Anda di halaman 1dari 12

Mata kuliah Dosen pembimbing

FILSAFAT PENDIDIKAN Bpk Khalilurrahman, M.Pd

“TIGA LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN


(ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, AKSIOLOGIS)”
Oleh;
Kelompok 2

Maulidah 18.12.4508

Muhammad Gejali 18.12.4528

Muhammad Nasrullah Zaki 18.12.4541

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2019/2020
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan

Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat pendidikan. Randal
Curren (via Chambliss, 2009: 324) mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan
serangkaian keyakinan-keyakinan filsafati dalam praktek pendidikan.

Kneller (1971:4) juga mrngatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat
umum atau filsafat formal, artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari cara
berpikir filsafat secara umum. Seseorang tidak dapat memberikan kritik pada kebijakan
pendidikan yang ada atau menyarankan kebijakan yang baru tanpa memikirkan masalah-masalah
filsafati yang umum seperti hakikat kehidupan yang baik sebagai arah yang akan dituju oleh
pendidikan, kodrat manusia itu sendiri, sebab yang mendidik itu adalah manusia, dan yang dicari
adalah hakikat kenyataan yang terdalam, yang menjadi semua pencarian cabang ilmu. Oleh
karena itu, filsafat pendidikan merupakan penerapan filsafat formal dalam lapangan pendidikan.

B. Tiga Landasan Filsafat Pendidikan

Filsafat memberikan asumsi-asumsi dasar bagi setiap cabang ilmu pengetahuan.


Demikian pula halnya dengan pendidikan. Ketika filsafat membahas tentang ilmu alam, maka di
peroleh filsafat ilmu alam. Ketika filsafat mempertanyakan konsep dasar dari hukum, maka
terciptalah filsafat umum, dan ketika filsafat mengkaji masalah-masalah dasar pendidikan, maka
terciptalah cabang filsafat yang bernama filsafat pendidikan. Jadi, setiap bidang ilmu mempunyai
landasan-landasan filsafat masing-masing.

Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu
landasan ontologi, landasan epistemologi, dan landasan aksiologi.
1. Ontologis

Ontologi adalah ilmu yang membahas lingkup penelaahan keilmuan hanya pada lingkup
daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia secara emperis dalam proses
penemuan, penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah. Dengan nilai kebenaran
universal antologis ilmu dan tehnologi diberdayakan dalam bentuk sikap dan prilaku spiritual
untuk menjaga kelestarian ekosistem dalam keseimbangan. Hakikat kajian ontology adalah apa
yang ada (what is being), dimana yang ada dan apa kebenaran itu. Karena persoalan tersebut
sangat mendasar sehingga manusia dihadapkan pada beberapa alternative jawaban. Jika
ditelusuri lebih jauh persoalan pertama “what is being” maka akan menemukan beberapa
jawaban yang berbeda-beda keyakinan seperti monisme, dualisme, pluralisme dan agnotisme.
Persoalan kedua adalah “where is being”. Jawaban dari pertanyaan ini adalah yang bersemayam
di dunia ide yang bersifat abstrak, tetap dan abadi, yang ada mukim di duinia ide, yang bersifat
kongkrit dan individual sehingga kebenaran yang diperoleh terbatas dan berubah-ubah. Persoalan
ketiga yaitu apakah kebenaran itu? Jika yang dimaksud kebenaran abadi adalah Tuhan, akan
tetapi jika yang dimaksud adalah kebenaran yang berubah-ubah, maka persoalannya adalah
bagaimana perubahan itu dan apa yang menentukan perubahan. Berangkat dari dasar ontologis
tersebut, jika pendidikan Islam ingin dikembangkan sebagai sebuah disiplin, maka harus
mempunyai wilayah kajian khusus yang membedakan dari ilmu-ilmu yang lain. Memang tidak
mudah untuk menentukan batas-batas wilayah kajian pendidikan Islam, karena wilayah
pendidian Islam sangat luas, seluas ajaran Islam itu sendiri. Menurut Hasan Langgulung tema
pendidikan Islam bisa mencakup hampir seluruh segala macam pengetahuan manusia dan segala
aktifitas manusia yang bersangkutan dengan budaya dan peradabannya, akan tetapi bisa sempit
karena mencakup satu disiplin ilmu yaitu ilmu pendidikan sebagai cabang pengetahuan yang
termasuk bidang kemanusiaan. Akan tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk menentukan
batasan-batasan wilayah kerjanya. Dalam beberapa literatur kajian pendidikan Islam sebagai
ilmu meliputi manusia, fungsi pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, peserta
didik, pendidik, metode dan pendekatan pembelajaran, dan evaluasi. Nur Uhbiyati
menambahkan bakwa wilayah kajian Ilmu Pendidikan Islam yaitu perbuatan mendidik, anak
didik, dasar dan tujuan Pendidikan Islam, pendidik, materi Pendidikan Islam , Metode
Pendidikan Islam, evaluasi Pendidikan Islam, alat pendidikan Islam, lingkungan sekitar
Pendidikan Islam. Arifin membahas ruang lingkup Ilmu pendidikan Islam yang sekaligus obyek
pembahasan pendidikan Islam yaitu: lapangan hidup keagamaan, lapangan hidup keluarga,
lapangan hidup kemasyarakatan, lapangan hidup politik, lapangan hidup seni budaya dan
lapangan hidup ilmu pengetahuan. Berbeda dengan Mahfud Djunaidi bahwa kajian pendidikan
Islam sebagai sebagai sebuah ilmu diarahkan pembahasannya kearah filosofis membangun
pendidikan Islam.

