Anda di halaman 1dari 88

1|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan dibidang kesehatan menjadi salah satu prioritas utama

mengingat di Kabupaten Bandung Barat walaupun pada saat ini Indeks

Pembangunan Manusianya sudah relatif tinggi yaitu 75,6. Diharapkan dengan

melalui penerapan PPK-BLUD, Puskesmas Rende Kabupaten Bandung Barat

akan terpacu untuk lebih meningkatkan kualitas mutu pelayanan di bidang

kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat mendukung terhadap peningkatan

kembali nilai Indeks Pembangunan Manusia.

Tujuan utama penerapan PPK-BLUD ini adalah untuk meningkatkan

kualitas pelayanan terhadap masyarakat secara lebih efektif dan efisien sejalan

dengan praktek bisnis yang sehat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan

kewenangan yang didelegasikan oleh Bupati Kabupaten bandung Barat yang

diharapkan melalui kebijakan ini masyarakat akan semakin mudah untuk

mendapatkan pelayanan yang berkualitas terutama pada pelayanan yang berkaitan

dengan kebutuhan dasar masyarakat yaitu bidang kesehatan.

Sejalan dengan pergeseran paradigma Puskesmas Rende sebagai

layanan publik dan layanan pasar, maka Puskesmas harus dikelola secara

entepreneur bukan secara birokratik lagi. Untuk itu Puskesmas perlu

melakukan perubahan mendasar sehingga lebih mandiri dan mampu

berkembang menjadi lembaga yang berorientasi terhadap kepuasan pelanggan

(customer satisfaction).

Adanya reformasi pengelolaan keuangan Negara dengan terbitnya


2|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

memberikan angin segar bagi Puskesmas untuk pengelolaan yang lebih baik

ke depan. Di dalam pasal 68 dan 69 Undang-undang tersebut, diatur suatu

koridor baru dalam pengelolaan keuangan negara yaitu Badan Layanan

Umum atau disingkat BLU. Sebagai aturan pelaksanaannya, terbitlah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007.

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum BLU/BLUD dibentuk

untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. UU Nomor 1

tahun 2004 mengelompokkan Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD), yaitu suatu instansi di lingkungan pemerintah daerah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas. Puskesmas Rende telah menjadi BLUD, sehingga Puskesmas

Rende telah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD)

yaitu pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa

keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai

pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

Puskesmas telah menerapkan PPK-BLUD dapat lebih leluasa menentukan

keputusan-keputusan strategis dengan memperhatikan dan menjalankan praktik


3|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

bisnis yang sehat, dikelola oleh orang-orang yang profesional sehingga

diharapkan Puskesmas mampu bertahan bahkan bersaing dan/atau mandiri

dengan tetap sinergi dengan program-program pelayanan kesehatan yang

ditetapkan pemerintah.

Sesuai surat Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementrian Dalam

Negeri Nomor : 420/1116/Kedua tanggal 17 Nopember 2011, hal pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) disebutkan

bahwa Puskesmas Rende Kabupaten Bandung Barat dapat menetapkan PPK–

BLUD sepanjang memenuhi persyaratan substanstif, teknis dan adminstratif

sebagaimana dipersyaratkan pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2007.

Persyaratan administrastif sebagaimana dijelaskan pada pasal 11 Permendagri

tersebut salah satunya adalah Pola Tata Kelola.

Pola Tata Kelola ini disusun dan disampaikan kepada Pemerintah

Kabupaten Bandung Barat untuk memenuhi salah satu ketentuan ditetapkannya

Puskesmas Rende Kabupaten Bandung Barat menjadi BLUD dalam pengelolaan

keuangan. Pada bab pendahuluan ini akan dikemukakan hal-hal yang berkenaan

dengan Pengertian, Prinsip-prinsip dan Tujuan Penerapan.

Untuk dapat menerapkan status PPK-BLUD bertahap menjadi penuh

maka Puskesmas Rende mengajukan kembali persyaratan administrasi yang

harus dipenuhi oleh Puskesmas sesuai dengan Permendagri No 61 tahun 2007

Pasal 11 adalah dapat menyajikan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Surat Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,

keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;

2. Pola Tata Kelola;


4|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

3. Rencana Strategi Bisnis Tahun 2017;

4. Standar Pelayanan Minimum (SPM);

5. Laporan Keuangan pokok atau Proyeksi Laporan keuangan;

6. Laporan Audit Terahir atau Penyataan bersedia untuk diaudit secara

independen.

A. Pengertian Pola Tata Kelola

Berdasarkan Pasal 13 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun

2007 tentang Pola Tata Kelola yang merupakan peraturan internal SKPD atau

Unit Kerja yang akan menerapkan PPK BLUD. Selanjutnya dalam pasal 31 dan

32 Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 disebutkan, BLUD beroperasi berdasarkan

Pola Tata Kelola atau peraturan internal, yang memuat antara lain:

a. Struktur organisasi; menggambarkan posisi jabatan, pembagian tugas, fungsi,

tanggung jawab, dan wewenang dalam organisasi.

b. Prosedur kerja; menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar posisi

jabatan dan fungsi dalam organisasi.

c. Pengelompokan fungsi yang logis; menggambarkan pembagian yang jelas

dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai

dengan prinsip pengendalian internal dalam rangka efektifitas pencapaian

organisasi.

d. Pengelolaan sumber daya manusia; merupakan pengaturan dan kebijakan

yang jelas mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada pemenuhan

secara kuantitatif dan kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian

tujuan organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.


5|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

B. Prinsip – Prinsip Tata Kelola

Prinsip – prinsip yang digunakan dalam penerapan pola tata kelola pada

Puskesmas Rende berdasarkan Permendagri no. 61 tahun 2007, pasal 31 ayat 2

yang meliputi Transparasi, Akuntabilitas, Responsibilitas dan Independensi.

1. Transparansi yaitu mengikuti asas keterbukaan yang dibangun atas dasar

kebebasan arus informasi mengenai BLUD secara langsung dapat diterima

bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Akuntabilitas yaitu pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada BLUD dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

3. Responsibilitas yaitu kesesuaian atau kepatuhan kedalam pengelolaan

Organisasi terhadap prisip – prinsip bisnis yang sehat serta perundang

undangan

4. Independensi yaitu keadaan dimana BLUD dikelola secara profesional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan nilai – nilai etika.

C. Tujuan Pola Tata Kelola

Tujuan Pola Tata Kerja Puskesmas Rende sesuai dengan Permendagri No.

61 pasal 3 yaitu: bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,

untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan atau pemerintah

daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa.
6|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

D. Sumber Referensi Pola Tata Kelola

Sumber referensi untuk menyusun Pola Tata Kelola Puskesmas Rende

antara lain adalah :

a. Undang-Undang no 17 tahun 2003 tentang Reformasi Pemerintah

b. Undang-Undang no 1 tahun 2004 tentang Reformasi Keuangan Daerah

c. Undang-Undang no 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

d. Undang-Undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN

e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah no 74

tahun 2012

f. Peraturan Pemerintah no 18 tahun 2016 tentang Organisasi Pemerintah

Daerah

g. Perpres No 32 tahun 2014 tentang Pengelolaan Kapitasi Jaminan Kesehatan

h. Permenkes No 21 tahun 2016 tentang Pengelolaan Kapitasi

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Dewan

Pengawas pada Badan Layanan Umum

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang UPTD dan

Cabang Dinas

l. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/02/M.PAN/1/2007 Tanggal 25 Januari 2007 tentang Pedoman

Organisasi Satuan Kerja Di Lingkungan Instansi Pemerintah Yang

Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.


7|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat.

n. Permenkes no. 21 th 2016 ttg penggunaan dana kapitasi JKN untuk FKTP

o. Perda Nomor …. tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah

Kabupaten Bandung Barat

p. Peraturan Bupati Kabupaten bandung Barat Nomor 163 Tahun 2013,

Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Kabupaten bandung Barat Nomor

472 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Dasar

di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat.

q. Peraturan Bupati no 50 tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Pemerintah

Daerah Kabupaten Bandung Barat

r. Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat

E. Perubahan Pola Tata Kelola

Pola tata kelola Puskesmas ini akan direvisi apabila terjadi perubahan

terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pola tata kelola

Puskesmas sebagaimana disebutkan di atas kebutuhan internal Puskesmas, serta

disesuaikan dengan fungsi, tanggung jawab, dan kewenangan organisasi

Puskesmas serta perubahan lingkungan.


8|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

BAB II

STRUKTUR TATA KELOLA

A. Struktur Tata Kelola

Puskesmas Rende adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten Bandung Barat yang bertanggung jawab terhadap pembangunan

kesehatan serta berperan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Dengan demikian Puskesmas Rende merupakan salah satu Puskesmas

yang berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,

pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan

strata pertama.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai pembentukan dan susunan

organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung Barat. Pada Dinas Daerah dapat

dibentuk UPTD untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional

dan/atau kegiatan penunjang yang mempunyai wilayah kerja 1 (satu) atau

beberapa Kecamatan.

B. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat mengacu

pada Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2016, yaitu sebagai berikut:


9|P OLA T AT A KE LO LA P KM REND E

1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

a. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari:


1) Kepala Dinas;
2) Sekretariat, membawahi:
a) Subbagian Umum dan Kepegawaian;
b) Subbagian Keuangan; dan
c) Subbagian Penyusunan Program.
3) Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi :
a) Seksi Pelayanan Kesehatan Pirmer;
b) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Jaminan Kesehatan;
c) Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu.
4) Bidang Pencegahan dan Pengendaian Penyakit, membawahi:
a) Seksi Surveilans dan Imunisasi;
b) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa
c) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
5) Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahi:
a) Seksi SDM dan Alat Kesehatan;
b) Seksi Pengendalian Farmasi dan Makanan, Minuman, Kosmetik
dan Tradsional.
c) Seksi Pengembangan Kesehatan.
6) Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, membawahkan:
a) Seksi Kesehatan Keluarga;
b) Seksi Kesling dan Kesehatan Kerja
c) Seksi Gizi.
7) UPTD; dan
8) Kelompok Jabatan Fungsional.
a) Pada Dinas dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan sebagian
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan penunjang yang
mempunyai wilayah kerja 1 (satu) atau beberapa kecamatan.
10 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

b) UPTD merupakan unsur pelaksana teknis operasional Dinas


Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
c) Pengaturan mengenai nomenklatur, jumlah dan jenis, susunan
organisasi, tugas dan fungsi UPTD ditetapkan dengan Peraturan
Bupati tersendiri.
d) UPTD dan UPT yang mempunyai wilayah kerja Kecamatan
dalam pelaksanaan tugasnya secara operasional dikoordinasikan
oleh Camat.
11 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E
12 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

2. Struktur organisasi Puskesmas

Pola Struktur organisasi puskesmas mengacu kepada Permenkes nomor 75


tahun 2014, dengan SK Kepala Dinas no. 440/5387/DINKES/2015 Tentang
Penetapan Struktur Kerja Organisasi Puskesmas adalah sebagai beikut :
1. Kepala Puskesmas.
2. Kasubag Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu kepala
Puskesmas dalam pengelolaan :
a. Sistem Informasi Puskesmas;
b. Kepegawaian;
c. Keuangan;
d. Rumah Tangga.
3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional yang terdiri dari :
a. Penanggungjawab UKP (Unit Kesehatan Perorangan), terdiri dari:
 Pemeriksaan Umum (termasuk Lansia, MTBS);
 Pemeriksaan Gigi dan Mulut;
 Pemeriksaan KIA/KB;
 Layanan Gawat Darurat;
 Pelayanan Gizi Klinik;
 Pelayanan Kefarmasian; dan
 Laboratorium/Penunjang.
b. Penanggungjawab UKM Esensial dan Perkesmas; terdiri dari:
 Promkes dan UKS;
 Kesling;
 KIA/KB Komunitas;
 Gizi Kesmas;
 P2 Penyakit;
 PERKESMAS
c. Penanggungjawab UKM pengembangan; Terdiri dari:
 Kesehatan Jiwa;
 UKGMD;
 Kes. Tradisional;
13 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

 Kes. Olah Raga;


 Kes. Indera;
 Kes. Lansia;
 Kes. Kerja;
 Upaya kesehatan lainnya
d. Penanggungjawab Jaringan Pelayanan.
 Puskesmas Pembantu;
 Puskesmas Keliling;
 Bidan di Desa;
 Jejaring FasKes.
14 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Kepala Puskesmas
Dedeh Rokayah, SKM., MM

Kasubag Tata Usaha


LAMPIRAN II : Wawan Gunawan, S.Sos
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS RENDE
(Berdasarkan Permenkes No 75 Tahun 2014- Sk Pemberlakuan Kadis ) 1. Sistem Informasi Pus : Dian Retno Astuti
No:440.05387/Dinkes 2015 Tentang Penetapan Susunan Kerja Organisasi 2. Kepegawaian : Rizkia Saepul Hudaya.
Puskesmas. 3. Keuangan : Imas Rohimah, Amd. Keb
4. Rumah Tangga : Lilis Ropikoh A,Amd.Keb

Penanggung jawab UKM Esensial dan Penanggung jawab UKM Pengembangan Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Penanggungjawab Jaringan Pelayanan
Perkesmas Drg. Anisa Ulfa Laboratorium Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan
Devy Ike M.S, S.Kep.,Ners Dr. Fariza Dono Prasetiyo Kesehatan :

Promkes Kesehatan Jiwa Pemeriksaan Umum (termasuk Lansia,


Tsani Rama S Amd.Kep Devy Ike M.S, S.Kep.,Ners MTBS) Puskesmas Pembantu
Dr. Fariza Dono Prasetiyo Nurlasaari Amd.Kep
Kesling
Rizkia Saepul h UKGMD Pemeriksaaan Gigi dan Mulut Puskesmas Keliling
Drg. Anisa Ulfa Drg. Anisa Ulfa Jimmy Zaelani Amd.Kep
KIA/KB Komunitas
Ely Mintarsih Amd.Keb Kes. Tradisional Komplementer
PemeriksaanKIA/KB dan Persalinan Bidan di Desa
Novi Yuyun Itong Amd.Keb
Lilis Ropikoh A,Amd.Keb Lilis Ropikoh A,Amd.Keb
Gizi Ke
Kesehatan Olahraga
Euls Fatmawati Amd.Keb Pelayanan Gawat darurat
Dian Retno Amd.Kep Jejaring Faskes
Gia Mugiawan Amd.Kep
Fatimah Jahidah
P2 penyakit Kesehatan Indera
Nurlasaari Amd.Kep Cahyaningsh A Amd.Keb Pelayanan Gizi Klinik
Euls Fatmawati Amd.Kep
Kesehatan Lansia
PERKESMAS
Dian Retno A Amd.Kep Pelayanan Kefarmasian
Jimmy Zaelani Amd,Kep
Lena Mulyawati
Kesehatan Kerja
Lisma Kania A Amd.Keb Laboratorium/Penunjang
Lisna Trisnawati
UKS dan Upaya Kes lainnya
Teni Agustina AMKG
15 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Uraian Tugas Kepala UPTD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 12 Tahun 2017 tentang UPTD dan Cabang Dinas :
(1) UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok
memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program
kesehatan di lingkup Kecamatan.
(2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) mempunyai fungsi:
a. Pengumpulan dan pengolahan bahan dalam penyusunan rencana teknis
operasional pembinaan, pengembangan serta pengendalian terhadap
pelaksanaan program pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di
lingkup Kecamatan;
b. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan serta pengendalian terhadap
pelaksanaan program pusat kesehatan masyarakat di lingkup
Kecamatan.
c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi; dan
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian kinerja
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
(3) Uraian tugas Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
adalah sebagai berikut:
a. Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kebijakan umum Dinas
di wilayah kerjanya;
b. Mengumpulkan dan mengolah data basis program kesehatan di lingkup
Kecamatan;
c. Menyiapkan bahan, menyusun dan melaksanakan program kesehatan
di lingkup Kecamatan berdasarkan kebijakan teknis, sasaran dan
program kerja badan serta kondisi dinamis masyarakat di
wilayahkerjanya;
d. Menyiapkan bahan dan mempelajari, menelaah peraturan perundang-
undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
program kegiatan Dinas sesuai dengan bidang tugas.
16 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

e. Menyiapkan bahan dan menyusun kebijakan teknis penyelenggaraan


Puskesmas.
f. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pengelolaan ketatausahaan
Puskesmas.
g. Menyiapkan bahan dan melaksanakan monitoring, evaluasi dan
pelaporan untuk pengendalian pelaksanaan rencana strategis dan
rencana kerja UPTD Puskesmas.
h. Menyiapkan bahan dan melaksanakan evaluasi dan analisis hasil kerja
guna pengembangan rencana strategis dan rencana kerja UPT
Puskesmas.
i. Menyiapkan bahan dan melaksanakan upaya kesehatan essensial
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif di bidang
upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu, anak dan KB, upaya
perbaikan gizi masyarakat dan upaya pencegahan serta pemberantasan
penyakit menular.
j. Menyiapkan bahan dan melaksanakan upaya kesehatan pengembangan
meliputi : upaya kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan gigi dan mulut,
upaya kesehatan indra, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan olah
raga, upaya kesehatan tradisional, upaya kesehatan kerja dan lainnya.
k. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan peran serta
masyarakat di bidang kesehatan.
l. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pembangunan berwawasan
kesehatan di wilayah kerjanya.
m. Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan rujukan medis dan
kesehatan masyarakat secara berjenjang.
n. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pemungutan retribusi daerah di
lingkungan Puskesmas.
o. Menyiapkan bahan dan melaksanakan pelayanan kesehatan lanjutan
yang meliputi pelayanan rawat jalan, dan pelayanan gawat darurat
p. Menyiapkan bahan dan melaksanakan penyusunan indikator dan
pengukuran kinerja penyelenggaraan Puskesmas.
17 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

q. Menyiapkan bahan dan melaksanakan sosialisasi pelayanan


puskesmas.
r. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan program
kesehatan di wilayah kerjanya;
s. Melaksanakan koordinasi dengan lembaga/organisasi terkait;
t. Mendistribusikan tugas kepada staf dan/atau fungsional sesuai dengan
bidang tugasnya;
u. Memberi petunjuk kepada staf dan/atau fungsional untuk kelancaran
pelaksanaan tugasnya;
v. Memeriksa hasil kerja staf dan/atau fungsional serta menyelia kegiatan
staf dan/atau fungsional untuk mengetahui kesesuaiannya dengan
rencana kerja;
w. Mengendalikan dan mengarahkan pelaksanaan tugas staf dan/atau
fungsional penyuluh berdasarkan rencana kerja yang telah ditetapkan;
x. Mengevaluasi pelaksanaan tugas staf melalui sasaran kerja pegawai
(SKP) untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan
pembinaan serta upaya tindak lanjut;
y. Menyusun dan/atau memeriksa konsep-konsep surat yang diajukan
oleh bawahan untuk memperoleh konsep surat yang benar;
z. Melaporkan pelaksanaan tugas dalam lingkup program kesehatan di
lingkup Kecamatan, secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai
kebutuhan kepada pimpinan dan camat di wilayah kerjanya;
aa. Memberi saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai bidang
tugasnya; dan
bb. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
(4) Kepala UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di lingkup
Kecamatan membawahkan Subbagian Tata Usaha.
Uraian Tugas Subbagian Tata Usaha
a. Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4)
dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada UPTD yang mempunyai tugas pokok
18 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

merencanakan teknis operasional dan melaksanakan kegiatan administrasi


umum dan kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
program serta kelembagaan dan ketatalaksanaan.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Subbagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, valuasi
dan pelaporan pelaksanaan program serta kelembagaan dan
ketatalaksanaan;
b. Pengelolaan urusan surat menyurat, kearsipan, kepustakaan,
kehumasan, protokol, barang milik daerah/aset dan rumah tangga
kedinasan;
c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi; dan
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian kinerja
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
c. Uraian tugas Kepala Subbagian Tata Usaha adalah sebagai berikut:
a. Membantu Kepala Unit Pelaksana Teknis dalam menyusun dan
melaksanakan kebijakan UPTD di lingkup kerjanya;
b. Menyusun dan melaksanakan rencana kegiatan lingkup Subbagian
Tata Usaha UPTD;
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan,
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program serta kelembagaan dan
ketatalaksanaan;
d. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat, kearsipan,
kepustakaan, kehumasan dan protokol;
e. Melaksanakan administrasi berkenaan dengan penggunaan,
penyimpanan, pendistribusian dan inventarisasi barang milik
daerah/aset di lingkup UPTD;
f. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana
UPTD;
g. Melaksanakan pengurusan rumah tangga, kebersihan, ketertiban dan
keamanan ruang kerja serta lingkungan UPTD;
19 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

h. Melaksanakan penyiapan bahan kenaikan pangkat, Daftar Penilaian


Sasaran kerja pegawai (SKP), Daftar Urut Kepangkatan (DUK),
sumpah/janji pegawai, gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan
pegawai;
i. Melaksanakan penyiapan rencana pegawai yang akan mengikuti ujian
dinas dan izin/tugas belajar;
j. Melaksanakan penyiapan data dan bahan lainnya yang diperlukan
dalam pengelolaan dan pembinaan kepegawaian serta disiplin pegawai;
k. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas staf;
l. Membagi tugas kepada staf sesuai dengan bidang tugas masing-
masing;
m. Memberi petunjuk kepada staf untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
n. Menyelia kegiatan staf di lingkungan subbagian Tata Usaha untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja masing-masing;
o. Mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas staf berdasarkan
rencana kerja yang ditetapkan;
p. Mengevaluasi pelaksanaan tugas staf melalui sasaran kerja pegawai
(SKP) untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan
pembinaan serta upaya tindak lanjut;
q. Menyusun dan/atau memeriksa konsep surat dinas berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
r. Melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai
kebutuhan kepada pimpinan;
s. Memberi saran dan pertimbangan kepada pimpinan menyangkut
bidang tugasnya; dan
t. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
pimpinan, sesuai dengan bidang tugas pokok dan fungsinya.

C. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan pelayanan telah
didokumentasikan dalam Standard Operating Procedure (SOP). SOP merupakan
acuan bagi seluruh insan Puskesmas Rende dalam melaksanakan pekerjaan.
20 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Acuan pelaksanaan pekerjaan merupakan bagian vital dalam pengelolaan


Puskesmas Rende dan diharapkan merupakan suatu standar baku dalam proses
bisnis Puskesmas sehingga pelayanan kepada seluruh pengguna dapat mencapai
standar yang diinginkan.
SOP Puskesmas Rende dalam rangka memberikan pelayanan kepada
masyarakat, baik pelayanan manajemen, pelayanan medis, maupun pelayanan non
medis telah ditetapkan oleh Pejabat Pengelola Puskesmas.
SOP ini telah didokumentasikan, disosialisasikan, dan diimplementasikan
di setiap instalasi dan unit kerja lainnya. Dengan adanya SOP ini diharapkan
pelaksanaan atau proses kinerja dan layanan pada setiap unit kerja dapat
dilaksanakan dengan baik dan dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap
pelaksanaan dan hasil kinerja dari setiap proses kinerja. SOP yang telah
ditetapkan, secara ringkas uraiannya adalah sebagai berikut:
A. Pelayanan Manajemen
1. Prosedur Pelayanan Umum dan Kepegawaian
Standar Operasional adalah dokumen yang berisi serangkaian
instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan
pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan personil
yang berperan dalam kegiatan. Sebagai suatu aturan, regulasi, dan
kebijakan yang secara terus menerus menjamin perilaku yang benar bagi
seluruh pegawai instansi pemerintah maka SOP sangat tepat diterapkan
pada aktivitas administrasi perkantoran yang relatif bersifat rutin,
berulang serta menghendaki adanya keputusan yang terprogram guna
melayani pelanggannya.
Standar Operasional Prosedur pelayanan kesehatan, merupakan inti
kegiatan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan sesuai banyak
pihak, terutama pasien yang bersangkutan. Prosedur baku pelayanan
ditetapkan untuk menghindari kesalahan dalam penanganan pasien.
Standar Operasional Prosedur pelayanan kesehatan terdiri dari Standar
Operasional Prosedur yang ditetapkan pada rawat jalan. Rawat jalan
21 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

terdiri dari: BP UMUM, BP GIGI, KIA-KB, Gawat Darurat, Gizi Klinik,


Farmasi, Laboratorium/penunjang.
Standar 0perasional Prosedur pelayanan penunjang kesehatan,
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
kesehatan Puskesmas. Ketelitian, keakuratan, dan kelengkapan peralatan
penunjang medis menjadi salah satu penentu kesembuhan pasen. Standar
Operasional Prosedur yang ditetapkan pada laboratorium dll.
Standar Operasional Prosedur pelayanan manajemen memberikan
pelayanan kepada kegiatan pelayan dan penunjang kesehatan Puskesmas
agar seluruh personil yang terlibat dalam menjalankan tugasnya sesuai
uraian tugas yang telah ditetapkan untuk itu proses-proses manajemen
harus dijalankan dengan cepat, tepat dan akurat. Standar Operasional
Prosedur manajemen terdiri dari Standar Operasional Prosedur pada
kepegawaian umum, pelaporan dan rekam medis, keuangan dan lain-lain.
2. Prosedur Pelayanan Keuangan
a. Prosedur tata usaha dan akuntansi Pendapatan BLUD Puskesmas.
b. Prosedur tata usaha keuangan Akuntansi Belanja BLUD Puskesmas
bersumber dari :
1) Jasa Layanan;
2) Hibah;
3) Hasil kerjasama sama dengan lain;
4) APBD;
5) APBN;
6) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
3. Prosedur Perencanaan SDM, Peralatandan Sarana Kesehatan Lainnya
a. Perencanaan SDM Kesehatan;
b. Perencanaan Peralatan Kesehatan;
c. Perencanaan Sarana Kesehatan Lainnya.
22 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

D. Pelayanan Medis
1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Poliklinik
Poliklinik Rawat Jalan terdiri dari Klinik Umum, Klinik Gigi,
KIA, Prosedur rawat jalan pada poliklinik menguraikan langkah-
langkah pemberian pelayanan kepada pasien rawat jalan mulai dari
pemilahan kelompok pasien, pendaftaran dan pembayaran jasa
layanan, dan pemberian layanan kesehatan pada masing-masing poli,
serta tindakan lanjutan yang diperlukan oleh pasien. Prosedur rawat
jalan melalui Poliklinik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
SOP.
b. Unit Gawat Darurat
Puskesmas Rende belum memiliki ruang khusus unit gawat
darurat, tetapi memiliki Ruang Tindakan Medik untuk mengatasi
tindakan kegawatdaruratan Pelayanan Primer. Prosedur pada
penanganan kasus gawat darurat menguraikan langkah-langkah
mengutamakan penanganan pasien yang sifatnya gawat dan darurat
sejak pasien datang hingga tindakan lanjutan yang diperlukan pasien
seperti dirujuk ke rumah sakit. Prosedur rawat jalan melalui UGD/
unit tindakan medis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran SOP.
E. Pelayanan Penunjang Medis
Layanan penunjang medis Puskesmas Rende meliputi: Laboratorium dan
Apotek.
a. Laboratorium
Prosedur penunjang medis menguraikan pemberian layanan berupa
layanan laboratorium, kepada pasien sesuai surat pengantar dari Poliklinik
BP, KIA-KB, UGD. Prosedur pemberian layanan penunjang medis
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran SOP.
b. Apotek
Prosedur layanan obat menguraikan pemberian pelayanan
penyediaan obat-obatan kepada pasien sesuai resep dari poli rawat jalan,
UGD dan pelayanan di luar gedung seperti kegiatan Puskesmas keliling,
23 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Perkesmas Pembantu, dan Posyandu (Balita dan Lansia). Prosedur layanan


obat di apotik selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran SOP.

F. Pelayanan Non Medis


Layanan non medis Puskesmas Rende meliputi:
1. Prosedur Pelayanan Gizi
Prosedur pelayanan gizi menguraikan pemberian layanan gizi
berupa penyuluhan, konseling atau klinik gizi untuk terapi diet untuk
pasien Poliklinik, dan dalam bentuk perencanan dan pengolahan
makanan biasa/khusus. Prosedur pelayanan gizi selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran SOP.
2. Prosedur Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Prosedur pemeliharaan sarana dan prasarana menguraikan tindakan
pemeliharaan atau perbaikan terhadap sarana dan prasarana
kedokteran/kesehatan sesuai jadwal yang telah ditetapkan atau
berdasarkan laporan dari pengguna, baik dilakukan sendiri atau oleh
pihak lain, dan pembuatan laporan penyelesaian pekerjaan. Prosedur
pemeliharaan sarana dan prasarana selengkapnya dapat dilihat pada
lampian SOP.
3. Prosedur Pelayanan Pusling
Prosedur pelayanan pusling menguraikan pemberian layanan
ambulance bagi pasien yang memerlukannya dalam rangka rujukan ke
Rumah Sakit. Prosedur pelayanan ambulance selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran SOP.
4. Prosedur Rekam Medik
Prosedur rekam medik menguraikan proses penanganan data pasien
mulai dari pemeriksaan kelengkapan dokumen/data pasien, pengkodean,
pengindeksan, dan pengarsipan. Prosedur rekam medik selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran SOP.
5. Prosedur Kesehatan Lingkungan
Prosedur pelayanan kesehatan lingkungan menguraikan pemberian
layanan kesehatan lingkungan berupa penyuluhan, konseling untuk
24 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

pasien Poliklinik. Prosedur kesehatan lingkungan menguraikan langkah-


langkah pemeriksaan air limbah, limbah padat berbahaya, serta air bersih
secara berkala dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
Prosedur kesehatan lingkungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
SOP.
Seluruh Standar Operasional Prosedur kerja Puskesmas selengkapnya
dapat dilihat di Lampiran tentang SOP Puskesmas Rende .

G. PENGELOMPOKAN FUNGSI YANG LOGIS


Pengelompokan fungsi menggambarkan pembagian yang jelas dan
rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan
prinsip pengendalian internal dalam rangka efektifitas pencapaian organisasi.
Dari uraian struktur organisasi Puskesmas Rende beserta uraian
tugasnya sebagaimana disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
organisasi Puskesmas telah dikelompokkan sesuai dengan fungsi yang logis,
sebagai berikut:
a. Telah dilakukan pemisahan fungsi yang tegas di antara Pejabat Pengelola
BLUD yang terdiri dari Pemimpin BLUD (Kepala UPT Puskesmas),
Pengelola Keuangan (Sub Bagian Tata Usaha), dan Koordinator (Upaya
Kesehatan Essensial, Upaya Kesehatan Pengembangan, Upaya
Kesehatan Penunjang).
b. Adanya pembagian tugas pokok dan kewenangan yang jelas untuk
masing-masing fungsi dalam organisasi.
c. Adanya sistem pengendalian internal yang memadai. Hal ini antara lain
tercermin dari adanya kebijakan dan prosedur yang membantu setiap unit
organisasi dalam Puskesmas untuk melaksanakan kewajibannya dan
menjamin bahwa tindakan pengendalian telah dilakukan untuk mengatasi
risiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Kegiatan pengendalian tersebut termasuk serangkaian kegiatan seperti
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian terhadap prestasi
kerja, pembagian tugas, serta pengamanan terhadap aset organisasi.
25 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

H. PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA


Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan
pengambilan kebijakan yang jelas, terarah dan berkesinambungan mengenai
sumber daya manusia pada suatu organisasi dalam rangka memenuhi
kebutuhannya baik pada jumlah maupun kualitas yang paling menguntungkan
sehingga organisasi dapat mencapai tujuan secara efisien, efektif, dan
ekonomis. Organisasi modern menempatkan pegawai pada posisi terhormat
yaitu sebagai aset berharga (brainware) sehingga perlu dikelola sebagaimana
mestinya baik saat penerimaan, selama aktif bekerja maupun setelah purna
tugas.
1. Pegawai Negeri Sipil pada Puskesmas dan jaringannya merupakan
Pegawai Negeri Sipil Daerah.
2. Berdasarkan undang-undang Aparatur Sipil Negeri dan Peraturan
Pemerintah terkait dan turunannya termasuk peraturan MenPan
Reformasi Birokrasi sebutannya berubah menjadi ASN dan P3K
(Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak Kerja)
3. Pengelolaan kepegawaian sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ASN dan Permenpan
RB.
4. Dalam pelaksanaan pengelolaan kepegawaian Puskesmas dan
jaringannya, Formas, Penempatan, Pembinaan dan pengayaan dari
Sekertasris daerah melalui BKSDM Kabupaten berkoordinasi dengan
kepegawaian Dinas Kesehatan.
5. Ada pola lain dalam pengangkatan P3K, dapat dlakukan oleh Dinas
melalu UPTD Kesehatan
6. Dalam realitanya ada pola lain pengangkatan formasi, penempatan
dilakukan melalui outsourcing
7. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
dapat mepunyai pegawai non Pegawai Negeri Sipil.
8. Pengelolaan pegawai non Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
26 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Tentang pengelolaan SDM di Puskesmas Rende dilakukan dengan


cara pengembangan jumlah SDM dan pengembangan Kualitas SDM
a. Program Perkembangan Jumlah SDM
Peningkatan SDM dalam jumlah yang cukup memadai merupakan
salah satu kebijakan manajemen untuk mewujudkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rende Kabupaten
Bandung Barat dan sekitarnya. Jumlah SDM disesuaikan dengan tugas,
fungsi dan beban kerja yang ada sehingga operasional puskesmas dapat
berjalan sesuai yang diharapkan. Jumlah SDM di Puskesmas Rende pada
tahun 2017 diperlihatkan pada tabel 1 dibawah ini :

TABEL 1 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA PUSKESMAS RENDE


TAHUN 2017
No Pendidikan Jumlah Keterangan
1 SKM 1 Kepala Puskesmas
2 Dokter Umum (S1) 1 PNS
3 Dokter Gigi ( S1 ) 1 TKK
4 Ners (S1) 1 PNS
5 S1 Sos 1 PNS
6 D3 Kebidanan 6 PNS
7 D3 Kebidanan 2 TKK
8 D3 Keperawatan 4 1 PNS, 1 PTT, 2 TKK
9 D3 Keperawatan Gigi 1 PNS
10 D3 Farmasi 1 TKK
11 D3 Kes. Lingkungan 1 1 PNS
12 SMA Sederajat 4 TKK
13 D4 Rekam Medis 1 TKK

b. Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia


Dari gambaran kondisi Sumber Daya Manusia tersebut di atas, maka
program pengembangan Sumber Daya Manusia Puskesmas Rende lima
tahun ke depan diarahkan pada pemenuhan jumlah SDM agar berada pada
27 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

rasio yang ideal, hal ini juga terkait dengan kelengkapan sarana medis,
kecukupan dana, kesiapan gedung, fasilitas pendukung, dan lain-lain. Selain
itu, pengembangan Sumber Daya Manusia juga diarahkan agar memenuhi
kualifikasi SDM sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
agar pelayanan kesehatan kepada pasien/masyarakat dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja disesuaikan
dengan kebutuhan puskesmas dengan tetap memperhatikan penempatan
pegawai dari Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
1) Program Pengembangan Kualitas SDM
Program pengembangan SDM pada Puskesmas Rende dijabarkan
sebagai berikut: .
a. Merintis kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan
kemampuan SDM baik tenaga medis, paramedis maupun
administrasi melalui kegiatan penelitian, kegiatan ilmiah, diskusi
panel, seminar, simposium, lokakarya, penulisan buku, studi
banding, dll.
b. Pengembangan sumber daya di Puskesmas Rende diarahkan untuk
menempuh jenjang karir agar memenuhi formasi pegawai yang
ideal dengan memanfaatkan tenaga yang sudah ada. Pegawai
puskesmas yang diharapkan menempuh jenjang karir adalah :
 2 orang berpendidikan SMA menjadi D3 komputer
 2 orang berpendidikan SMA menjadi S1 Akuntansi
Keterangan : Pengaturan waktu untuk penempuhan jenjang karir
diatur dan mengetahui Kepala Puskesmas dan Kepala Tata Usaha.

TABEL 2 PROYEKSI PENGEMBANGAN KUALITAS JUMLAH SDM


PUSKESMAS RENDE TAHUN 2018-2023

No Pendidikan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 Keterangan


1 Administrasi (S2)
2 Management (S2)
3 Sarjana
1 Jenjang karir
Akutansi(S1)
28 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

No Pendidikan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 Keterangan


4 Dokter Spesialis
5 Dokter umum 1 Rekruitmen
6 Dokter Gigi 1 Rekruitmen
7 NERS
- - - - -
Keperawatan
8 Apoteker 1 Rekruitmen
9 SKM (S1)
10 S1 Gizi
Masyarakat
11 S1 Keperawatan - -
12 D4 Kebidanan 1 Jenjang karir
14 D3 Kebidanan
15 D3 Keperawatan
16 D3 Keperawatan
Gigi
17 D3 Farmasi
18 D3 Kesling
19 D3 Gizi - 1 Rekruitmen
20 D3 Analis 1 Rekruitmen
21 S1 Komputer - 1 - - Jenjang karir
22 Pekarya Kesehatan
23 SPK
24 SMA Sederajat
25 Sekolah Dasar

2) Pola Rekruitmen
Dokter, tenaga fungsional dan tenaga administrasi Puskesmas
Rende dapat terdiri dari Pegawai Negeri Sipil maupun tenaga
profesional non Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan
Puskesmas.
29 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Pola rekrutmen SDM baik tenaga medis, paramedis maupun non


medis pada Puskesmas Rende adalah sebagai berikut:
(1) SDM yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di lingkungan Puskesmas dilaksanakan berdasarkan
Petunjuk Teknis Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Pengadaan Calon PNS
b. Pendaftaran
c. Pelaksanaan Ujian
d. Penentuan kelulusan
e. Pengangkatan
f. Pengendalian dan Pengawasan
g. Ketentuan Lain
(2) SDM yang berasal dari Tenaga Profesional Non-PNS
Pola rekrutmen SDM yang berasal dari tenaga profesional
non-PNS dilaksanakan sebagai berikut:
a. Rekrutmen SDM dimaksudkan untuk mengisi formasi yang
lowong atau adanya perluasan organisasi dan perubahan pada
bidang-bidang yang sangat mendesak yang proses
pengadaannya tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah Daerah.
b. Tujuan rekrutmen SDM adalah untuk menjaring SDM yang
profesional, jujur, bertanggung jawab, netral, memiliki
kompetensi sesuai dengan tugasyang akan diduduki sesuai
dengan kebutuhan yang diharapkan serta mencegah terjadinya
unsur KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme) dalam
rekrutmen SDM.
Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan
pengambilan kebijakan yang jelas, terarah dan berkesinambungan
mengenai sumber daya manusia pada suatu organisasi dalam rangka
memenuhi kebutuhannya baik pada jumlah maupun kualitas yang
30 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

paling menguntungkan sehingga organisasi dapat mencapai tujuan


secara efisien, efektif, dan ekonomis. Organisasi modern menempatkan
pegawai pada posisi terhormat yaitu sebagai aset berharga (brainware)
sehingga perlu dikelola sebagaimana mestinya baik saat penerimaan,
selama aktif bekerja maupun setelah purna tugas.
1. Pegawai Negeri Sipil pada Puskesmas dan jaringannya merupakan
Pegawai Negeri Sipil Daerah.
2. Berdasarkan undang-undang Aparatur Sipil Negeri dan Peraturan
Pemerintah terkait dan turunannya termasuk peraturan Menpan
Reformasi Birokrasi sebutannya berubah menjadi ASN dan P3K
(Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak Kerja
3. Pengelolaan kepegawaian sebagaimana dimaksud dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ASN dan
Permenpan RB.
4. Dalam pelaksanaan pengelolaan kepegawaian Puskesmas dan
jaringannya, Formas, Penempatan, Pembinaan dan pengayaan dari
Sekertasris daerah melalui BKSDM Kabupaten berkoordinasi
dengan kepegawaian Dinas Kesehatan.
5. Ada pola lain dalam pengangkatan P3K, dapat dlakukan oleh Dinas
melalu UPTD Kesehatan
6. Dalam realitanya ada pola lain pengangkatan formasi, penempatan
dilakukan melalui outsourcing
7. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah dapat mepunyai pegawai non Pegawai Negeri Sipil.
8. Pengelolaan pegawai non Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
31 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

BAB III
PROSES TATA KELOLA

A. Pengangkatan Dan Pemberhentian Dewan Pengawas Dan Pejabat


Pengelola
(Permendagri Nomor 61 tahun 2007 pasal 34, 35, 36, 37)

1. Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Bupati melalui


Sekretaris Daerah.
2. Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD dapat berasal dari pegawai
negeri sipil dan/atau tenaga profesional non pegawai negeri sipil sesuai
dengan kebutuhan BLUD.
3. Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan
pegawai BLUD yang berasal dari pegawai negeri sipil disesuaikan
dengan ketentuan perundangan-undangan di bidang kepegawaian.
4. Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan Pegawai BLUD
yang berasal dari tenaga profesional non pegawai negeri sipil
dilaksanakan berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan setelah mendapat persetujuan Bupati.
5. Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola BLUD
ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik bisnis yang
sehat. Kompetensi merupakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki
oleh pejabat pengelola BLUD berupa pengetahuan, keterampilan dan
sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. Kebutuhan
praktik bisnis yang sehat merupakan kesesuaian antara kebutuhan
jabatan, kualitas dan kualifikasi dengan kemampuan keuangan BLUD.
6. Pemilihan Pejabat Pengelola dilakukan dengan mekanisme uji kelayakan
dan kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan secara transparan,
profesional, mandiri, dan dapat dipertanggung-jawabkan.
7. Masa jabatan anggota Pejabat Pengelola ditetapkan dalam kurun
waktu tertentu dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.
32 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

8. Pejabat pengelola terdiri dari : Pemimpin, pejabat keuangan, pejabat


teknis.
9. Pejabat Pengelola diberhentikan oleh Bupati setelah masa jabatannya
habis. Pejabat Pengelola dapat diberhentikan sebelum habis masa
jabatannya oleh Bupati, apabila terbukti:
a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
b. Tidak melaksanakan ketentuan Undang-undang.
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD, dan
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana
kejahatan dan/atau yang berkaitan dengan tugasnya dalam
melaksanakan pengurusan atas BLUD.
10. Rencana pemberhentian dengan alasannya sebagaimana dimaksud
dalam point 9 diberitahukan secara tertulis oleh Bupati kepada anggota
Pejabat Pengelola yang bersangkutan.
11. Keputusan pemberhentian ditetapkan dalam kurun waktu yang telah
ditetapkan setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri
secara tertulis dan disampaikan kepada Bupati.
12. Selama rencana pemberhentian masih dalam proses maka Pejabat
Pengelola yang bersangkutan dapat menjalankan tugasnya namun tidak
boleh membuat keputusan/kebijakan strategis.
13. Jika dalam jangka waktu yang ditetapkan terhitung sejak tanggal
penyampaian pembelaan diri Bupati tidak memberikan keputusan
pemberhentian Pejabat Pengelola tersebut, maka rencana
pemberhentian tersebut menjadi batal.
14. Kedudukan sebagai Pejabat Pengelola berakhir dengan
dikeluarkannya keputusan pemberhentian oleh Bupati.

B. Program Pengenalan
1. Pejabat Pengelola yang baru wajib diberikan program pengenalan
mengenai BLUD Puskesmas.
33 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

2. Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan Pejabat


Pengelola yang baru berada pada Pimpinan BLUD (Kepala UPT
Puskesmas).
3. Program pengenalan meliputi:
a. Pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik pada BLUD
Puskesmas.
b. Gambaran mengenai BLUD Puskesmas berkaitan dengan tujuan, sifat
dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasional, strategi, dan
masalah-masalah strategis lainnya.
c. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit
internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal.
d. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Pejabat Pengelola.

C. Kerjasama Pendidikan
Dalam pelaksanaan tugasnya Puskesmas Rende sebagai Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam
pelaksanaan untuk keberhasilan upaya promotif dan preventif tersebut
Puskesmas Rende telah melakukan beberapa kerjasama dalam Institusi
Pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan usaha kesehatan promotif
dan preventif seperti Usaha Kesehatan Sekolah dan Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah dengan pihak ketiga yang ada diwilayah kerja Puskesmas Rende ,
serta Puskesmas Rende Menerima Siswa dan Mahasiswa dari SMK Berbasis
Kesehatan dan Perguruan Tinggi untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
Kerjasama Pendidikan antara Puskesmas Rende dan Pihak ketiga pada
kurun waktu tahun 2017, antara lain adalah :
1. Program UKS dan UKGS lanjutan antara Puskesmas Rende dengan
PAUD, TK di wilayah kerja Puskesmas Rende.
34 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

2. Program UKS dan UKGS lanjutan antara Puskesmas Rende dengan


seluruh SD, SMP, SMA dan SMK diwilayah kerja Puskesmas Rende .
3. SMK Kesehatan Adhidaya melakukan kerjasama PKL siswa di bidang
farmasi dan keperawatan
4. Mahasiswa Program DIII Kebidanan STIKes Budi Luhur, dan
Mahasiswa STIKES UNJANI melakukan kerjasama pengumpulan dan
pengolahan data Puskesmas sebagai bagian bahan penyusunan skripsi.

D. Rencana Strategi Bisnis Dan Rencana Bisnis Dan Anggaran


Puskesmas Rende mendukung Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat
Visi Puskesmas Rende
“Puskesmas ramah, bermutu dan terjangkau serta ditunjang oleh pegawai
profesional, dan inovatif”
Misi Puskesmas Rende
1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan yang merata.
2) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan (sesuai SPM).
3) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan.
4) Mengembangkan kemitraan dengan pihak lain untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Tata Nilai Puskesmas Rende :
K Kompeten
I Inovatif
A Akuntable
T Terintegrasi

1. Pejabat Pengelola wajib menyusun Rencana Strategis Bisnis (RSB) lima


tahunan dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan yang
merupakan penjabaran RSB yang telah disahkan dengan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Bandung Barat.
35 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

2. Dalam jangka waktu yang telah ditetapkan sebelum berakhirnya RSB,


Pejabat Pengelola wajib menyampaikan rancangan RSB periode
berikutnya.
3. Renstra mencakup program strategis yang berisi proses kegiatan yang
berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai sampai dengan kurun waktu
satu sampai lima tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan
kendala yang ada dan mau timbul.
4. Pejabat Pengelola wajib menyampaikan RBA yang telah disetujui DPRD
kepada PPKD untuk dimintakan pengesahan menjadi DPA selambat-
lambatnya bulan Desember tahun anggaran yang bersangkutan.
5. Bupati melalui Sekretaris Daerah, PPKD, Tim Anggaran Eksekutif
memberikan masukan-masukan penyusunan RSB dan RBA, serta
melakukan pembahasan bersama dengan Pejabat Pengelola sebelum
memberikan persetujuannya.
6. Pejabat Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan RSB dan RBA
serta melaksanakan evaluasi dan pengendaliannya.
7. Perubahan RBA yang melampaui ambang batas maksimal harus disetujui
oleh Bupati, dan dilakukan melalui mekanisme perubahan APBD.
8. Bupati melalui Sekretaris Daerah memantau pelaksanaan RBA dan
kesesuaiannya dengan RSB, serta memberikan masukan-masukan dalam
upaya pencapaiannya.

E. Pendelegasian Wewenang
1. Pendelegasian sebagian kewenangan Pejabat Pengelola kepada Kepala
Instalasi/Unit diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
pertimbangan untuk menunjang kelancaran tugas dan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas.
2. Kepala Instalasi harus melaksanakan wewenang yang didelegasikan
tersebut dengan penuh tanggungjawab dan memberikan laporan
pelaksanaannya secara berkala kepada Pejabat Pengelola.
3. Pendelegasian wewenang dikaji secara periodik untuk disesuaikan
dengan tuntutan perkembangan Puskesmas.
36 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

4. Pendelegasian wewenang yang dilakukan tidak melepaskan tanggung


jawab pejabat pengelola.

F. Pengambilan Keputusan
1. Semua keputusan dalam rapat dilakukan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat.
2. Setiap keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan
stakeholders puskesmas, risiko yang melekat, dan kewenangan yang
dimiliki oleh setiap pengambil keputusan.
3. Hak mengemukakan pendapat dijunjung tinggi dalam upaya
memberikan masukan peningkatan kinerja Puskesmas.
4. Keputusan-keputusan yang mengikat dapat pula diambil tanpa diadakan
rapat, asalkan keputusan itu disetujui secara tertulis.
5. Bupati dan Pejabat Pengelola harus konsisten dalam menjalankan
keputusan-keputusan yang telah ditetapkan.

G. Manajemen Resiko
1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau
perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu
risiko.
Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan
pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha.
Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman,suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan
atau pengelolaan sumber daya.
Mengidentifikasi risiko itu penting karena untuk memulai proses
pembelajaran yang berguna mencegah kejadian yang sama berulang
kembali, itu semua bisa berjalan dengan baik apabila seluruh karyawan
37 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Puskesmas harus memahami kejadian tidak diinginkan (KTD), kejadian


nyaris cedera (KNC), dan bagaimana alur serta cara melaporkan (dibuat
sistem pelaporan kejadian di puskesmas).
2. Proses Manajemen Risiko
a. Pengendalian Risiko
Risiko yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian
memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat
resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang aman.
Pengendalian Resiko dengan cara eliminasi memiliki tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian
lainnya. Dan pada urutan hierarki setelahnya, tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi menurun seperti diilustrasikan pada gambar
di bawah :

Hierarki Pengendalian Resiko

Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan


berurutan sampai dengan tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik
yang aman). Hierarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi,
substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri (APD)
yang terdapat di bawah ini :
38 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Hirarki Pengendalian Resiko/Bahaya K3

ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya Tempat


b. P Substitusi Alat/Mesin/Bahan Kerja/Pekerjaan
SUBSTITUSI Aman Mengurangi
e Bahaya
n Modifikasi/Perancangan
PERANCANGAN Alat/Mesin/Tempat Kerja
g yang Lebih Aman
Tenaga Kerja
a Prosedur, Aturan, Pelatihan,
Aman Mengurangi
ADMINISTRASI Durasi Kerja, Tanda Bahaya,
w Paparan
Rambu, Poster, Label
a Alat Perlindungan Diri
APD
Tenaga Kerja
s
an (Monitor ) dan tinjauan(Review) Risiko
Alat bantu yang digunakan untuk mengawasi dan meninjau
kegiatan di Puskesmas adalah Risk Register. Risk Register adalah Pusat
dari proses manajemen risiko Puskesmas. Risk register juga merupakan
alat manajemen yang memungkinkan Puskesmas dapat memahami
profil risiko secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat
penyimpanan untuk semua informasi risiko.
Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Risk register korporat, digunakan untuk resiko ekstrim (peringkat
15-25)
2) Riskregister divisi, digunakan untuk resiko dengan peringkat lebih
rendah atau risiko yang diturunkan dari risk register korporat
karena peringkatnya sudah turun.
Risk register ini bersifat sangat dinamis, karena setiap bulan bisa
saja berubah. Perubahan itu dapat berupa:
1) Jumlahnya berubah karena ada risiko baru yang teridentifikasi
2) Tindakan pengendalian risikonyaberubah karena terbukti tindakan
pengendalian risiko yang ada tidak cukup efektif
3) Peringakat riskonya berubah karena dampak dan peluangnya
berubah
39 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

4) Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat,karena


peringkatnya sudah lebih rendah dari 25 (dipindahkan ke risk
register divisi).
3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko di Puskesmas
a. Petugas Pelayanan Kesehatan
Petugas/Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (UU RI No: 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 1, pasal l
ayat 3).
Sebagai tenaga profesional, petugas kesehatan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat yang
memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
2) Menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang
berlaku
3) Bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
4) Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan
kualitas palayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh
anggotanya
5) Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif
6) Melakukan ikatan profesional lisensi, jalur karir, mempunyai
kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik serta altruisme.
b. Fasilitas
c. Lingkungan
d. Keselamatan pasien
Implementasi keselamatan pasien di Puskesmas terdiri dari
1) Identifikasi pasien dengan benar
2) Tingkatkan komunikasi efektif
3) Tingkatkan keamanan untuk pemberian obat yang berisiko
tinggi
40 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

4) Eliminasi salah sisi, salah pasien


5) Reduksi risiko pasien cedera dari jatuh
Langkah-langkah menuju kesalamatan pasien di Puskesmas:
1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien,ciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka, pemimpin yang adil
dan mendukung seluruh staf Puskesmas
2) Membangun komitmen dan fokus yg kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien di Puskesmas
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko kembangkan sistem &
proses pengelolaan resiko serta lakukan identifikasi dan
assesment hal yang potensial bermasalah
4) Membangkan sistem pelaporan,sehingga dapat dipastikan
karyawan Puskesmas dapat dengan mudah melaporkan kejadian
serta Puskesmas mengatur pelaporan.
5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dengan cara
membangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
serta mendorong karyawan Puskesmas untukmelakukan analisis
akar permasalahan untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul
7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan
pasien gunakan informasi yg ada tentang kejadian atau masalah
untuk melakukan perubahan pada system pelayanan.

H. PELAPORAN
Pelaporan, Akuntansi dan Pertanggungjawaban Keuangan diatur dalam
PP nomor 23 tahun 2005, Pasal 25, Pasal 26 dan Pasal 27, berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 25
BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan
kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
41 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Pasal 26
1. Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib.
2. Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi Profesi
Akuntan Indonesia.
3. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada
ayat2, BLU dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik
setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
4. BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntnasi dengan
mengacu pada Standar Akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis
layanannya dan ditetapkan oleh Menteri/ Pimpinan lembaga/ Gubernur/
Bupati/ Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 27
1. Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat2
setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaran/Laporan
Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan catatan atas Laporan
keuangan, disertai laporan mengenai kinerja.
2. Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLU
dikonsolidasikan dalan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat1.
3. Lembar muka laporan keuangan unit-unit usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 dimuat sebagai lampiran laporan keuangan BLU.
4. Laporan keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan
secara berkala kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/ Gubernur/ Bupati/
Walikota, sesuai dengan kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan
laporan keuangan Kementrian Negara/ Lembaga/ SKPD/ Pemerintah
Daerah.
5. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan
kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga/ Kepala SKPD serta kepada Menteri
42 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Keuangan/ Gubernur/ Bupati/ Walikota, sesuai dengan kewenangannya,


paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan terakhir.
6. Laporan keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporanpertanggungjawaban keuangan Kementrian Negara/ Lembaga/
SKPD/ Pemerintah Daerah.
7. Penggabungan laporan keuangan BLU pada laporan keuangan
Kementrian Negara/ Lembaga/ SKPD/ Pemerintah Daerah dilakukan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
8. Laporan pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh pemeriksa
esktern sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

I. Akutansi Berbasis Kinerja Dan Penilaian Kinerja


1. Bupati menilai kinerja puskesmas dan Pejabat Pengelola melalui
mekanisme yang telah ditetapkan.
2. Kinerja puskesmas yang dinilai sesuai dengan sasaran berikut indikator
kinerja keberhasilan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis
Bisnis yang dilaporkan secara berkala.
3. Kinerja tahun kinerja, meliputi : hasil kegiatan usaha, faktor yang
mempengaruhi kinerja, perbandingan RBA tahun berjalan dengan
realisasi, laporan keuangan tahun berjalan, hal-hal yangperlu
ditindaklanjuti sehubungan dengan pencapaian kinerja tahun. Target
kinerja : perkiraan pencapaian kinerja pelayanan, perkiraan keuangan pada
tahun yang direncanakan.
4. Penilaian kinerja puskesmas dilakukan secara berkala dan dapat menjadi
dasar pertimbangan Bupati untuk memutuskan peningkatan/penurunan
atau pencabutan status BLUD Puskesmas.
5. Kinerja Pejabat Pengelola dievaluasi secara berkala pada setiap akhir
tahun anggaran atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan oleh Bupati
dengan menggunakan kriteria penilaian yang umum berlaku dalam
puskesmas.
6. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan tolok ukur kinerja masing-
masing pengelola program untuk mendukung kinerja puskesmas.
43 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

7. Penilaian kinerja terhadap bidang dilakukan setiap tahun dan


dilakukan secara transparan.
J. Suksesi Manajemen
Manfaat manajemen suksesi bagi organisasi, sebagai berikut:
1. Memastikan kontinuitas kepemimpinan yang disiapkan untuk posisi
eksekutif kunci.
2. Memanfaatkantim manajemen senior dalam mendisiplinkan proses
pemeriksaan bakat kepemimpinan dalam organisasi.
3. Menempatkan isu keberagaman dalam agenda organisasi.
4. Menuntun pengembangan aktivitas eksekutif kunci.
5. Memeriksa kembali struktur, proses, dan sistem dari unit bisnis dan
korporat.
6. Bekerja sama dengan SDM lain yang mendukung pembaharuan
kepemimpinan.
7. Memberi kontribusi terhadap nilai pemegang saham.
Usaha perencanaan SDM untuk menempatkan orang yang tepat pada
posisi dan waktu yang tepat harus didukung oleh tim kepemimpinan yang
kuat. Dalam konteks inilah manajemen suksesi tidak bisa diabaikan dalam
perencanaan SDM. Sebab, fokus manajemen suksesi adalah menyiapkan tim
kepemimpinan yang kuat di masa mendatang. Tim kepemimpinan yang kuat,
dimungkinkan terbentuk jika dalam organisasi terdapat:
1. Kumpulan bakat
2. Persamaan organisasi.
3. Budaya yang mendukung
4. Sistem administrasi yang baik
Penekanan baru pada manajemen suksesi terjadi ketika berbagai
perubahan terjadi begitu cepat sehingga semakin sulit untuk diantisipasi.
Penekanan baru itu adalah penekanan pada proses yang berkelanjutan dan
terintegrasi. 6 dimensi yang dapat membantu mengembangkan manajemen
suksesi yaitu:
1. Orientasi perusahaan;
2. Fokus organisasional;
44 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

3. Keluaran (outcome);
4. Teknik-teknik penilaian; dan
5. Pools seleksi
Manajemen suksesi berusaha untuk mengembangkan kepemimpinan
yang kuat terutama untuk tugas-tugas strategis.Seiring dengan berbagai
perubahan di luar maupun di dalam organisasi mengakibatkan tuntutan
terhadap perbaikan dalam pengelolaan suksesi tersebut.Hal itu dimaksudkan
agar perencanaan suksesi tetap relevan untuk meregenerasi kepemimpinan
organisasi.

K. Pengendalian Internal
1. Pejabat Pengelola harus menetapkan Sistem Pengendalian Internal yang
efektif untuk mengamankan investasi dan aset puskesmas, serta membantu
manajemen dalam hal:
1. Upaya-upaya mengamankan harta kekayaan (safe guarding of
assets);
2. Menciptakan keakuratan data akuntansi;
3. Menciptakan efisiensi dan produktivitas; dan
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan
praktek bisnis yang sehat.
Sistem Pengendalian Internal antara lain mencakup hal-hal sebagai
berikut :
1. Lingkungan Pengendalian Internal yang disiplin dan terstruktur,
yang terdiri dari:
2. Integritas, nilai etika dan kompetensi pegawai
3. Filosofi dan gaya manajemen;
4. Cara yang ditempuh manajemen dalam melaksanakan kewenangan
dan tanggung jawabnya;
5. Pengorganisasian dan pengembangan sumber daya manusia;
6. Perhatian dan arahan yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola.
45 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

2. Pengkajian dan Pengelolaan Risiko, yaitu suatu proses untuk


mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengelola risiko usaha
relevan;
3. Aktivitas Pengendalian, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan dalam
suatu proses pengendalian terhadap kegiatan puskesmas pada setiap
tingkat dan unit dalam struktur organisasi, antara lain mencakup
kebijakan dan prosedur yang membantu manajemen melaksanakan
kewajibannya dan menjamin bahwa tindakan penting dilakukan untuk
mengatasi risiko yang dihadapi dalam mencapai sasaran puskesmas.
Kegiatan pengendalian termasuk serangkaian kegiatan seperti
kewenangan, otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, penilaian atas prestasi
kerja, pembagian tugas dan keamanan terhadap asset puskesmas.
4. Sistem Informasi dan Komunikasi, yaitu suatu proses penyajian laporan
keuangan mengenai kegiatan operasional, finansial, dan ketaatan atas
ketentuan dan peraturan yang berlaku pada puskesmas, yang
memungkinkan Pejabat Pengelola dan Manajemen untuk menjalankan
dan mengendalikan kegiatan usahanya. Laporan tidak hanya
berhubungan data internal, tetapi juga informasi tentang kejadian
eksternal, kegiatan dan kondisi penting untuk menginformasikan
pengambilan keputusan dan laporan eksternal.
5. Monitoring, yaitu proses penilaian terhadap kualitas sistem pengendalian
internal, termasuk fungsi audit internal pada setiap tingkat dan unit
struktur organisasi puskesmas, sehingga dapat dilaksanakan secara
optimal, dengan ketentuan bahwa penyimpangan yang terjadi dilaporkan
kepada Pejabat Pengelola dan tembusannya kepada Dewan Pengawas.

L. Pengadaan Barang Dan Jasa


Dalam pelaksanaan tugas Puskesmas harus memiliki sarana dan
prasarana. Sarana yang dimiliki Puskesmas Rende adalah bangunan
Puskesmas dengan tanah hak guna pakai dari pihak Desa Rende yang telah
dilimpahkan kewenangan penggunaannya kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat dan difungsikan sebagai Bangunan Puskesmas
46 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Rende , 2 buah bangunan Puskesmas Pembantu yaitu bangunan Pustu Desa


Cikalong adalah tanah hak guna pakai dari Desa Cikalong, Pustu Puteran
tanah hak guna pakai dari Desa Puteran. Rumah Dinas ada 1 buah. Puskesmas
harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem transpotasi; dan
g. kendaraan ambulance.
Bangunan dan prasarana tersebut harus dilakukan pemeliharaan,
perawatan, dan pemeriksaan secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik.
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. Standar mutu, keamanan, keselamatan;
b. Memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;dan
c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan
pengkalibrasi yang berwenang.
Pengadaan barang dan/atau jasa sesuai permenkes 61 tahun 2007
berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan oleh
pimpinan BLUD dan disetujui Kepala Daerah. Pengadaan barang dan/atau
jasa harus dapat menjamin kesedian barang dan/atau jasa yang lebih bermutu,
lebih murah, dengan proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah
menyesuaikan dengan kebutuhan yang mendukung kelancaran pelayan
BLUD.
Prinsip pengadaan barang dan jasa:
1. Pengadaan barang dan jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip efisien,
efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan
praktik bisnis yang sehat.
2. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan mekanisme pengadaan barang
dan jasa dengan memperhatikan pemerataan kesempatan berusaha,
47 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengendalian


yang memadai.
3. Pengadaan Barang dan Jasa dilaksanakan oleh pelaksana pengadaan yang
dapat berbentuk pejabat, tim/panitia atau unit yang dibentuk oleh Pejabat
Pengelola Puskesmas yang ditugaskan secara khusus untuk
melaksanakan pengadaan barang dan / atau jasa guna keperluan BLUD
Puskesmas.
4. Pelaksana pengadaan terdiri dari personil yang memahami tatacara
pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang
lain yang diperlukan dan membuat laporan pelaksanaan tugasnya secara
berkala kepada pejabat pengelola.

M. Kebijakan Keuangan Dan Pemberian Jasa Layanan (Strandar Dan


Tarif)
Kebijakan keuangan
Kebijakan keuangan mengacu pada siklus yang terjadi di Puskesmas
dan disesuaikan dengan kondisi di Puskesmas. Kebijakan keuangan yang
terkait erat dengan perlakuan akuntansi, khususnya pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan.
1. Kebijakan Pendapatan
1.1 Pendapatan Pelayanan
1) Pendapatan yang diperoleh dari pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat merupakan pendapatan operasional Puskesmas.
2) Pendapatan Puskesmas terdiri dari pendapatan pasien umum dan
pihak ketiga.

 Pendapatan pasien umum adalah pendapatan yang diperoleh


dari pembayaran langsung pasien.

 Pendapatan pihak ketiga adalah pendapatan yang diperoleh


dari pembayaran pasien yang dijamin oleh pihak ketiga, yang
terdiri dari:
 BPJS
48 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

 Jaminan Kesehatan lainnya.


3) Tarif Puskesmas ditentukan berdasarkan metoda perhitungan unit
cost yang akan ditetapkan kemudian. Pendapatan dibagi lagi
menjadi tiga kelompok, yaitu:
 Pendapatan Pasien Rawat Jalan, & UGD, yaitu semua
pendapatan yang diperoleh dan timbul dari kegiatan pada
instalasi rawat jalan dan UGD
 Pendapatan Penunjang Medis, yaitu semua pendapatan yang
diperoleh dan timbul dari kegiatan atau pelayanan yang
diberikan kepada pasien di instalasi penunjang.
 Pendapatan lain-lain, yaitu semua pendapatan yang diperoleh
dan timbul dari kegiatan atau pelayanan selain dari pasien
rawat jalan, dan penunjang medis.
1.2 Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBD/APBN yang berupa
kas diberlakukan sebagai pendapatan Puskesmas.
1.3 Pendapatan hibah terdiri dari pendapatan hibah terikat dan tidak terikat
berupa kas yang diperoleh langsung dari masyarakat atau badan lain
dan merupakan pendapatan Puskesmas yang harus diperlakukan sesuai
dengan peruntukannya.
1.4 Hasil kerja sama Puskesmas dengan pihak lain dan/atau hasil usaha
lainnya merupakan pendapatan Puskesmas.
1) Kebijakan pelayanan kesehatan
2) Pelayanan kesehatan Puskesmas menggunakan standar pelayanan
minimum yang ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan
kewenangannya dan diusulkan oleh puskesmas.
3) Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud dalam butir 1
harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan
kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan
layanan.
49 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

2. Kebijakan Pengelolaan Piutang


BLUD dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan
barang, jasa, dan/atau transaksi yang berhubungan Langsung maupun tidak
langsung dengan kegiatan Puskesmas. Piutang Puskesmas dikelola dan
diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab serta dapat memberikan nilai tambah sesuai dengan praktik bisnis
yang sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1 Penagihan Piutang
Penagihan Pasien Pulang Paksa (Pulang atas permintaan
sendiri). Penagihan pasien pulang paksa adalah penagihan yang
dilakukan kepada pasien yang pulang atas inisiatif sendiri dan pada
saat pulang pasien belum melakukan pembayaran terhadap
pelayanan yang diberikan oleh puskesmas.Penagihan terhadap
pasien pulang paksa ini menjadi tanggung jawab Sub Bidang
Keuangan.
2.2 Penagihan Pihak Ketiga
Penagihan JKN, Jaminan pelayanan ini diperuntukkan bagi
keluarga peserta yang meliputi isteri atau suami dari peserta dan
anak yang sah atau anak angkat dari peserta yang berhak menerima
tunjangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a) Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan meliputi
(1) rawat jalan tingkat lanjutan,
(2) pelayanan1 (satu) hari (“one day care”),
(3) pelayanan kesehatan penunjang,
(4) pelayanan obat,
(5) rehabilitasi medis,
(6) pelayanan gawat darurat (“emergency”) dan
(7) persalinan.
b) Jaminan yang diperoleh berupa pelayanan kesehatan yang
diperlukan dalam upaya pencegahan, penanggulangan,
pengobatan dan pemulihan gangguan kesehatan, diawali
dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas
50 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

beserta jaringannya
c) Penagihan terhadap BPJS dilakukan sesuai dengan peraturan
2.3 Penghapusan Piutang
Piutang Puskesmas dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat
oleh pejabat yang berwenang setelah memperhatikan penyisihan
kerugian piutang yang diuraikan di bab Laporan Posisi Keuangan
(Neraca), khususnya pembahasan piutang.
Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang ditetapkan
dengan peraturan Bupati sesuai dengan kewenangannya dan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Kebijakan Pengeluaran
Kebijakan Umum Pengeluaran Belanja Puskesmas terdiri dari unsur
biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan dalam RBA
(Rencana Bisnis Anggaran), Penetapan Anggaran atau dokumen lain yang
telah disahkan Pemerintah Daerah.
Pengelolaan belanja Puskesmas diselenggarakan secara fleksibel
berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah
pengeluaran dan mengikuti praktik bisnis yang sehat.
Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang batas sesuai
dengan yang ditetapkan dalam RBA dan dokumen anggaran yang telah
disahkan. Belanja Puskesmas yang melampaui ambang batas fleksibilitas
harus mendapat persetujuan Bupati atas usulan kepala Puskesmas sesuai
dengan kewenangannya. Belanja Puskesmas dilaporkan sebagai belanja
barang dan atau jasa SKPD/pemerintah daerah.
4. Kebijakan Pengelolaan Kas
4.1 Kebijakan umum pengelolaan kas
 Pengelolaan kas Puskesmas dilaksanakan berdasarkan praktik
bisnis yang sehat.
 Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD menggunakan
Surat Perintah Membayar (SPM) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
51 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

 Setiap penerimaan kas harus disetorkan ke rekening Puskesmas di


bank paling lambat 24 jam berikutnya.
 Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh
pendapatan tambahan dilakukan sebagai investasi jangka pendek
pada instrumen keuangan dengan risiko rendah.
4.2 Kebijakan Kas Harian
Yang termasuk dalam kas harian adalah pengelolaan kas kecil
untuk kebutuhan non rutin.
 Tujuan kebijakan ini adalah untuk menciptakan pengelolaan kas
kecil yang sehat
 Pembayaran dengan menggunakan kas harian maksimal
penggunaan belum ditentukan sesuai kebutuhan.
 Pengisian kembali kas kecil didasarkan pada imprest fund system,
yaitu pemegang kas harian mempertahankan saldo kas kecil.
5. Kebijakan Pelaporan Keuangan
5.1 Kebijakan Umum Pelaporan Keuangan
 Puskesmas menerapkan sistem infomasi manajemen keuangan
sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat.
 Setiap transaksi keuangan Puskesmas harus diakuntansikan dan
dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.
 Akuntansi dan laporan keuangan Puskesmas diselenggarakan
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh
asosiasi profesi Akuntansi Indonesia dan Standard Akuntansi
Pemerintahan yang diterbitkan oleh Komisi Standard Akuntansi
Pemerintahan (KSAP);
 Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud
pada butir 3 di atas, Puskesmas dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik;
 Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi
dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai
dengan jenis layanannya;
 Laporan keuangan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam butir
52 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

3 di atas setidak-tidaknya meliputi:


1) Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan,
terdiri atas:
a) laporan posisi keuangan (neraca);
b) laporan operasional;
c) laporan aliran kas, dan
d) catatan atas laporan keuangan.

2) Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi


Pemerintahan, terdiri atas:
a) laporan posisi keuangan (neraca);
b) laporan realisasi anggaran (LRA); dan
c) catatan atas laporan keuangan.
5.2 Kebijakan Pelaporan Keuangan
1) Laporan keuangan puskesmas disampaikan secara berkala kepada
Bupati sesuai dengan kewenangannya, untuk dikonsolidasikan
dengan laporan keuangan pemerintah daerah.
2) Laporan keuangan Puskesmas terdiri dari:
a) Laporan keuangan triwulanan berupa laporan operasional dan
aliran kas;
b) Laporan keuangan tengah tahun/semester;
c) Laporan keuangan tahunan
3) Laporan keuangan disampaikan kepada Pimpinan PPK BLUD serta
Bupati sesuai dengan kewenangannya, paling lambat 1 (satu) bulan
setelah periode pelaporan berakhir.
4) Laporan keuangan Puskesmas merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
daerah.
5) Penggabungan laporan keuangan Puskesmas pada laporan
keuangan pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
5.3 Kebijakan Pemeriksaan
1) Laporan pertanggungjawaban keuangan puskesmas diaudit oleh
53 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

pemeriksa eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
2) Pemeriksaan internal Puskesmas dilaksanakan oleh satuan
pengawas internal yang merupakan unit kerja yang berkedudukan
langsung di bawah kepala Puskesmas.

N. Media Komunikasi dan Informasi


Setiap Puskesmas wajib melakukan kegiatan sistem informasi
puskesmas secara elektronik dan non elektronik. Sistem informasi Puskesmas
mencakup :
1. Pencatatan dan pelaporan kegiatan dan jaringannya;
2. Survei lapangan;
3. Laporan lintas sektor dan lintas program;
4. Laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Rende .
Dalam menyelanggarakan sistem informasi, Puskesmas Rende wajib
menyampaikan laporan kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat.
1. Pemerintah Daerah, Pejabat Pengelola, dan stakeholders lainnya berhak
memperoleh informasi yang lengkap dan akurat mengenai puskesmas
secara proporsional.
2. Pejabat Pengelola bertanggungjawab untuk memastikan agar informasi
mengenai puskesmas diberikan kepada Bupati dan stakeholders lainnya
secara tepat waktu dan lengkap.
3. Pejabat Pengelola Puskesmas melakukan komunikasi secara efektif
dengan sesama Pejabat Pengelola, dan Bupati melalui media komunikasi
yang tepat dan efisien.
4. Pejabat Pengelola Puskesmas menetapkan kebijakan mengenai
komunikasi dan pengelolaan informasi termasuk klasifikasi kerahasiaan
informasi.
54 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

O. Penunjukan Dan Peran Auditor Eksternal


1. Pelaksanaan audit atas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan BLUD
Puskesmas dilakukan oleh BPK sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau dengan persetujuan Bupati dapat meminta
BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Barat untuk melakukan audit. Audit
terhadap laporan keuangan puskesmas oleh Auditor Eksternal tersebut
bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan
keuangan secara independen dan profesional.
2. Puskesmas harus menyediakan semua catatan akuntansi dan data
penunjang yang diperlukan oleh Auditor Eksternal.
3. Auditor Eksternal menyampaikan laporan hasil audit kepada Bupati dan
Pejabat Pengelola Puskesmas secara tepat waktu.
4. Pejabat Pengelola Puskesmas menindaklanjuti laporan hasil audit yang
dilaksanakan Auditor Eksternal dan melaporkan perkembangan tindak
lanjut tersebut kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.
5. Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan memantau perkembangan tindak
lanjut atas laporan hasil audit Auditor Eksternal.
6. Inspektorat Kabupaten Bandung Barat sesuai tupoksinya melakukan audit
kinerja atas penyelenggaraan dan pengelolaan BLUD Puskesmas secara
berkala sesuai PKPT yang disusun. Hasil audit atas kinerja dilaporkan
kepada Bupati dan Pejabat Pengelola Puskesmas secara tepat waktu.
7. Tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit kinerja menjadi tanggung jawab
Pejabat Pengelola Puskesmas dan melaporkan perkembangan tindak lanjut
tersebut kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan kabupaten.

P. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah suatu situasi dimana kepentingan pribadi atau
golongan akan menghalangi keberhasilan kepentingan kelompok yang lain.
Dalam hal ini akan dibahas beberapa konflik kepentingan yang sekiranya
dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan BLUD puskesmas antara lain:
55 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

1. Konflik nilai dalam kebijakan birokrasi pemerintah Daerah yang sifatnya


belum mendukung kepada pelaksanaan sistem BLUD, yang dipengaruhi
oleh unsur-unsur politis.
2. Konflik internal puskesmas, antara lain karyawan yang masih tidak
setuju dengan sistem BLUD atau mengenai perubahan jabatan pengelola
keuangan yang diaudit secara transparan.
3. Konflik kepentingan dari masyarakat sebagai pengguna jasa layana
kesehatan, yang masih berfikiran secara tradisional terutama yang masih
menganut sistim bebas tarif.
4. Konflik kepentingan dari pihak ketiga seperti dari Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), atau Tokoh Masyarakat dan/atau Tokoh Agama
yang tidak mendukung sistem BLUD akibat dari kurangnya pemahaman
mengenai BLUD dan pengaduan dari satu pihak tanpa konfirmasi.

Q. Tanggung Jawab Sosial Puskesmas Dan Penanganan Limbah


Puskesmas harus melaksanakan fungsi sosial tanpa mempengaruhi
mutu pelayanan yang disediakan, antara lain berpartisipasi dalam
penanggulangan bencana alam nasional atau lokal dan melakukan misi
kemanusiaan puskesmas. Pengelola menetapkan dan menjalankan program
yang terkait dengan tanggung jawab sosial Puskesmas secara periodik
dan melaporkannya kepada Bupati. Pengelola harus memastikan bahwa
puskesmas selalu berupaya mempedulikan kelestarian lingkungan alam dan
lingkungan sosialnya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
1. Puskesmas memegang teguh asas kepedulian dan keadilan terhadap
masyarakat sekitar lingkungan operasional puskesmas.
2. Puskesmas memastikan bahwa dalam kegiatan usaha untuk pelayanan
kesehatan, telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan senantiasa
mempertimbangkan aspek lingkungan lainnya yang terkait.
3. Puskesmas selalu berusaha mendorong munculnya kebutuhan
masyarakat atas kesehatan lingkungan serta pengelolaan sampah medis
secara khusus dalam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
56 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kerja sehari-hari Puskesmas


Rende memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggungjawab
sosial adalah tanggungjawab yang diemban oleh Puskesmas baik dalam
menghasilkan barang dan jasa yang berdaya guna tanpa menimbulkan efek
samping negatif baik secara medis dan non medis. Selain itu produk limbah
yang dihasilkan dalam proses pelayanan medis harus dikelola dengan baik
sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar
wilayah Puskesmas.
Kepala Puskesmas menunjuk petugas penanggungjawab pengelolaan
lingkungan dan limbah.
Tugas pokok dan fungsi petugas pengelola lingkungan dan limbah
a. Menyusun rencana kegiatan kesehatan lingkungan berdasarkan data
program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai pedoman kerja.
b. Melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan meliputi
pengawasan danpembinaan TTU/TPM/ Pestisida, pelayanan klinik
sanitasi, penyuluhan kesehatan lingkungan dan koordinasi lintas
program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Mengevaluasi hasil kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan secara
keseluruhan.
d. Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai
bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.
Tata kelola lingkungan dan limbah dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
limbah non medis dan limbah medis.
1. Tata Kelola Limbah Non Medis
Tata kelola limbah non medis merupakan pengelolaan limbah yang
dihasilkan dari aktivitas non medis baik organik maupun anorganik
yangbersumber dari lingkungan, pegawai, pengunjung, dan alat non medis.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penampilan Puskesmas dan
jejaringnya.
Kegiatannya meliputi :
57 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

 Pengadaan dan penataan tempat penampungan sementara (TPS) di tiap


ruangan dan tempat strategis lainnya (TPS 1)
 Peningkatan kegiatan jumat bersih
2. Tata kelola Limbah Medis
Tata kelola limbah medis merupakan pengelolaan limbah yang
dihasilkan dari aktivitas medis (cair, padat, biologi, kimiawi) baik yang
bersumber dari kegiatan medis teknis atau alat penunjang medis.
Tujuannya adalah untuk menghindari dampak yang diakibatkan oleh
limbah medis, baik terhadap petugas, pengunjung, lingkungan, dan
masyarakat. Kegiatannya meliputi :
Limbah medis padat
1. Tahap Pemilahan
a. Pemilahan limbah dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah sesuai dengan jenis limbah medis padat yang dihasilkan
meliputi limbah benda tajam, limbah medis, infeksius, limbah
farmasi dan kimiawi
b. Limbah benda tajam termasuk jarum suntik dikumpulkan dalam satu
wadah kotak berwarna kuning (safety box)
c. Limbah infeksius : pot sputum, cairan darah, kapas, perban,
ditempatkan dalam satu wadah . pendesinfeksian dilakukan selama
kuran lebih 10 menit dengan cara direndam dalam larutan chlorin
10% diencerkan dengan perbandingan 1:19, terkecuali untuk pot
sputum direndam selama 24 jam
2. Tahap Pengumpulan
Pada tahap ini semua limbah medis dikumpulkan dari tiap ruangan IGD,
Gigi, Laboratorium lalu dikumpulkan di tempat penampungan
sementara, kemudian akan diambil secara periodik oleh dinas kesehatan
Kabupaten Bandung Barat.
Limbah medis cair
1. Limbah cair domestik dari dapur disatukan dalam satu saluran dengan
limbah medis cair
2. Alat bekas pakai direndam di wadah dan diberi larutan clorin 10% selama 1
58 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

(satu) malam, kemudian dicuci disterilkan.

R. Budaya Organisasi, Budaya Kerja dan Etika


Kode etik merupakan aturan atau kaidah-kaidah, nilai-nilai yang
mengatur segala perilaku (tindakan dan perbuatan serta perkataan) suatu
profesi atau organisasi bagi para anggotanya.
Kode etik adalah merupakan hal penting sebagai pedoman PNS untuk
melaksanakan tgas kedinasan dan kehidupan sehari-hari. Etika pegawai
dalam birokrasi perlu disesuaikan dengan melihat dan mendengarkan
aspirasi masyarakat bagaimana arah dan bentuk birokrasi publik. Selain itu
pegawai juga dituntut untuk melayani masyarakt secara prima dan menopang
keberlangsungan program pemerintah serta secara maksimal menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan komitmen yang kuat
dari pimpinan dan terus menerus mendorong lingkungan agar kondusif.
Tata Tertib Pegawai
1. Hari kerja senin sampai dengan sabtu pada hari libur sesuai dengan
jadwal piket yang telah ditetapkan
2. Waktu jam kerja
Pagi : pukul 07.30 – 14.00
Siang : pukul 14.00–18.00
3. Seragam dinas
Senin dan Selasa : Warna Khaki Lengkap Atribut
Rabu : Hitam Putih Lengkap Atribut
Kamis : Batik Bandung Brt lengkap atribut
Jumat : Batik
Sabtu : Batik
Hari besar Nasional dan Setiap tanggal 17 memakai seragam korpri
lengkap
Sepatu rapih dan berkaus kaki
4. Ijin keluar pada jam kerja kedinasan untuk keperluan apapun, wajib
lapor.
59 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

S. Donasi dan Etika Usaha


Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku
di lingkungannya, dengan tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para
karyawannya agar mencapai tingkat efisiensi dan produktivitas yang
maksimal.Etika usaha menyangkut hubungan perusahaan dan karyawannya
sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya, etika kerja menyangkut
hubungan kerja antara puskesmas dan stafnya, dan etika perorangan mengatur
hubungan antar karyawan.Terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan
terciptanya iklim etika dalam perusahaan, yaitu:
(1) Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
(2) Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya.
(3) Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai.
Terdapat beberapa hal yang bisa mendorong pekerja berperilaku etis dalam
pekerjaannya, yaitu:
(1) Komunikasi yang baik dan efektif.
(2) Ketentuan/standar.
(3) Keteladanan.
Dengan menggunakan etika bisnis sebagai dasar berperilaku dalam
bekerja, baik digunakan oleh manajemen maupun oleh semua anggota
organisasi, maka perusahaan akan mempunyai sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas. SDM yang berkualitas adalah yang memiliki kesehatan
moral dan mental, punya semangat dalam meningkatkan kualitas kerja di
segala bidang, mampu beradaptasi dan memiliki kreativitas tinggi, ulet dan
pantang menyerah, serta berorientasi pada produktivitas kerja.
Untuk memiliki SDM yang berkualitas, diperlukan adanya
pemberdayaan karyawan seoptimal mungkin, dengan menciptakan
lingkungan kerja yang saling menghargai. Pemberdayaan staf yang
terintegrasi dengan etika bisnis diharapkan akan menimbulkan rasa percaya
antara pimpinan dengan staf.
Keberhasilan manajemen dalam pemberdayaan karyawan sangat
ditentukan oleh kesadaran para karyawan terhadap perlunya nilai-nilai
kebenaran dan moral (nilai-nilai etika) sebagai landasan berperilaku dalam
60 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

berbisnis. Pemberdayaan karyawan yang didasarkan pada etika bisnis


merupakan langkah strategis untuk pengurangan biaya dalam jangka panjang,
karena semua pekerjaan dilakukan didasarkan pada standar yang telah
ditetapkan perusahaan, dan masing-masing karyawan sadar akan
tanggungjawab yang diembannya.
Dari sinilah setidaknya kita sadar akan pentingnya penerapan etika
dalam bisnis. Secara umum, ada beberapa cara yang dapat ditempuh
manajemen untuk meningkatkan moral tenaga kerja, yaitu:
a. Memberikan kompensasi/imbalan kepada tenaga kerja dalam porsi yang
wajar dengan tidak memaksakan kemampuan perusahaan.
b. Menciptakan kondisi kerja yang aman dan menyenangkan
c. Meningkatkan spiritual pekerja
d. Memperhatikan masa depan pekerja termasuk mengembangkan
pengetahuan, karir dan keterampilannya.
e. Mengkomunikasikan segala informasi secara jujur dan terbuka dengan
pekerja.
Sesuatu yang bisa kita terapkan dalam etika bekerja adalah sistem
reward and punishment. Perumusan norma-norma ini harus dituangkan secara
jelas dan harus transparan. Salah satu alat yang dapat digunakan perusahaan
untuk menciptakan iklim beretika dalam perusahaan adalah dengan
menciptakan kode etik. Kode etik berfungsi sebagai: Inspirasi dan panduan
dalam bekerja, pencegahan dan disiplin, memelihara tanggung jawab,
memelihara keharmonisan, memberikan dukungan.
Etika yang mengatur kinerja ditetapkan dalam bentuk Standar
Pelayanan Minimum.
1. Standar Pelayanan Minimum (SPM)
Bupati menetapkan Standar Pelayanan Minimum Puskesmas
yang tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 163 tahun 2013 yang
merupakan perubahan dari Peraturan Bupati no 472 tahun 2011.untuk
memastikan bahwa seluruh pelanggan telah memperoleh layanan
secara profesional sesuai standar, yang mencakup kualitas fasilitas,
kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta
61 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

kemudahan untuk mendapatkan layanan.


Pejabat Pengelola BLUD harus menetapkan mekanisme
pemberian layanan jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pemberian jasa pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh
staf medis dan tenaga kesehatan lainnya secara profesional sesuai
dengan standar profesi, kompetensi dan pelayanan medis dalam
rangka mencapai kualitas layanan yang dipersyaratkan melalui
penerapan sistem manajemen mutu untuk menjamin kepuasan pelanggan
dan seluruh stakeholders.
2. Tarif Jasa Pelayanan Kesehatan
Jasa pelayanan yang tercantum dalam tarif puskesmas terdiri dari
jasa pelayan atau jasa operator/jasa lainnya. Jasa pelayanan terdiri dari:
Jasa dokter, jasa keperawatan, jasa kefarmasian, jasa paramedis,
nonkeperawatan, dan jasa pelaksana teknis puskesmas. Jasa pelayanan
yang tercantum dalam komponen tarif bukanlah insentif.Jasa pelayan
terdiri dari jasa pelayanan standar dan non standar.Besaran jasa
pelayanan dalam komponen tarif puskesmas adalah besaran jasa yang
telah diatur dalan peraturan daerah(Perda).Selanjutnya jasa medis, jasa
keperawatan, jasa kefarmasian, jasa paramedis, nonkeperawatan, dan jasa
pelaksana teknis puskesmas yang tercantum didalam tarif puskesmas
disebut sebagai insentif setelah diatur dalam sistem distribusinya dalam
sistem remunerasi.
Insentif dokter adalah pendapatan individu yang dihasilkan akibat
pelayanan dokter dan bagian dari jasa pelayanan puskesmas yang
tercantum dalam komponen tarif puskesmas dan bersifat individu
meliputi dokter umum dan dokter gigi.Insentif keperawatan adalah
pendapatan kelompok yang dihasilkan akibat pelayanan keperawatan
merupakan bagian dari jasa pelayanan puskesmas yang tercantum dalam
komponen tarif puskesmas dan bersifat kelompok meliputi perawatan
umum dan kebidanan.
Insentif kefarmasian adalah pendapatan kelompok farmasi yang
dihasilkan akibat pelayanan kefarmasian yang merupakan bagian dari
62 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

pelayanan puskesmas yang tercantum dalam komponen tarif penjualan


obat dan bahan habis pakai puskesmas bersifat kelompok, meliputi
asisten apoteker dan pelaksana farmasi.
Insentif paramedis non keperawatan adalah pendapatan kelompok
yang dihasilkan akibat pelayan perawatan yang merupakan bagian jasa
pelayanan puskesmas yang tercantum dalam komponen tarip puskesmas
meliputi jasa laboratorium, asisten apoteker/pelaksana farmasi, penata
gizi.
Intensif pelakaksana teknis adalah pendapatan kelompok yang
dihasilkan akibat dari pelayanan tenaga teknis non dokter dan non
paramedis yang merupakan bagian dan jasa pelayanan puskesmas dan
tercantum dalam komponen tarif puskesmas meliputi supir ambulance.
Insentif terdiri dari insentif langsung dari persentase jasa yang dihasilkan
dan sisanya merupakan kontribusi kedalam POS remunerasi yang
selanjutnya di distribusikan kepada seluruh karyawan selanjutnya disebut
sebagai insentif tidak langsung.
Pejabat Pengelola BLUD menetapkan strategi dan kebijakan
terhadap pemberian layanan kesehatan serta melakukan pengawasan
atas pelaksanaannya. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD harus
melakukan penghitungan biaya per unit setiap jenis layanan (cost finding)
sebagai dasar pengambilan kebijakan mengenai penetapan tarif layanan
kesehatan, misalnya kebijakan pemberian subsidi tarif layanan kesehatan
kepada pasien tidak mampu. Oleh karenanya, Pejabat Pengelola BLUD
harus melakukan reviu biaya per unit setiap jenis layanan secara berkala.
Pejabat Pengelola melakukan evaluasi kualitas pemberian jasa
pelayanan yang telah dilakukan pada akhir periode sebagai bahan
masukan pada periode berikutnya.
3. Sistem Penatausahaan dan Akuntansi Pengelolaan BLUD
Pejabat Pengelola menetapkan pedoman mengenai sistem
penatausahaan dan akuntansi yang diterapkan untuk pengelolaan
keuangan dan penyusunan pertanggungjawaban BLUD sesuai standar
akuntansi keuangan yang berlaku dan peraturan perundang-undangan
63 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

yang berlaku serta disusun berdasarkan pengendalian internal yang


memadai. Selanjutnya Pejabat pengelola Puskesmas menyelenggarakan
sistem penatausahaan dan akuntansi sesuai pedoman yang telah
ditetapkan tersebut, baik secara manual maupun komputerisasi.
Pejabat Pengelola menetapkan organisasi dan pengelola yang
berwenang dalam penatausahaan dan akuntansi pengelolaan keuangan
BLUD.
Output sistem berupa laporan keuangan BLUD, khususnya pada
akhir semester dan akhir tahun dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan pemerintah daerah sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan
yang berlaku.
4. Remunerasi
Remunerasi adalah suatu sistem pengupahan yang mengatur gaji,
insentif dan merit atau bonus karyawan pada suatu perusahaan untuk
Puskesmas Rende . Remunerasi merupakan insentif karyawan yang
disisihkan dari jasa pelayanan dan laba operasional penunjang medis.
Remunerasi merupakan salah satu unsur yang penting untuk diketahui
oleh manajemen puskesmas karena menyangkut kesejahteraan seluruh
karyawan.Remunerasi disesuaikan berdasarkan kesepakatan melalui
beberapa pendekatan yang fleksibel.
Tujuan :
1) Membangun image yang baik dari organisasi
2) Menjamin kesejahteraan karyawan
3) Memberikan motiva’si terhadap kinerja karyawan
4) Mempertahankan keberadaan karyawan bagi organisasi
Prinsip dasar Remunerasi:
Dalam penentuan remunerasi ini menggunakan tiga prinsip dasar
agar terdapat solusi yang tepat dalam mencapai tujuan yang diinginkan,
antara lain adalah:
1) Kebersamaan, karena dalam organisasi puskesmas karyawan bekerja
saling membutuhkan dan koordinasi yang baik
2) Keterbukaan, semua karyawan dalam bekerja harus terbuka dan
64 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

saling mengingatkan guna pencapaian hasil yang optimal


3) Keadilan, adalah pelaksanaanya sistem pembagian remunerasi ini
harus adil dan wajar sesuai dengan penampilan kerja masing-masing
karyawan.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pengelolaan Remunerasi adalah :
a. Jumlah aset yang dikelola BLUD, tingkat pelayanan, serta
produktivitas
b. Pertimbangan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis
c. Kemampuan Pendapatan BLUD
d. Kinerja Operasional BLUD dengan mempertimbangkan antara lain
Indikator keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
Remunerasi pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD diberikan
berdasarkan indikator penilaian:
a. pengalaman dan masa kerja
b. jabatan yang disandang
c. resiko kerja
d. tingkat kegawatdaruratan
e. Keterampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku
f. Hasil/capaian Kinerja
Hak dan kewajiban :
1) Manajeman puskesmas berkewajiban menyediakan alokasi dana
untuk insentif karyawan.
2) Setiap karyawan Puskesmas berhak mendapatkan insentif sesuai
dengan kerja yang dicapai.
3) Pengaturan pembagian atau distribusi insentif berdasarkan sistem
indexing, yang tercantum dalam sistem remunerasi.
4) Seluruh karyawan dapat insentif sesuai dengan kinerjanya dan
berdasarkan total index perorangan yang dimiliki.
5) Setiap karyawan yang menghasilkan jasa pelayanan dan penunjang
berkewajiban memberikan kontribusi kepost remunerasi yang
besaran prosentasinya ditentukan dalam sistem remunerasi.
65 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

T. Pemantauan Ketaatan Tata Kelola


Pemantauan ketaatan atas pelaksanaan tata kelola penyelenggaraan
BLUD Puskesmas menjadi tugas dan wewenang Satuan Pengawas Internal.
Dalam hal Satuan Pengawas Internal belum dibentuk, tanggung jawab
pemantauan tersebut menjadi tanggung jawab Pejabat Pengelola Puskesmas
yang didelegasikan ke masing-masing Pengelola Keuangan dan Teknis.
1. Disiplin Pegawai
a) SDM yang berasal dari PNS
Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai
Negeri Sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalm peraturan perundang-undangan dan atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar akan
dijatuhi hukuman disiplin. Berdasarkan PP No. 53 Tahun 2010
tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, maka bila terdapat
pelanggaran disiplin atau indisipliner, pegawai negeri sipil yang
bersangkutan akan di jatuhi hukuman disiplin sesuai dengan tingkat
hukuman disiplin yang terdiri dari : hukuman disiplin ringan, sedang
dan berat.
Adapun jenis hukuman disiplin sesuai dengan tingkatannya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Jenis hukuman disiplin ringan terdiri atas : teguran lisan, teguran
tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis.
- Jenis hukuman disiplin sedang terdiri atas : penundaan kenaikan
gaji berkala selama 1 tahun, penundaan kenaikan pangkat
selama 1 tahun dan penundaan pangkat setingkat lebih rendah
selama 1 tahun.
Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam
PP no 53 tahun 2010 adalah sebagai berikut : penurunan pangkat
setingkat lebih rendah selama 3 tahun, pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan,
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
PNS dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
66 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

b) SDM Yang Bukan berasal dari PNS


Jika terdapat pelanggaran disiplin atau indisipliner untuk
SDM yag berasal dari non PNS, maka tindakan atau sanksi yang
diberikan sesuai dengan kebijakan dari Pimpinan BLUD Puskesmas
Rende selaku Pimpinan di Unit kerja yang bersangkutan, dengan
petunjuk dan bimbingan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung Barat.
67 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

BAB IV
PENEGAKAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA

A. Transparansi
Transparansi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Rende merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang
bersifat terbuka bagi masyarakat, serta mudah diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan. Kegiatan transparansi merupakan tugas dan
kewenangan:
a. Kepala Puskesmas, berkenaan dengan proses memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program Kesehatan
di lingkup Puskesmas;
b. Kepala Tata Usaha, berkenaan dalam hal merencanakan teknis
operasional dan melaksanakan kegiatan administrasi umum dan
kepegawaian, keuangan,evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
serta kelembagaan dan ketatalaksanaan.
Transparansi menciptakan kepercayaan timbal balik antara Puskesmas
Rende dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan standar.
Puskesmas Rende menerapkan transparansi dalam bentuk Laporan
Keuangan, Laporan Manajemen, dan Laporan Hasil Kinerja dalam bentuk
laporan Bulanan, Triwulan, dan Tahunan.

B. Akuntabilitas
Akuntabilitas Program
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem
kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
68 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:


1. Upaya Kesehatan Essensial
Upaya kesehatan Essensial Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta
yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.Upaya kesehatan Essensial ini harus diselenggarakan oleh
setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan Essensial tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok Puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat
serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga
upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya essensial dan
69 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

upaya pengembangan Puskesmas.


Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang,
baik upaya kesehatan essensial maupun upaya kesehatan
pengembangan.Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi
permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai
salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi, yakni upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang
sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini
adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh
Puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat dengan
mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan
dilakukan apabila upaya kesehatan essensial Puskesmas telah terlaksana
secara optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan
telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan Puskesmas
ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat. Dalam
keadaan tertentu, upaya kesehatan dapat pula ditetapkan sebagai penugasan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Barat bertanggunjawab dan wajib
menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga medis spesialis, kedudukan dan fungsi
Puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
70 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Akuntabilitas Kegiatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan essensial dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara
terpadu.Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga
fungsi Puskesmas.Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip
dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan essensial maupun upaya kesehatan
pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
d. Azas pertanggung jawaban wilayah
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggung
jawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain
sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
Kecamatan,sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan
di luar gedung Puskesmas lainnya (outreach activities) pada dasarnya
merupakan realisasi dari pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
e. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat.Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
71 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

upaya Puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun


melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam
rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB);
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD);
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi);
d. Upaya kesehatan sekolah: Dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid;
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL);
f. Upaya kesehatan usia lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda;
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK);
h. Upaya kesehatan jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM);
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra);
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): Dana Sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Mobilisasi Dana Keagamaan;
3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan.Untuk
mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu,
jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang
perlu diperhatikan, yakni:
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab Puskesmas. Contoh
keterpaduan lintas program antara lain:
72 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan


P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan
reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan
upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
Camat, Lurah/kepala Desa, Pendidikan, Agama;
2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat,
Lurah/kepala Desa, Pendidikan, Agama, pertanian;
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan
Camat, Lurah/Kepala Desa, Organisasi profesi, Organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB;
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat,
Lurah/Kepala Desa, Pertanian, Pendidikan, Agama, Koperasi, Dunia
usaha, PKK, PLKB;
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, Tenaga kerja, Koperasi,
Dunia usaha, Organisasi kemasyarakatan;
6) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat,
Lurah/Kepala Desa, Tenaga kerja, Dunia usaha;
73 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

4. Azas rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan.Sebagai
sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh
Puskesmas terbatas.Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatannya.Untuk membantu Puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan
dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
1) Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus
penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal).
Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, dirujuk ke Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
a) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik
(biasanya operasi) dan lain-lain.
b) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga Puskesmas dan
ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas.
74 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan
bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu
Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib
dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat.Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
a) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
b) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyelidikan
kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
c) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah
kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan
Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.

Akuntabilitas Keuangan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu ditunjang
dengan tersedianya pembiayaan yang cukup.
75 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan Puskesmas, yakni:


d. Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal
dari pemerintah terutama adalah pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Di
samping itu Puskesmas masih menerima dana yang berasal dari Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Pusat. Dana yang disediakan oleh pemerintah
dibedakan atas dua macam, yakni:
a) Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan
gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat.
b) Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan
gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya
operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke
pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk seterusnya dibahas bersana
DPRD Kabupaten Bandung Barat. Puskesmas diberikan kesempatan
mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung Barat.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen
keuangan diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat.Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalnya
pengadaan obat dan pembangunan gedung serta pengadaan alat, anggaran
tersebut dikelola langsung olen Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
atau oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima Puskesmas
adalah Kepala Puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh
pemegang keuangan Puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat atas usulan Kepala Puskesmas.
Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui
dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
76 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

e. Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban
membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya
ditentukan oleh pemerintah daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada
beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari
penyelenggraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
a. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala Puskesmas menyetor langsung seluruh dana
retribusi yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten
b. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan
sebagian dari dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan, yang lazimnya berkisar antara 25 – 50% dari total dana retribusi
yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan
operasional Puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala
dipertanggungjawabkan oleh Puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten
c. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas
menggunakan seluruh dana yang diperolehnya dari penyelenggaraan upaya
kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas.
Dahulu Puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini
disebut Puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar
Puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
yang dananya ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi Puskesmas
swakelola. Dengan perkataan lain Puskesmas tidak mungkin sepenuhnya
menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni
untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi
tanggungjawab pemerintah.
d. Sumber lain
Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain
seperti Jaminan Kesehatan Nasional, Sesuai dengan konsep yang telah
77 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

disusun, direncanakan pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai


upaya kesehatan masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan
dibiayai melalui sistem Jaminan Kesehatan Nasional, kecuali untuk penduduk
miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah dalam bentuk pembayaran
premi. Dalam keadaan seperti ini, apabila Puskesmas tetap diberikan
kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka
Puskesmasakan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk itu Puskesmas harus
dapat mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak
dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak
lain tetap memberikan keuntungan bagi Puskesmas. Tetapi apabila Puskesmas
hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat,
maka Puskesmas hanya akan menerima dan mengelola dana yang berasal dari
pemerintah.

C. Responsibilitas
Merupakan keadilan dan kesetaraan atau kepatuhan dalam pengelolaan
organisasi terhadap prinsip bisnis yang sehat serta perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam pelaksanaan kegiatan BLUD, Puskesmas mendapatkan
keleluasaan atau fleksibilitas dalam pengelolaan sumber daya manusia,
keuangan yang diatur dalam regulasi khusus. Tetapi tetap harus mematuhi
perundangan yang berlaku, yang tujuannya untuk pengaturan dan
pengawasan. Mendorong agar organ puskesmas dalam membuat keputusan
dan menjalankan kegiatan senantiasa dilandasi dengan nilai moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku,dandilandasi kesadaran tanggung jawab sosial puskesmas. Bentuk
responsibilitas antara lain adalah dengan mematuhistandar operasioanal
prosedur dalam setiap pemberiana layanan kesehatan.
Prosedur kerja setiap proses pengelolaan dan sistem manajerial telah
didokumentasikan dalam Prosedur dan Ketetapan (Protap) atauStandard
Operating Procedure (SOP). Prosedur dan Ketetapan ini telah
78 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

didokumentasikan, disosialisasikan, dan diimplementasikan di setiap bagian


dan unit kerja lainnya. Dengan adanya protap atau SOP ini diharapkan
pelaksanaan atau proses kinerja dan layanan pada setiap unit kerja dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan manual mutu. Dengan prosedur kerja
ini pula dapat dijadikan bahan evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil kinerja
dari setiap proses kinerja.
Prosedur kerja PPK BLUD Puskesmas Rende dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik pelayanan kesehatan,
pelayanan penunjang kesehatan, maupun pelayanan manajemen, yang secara
ringkas dapat diuraiakan sebagai berikut:
1. Standar Operasional dan Prosedur pelayanan kesehatan, merupakan inti
kegiatan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat agar pelayanan yang diberikan dapat berjalan sesuai harapan
banyak pihak, terutama pasien yang bersangkutan. Prosedur baku
pelayanan ditetapkan untuk menghindari kesalahan dalam penanganan
pasien. Standar operasional dan prosedur pelayanan kesehatan terdiri dari
standar operasional dan prosedur yang di tetapkan pada rawat jalan.
Rawat jalan terdiri dari rawat jalan BP umum, BP gigi, KIA, persalinan.
2. Standar Operasional dan Prosedur pelayanan penunjang kesehatan,
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
kesehatan Puskesmas. Ketelitian, keakuratan dan kelengkapan peralatan
penunjang medis menjadi salah satu penentu kesembuhan pasien. Standar
operasional dan prosedur pelayanan penunjang kesehatan terdiri dari
standar operasional dan prosedur yang ditetapkan pada laboratorium, dll.
3. Standar Operasional dan Prosedur Pelayanan Manajemen, memberikan
pelayanan kepada kegiatan pelayanan dan penunjang kesehatan
Puskesmas agar seluruh personil yang terlibat dapat menjalankan
tugasnya sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan. Untuk itu
proses-proses manajemen harus dijalankan dengan cepat, tepat dan
akurat. Standar operasional dan prosedur manajemen terdiri dari standar
operasional dan prosedur pada kepegawaian, umum, pelaporan dan
rekam medis, keuangan dll.
79 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

D. Independensi

Merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara profesional tanpa


benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip bisnis yang sehat.
Mendorong pengelolaan puskesmas secara profesional, transparan dan efisien,
serta memberdayakan fungsi dan peningkatan kemandirian organ puskesmas.
80 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

BAB V
PENGELOLAAN HUBUNGAN DENGAN STAKEHOLDERS

A. Pengguna Jasa
1. Puskesmas menghormati hak-hak pasien selaku pengguna jasa sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Puskesmas memenuhi komitmennya kepada pengguna jasa sesuai
standar layanan yang telah ditetapkan.
3. Penanganan keluhan pengguna jasa dilakukan secara profesional melalui
mekanisme yang baku dan transparan.

B. Mitra Usaha
1. Mitra usaha meliputi rekanan, BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan
lainnya, serta pihak ketiga lainnya.
2. Puskesmas menjalin kerjasama dengan mitra bisnis dilandasi dengan
itikad baik, saling menguntungkan, akuntabilitas, transparansi,
kewajaran dan tidak merugikan stakeholders serta dituangkan dalam
kesepakatan secara tertulis.
3. Kerjasama Puskesmas dengan mitra usaha dapat berupa transaksi
jual beli barang dan/atau jasa serta Kerja Sama Operasional (KSO)
dalam bentuk kerjasama pelayanan kesehatan, pendidikan dan
pelatihan, pembangunan gedung, pemanfaatan alat kedokteran dan
kerjasama lainnya yang sah.
4. Puskesmas dan mitra bisnis bermitra secara profesional dengan
mematuhi setiap kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak
kerjasama.

C. Pegawai
1. Pegawai puskesmas yang terdiri dari tenaga medis, tenaga
paramedis, dan tenaga lainnya adalah aset yang sangat berharga,
maka puskesmas berkewajiban meningkatkan kompetensi dan
karakternya. Puskesmas dapat memberikan penghargaan yang pantas
81 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

kepada pegawai yang berprestasi. Dalam hal adanya terjadi masalah yang
menyangkut tuntutan pasien terhadap tenaga medis/paramedis,
puskesmas berkewajiban memberikan bantuan hukum yang diperlukan.
Hubungan antara tenaga medis/paramedis dan non medis dengan pihak
puskesmas diatur lebih lanjut dengan Keputusan Pejabat Pengelola
Puskesmas.
2. Setiap kebijakan puskesmas yang terkait dengan pegawai disusun
secara transparan, mengakomodasi kepentingan pegawai dan peraturan
perundang-undangan yang terkait.
3. Surat Keputusan (SK) Pengangkatan Pegawai atau perjanjian dengan
pegawai dibuat secara tertulis dengan memuat hak dan kewajiban
setiap pihak secara jelas.
4. Sistem penilaian kinerja pegawai ditetapkan dan dilaksanakan secara
adil dan transparan.
5. Puskesmas menciptakan kondisi kerja dengan selalu memperhatikan
tingkat kesehatan dan keselamatan kerja pegawai.
6. Dalam melaksanakan hubungan kerja dengan pegawai, puskesmas
menghormati hak asasi serta hak dan kewajiban pegawai sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Puskesmas memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan
senioritas, gender, suku, agama, ras, dan antar golongan. Pengelolaan
Sumber Daya Manusia (SDM) diatur berdasarkan perundang-
undangan yang berlaku.
Pengelolaan pegawai:
a. Pengelolaan PNS
Pengembangan SDM aparatur pemerintah tentu tidak akan terlepas
dari peraturan yang mendasarinya yaitu Undang-undang Republik
Indonesia Nomor43 Tahun 1999 tentang peruahan atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Ada sejumlah
hal dalam Undang-undang tersebut yang perlu digaris bawahi karena
sangat erat kaitannya dengan upaya pengembangan PNS.
82 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

Pertimbangan yang memunculkan undang-undang ini adalah adanya


keyakinan bahwa untuk mencapai tujuan nasional Rebublik Indonesia
diperlukan PNS yang terampil menjalankan perannya sebagai abdi
masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata,
serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan
kepada Pancasila dan UUD 1945. Dalam hal ini diperlukan sosok PNS
yang mampu melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan secara
profesional dan bertanggungjawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Manajemen PNS merupakan keseluruhan upaya untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas,
fungsi dan kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian,
kepegawaian, dan pemberhentian. Melalui cara itu, manajemen PNS yang
dilakukan dengan tepat diyakini dapat menjamin penyelenggaraan tugas
pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan behasil guna.
Formasi Pegawai
Formasi pegawai di lingkup Puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan
pegawai sesuai dengan profesi berdasarkan jenis pekerjaan/keahlian/
bidang pelayanan yang ada di Puskesmas.
Pengadaan Pegawai
Pengadaan pegawai untuk tenaga yang bekerja di lingkup Puskesmas
Rende
a) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil melalui proses seleksi oleh
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat yang selanjutnya ditugaskan di
Puskesmas Rende.
b) Mutasi/lolos butuh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bandung Barat berdasarkan kebutuhan formasi pegawai.
Pemindahan PNS secara terperinci diatur dalam PP No.96 tahun 2000
tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian
PNS.
83 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

c) Pemberhentian Pegawai / Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).


Pemberhentian pegawai untuk PNS diatur dalam PP No. 32 tahun
1979 tentang Pemberhentian PNS dan PP No. 30 tahun 1980 tentang
Peraturan Disiplin PNS.
b. Pengelolaan Non PNS
Pelayanan yang berkualitas akan tercapai bila didukung oleh sarana,
prasarana serta sumber daya manusia yang cukup. Jumlah PNS yang terbatas
yang di tugaskan oleh pemerintah Kabupaten Bandung Barat di Puskesmas
Rende, maka kepala Puskesmas mengajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat untuk merekrut tenaga non PNS.
1. Pengadaan dan Pengangkatan
a. Pengangkatan tenaga non PNS berdasarkan seleksi disesuikan
dengan formasi pegawai yang dibutuhkan.
b. Pengangkatan Pegawai non PNS dilakukan berdasarkan pada prinsip
efisiensi, ekonomis dan produktif dalam peningkatan pelayanan.
c. Rekruitmen Pegawai non PNS dilakukan oleh Direktur dengan cara
seleksi, meliputi :
 Seleksi administrasi;
 Test kesehatan;
 Seleksi akademik;
 Ketrampilan;
 Wawancara.
2. Disiplin
a. Disiplin pegawai merupakan suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan
ketertiban.
b. Pelanggaran terhadap disiplin pegawai sebagaimana dimaksud pada
bag (a) dikenakan hukuman berdasarkan ketentuan/peraturan
perundang-undangan.
3. Penempatan
Penempatan pegawai di sesuaikan dengan keahliannya atau
84 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

berdasarkan pada kebutuhan.


4. Jenjang Karir
Jenjang karir disesuaikan dengan peraturan kepegawaian yang ada
yaitu ada jabatan struktural atau jabatan fungsional.
5. Pembinaan (Penghargaan dan Sanksi)
Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas pegawai maka
Puskesmas Rende Kabupaten Bandung Barat menerapkan kebijakan
mengenai penghargaan bagi pegawai yang mempunyai kinerja baik dan
sanksi bagi pegawai yang tidak memenuhi ketentuan atau melanggar
ketentuan/ peraturan perundang-undangan.
 Peringatan secara lisan oleh kepala Tata Usaha.
 Peringatan secara tertulis.
 Pemutusan hubungan kerja.
6. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemberhentian Pegawai/ Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
didasarkan pada penilaian kinerja, dan loyalitas.

D. Pemerintah Selaku Regulator


1. Puskesmas harus mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan kegiatan puskesmas baik yang menyangkut
layanan jasa, pegawai, pelanggan, masyarakat sekitar, lingkungan,
sesama pelaku usaha, perpajakan, perbankan dan lain-lain.
2. Puskesmas selalu berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dan
konstruktif atas dasar kejujuran terhadap regulator serta penyelenggara
negara lainnya.
3. Puskesmas mendukung penerimaan negara dan daerah baik langsung
maupun tidak langsung sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Puskesmas akan selalu meningkatkan kualitas layanan dalam upaya
memberikan kontribusi terhadap pembangunan pelayanan Kesehatan
diwilayah kerja.
85 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

E. Masyarakat Sekitar Dan Lingkungan


1. Puskesmas memegang teguh asas kepedulian dan keadilan terhadap
masyarakat sekitar lingkungan operasional puskesmas.
2. Puskesmas memastikan bahwa dalam kegiatan usaha untuk pelayanan
kesehatan, telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan senantiasa
mempertimbangkan aspek lingkungan lainnya yang terkait.
3. Puskesmas selalu berusaha mendorong munculnya kebutuhan
masyarakat atas kesehatan lingkungan serta pengelolaan sampah medis
secara khusus dalam upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup.
86 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

BAB VII
PENUTUP

Pola tata kelola adalah ketentuan internal Puskesmas Rende yang


berkenaan dengan organisasi, tatalaksana dan akuntabilitas serta
transparasi.Bertujuan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Pola tata kelola merupakan aturan dasar yang mengatur tatacara
penyelenggaraan Puskesmas serta menjadi pedoman dalam melaksanakan
kegiatan operasional Puskesmas Rende.
Dengan adanya tata kelola diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat secara lebih efektif dan efisien sejalan dengan
praktek bisnis yang sehat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh Bupati melalui penerbitan sebanyak—
banyaknya 22 peraturan turunan untuk mendukung fleksbilitas pengelolaan
puskesmas dengan pola pengelolaan PPK BLUD, untuk itu puskesmas perlu
dilengkap dengan sistem informasi berbasis teknologi untuk mendukung
pengamblan keputusan pimpinan (decision suport system) yang memadukan
unsur kompetensi tenaga, update teknologi terkini dan sistem operasi dalam
layaan UKP maupun UKM, yang diharapkan melalui kebijakan ini masyarakat
akan semakin mudah untuk memperoleh pelayanan yang berkualitas terutama
pada pelayanan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat yaitu di
bidang Kesehatan.

Rende, 03 Mei 2018


Kepala Puskesmas
Rende

Dedeh Rokayah, SKM., MM


NIP. 19680929 1991 03 2005
87 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

LAMPIRAN – LAMPIRAN

KOMUNIKASI DAN KOORDINASI LINTAS


PROGRAM
No. Dokumen : SOP/UKM/
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS RENDE Dedeh Rokayah, SKM., MM
NIP. 19680929 1991 03 2005
1. Pengertian 1. Koordinasi adalah perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan
sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling
bertentangan atau simpang siur
2. Komunikasi yaitu proses penyampaian pesan kesehatan oleh
komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan
tujuan yang mengarah pada keadaan sehat, baik secara fisik, mental
maupun social
3. Lintas Program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa
program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Kerja sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti
melibatkan beberapa program terkait yang ada di puskesmas.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan komunikasi dan koordinasi lintas program
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. ..... Tentang .....
4. Referensi
5. Alat dan 1. ATK
Bahan 2. Komputer dan printer
3. Buku catatan
6. Langkah- 1. Pengelola program menyusun rencana pelaksanaan program
langkah 2. Pengelola program menyampaikan pelaksanaan programnya pada saat
rapat puskesmas
3. Pelaksana program dan lintas program membuat jadwal pelaksanaan
program
4. Pelaksana program dan lintas program menyepakati cara dan waktu
pelaksanaan program
5. Pengelola program dan lintas program melaksanakan program /
kegiatan berdasarkan jadwal yang telah dibuat
6. Penanggung jawab program mencatat notulen hasil pertemuan
88 | P O L A T A T A K E L O L A P K M R E N D E

7. Bagan Alur
Menyusun rencana pelaksanaan
program

Menyampaikan pelaksanaan programnya pada saat rapat puskesmas

Membuat jadwal pelaksanaan program

Menyepakati cara dan waktu pelaksanaan kegiatan

Melaksanakan kegiatan berdasarkan jadwal yang telah


dibuat

Mencatat notulen hasil pertemuan lintas program

8. Hal-hal yang Jika tidak dilakukan koordinasi dengan program yang lain maka kegiatan tidak
perlu bisa berjalan lancar, oleh karena itu penanggung jawab lintas program harus
diperhatikan bekerja sama dalam melakukan kegiatan tersebut.
9. Unit terkait
10. Dokumen 1. SOP Identifikasi Kebutuhan dan harapan Masyarakat
terkait 2. SOP Komunikasi dan Koordinasi Lintas Sektor
11. Rekaman
No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
historis
diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai