memiliki ruang khusus unit gawat
darurat, tetapi memiliki Ruang Tindakan Medik untuk mengatasi
tindakan kegawatdaruratan Pelayanan Primer. Prosedur pada
penanganan kasus gawat darurat menguraikan langkah-langkah
mengutamakan penanganan pasien yang sifatnya gawat dan darurat
sejak pasien datang hingga tindakan lanjutan yang diperlukan pasien
seperti dirujuk ke rumah sakit. Prosedur rawat jalan melalui UGD/
unit tindakan medis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran SOP.
E. Pelayanan Penunjang Medis
Layanan penunjang medis Puskesmas Rende meliputi: Laboratorium dan
Apotek.
a. Laboratorium
Prosedur penunjang medis menguraikan pemberian layanan berupa
layanan laboratorium, kepada pasien sesuai surat pengantar dari Poliklinik
BP, KIA-KB, UGD. Prosedur pemberian layanan penunjang medis
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran SOP.
b. Apotek
Prosedur layanan obat menguraikan pemberian pelayanan
penyediaan obat-obatan kepada pasien sesuai resep dari poli rawat jalan,
UGD dan pelayanan di luar gedung seperti kegiatan Puskesmas keliling,
23 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
rasio yang ideal, hal ini juga terkait dengan kelengkapan sarana medis,
kecukupan dana, kesiapan gedung, fasilitas pendukung, dan lain-lain. Selain
itu, pengembangan Sumber Daya Manusia juga diarahkan agar memenuhi
kualifikasi SDM sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
agar pelayanan kesehatan kepada pasien/masyarakat dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja disesuaikan
dengan kebutuhan puskesmas dengan tetap memperhatikan penempatan
pegawai dari Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
1) Program Pengembangan Kualitas SDM
Program pengembangan SDM pada Puskesmas Rende dijabarkan
sebagai berikut: .
a. Merintis kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan
kemampuan SDM baik tenaga medis, paramedis maupun
administrasi melalui kegiatan penelitian, kegiatan ilmiah, diskusi
panel, seminar, simposium, lokakarya, penulisan buku, studi
banding, dll.
b. Pengembangan sumber daya di Puskesmas Rende diarahkan untuk
menempuh jenjang karir agar memenuhi formasi pegawai yang
ideal dengan memanfaatkan tenaga yang sudah ada. Pegawai
puskesmas yang diharapkan menempuh jenjang karir adalah :
2 orang berpendidikan SMA menjadi D3 komputer
2 orang berpendidikan SMA menjadi S1 Akuntansi
Keterangan : Pengaturan waktu untuk penempuhan jenjang karir
diatur dan mengetahui Kepala Puskesmas dan Kepala Tata Usaha.
2) Pola Rekruitmen
Dokter, tenaga fungsional dan tenaga administrasi Puskesmas
Rende dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil maupun tenaga
profesional non Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan
Puskesmas.
29 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
BAB III
PROSES TATA KELOLA
B. Program Pengenalan
1. Pejabat Pengelola yang baru wajib diberikan program pengenalan
mengenai BLUD Puskesmas.
33 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
C. Kerjasama Pendidikan
Dalam pelaksanaan tugasnya Puskesmas Rende sebagai Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam
pelaksanaan untuk keberhasilan upaya promotif dan preventif tersebut
Puskesmas Rende telah melakukan beberapa kerjasama dalam Institusi
Pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan usaha kesehatan promotif
dan preventif seperti Usaha Kesehatan Sekolah dan Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah dengan pihak ketiga yang ada diwilayah kerja Puskesmas Rende ,
serta Puskesmas Rende Menerima Siswa dan Mahasiswa dari SMK Berbasis
Kesehatan dan Perguruan Tinggi untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
Kerjasama Pendidikan antara Puskesmas Rende dan Pihak ketiga pada
kurun waktu tahun 2017, antara lain adalah :
1. Program UKS dan UKGS lanjutan antara Puskesmas Rende dengan
PAUD, TK di wilayah kerja Puskesmas Rende.
34 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
E. Pendelegasian Wewenang
1. Pendelegasian sebagian kewenangan Pejabat Pengelola kepada Kepala
Instalasi/Unit diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
pertimbangan untuk menunjang kelancaran tugas dan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas.
2. Kepala Instalasi harus melaksanakan wewenang yang didelegasikan
tersebut dengan penuh tanggungjawab dan memberikan laporan
pelaksanaannya secara berkala kepada Pejabat Pengelola.
3. Pendelegasian wewenang dikaji secara periodik untuk disesuaikan
dengan tuntutan perkembangan Puskesmas.
36 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
F. Pengambilan Keputusan
1. Semua keputusan dalam rapat dilakukan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat.
2. Setiap keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan
stakeholders puskesmas, risiko yang melekat, dan kewenangan yang
dimiliki oleh setiap pengambil keputusan.
3. Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya
memberikan masukan peningkatan kinerja Puskesmas.
4. Keputusan-keputusan yang mengikat dapat pula diambil tanpa diadakan
rapat, asalkan keputusan itu disetujui secara tertulis.
5. Bupati dan Pejabat Pengelola harus konsisten dalam menjalankan
keputusan-keputusan yang telah ditetapkan.
G. Manajemen Resiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau
perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu
risiko.
Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan
pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha.
Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman,suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan
atau pengelolaan sumber daya.
Mengidentifikasi risiko itu penting karena untuk memulai proses
pembelajaran yang berguna mencegah kejadian yang sama berulang
kembali, itu semua bisa berjalan dengan baik apabila seluruh karyawan
37 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
H. PELAPORAN
Pelaporan, Akuntansi dan Pertanggungjawaban Keuangan diatur dalam
PP nomor 23 tahun 2005, Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 27, berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 25
BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
41 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
Pasal 26
1. Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib.
2. Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi Profesi
Akuntan Indonesia.
3. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada
ayat2, BLU dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik
setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
4. BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntnasi dengan
mengacu pada Standar Akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis
layanannya dan ditetapkan oleh Menteri/ Pimpinan lembaga/ Gubernur/
Bupati/ Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 27
1. Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat2
setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaran/Laporan
Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan catatan atas Laporan
keuangan, disertai laporan mengenai kinerja.
2. Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLU
dikonsolidasikan dalan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat1.
3. Lembar muka laporan keuangan unit-unit usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 dimuat sebagai lampiran laporan keuangan BLU.
4. Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan
secara berkala kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/ Gubernur/ Bupati/
Walikota, sesuai dengan kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan
laporan keuangan Kementrian Negara/ Lembaga/ SKPD/ Pemerintah
Daerah.
5. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan
kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga/ Kepala SKPD serta kepada Menteri
42 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
3. Keluaran (outcome);
4. Teknik-teknik penilaian; dan
5. Pools seleksi
Manajemen suksesi berusaha untuk mengembangkan kepemimpinan
yang kuat terutama untuk tugas-tugas strategis.Seiring dengan berbagai
perubahan di luar maupun di dalam organisasi mengakibatkan tuntutan
terhadap perbaikan dalam pengelolaan suksesi tersebut.Hal itu dimaksudkan
agar perencanaan suksesi tetap relevan untuk meregenerasi kepemimpinan
organisasi.
K. Pengendalian Internal
1. Pejabat Pengelola harus menetapkan Sistem Pengendalian Internal yang
efektif untuk mengamankan investasi dan aset puskesmas, serta membantu
manajemen dalam hal:
1. Upaya-upaya mengamankan harta kekayaan (safe guarding of
assets);
2. Menciptakan keakuratan data akuntansi;
3. Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan
praktek bisnis yang sehat.
Sistem Pengendalian Internal antara lain mencakup hal-hal sebagai
berikut :
1. Lingkungan Pengendalian Internal yang disiplin dan terstruktur,
yang terdiri dari:
2. Integritas, nilai etika dan kompetensi pegawai
3. Filosofi dan gaya manajemen;
4. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan
dan tanggung jawabnya;
5. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia;
6. Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola.
45 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
beserta jaringannya
c) Penagihan terhadap BPJS dilakukan sesuai dengan peraturan
2.3 Penghapusan Piutang
Piutang Puskesmas dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat
oleh pejabat yang berwenang setelah memperhatikan penyisihan
kerugian piutang yang diuraikan di bab Laporan Posisi Keuangan
(Neraca), khususnya pembahasan piutang.
Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang ditetapkan
dengan peraturan Bupati sesuai dengan kewenangannya dan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Kebijakan Pengeluaran
Kebijakan Umum Pengeluaran Belanja Puskesmas terdiri dari unsur
biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan dalam RBA
(Rencana Bisnis Anggaran), Penetapan Anggaran atau dokumen lain yang
telah disahkan Pemerintah Daerah.
Pengelolaan belanja Puskesmas diselenggarakan secara fleksibel
berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah
pengeluaran dan mengikuti praktik bisnis yang sehat.
Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang batas sesuai
dengan yang ditetapkan dalam RBA dan dokumen anggaran yang telah
disahkan. Belanja Puskesmas yang melampaui ambang batas fleksibilitas
harus mendapat persetujuan Bupati atas usulan kepala Puskesmas sesuai
dengan kewenangannya. Belanja Puskesmas dilaporkan sebagai belanja
barang dan atau jasa SKPD/pemerintah daerah.
4. Kebijakan Pengelolaan Kas
4.1 Kebijakan umum pengelolaan kas
Pengelolaan kas Puskesmas dilaksanakan berdasarkan praktik
bisnis yang sehat.
Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD menggunakan
Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
51 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
P. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah suatu situasi dimana kepentingan pribadi atau
golongan akan menghalangi keberhasilan kepentingan kelompok yang lain.
Dalam hal ini akan dibahas beberapa konflik kepentingan yang sekiranya
dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan BLUD puskesmas antara lain:
55 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
BAB IV
PENEGAKAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA
A. Transparansi
Transparansi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Rende merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang
bersifat terbuka bagi masyarakat, serta mudah diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan. Kegiatan transparansi merupakan tugas dan
kewenangan:
a. Kepala Puskesmas, berkenaan dengan proses memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program Kesehatan
di lingkup Puskesmas;
b. Kepala Tata Usaha, berkenaan dalam hal merencanakan teknis
operasional dan melaksanakan kegiatan administrasi umum dan
kepegawaian, keuangan,evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
serta kelembagaan dan ketatalaksanaan.
Transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara Puskesmas
Rende dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan standar.
Puskesmas Rende menerapkan transparansi dalam bentuk Laporan
Keuangan, Laporan Manajemen, dan Laporan Hasil Kinerja dalam bentuk
laporan Bulanan, Triwulan, dan Tahunan.
B. Akuntabilitas
Akuntabilitas Program
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
68 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
Akuntabilitas Kegiatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan essensial dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara
terpadu.Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga
fungsi Puskesmas.Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip
dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan essensial maupun upaya kesehatan
pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
d. Azas pertanggung jawaban wilayah
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggung
jawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain
sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
Kecamatan,sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan
di luar gedung Puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya
merupakan realisasi dari pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
e. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat.Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
71 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
4. Azas rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan.Sebagai
sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh
Puskesmas terbatas.Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatannya.Untuk membantu Puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus
penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal).
Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, dirujuk ke Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
a) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik
(biasanya operasi) dan lain-lain.
b) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga Puskesmas dan
ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas.
74 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
Akuntabilitas Keuangan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu ditunjang
dengan tersedianya pembiayaan yang cukup.
75 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
e. Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban
membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya
ditentukan oleh pemerintah daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada
beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari
penyelenggraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala Puskesmas menyetor langsung seluruh dana
retribusi yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten
b. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan
sebagian dari dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan, yang lazimnya berkisar antara 25 – 50% dari total dana retribusi
yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan
operasional Puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala
dipertanggungjawabkan oleh Puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas
menggunakan seluruh dana yang diperolehnya dari penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas.
Dahulu Puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini
disebut Puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar
Puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
yang dananya ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi Puskesmas
swakelola. Dengan perkataan lain Puskesmas tidak mungkin sepenuhnya
menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni
untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi
tanggungjawab pemerintah.
d. Sumber lain
Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain
seperti Jaminan Kesehatan Nasional, Sesuai dengan konsep yang telah
77 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
C. Responsibilitas
Merupakan keadilan dan kesetaraan atau kepatuhan dalam pengelolaan
organisasi terhadap prinsip bisnis yang sehat serta perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam pelaksanaan kegiatan BLUD, Puskesmas mendapatkan
keleluasaan atau fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya manusia,
keuangan yang diatur dalam regulasi khusus. Tetapi tetap harus mematuhi
perundangan yang berlaku, yang tujuannya untuk pengaturan dan
pengawasan. Mendorong agar organ puskesmas dalam membuat keputusan
dan menjalankan kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku,dandilandasi kesadaran tanggung jawab sosial puskesmas. Bentuk
responsibilitas antara lain adalah dengan mematuhistandar operasioanal
prosedur dalam setiap pemberiana layanan kesehatan.
Prosedur kerja setiap proses pengelolaan dan sistem manajerial telah
didokumentasikan dalam Prosedur dan Ketetapan (Protap) atauStandard
Operating Procedure (SOP). Prosedur dan Ketetapan ini telah
78 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
D. Independensi
BAB V
PENGELOLAAN HUBUNGAN DENGAN STAKEHOLDERS
A. Pengguna Jasa
1. Puskesmas menghormati hak-hak pasien selaku pengguna jasa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Puskesmas memenuhi komitmennya kepada pengguna jasa sesuai
standar layanan yang telah ditetapkan.
3. Penanganan keluhan pengguna jasa dilakukan secara profesional melalui
mekanisme yang baku dan transparan.
B. Mitra Usaha
1. Mitra usaha meliputi rekanan, BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan
lainnya, serta pihak ketiga lainnya.
2. Puskesmas menjalin kerjasama dengan mitra bisnis dilandasi dengan
itikad baik, saling menguntungkan, akuntabilitas, transparansi,
kewajaran dan tidak merugikan stakeholders serta dituangkan dalam
kesepakatan secara tertulis.
3. Kerjasama Puskesmas dengan mitra usaha dapat berupa transaksi
jual beli barang dan/atau jasa serta Kerja Sama Operasional (KSO)
dalam bentuk kerjasama pelayanan kesehatan, pendidikan dan
pelatihan, pembangunan gedung, pemanfaatan alat kedokteran dan
kerjasama lainnya yang sah.
4. Puskesmas dan mitra bisnis bermitra secara profesional dengan
mematuhi setiap kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak
kerjasama.
C. Pegawai
1. Pegawai puskesmas yang terdiri dari tenaga medis, tenaga
paramedis, dan tenaga lainnya adalah aset yang sangat berharga,
maka puskesmas berkewajiban meningkatkan kompetensi dan
karakternya. Puskesmas dapat memberikan penghargaan yang pantas
81 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
kepada pegawai yang berprestasi. Dalam hal adanya terjadi masalah yang
menyangkut tuntutan pasien terhadap tenaga medis/paramedis,
puskesmas berkewajiban memberikan bantuan hukum yang diperlukan.
Hubungan antara tenaga medis/paramedis dan non medis dengan pihak
puskesmas diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pejabat Pengelola
Puskesmas.
2. Setiap kebijakan puskesmas yang terkait dengan pegawai disusun
secara transparan, mengakomodasi kepentingan pegawai dan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
3. Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Pegawai atau perjanjian dengan
pegawai dibuat secara tertulis dengan memuat hak dan kewajiban
setiap pihak secara jelas.
4. Sistem penilaian kinerja pegawai ditetapkan dan dilaksanakan secara
adil dan transparan.
5. Puskesmas menciptakan kondisi kerja dengan selalu memperhatikan
tingkat kesehatan dan keselamatan kerja pegawai.
6. Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pegawai, puskesmas
menghormati hak asasi serta hak dan kewajiban pegawai sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Puskesmas memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan
senioritas, gender, suku, agama, ras, dan antar golongan. Pengelolaan
Sumber Daya Manusia (SDM) diatur berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku.
Pengelolaan pegawai:
a. Pengelolaan PNS
Pengembangan SDM aparatur pemerintah tentu tidak akan terlepas
dari peraturan yang mendasarinya yaitu Undang-undang Republik
Indonesia Nomor43 Tahun 1999 tentang peruahan atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Ada sejumlah
hal dalam Undang-undang tersebut yang perlu digaris bawahi karena
sangat erat kaitannya dengan upaya pengembangan PNS.
82 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
BAB VII
PENUTUP
LAMPIRAN – LAMPIRAN
7. Bagan Alur
Menyusun rencana pelaksanaan
program
8. Hal-hal yang Jika tidak dilakukan koordinasi dengan program yang lain maka kegiatan tidak
perlu bisa berjalan lancar, oleh karena itu penanggung jawab lintas program harus
diperhatikan bekerja sama dalam melakukan kegiatan tersebut.
9. Unit terkait
10. Dokumen 1. SOP Identifikasi Kebutuhan dan harapan Masyarakat
terkait 2. SOP Komunikasi dan Koordinasi Lintas Sektor
11. Rekaman
No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
historis
diberlakukan
perubahan