2. Epistemologis

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Episteme yang berarti pengetahuan.
Persoalan pokok yang dipertanyakan adalah tentang bagaimana sesuatu yang benar itu datang
dan bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana pula kita membedakan yang benar dan yang
salah.
Dari beberapa literatur dapat disebutkan bahwa epistemologi adalah teori pengetahuan,
yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin
dipikirkan. D.W. Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan macam pengetahuan dan pengandai-pengandaiannya serta secara umum hal
itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Selanjutnya,
pengertian epistemologi yang lebih jelas, diungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa
epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan. Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi
bangunan pengetahuan, sebab ia merupakan tempat berpijak. Bangunan pengetahuan menjadi
mapan, jika memiliki landasan yang kokoh. Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah,
yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan
pengetahuan yang diperoleh lewat metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan
penentu layak-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat
penting dalam bangunan ilmu pengetahuan. Dari pengertian, ruang lingkup, objek, dan landasan
epistemologi ini, dapat kita disimpulkan bahwa epistemologi merupakan salah satu komponen
filsafat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, khususnya berkenaan dengan cara, proses,
dan prosedur bagaimana ilmu itu diperoleh.
a) Hakikat Pengetahuan
Berbicara tentang hakikat pengetahuan, marilah kita tinjau pendapat Langeveld
tentang divinisi pengetahuan. Akan tetapi, apa yang diutarakannya tidak lain adalah ciri
pengetahuan, bukan hakikatnya sebab hakikat sesuatu terlepas dari subjek yang
mengamati.
Apakah sebenarnya yang dinamakan pengetahuan itu?. Terhadap pertanyaan
tentang hakikat pengetahuan ini dua aliran, yaitu realisme dan idealisme,menjawab saling
bertentangan. Menurut realisme (serba nyata), pengetahuan adalah salinan objektif
(menurut kenyataan) dari apa yang ada dalam alam yang sesungguhnya (fakta atau
hakikat). Sedangkan menurut idealisme (serba cita), pengetahuan adalah gambaran
subjektif (menurut tanggapan) tentang apa yang ada dalam alam yang sesungguhnya.
Jadi, menurut realisme, pengetahuan itu tidak lain adalah potret yang persis sama
dengan keadaan yang sebenarnya. Berbeda halnya dengan pendapat tersebut, idealisme
berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah rekaan akal yang jelas mustahil sama dengan
hal yang sebenarnya. Apabila ditelaah lebih jauh, pendapat realisme ada benarnya jika
diperhatikan dari arti difinitif tahu sebagai mencamkan objek, jadi menangkap sasaran
sebagaimana adanya. Akan tetapi, idealisme pun tidak salah kalau orang memahami arti
tahu sebagai kegiatan akal, jadi cenderung bergeser dari semestinya.
b) Macam Pengetahuan
Ada dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan umum dan pengetahuan khusus.
Dalam hal ini perlu dihindari penyamaan pengetahuan dengan ilmu. Pengetahuan umum
masuk kedalam dunia idea, tertangkap dalam pikiran, berada dalam alam abstrak, dan
ketentuannya berlaku universal. Sedangkan pengetahuan khusus masuk ke dalam dunia
empiris, tertangkap dalam pengalaman, berada dalam alam konkrit, dan ketentuannya
berlaku partikular.

3. Aksiologis

Aksiologi adalah studi tentang nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan
oleh setiap insan. Nilai yang dimaksud adalah:
a. Nilai jasmani: nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna.

b. Nilai rohani: nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika, dan nilai
religi.

Persoalan tentang tujuan ilmu dalam kajian filosofis merupakan lahan aksiologi.
Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak
indah. Hal ini erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan selalu
dipertimbangkan, atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan tujuan
pendidikan.
Persoalan pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup dan kehidupan manusia
yang senantiasa terus berproses dalam perkembangan kehidupannya. Di antara persoalan
pendidikan yang cukup penting dan mendasar adalah mengenai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan termasuk masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan tujuan
pendidikan yang baik, maka perbuatan mendidik bisa menjadi tidak jelas tanpa arah dan
bahkan bisa tersesat atau salah langkah. Oleh karena itu, tujuan pendidikan merupakan
problem inti dalam aktivitas pendidikan. Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting dan menentukan jalannya aktivitas pendidikan
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah tujuan tertinggi atau terakhir yaitu tujuan yang
tidak ada lagi tujuan di atasnya. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani menjelaskan, kalau
kita pandang tentang bentuk yang digambarkan oleh ungkapan tentang tujuan terakhir
pendidikan dengan pandangan Islam, maka kita dapatkan tidak ada pertentangan dalam
makna dan tidak didapati di dalamnya apa yang bertentangan dengan jiwa Islam. Pandangan
ini akan mengajak kita mengembalikan semua kepada tujuan terakhir, yaitu persiapan untuk
kehidupan dunia dan akhirat. Tujuan terakhir dengan pengertian ini tidak terbatas
pelaksanaannya pada institusi-institusi pendidikan, tetapi wajib dilaksanakan oleh semua
institusi yang ada di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui lembaga-


lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang
dengan sengaja mentransformasikan budaya nya yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.
Kneller (1971:4) juga mrngatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada
filsafat umum atau filsafat formal, artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan
bagian dari cara berpikir filsafat secara umum.
Pengkajian terhadap suatu bidang pengetahuan harus dibangun dari pondasi
filsafat yang kuat, jelas, terarah, sistematis, berdasarkan norma-norma keilmuan dan
dapat dipertanggung jawabkan, termasuk dalam bidang pendidikan.
Filsafat merupakan kajian yang dilakukan secara mendalam mengenai dasar-dasar
ilmu.
Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama,
yaitu landasan ontologi, landasan epistemologi, dan landasan aksiologi.
Ontologi adalah ilmu yang membahas lingkup penelaahan keilmuan hanya pada
lingkup daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia secara emperis dalam
proses penemuan, penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.
epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan.
Aksiologi adalah studi tentang nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang
diidamkan oleh setiap insan.
Jadi, mengetahui dan mempelajari tentang tiga landasan filsafat pendidikan
tersebut sangatlah penting, maupun terkhusus bagi calon se orang guru ataupun bagi
masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Tri Prasetyo, filsafat pendidikan. (2000). Bandung: CV Pustaka Setia.

Bahrum, SE, M.Ak, Akt. Dosen yayasan pendidukan Ujung Pandang (YPUP). BTP
Makassar. journal.uin-alauddin.ac.id

K Khojir-Dinamika Ilmu 2011. journal1.iain-samarinda.ac.id

Moh. Wardi. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatut Thullab Sampang.


ejournal.stainpamekasan.ac.id

Wahyuddin. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. journal.uin-alauddin.ac.id


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................


B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................

A. Pengertian Filsafat Pendidikan .......................................................


B. Tiga Landasan Filsafat Pendidikan .................................................
1. Ontologis .................................................................................
2. Epistemologis..........................................................................
3. Aksiologis ...............................................................................

BAB III PENUTUP ....................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu
ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan yang diamati. Segala sesuatu yang
dilihatnya, dialaminya, dan gejala yang terjadi di lingkungan nya selalu dipertanyakan
dan dianalisis atau dikaji (Tim Pengajar Filsafat Pendidikan Unimed). Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang
telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.
Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Setidaknya ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan
pembimbing.Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
cita-cita kemanusiaan yang universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis. Guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan ?
2) Apa saja landasan-landasan filsafat pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan.
3. Untuk mengetahui landasan-landasan Filsafat Pendidikan.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.
“Filsafat Pendidikan” ini sengaja dibahas karena sangat penting untuk kita
khususnya sabagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal filsafat pendidikan.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Tidak lupa pula juga kepada Bapak dosen dan teman-teman yang
lain untuk memberikan sarannya kepada penyusun agar penyusun makalah ini lebih baik
lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai